Penggunaan Alat Peraga Gambar Untuk Hasil Belajar Siswa
PENGGUNAAN ALAT PERAGA GAMBAR UNTUK HASIL BELAJAR SISWA KELAS 1 SDN 2 KEBONREJO
MATERI KERUKUNAN DALAM PERBEDAAN
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Jarwati
SDN 2 Kebonrejo Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar PKn kelas 1 materi menerapkan kerukunan dalam perbedaan dengan penggunaan alat peraga gambar di SDN 2 Kebonrejo Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora tahun pelajaran 2018/2019. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas dalam dua siklus dan masing-masing siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, tahap observasi dan tahap refleksi. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 1 SDN 2 Kebonrejo Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora tahun pelajaran 2018/2019 yang terdiri dari 23 siswa dengan rincian 18 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan. Analisis data menggunakan analisis diskriftis komparatif dengan cara membandingkan hasil Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II. Dari hasil perbaikan pembelajaran terhadap materi menerapkan kerukunan dalam perbedaan terjadi peningkatann. Nilai rata-rata tes formatif pra siklus adalah 62,00 dengan tingkat ketuntasan belajar 40%. Pada siklus I terjadi peningkatan nilai rata-rata tes formatif menjadi 68,00 dan ketuntasan belajar menjadi 60%. Pada tes formatif siklus II, rata-rata nilai tes kembali meningkat menjadi 82,00 dengan ketuntasan belajar 100%.
Kata Kunci: hasil belajar, Mapel PKn, alat peraga gambar
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Guru dalam konteknya sebagai pengajar disekolah, mempunyai tanggung jawab yang tidak ringan. Sebagai ujung tombak melesatkan siswa agar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, ia harus mampu mengelola proses pembelajaran dengan baik, memahami karakteristik siswa, menguasai materi untuk diterjemahkan di dalam kelasnya.
Tetapi siswa sebagai peserta didik yang mempunyai intelegensi, motivasi, gaya belajar dan temperamen yang berbeda-beda, menjadikan ada siswa yang cerdas, ada yang lambat dan ada yang sulit dalam penguasaan materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Menurut Gagne, belajar PKn merupakan keinginan untukmempelajari PKn mulai dari proses, terbentuknya suatu proses kemudian berlatih menuangkan dan memanipulasi konsep-konsep tersebut pada situasi baru yang mengutamakan pengertian bukannya hafalan.
Pada akhir pembelajaran mata pelajaran PKn tentang “Menerapkan Hidup Rukun Dalam Perbedaan“, setelah diadakan evaluasi, hasil dari yang data diperoleh terdapat 3 siswa (60%) dari 5 siswa kelas 1 semester I SDN 2 Kebonrejo Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora yang mendapat nilai dibawah KKM yaitu 70. Hanya 2 siswa (40%) yang mampu mencapai KKM yang ditentukan. Rata-rata nilai tes formatif juga hanya mencapai 62,00.
Untuk siswa yang lambat dan sulit menguasai materi pembelajaran, guru sebagai pengelola pengelola pembelajaran bertanggung jawab mengupayakan agar siswa menguasai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Witherington merumuskan bahwa belajar sebagai suatu perubahan dalam kepribadian. Sebagaimana yang dimanifestasikan dalam perubahan penguasaan pola-pola respons atau tingkah laku yang baru yang ternyata dalam perubahan ketrampilan kebiasaan kesanggupan atau pemahaman.
Evaluasi yang guru lakukan pada kegiatan akhir, untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran diperoleh data 60% tidak menguasai materi pembelajaran. Rendahnya prestasi ini membuat guru/penulis tidak puas. Untuk itu penulis mengadakan refleksi diri dengan menyusun sejumlah pertanyaan refleksi. Masalah prestasi ini penulis angkat sebagai PTK sebab bila tidak diatasi akan berdampak buruk bagi sekolah yakni menurunnya kualitas pembelajaran.
Jean Peaget menggolongkan usia 6-7 tahun untuk kelas I, berfikirnya dalam tahap operasional konkrit dan serba nyata. Jadi penggunaan metode ceramah tanpa disertai alat peraga, akan membosankan dan tidak tertanam dalam struktur kognitif siswa. Untuk itu, guru mengambillangkah untuk menggunakan alat peraga gambar untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajara PKn materi menerapkan kerukunan dalam perbedaan. Dengan menggunakan alat peraga gambar diharapkan materi yang abstrak dapat dikonkritkan sehingga siswa lebih mudah memahami materi pelajaran.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana cara meningkatkan pemahaman siswa tentang materi menerapkan kerukunan di dalam perbedaan dengan menggunakan alat peraga gambar bagi siswa kelas 1 SDN 2 Kebonrejo Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora tahun pelajaran 2018/2019?â€
Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar PKn tentang menerapkan kerukunan di dalam perbedaan melalui penggunaan alat peraga gambar pada siswa kelas 1 SDN 2 Kebonrejo Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora tahun pelajaran 2018/2019.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi dunia pendidikan pada umumnya dan lebih khusus diharapkan bermanfaat bagi:
1. Siswa
a. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada pembelajaran PKn di kelas 1 SDN 2 Kebonrejo Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora.
b. Dapat meningkatkan ketrampilan tingkah laku dan sopan santun dalam kehidupan sehari-hari.
2. Guru
a. Sebagai acuan dan perbandingan untuk mengambil tindakan dalam menangani masalah yang sama.
b. Sebagai masukan untuk meningkatkan minat dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran PKn di kelas 1 SD.
c. Meningkatkan rasa percaya diri guru dalam proses pembelajaran mata pelajaran PKn di kelas 1 SD.
3. Sekolah
a. Memberikan sumbangan positif tentang metode pembelajaran PKn di kelas 1 SD.
b. Menanggulangi kesulitan pembelajaran PKn di kelas 1 SD
c. Menciptakan kerja sama yang kondusif antara peneliti dengan sekolah untuk kemajuan sekolah dalam mata pelajaran PKn.
KAJIAN PUSTAKA
Alat Peraga Gambar
Alat peraga adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002:6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam pendidikan disebut media, yaitu berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk berpikir, Gagne (Sadiman, 2002:6).
Sedangkan menurut Brigs (Sadiman, 2002:6) alat peragaadalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
Jadi, alat peraga merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim dan penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 2002:6).
Dari pendapat Gagne dan Brigs kita dapat menyimpulkan bahwa alat peraga merupakan alat dan bahan fisik yang terdapat di lingkungan siswa untuk menyajikan pesan kegiatan pembelajaran (proses kegiatan belajar-mengajar) sehingga dapat menjadikan alat peraga sebagai media pembelajaran berbasis visual. Telah diketahui bahwa alat peraga berbasis visual seperti gambar dapat memudahkan pemahaman terhadap suatu materi pelajaran yang rumit atau kompleks.
Alat peraga gambar dapat menyuguhkan pembelajaran yang menarik tentang struktur atau organisasi suatu hal, sehingga juga memperkuat ingatan. Alat peragagambar dapat menumbuhkan minat siswa dan memperjelas hubungan antara isi materi pembelajaran dengan dunia nyata.
Untuk memperoleh kemanfaatan yang sebesar-besarnya dalam penggunaan alat peragagambar dalam pembelajaran ini, maka ia haruslah dirancang dengan sebaik-baiknya.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1977:329) “Gambar adalah tiruan barang, binatang, tumbuhan dan sebagainyaâ€. Menurut Arief Sadiman, Dkk (2003:28-29): Media grafis visual sebagimana halnya media yang lain. Media grafis untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa alat peraga gambar adalah alat peraga untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin cepat akan dilupakan atau diabaikan karena tidak digambarkan. Gambar termasuk alat peraga yang relatif mudah ditinjau dari segi biayanya.
Hasil Belajar
Menurut Ani (2004:2), belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu.
Belajar menurut Bruner dalam Wardani, dkk (2009:5.5) adalah bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan informasi secara aktif, selama kegiatan belajar berlangsung hendaknya siswa dibiarkan untuk menemukan sendiri makna segala sesuatu yang diperoleh (discovery learning).
Menurut Supriyono (1999:16) bahwa hasil belajar ialah prestasi belajar yang telah dicapai dan dapat diwujudkan baik dalam angka-angka maupun kata-kata dalam dunia pendidikan atau suatu cara untuk memberikan evaluasi hasil belajar pada anak didik dengan memberikan nilai angka atau kategori.
Hasil belajar siswa dalam hal ini meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif,aspek afektif dan aspek psikomotorik. (1) aspek kognitif, kemampuan kognitif yang meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. (2) Aspek afektif, kemampuan afektif meliputi penerimaan, partisipasi, penilaian,dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup. (3) Aspek psikomotorik, kemampuan psikomorik meliputi: persepsi, kesiapan, gerakanterbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks,gerakan penyesuaian dan kreativitas. (Hamalik 2008:160).
Pembelajaran PKn di SD
PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk diajarkan pada jenjang sekolah dasar. Ruminiati (2007:1.15) menyatakan bahwa pelajaran PKn merupakan salah satu pelajaran yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Tetapi di dalam pelaksanaan pembelajaran, tidak sedikit yang salah menafsirkan bahwa PKN dengan PKn merupakan hal yang sama. Padahal keduanya memiliki definisi dan fungsi yang berbeda dalam pembelajaran.
Hal ini sesuai dengan pendapat Soemantri bahwa PKN adalah pendidikan kewargaan negara, yang merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan membentuk warganegara yang baik yaitu warga negara yang tahu, mau, dan mampu berbuat baik, sedangkan PKn adalah pendidikan kewarganegaraan, pendidikan yang menyangkut status formal warga negara yang berisi tentang diri kewarganegaraan, peraturan naturalisasi atau pemerolehan statussebagai WNI (Ruminiati, 2007:1-25).
Pengertian PKn juga dijelaskan di dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi. Di dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi tertulis bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
PKn merupakan pendidikan untuk memberikan bekal awal dalam bela negara yang dilandasi oleh rasa cinta kepada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, berkeyakinan atas kebenaran idiologi pancasila dan UUD 1945 serta kerelaan berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara (Ittihad, 2007:1.37).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa PKn merupakan mata pelajaran yang berkaitan erat dengan pendidikan afektif yang berpengetahuan bela negara. PKn juga dikatakan sebagai pendidikan awal bela negara, idiologi pancasila dan UUD 1945, naturalisasi, dan pemerolehan status warga negara.
Kerangka Berpikir
Pada awal pembelajaran siswa belum mampu memahami materi menerapkan kerukunan dalam perbedaan, terbukti dengan hasil evaluasi belajar rendah, nilai ketuntasan belajar masih banyak yang belum mencapai KKM yang ditentukan. Penggunaan media gambar bertujuan untuk mempermudah siswa memahami materi karena materi yang disajikan lebih konkrit. Dengan pemahaman siswa yang meningkat diharapkan hasil belajar siswa juga meningkat.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teoritis dan kerangka berpikir, hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah penggunaan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar PKn materi menerapkan kerukunan dalam perbedaan pada siswa kelas 1 SDN 2 Kebonrejo Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2018/2019.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Kebonrejo Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora. Penelitian dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 tepatnya selama 3 bulan yaitu pada bulan September sampai dengan November 2018. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas 1 SDN 2 Kebonrejo sebanyak 5 siswa yang terdiri dari 2 siswa laki-laki dan 3 siswa perempuan.
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas. Untuk mengatasi permasalahan yang dijadikan objek penelitian, peneliti menetapkan pelaksanaan tindakan sebanyak dua tindakan dalam dua siklus. Adapun langkah-langkah dalam setiap siklus tindakan adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Data tentang hasil belajar dikumpulkan melalui metode tes, dengan alat pengumpulan data berupa butir-butir soal. Tes hasil belajar diberikan pada setiap akhir siklus. Data tentang hasil belajar siswa dianalisis secara deskriptif komparatif. Untuk menentukan keberhasilan dalam penelitian ini digunakan indikator kerja. Penelitian dianggap berhasil apabila ketuntasan belajar siswa mencapai 80%.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Pra Siklus
Pembelajaran pra siklus dilaksanakan oleh peneliti dengan pembelajaran yang konvensional. Peneliti belum menggunakan media pembelajaran. Kegiatan pembelajaran didominasi guru dengan menggunakan metode ceramah. Hasil belajar siswa pada saat dilakukan ulangan harian masih sangat rendah. Berikut ini hasil belajar siswa pada pembelajaran Pra Siklus:
Daftar Nilai Pra Siklus
No |
Nama |
Nilai |
Kategori |
1 |
Ahmad Yusuf Mufidur Rohman |
40 |
Tidak Tuntas |
2 |
Baitul Ghofur |
60 |
Tidak Tuntas |
3 |
Gesilla Kiki Marchika Putri |
70 |
Tuntas |
4 |
Septi Diyana Astuti |
80 |
Tuntas |
5 |
Syahna Ranya Febryani |
60 |
Tidak Tuntas |
Hasil ulangan menunjukkan dari 5 siswa kelas 1 SDN 2 Kebonrejo terdapat 2 siswa (40%) tuntas belajar dengan KKM 70. Sisanya, sejumlah 3 siswa (60%) belum tuntas belajar. Rentang perolehan nilai ulangan harian adalah 40 – 80. Rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah 62,00.
Deskripsi Hasil Siklus I
Pelaksanaan tindakan pada Siklus I sesuai dengan yang direncanakan yaitu pada bulan Oktober 2018. Pada akhir siklus dilakukan ulangan harian untuk mengukur tingkat ketercapaian pembelajaran pada Siklus I. Hasil belajar siswa pada saat dilakukan ulangan harian masih sangat rendah. Berikut ini hasil belajar siswa pada pembelajaran Siklus I:
Daftar Nilai Siklus I
No |
Nama |
Nilai |
Kategori |
1 |
Ahmad Yusuf Mufidur Rohman |
50 |
Tidak Tuntas |
2 |
Baitul Ghofur |
60 |
Tidak Tuntas |
3 |
Gesilla Kiki Marchika Putri |
70 |
Tuntas |
4 |
Septi Diyana Astuti |
90 |
Tuntas |
5 |
Syahna Ranya Febryani |
70 |
Tuntas |
Hasil ulangan menunjukkan dari 5 siswa kelas 1 SDN 2 Kebonrejo terdapat 3 siswa (60%) tuntas belajar dengan KKM 70. Sisanya, sejumlah 2 siswa (40%) belum tuntas belajar. Rentang perolehan nilai ulangan harian adalah 50 – 90. Rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah 68,00.
Deskripsi Hasil Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada bulan November 2018. Seperti halnya pada Siklus I, pada akhir Siklus II juga dilakukan ulangan harian. Hasil belajar siswa pada saat dilakukan ulangan harian masih sangat rendah. Berikut ini hasil belajar siswa pada pembelajaran Siklus II:
Daftar Nilai Siklus II
No |
Nama |
Nilai |
Kategori |
1 |
Ahmad Yusuf Mufidur Rohman |
70 |
Tuntas |
2 |
Baitul Ghofur |
70 |
Tuntas |
3 |
Gesilla Kiki Marchika Putri |
90 |
Tuntas |
4 |
Septi Diyana Astuti |
100 |
Tuntas |
5 |
Syahna Ranya Febryani |
80 |
Tuntas |
Hasil ulangan menunjukkan dari 5 siswa kelas 1 SDN 2 Kebonrejo semuanya tuntas belajar dengan KKM 70. Rentang perolehan nilai ulangan harian adalah 70 – 100. Rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah 82,00.
Pembahasan
Dengan adanya alat peraga berupa gambar kerukunan antar umat beragama baik sekolah maupan di rumah, siswa lebih memahami tentang pelajaran PKn. Penerapan metode tanya jawab dan ceramah bervariasi dalam pembelajaran tentang menerapkan kerukunan di dalam perbedaan. Pada saat siswa mengerjakan soal, guru memberikan bimbingan secara individu terutama terhadap siswa yang berkemampuan rendah sehingga sangat membantu pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
Dengan meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada saat dilakukan ulangan harian pada akhir siklus. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Tingkat ketuntasan belajar siswa meningkat. Pada kondisi awal tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 40% (2 siswa). Pada siklus I meningkat menjadi 60% (3 siswa). Terjadi peningkatan sebesar 20%. Pada siklus II kembali terjadi peningkatan menjadi 100% (semua siswa). Meningkat sebesar 40%. Secara keseluruhan, tingkat ketuntasan belajar siswa meningkat sebesar 60%.
2. Rata-rata nilai ulangan harian siswa meningkat. Pada kondisi awal, rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah 62,00. Pada siklus I meningkat menjadi 68,00. Terjadi peningkatan rata-rata nilai ulangan harian sebesar 6,00. Pada siklus II kembali terjadi peningkatan menjadi 82,00. Meningkat sebesar 14,00. Secara keseluruhan, rata-rata nilai ulangan harian siswa menigkat sebesar 20,00.
3. Nilai terendah dan tertinggi meningkat. Pada kondisi awal, nilai terendah ulangan harian siswa adalah 40 dan nilai tertingginya 80. Pada siklus I meningkat, nilai terendah menjadi 50 dan nilai tertingginya 90. Pada siklus II kembeli meningkat, nilai terendah ulangan harian adalah 70 dan nilai tertingginya 100.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan penggunaan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PKn tentang menerapkan kerukunan di dalam perbedaan bagi siswa kelas 1 SDN 2 Kebonrejo Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2018/2019. Pada kondisi awal, siswa yang tuntas belajar adalah 40% meningkat menjadi 100% pada kondisi akhir.
Saran
Berkaitan dengan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka saran yang disampaikan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi Guru
a. Selalu memperhatikan kondisi awal siswa dalam pembelajaran.
b. Menggunakan alat peraga dalam menjelaskan materi, agar bisa lebih dipahami siswa yang taraf berfikirnya kategori operasional konkrit.
c. Memilih dan menggunakan metode yang bervariasi dalam menyajikan materi pembelajaran agar siswa tidak bosan.
d. Memotivasi siswa agar lebih berminat dalam pembelajaran.
e. Memberikan pelayanan kepada siswa dengan penuh dedikasi dengan memperhatikan perbedaan individu siswa.
2. Bagi Sekolah
Menciptakan iklim belajar yang kondusif, agar siswa dapat lebih berkonsentrasi dalam pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. 2007. Standar Isi Mata Pelajaran SD/ MI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewargaannegaraan Sekolah Dasar. Jakarta: Dirjen Dikti.Departemen Pendidikan Nasional
Sadiman, A.S. 2003. Media Pendidikan. Jakarta: CV Rajawali.
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1977. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Wardani, dkk. 2009. Perspektif Pendidikan SD. Jakarta: Universitas Terbuka