PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

TENTANG KONSEP BANGUN DATAR

MELALUI METODE PERMAINAN BAGI SISWA KELAS II

SDN BACEM TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Jamini

SDN 2 Bacem Kecamatan Banjarejo

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika tentang konsep bangun datar siswa kelas II SDN 2 Botereco tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian ini dilaksanakan di kelas II SDN 2 Bacem Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora dengan jumlah siswa 36 yang terdiri dari 25 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan tindakan sebanyak dua siklus dan dalam satu siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan nontes. Pengumpulan data diambil dari dokumentasi daftar nilai, pengamatan proses pembelajaran, dan rekapitulasi hasil belajar yang dilakukan pada akhir siklus. Untuk memvalidasi data yang dikumpulkan dibuat kisi-kisi soal ulangan harian dan lembar observasi. Dalam pelaksanaan tindakan, dibagi dalam empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian, pada kondisi awal nilai rata-rata ulangan harian 14 siswa kelas II adalah 61,94 dengan tingkat ketuntasan 47,22% (4 siswa) dari KKM 70,00. Pada siklus I, nilai rata-rata harian ulangan meningkat menjadi 70,83 dengan tingkat ketuntasan belajar 66,67% (9 siswa). Pada siklus II, nilai rata-rata ulangan harian kembali mengalami peningkatan menjadi 78,61 dan tingkat ketuntasan belajar meningkat menjadi 86,11% (12 siswa). Jadi dapat disimpulkan dalam penelitian tindakan kelas ini, penerapan metode permainan dapat meningkatkan hasil belajar Matematika tentang konsep bangun datar bagi siswa kelas II SDN 2 Bacem tahun pelajaran 2016/2017.

Kata Kunci: metode permainan, hasil belajar, pembelajaran matematika,

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Tujuan pendidikan di Indonesia sesuai dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut salah satunya yaitu dengan menyelenggarakan pendidikan yang mampu memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri mereka sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki masing-masing siswa. Selain itu agar pendidikan dapat berhasil maka perlu adanya inovasi pada proses belajar mengajar, seperti metode, media, strategi, dan materi pembelajaran yang digunakan.

Proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah sering terarah pada proses pembelajaran yang berpusat pada guru dan membuat siswa menjadi pasif dalam proses pembelajaran. Hasil pengamatan guru sebagai peneliti menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas II SDN 2 Bacem Kecamatan Banjarejo pada mata pelajaran Matematika materi konsep bangun datar masih sangat rendah. Nilai rata-rata setelah dilakukan ulangan harian pada akhir pembelajaran adalah 61,94. KKM materi konsep bangun datar adalah 70, namun dari hasil ulangan harian yang dilakukan baru 17 siswa (47,22%) yang mampu mencapai KKM, sedangkan 19 siswa (52,78%) masih di bawah KKM.

Guru perlu kreatif dalam menyampaikan pelajaran dengan menggunakan media, metode dan strategi pembelajaran yang bervariasi, sehingga siswa sebagai penerima materi pelajaran menjadi termotivasi dan semangat dalam mengikuti pelajaran. Siswa di kelas rendah cenderung memerlukan benda-benda nyata (konkret) untuk memudahkan memahami pelajaran. Kenyataan ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru-guru yang mengajar di kelas rendah untuk membuat siswa menjadi mengerti dengan materi yang guru jelaskan.

Guru perlu kreatif dalam menggunakan metode pelajaran yang beragam dalam proses belajar mengajar. Metode pembelajaran yang digunakan guru perlu disesuaikan dengan karakteristik belajar siswa. Tidak semua metode pelajaran sesuai dengan karakter dan gaya belajar siswa. Menurut Sugihartono (2007:53) jika gaya belajar mengajar guru tidak memperhatikan kebutuhan khusus mereka, maka belajar tidak akan terjadi. Seperti yang dijelaskan dalam PP No. 19 tahun 2005 bahwa proses pembelajaran harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, memberikan ruang yang cukup untuk bagi pengembangan prakarsa, kreatifitas sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.

Dari berbagai pertimbangan mengenai metode pembelajaran yang digunakan pada proses belajar mengajar matematika, maka penelitian memilih menggunakan metode permainan. Diharapkan metode permainan dapat menolong meningkatkan motivasi siswa, dengan cara ketika siswa terlihat tidak konsentrasi pada pelajaran yang diterangkan guru maka dialihkan kepada metode bermain dengan waktu tertentu sampai mereka kembali berkonsentrasi (Ali Hamzah dan Muhlisrarini, 2014:281). Menurut Ngalim Purwanto (2002:87) bermain dan belajar memiliki persamaan yaitu keduanya terjadi perubahan, yang dapat mengubah tingkah laku, sikap dan pengalaman. Perubahan tingkah laku dan sikap yang positif dapat berpengaruh dalam proses meningkatnya motivasi yang dimiliki siswa. Pembelajaran akan menjadi efektif dan bermakna apabila siswa termotivasi untuk belajar sehingga tujuan dalam proses pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah metode permainan dapat meningkatkan hasil belajar Matematika tentang konsep bangun datar pada siswa kelas II SDN 2 Bacem tahun pelajaran 2016/2017?”

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajarI Matematika tentang konsep bangun datar melalui penerapan metode permainan bagi siswa kelas II SDN 2 Bacem tahun pelajaran 2016/2017.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain:

a.     Bagi siswa: menjadi gemar dan senang belajar matematika; pemahaman siswa tentang materi matematika yang disampaikan oleh guru; meningkatkan motivasi belajar matematika siswa.

b.     Bagi guru: dapat melaksanakan proses pembelajaran yang kreatif; mengetahui penggunaan metode permainan yang dapat digunakan pada pembelajaran matematika; menciptakan suasana belajar mengajar yang tidak membosankan dan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.

c.     Bagi sekolah: memiliki guru yang kreatif dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar terutama pada pembelajaran matematika; memiliki siswa yang berkualitas dan memiliki kompetensi lulusan yang baik.

KAJIAN TEORI

Hasil Belajar

Dahar (1998:78) berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai materi atau belum.

Menurut Cullen dalam Dasim (2002:112) penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (sub formatif) dan nilai ulangan semester (sumatif). Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah hasil nilai ulangan harian yang diperoleh siswa. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para siswa, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas. Tujuan dilakukan ulangan harian adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Bloom membagi hasil belajar dalam tiga aspek yaitu: aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotoris (Nana Sudjana 2002:22).

Pembelajaran Matematika

Menurut Abdul Majid (2013:4) istilah pembelajaran (instruction bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Selain itu pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan pendidik untuk membantu siswa agar dapat menerima pengetahuan yang diberikan dan membantu memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran (Jamil Suprihatiningrum, 2013:75).

Proses pembelajaran melibatkan komponen-komponen yang saling menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran tersebut seperti guru, siswa, metode, lingkungan, media, dan sarana prasarana perlu ada (Jamil Suprihatiningrum, 2013:77).

Selain melibatkan berbagai komponen, pembelajaran juga memiliki ciri-ciri. Ciri-ciri pembelajaran menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara (2010:13) adalah 1) merupakan upaya sadar dan disengaja; 2) pembelajaran harus membuat siswa belajar; 3) tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, dan 4) pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun hasilnya.

Matematika berasal dari akar kata mathema artinya pengetahuan, mathanein artinya berfikir atau belajar (Ali Hamzah dan Muhlisrarini, 2014:48). Menurut Paul Suparno (1997:12) pada pembelajaran matematika di sekolah dasar didasarkan pada teori konstruktivisme. Pandangan konstruktivisme memahami hakikat belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuannya dengan cara mencoba memberi makna pada pengetahuan sesuai pengalamannya (Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2007:116). Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Paul Suparno (1997:47) adalah 1) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri; 2) pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar; 3) murid aktif mengkonstruksi terus menerus sehingga terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih lengkap dan rinci, dan 4) guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus.

Metode Permainan

Metode pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar (Slameto, 2003:65). Metode pelajaran yang digunakan guru akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan jalannya pembelajaran. Metode pembelajaran yang kurang baik dapat berpengaruh kurang baik terhadap jalannya proses belajar mengajar.

Metode permainan merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam menjelaskan materi matematika. Metode ini dapat menolong meningkatkan motivasi siswa, dengan cara ketika siswa terlihat tidak konsentrasi pada pelajaran yang diterangkan guru maka dialihkan kepada metode bermain dengan waktu tertentu sampai mereka kembali berkonsentrasi (Ali Hamzah dan Muhlisrarini, 2014:281). Menurut Arisnawati dalam Ahmad Saefudin (2012:3) metode permainan sebagai cara yang digunakan guru dalam menyajikan pelajaran dengan menciptakan suasana yang menyenangkan, serius tapi santai dengan tidak mengabaikan tujuan pelajaran yang hendak dicapai.

Dalam melakukan permainan diperlukan alat permainan yang edukatif sehingga akan membuat permainan menjadi lebih menarik. Ciri-ciri alat permaian yang edukatif menurut (Mayke S Tedjasaputra, 2007:81) adalah 1) dapat digunakan dalam berbagai cara, sehingga dapat mencapai bermacam-macam tujuan dan manfaat; 2) berfungsi untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan kecerdasan serta motorik anak; 3) membuat anak terlibat secara aktif, dan 4) sifatnya konstruktif.

Pelaksanaan metode permainan dalam kegiatan pembelajaran terdapat langkah-langkah yang perlu dilakukan. Menurut Fandy dalam Ahmad Saefudin (2012:3) langkah-langkah metode permainan adalah 1) Guru menentukan topik atau materi permainan yang akan digunakan dalam pembelajaran; 2) Guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan; 3) Guru menyusun petunjuk atau langkah-langkah pelaksanaan permainan; 4) Guru menjelaskan maksud dan tujuan serta aturan dalam permainan; 5) Siswa dibagi atas individu atau kelompok; 6) Siswa melakukan kegiatan permainan yang dipimpin oleh guru; 7) Siswa berhenti melakukan permainan dan melaporkan hasil dari permainan; dan 8) Guru memberikan kesimpulan tentang pengertian atau konsep yang dimaksud dalam tujuan tersebut.

Kerangka Berpikir

Pada awal pembelajaran siswa belum mampu memahami konsep bangun datar, terbukti dengan hasil evaluasi belajar rendah, nilai ketuntasan belajar masih banyak yang belum mencapai KKM yang ditentukan. Penerapan metode permainan bertujuan untuk mempermudah siswa memahami konsep bangun datar karena siswa diajak belajar dalam suasana bermain. Penulis berharap dalam pembelajaran Matematika tentang konsep bangun datar dengan menerapkan metode permainan dapat membantu kemampuan siswa dalam memahami konsep bangun datar sehingga hasil belajar siswa meningkat.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teoritis dan kerangka berpikir, hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah penerapan metode permainan dapat meningkatkan hasil belajar Matematika tentang konsep bangun datar pada siswa kelas II SDN 2 Bacem tahun pelajaran 2016/2017.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Bacem Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan mulai Februari sampai dengan bulan Mei 2017. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2016/2017. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ada dua teknik pengumpulan data yaitu teknik non tes dan teknik tes.

Hasil belajar Matematika pada siklus I dan siklus II yang dikumpulkan menggunakan teknik tes tertulis agar datanya valid perlu divalidasi isinya dengan cara menyusun kisi-kisi sebelum membuat butir soal. Untuk pengumpulan data sebagai pendukung teknik non tes, peneliti melakukan pengamatan proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Data yang dikumpulkan yang merupakan hasil penelitian dianalisis dengan metode deskriptif komparatif untuk menarik kesimpulan tentang tingkat keberhasilan penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas. Untuk mengatasi permasalahan yang dijadikan objek penelitian, peneliti menetapkan pelaksanaan tindakan sebanyak dua tindakan dalam dua siklus. Adapun langkah-langkah dalam setiap siklus tindakan adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Pra Siklus

Pada pembelajaran Pra Siklus, guru belum menggunakan metode pembelajaran yang mampu menarik minat siswa. Guru mendominasi pembelajaran dengan metode ceramah. Siswa hanya dijejali materi konsep-konsep bangun datar. Siswa juga hanya ditunjukkan gambar-gambar bangun datar dengan ukuran kecil.

Suasana pembelajaran yang demikian menjadikan siswa jenuh dan cepat bosan. Siswa menjadi tidak berminat pada materi pembelajaran dan cenderung sibuk dengan kegiatannya sendiri. Hal ini menyebabkan hasil ulangan harian pada akhir pembelajaran kurang memuaskan. Berikut ini data yang berhasil dikumpulkan setelah dilaksanakan ulangan harian pada akhir pembelajaran:

Tabel Rekapitulasi Hasil Penelitian Pra Siklus

No

Uraian

Ket

1

Jumlah Siswa

36

2

Tuntas

17 (47,22%)

3

Tidak Tuntas

19 (52,78%)

4

Nilai Rata-Rata Ulhar

61,94

5

Nilai Tertinggi

90

6

Nilai Terendah

30

                       

Dari tabel di atas, dapat dideskripsikan bahwa dari 36 siswa kelas II, setelah dilakukan ulangan harian pada akhir pembelajaran, tingkat ketuntasan belajarnya 47,22% atau 17 siswa tuntas belajar. Sementara yang belum tuntas belajar sebesar 52,78% atau 19 siswa. Nilai rata-rata ulangan harian adalah 61,94. Sedangkan rentang nilai hasil belajar siswa adalah 30-90.

Deskripsi Hasil Siklus I

Siklus I dilaksanakan pada bulan Maret 2017. Pada pembelajaran siklus I ini, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu dengan menerapkan metode permainan. Pada akhir pembelajaran dilakukan ulangan harian untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa. Berikut ini data lengkap yang berhasil dikumpulkan setelah pelaksanaan tindakan pada Siklus I.

Tabel Rekapitulasi Hasil Penelitian Siklus I

No

Uraian

Ket

1

Jumlah Siswa

36

2

Tuntas

24 (66,67%)

3

Tidak Tuntas

12 (33,33%)

4

Nilai Rata-Rata Ulhar

70,83

5

Nilai Tertinggi

100

6

Nilai Terendah

40

 

Dari tabel di atas, dapat dideskripsikan bahwa dari 36 siswa kelas II, setelah dilakukan ulangan harian pada akhir pembelajaran, tingkat ketuntasan belajarnya 66,67% atau 24 siswa tuntas belajar. Sementara yang belum tuntas belajar sebesar 33,33% atau 12 siswa. Nilai rata-rata ulangan harian adalah 70,83. Sedangkan rentang nilai hasil belajar siswa adalah 40-100.

Deskripsi Hasil Siklus II

Setelah pelaksanaan siklus I, peneliti melakukan refleksi dan merencanakan pelaksanaan siklus II. Siklus I dilaksanakan pada bulan April 2017. Pada pembelajaran siklus II ini, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada akhir pembelajaran juga dilakukan ulangan harian untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa. Data yang berhasil dihimpun pada pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut

Tabel Rekapitulasi Hasil Penelitian Siklus II

No

Uraian

Ket

1

Jumlah Siswa

36

2

Tuntas

31 (86,11%)

3

Tidak Tuntas

5 (13,89%)

4

Nilai Rata-Rata Ulhar

78,61

5

Nilai Tertinggi

100

6

Nilai Terendah

50

 

Dari tabel di atas, dapat dideskripsikan bahwa dari 36 siswa kelas II, setelah dilakukan ulangan harian pada akhir pembelajaran, tingkat ketuntasan belajarnya 86,11% atau 31 siswa tuntas belajar. Sementara yang belum tuntas belajar sebesar 13,89% atau 5 siswa. Nilai rata-rata ulangan harian adalah 78,61. Sedangkan rentang nilai hasil belajar siswa adalah 50-100.

Pembahasan

Dalam menentukan tingkat keberhasilan penelitian, perlu dilakukan analisis hasil yang dicapai pada setiap siklus. Dari tingkat ketuntasan, berikut ini adalah tabel perbandingan tingkat ketuntasan pada setiap siklus yang dilakukan pada penelitian ini.

Tabel Tingkat Ketuntasan Belajar

Ketuntasan

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Tuntas

17 (47,22%)

24 (66,67%)

31 (86,11%)

Belum Tuntas

19 (52,78%)

12 (33,33%)

5 (13,89%)

 

Selain tingkat ketuntasan belajar, peneliti juga perlu membandingkan hasil belajar pada setiap siklus agar penarikan kesimpulan pada penelitian ini valid. Berikut ini data hasil belajar siswa dari pembelajaran pra siklus, siklus1, dan siklus II.

Tabel Hasil Belajar Siswa

Nilai

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

30

2

0

0

40

5

2

0

50

6

4

3

60

6

6

2

70

8

10

9

80

6

7

10

90

3

5

7

100

0

2

5

 

Dari tabel di atas, dapat dideskripsikan bahwa terjadi peningkatan tingkat ketuntasan belajar siswa. Pada siklus I, tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 47,22%. Pada siklus I terjadi peningkatan menjadi 66,67% sedangkan pada siklus II menjadi 86,11%. Terjadi peningkatan dari kondisi awal ke kondisi akhir sebesar 38,89%.

Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pada pembelajaran pra siklus, rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah 61,94. Pada siklus I meningkat menjadi 70,83 dan pada siklus II menjadi 78,61. Terjadi peningkatan sebesar 16,67 poin.

 

 

PENUTUP

Simpulan

Setelah data hasil penelitian dianalisis, kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan metode permainan dapat meningkatkan hasil belajar Matematika tentang konsep bangun datar bagi siswa kelas II SDN 2 Bacem Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora tahun pelajaran 2016/2017 dari kondisi awal raat-rata hasil belajar adalah 61,94 ke kondisi akhir rata-rata hasil belajar menjadi 78,61. Juga terjadi peningkatan pada ketuntasan belajar siswa. Pada kondisi awal ketuntasan belajar siswa adalah 47,22% meningkat pada kondisi akhir yaitu 86,11%.

Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:

a.     Bagi Guru: Guru diharapkan menerapkan metode-metode pembelajaran yang menarik dan bervariasi, misalnya menggunakan metode permainan agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

b.     Bagi Kepala Sekolah: Kepala sekolah dan pihak sekolah hendaknya memberikan pelatihan kepada guru tentang cara menyajikan pembelajaran dengan metode permainan. Selain itu, kepala sekolah atau pihak sekolah dapat mnyediakan buku-buku tentang macam-macam metode pembelajaran misalnya metode permainan sehingga guru dapat menerapkan metode tersebut dalam pembelajaran di kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ahmad Saefudin. 2012. Penerapan Metode Permainan Menggunakan Kartu. Kosakata Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Siswa V SD. Abstrak Penelitian FKIP UNS Surakarta.

Ali Hamzah dan Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Depok: PT. Rajagrafindo Persada.

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2008. Teori Belajar & Pembelajaran. Jogjakarta:AR-RUZZ Media.

Budimansyah Dasim. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian. Siliwangi: HDB.

Dahar, RW. 1998. Teori – teori Belajar. Jakarta: Depdikbud.

Eveline Siregar dan Hartini Nara. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Jamil Suprihatiningrum. 2013. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Mayke, S. Tedjasaputra. 2007. Bermain, Mainan dan Permainan. Jakarta: PT. Grasindo.

Paul Suparno. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sudjana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.