PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI POKOK

PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TIPE MAKE A MATCH

DAN CARA BELAJAR SISWA AKTIF (CBSA) PADA SISWA KELAS V SEMESTER 2 SD NEGERI 3 KARANGANYAR

KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN

GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Sri Aries Wanita

SD Negeri 3 Karanganyar Kecamatan Purwodadi

                                                                                   

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peningkatan hasil belajar IPS dapat diupayakan melalui model pembelajaran tipe Make a Match dan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) pada siswa kelas 5 SD Negeri 3 Karanganyar Semester 2 Tahun pelajaran 2016-2017. Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Sebagai subyek adalah siswa kelas V SD Negeri 3 Karanganyar Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan yang berjumlah 26 siswa. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: perbaikan belajar pada materi IPS pokok bahasan perjuangan mempertahan kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran tipe Make a Match dan CBSA berhasil.

Kata Kunci:     Model pembelajaran tipe Make a Match dan CBSA, IPS, Perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

 

PENDAHULUAN

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Gagne dan Briggs (1979:3)

Pelaksanaan pembelajaran IPS seperti yang diutarakan di atas, merupakan gambaran yang terjadi di SD N 3 Karanganyar pada semester 2 tahun pelajaran 2016/2017. Dalam pembelajaran IPS nampak guru menggunakan metode pembelajaran ceramah dengan target selesainya materi. Guru tidak menggunakan media selama proses pembelajaran. Siswa diminta menghafal lokasi sumberdaya alam. Pertanyaan yang diberikan kepada siswa adalah dimanakah letak minyak bumi di Indonesia. Tidak ada kesempatan siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan. Nampak siswa diam saja dalam pembelajaran, lesu dan tidak aktif melakukan sesuatu dalam pembelajaran. Siswa tidak diberi kesempatan untuk mempelajari sesuatu dengan mencari pasangan (make a match).

Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dalam kegiatan belajar mengajar maknanya sama dengan Student Active Learning (SAL) yang merupakan konsekuensi logis dari suatu pengajaran. Dalam suatu Kegiatan belajar mengajar hampir tidak mungkin tanpa terjadi adanya keaktifan siswa dalam belajar, tetapi kadar atau bobot keaktifan tergantung aktivitas belajar siswanya. Ada keaktifan belajar siswa yang dikategorikan tinggi, sedang dan rendah.

Kondisi pembelajaran seperti di atas tidak dapat dibiarkan terus menerus, oleh karena itu harus segera dipecahkan. Itu sebabnya penelitian yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi pokok perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui model pembelajaran tipe make a Match dan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) pada siswa kelas V semester 2 SD Negeri 3 Karanganyar Tahun pelajaran 2016/2017”, akan ikut memecahkan permasalahan pembelajaran IPS.

Permasalahan dalam penelitian ini terkait dengan pembelajaran IPS dan hasil belajar IPS siswa kelas V SD N 3 Karanganyar adalah: (1). Guru tidak mempersiapkan dan mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) meskipun terdapat RPP yang sudah jadi. Pembelajaran IPS yang berlangsung dikelas tidak menggunakan strategi pembelajaran yang mampu memberdayakan dan memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran IPS. Pembelajaran masih berpusat pada guru, dengan menggunakan metode ceramah. Guru kurang memberi motivasi pembelajaran kepada siswa. Guru menekankan hafalan materi. Guru tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif apapun, apalagi model pembelajaran tipe MM. (2) Dalam pembelajaran IPS, nampak siswa diam saja

Permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah “Apakah peningkatan hasil belajar IPS dapat diupayakan melalui model pembelajaran tipe Make a Match dan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) pada siswa kelas 5 SD Negeri 3 Karanganyar Semester 2 Tahun pelajaran 2016-2017?”.

Tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peningkatan hasil belajar IPS dapat diupayakan melalui model pembelajaran tipe Make a Match dan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) pada siswa kelas 5 SD Negeri 3 Karanganyar Semester 2 Tahun pelajaran 2016-2017”.

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini berupa manfaat teoritis dan manfaat praktis. (1). Manfaat teoritis yang diharapkan adalah untuk mengembangka pengukuran hasil belajar IPS dan mengembangkan model pembelajaran kooperatif Make a Match dan Cara Belajar Siswa Aktif. (2). Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini; Bagi siswa dapat meningkatkan motivasi mengikuti pembelajaran, sehingga dapat menaikkan skor hasil belajar; Bagi guru dapat mempraktekkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dalam pembelajaran IPS dan mengembangkan wawasan pemilihan model pembelajaran IPS; Bagi kepala sekolah menambah wawasan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPS terutama model pembelajaran kooperatif Make a Match dan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

LANDASAN TEORI,DAN KAJIAN TEORI

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi (Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi). Pada saat ini peserta didik menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat.

Dalam pembelajaran IPS selalu berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala macam tingkah laku dan kebutuhannya. Ilmu Pengetahuan Sosial selalu melibatkan manusia untuk berusaha memenuhi kebutuhan materinya, memenuhi kebutuhan budayanya, kebutuhan kejiwaan, pemanfaatan sumber daya yang ada dan terbatas untuk bisa mengatur kesejahteraan hidupnya. Sehingga dapat dikatakan yang menjadi ruang lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial adalah manusia pada konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat.

Model pembelajaran tipe MM menurut Lorna Curran (1994) adalah model pembelajaran untuk mencari pasangan. Setiap siswa mendapat sebuah kartu (dapat berupa soal atau jawaban), lalu secepatnya siswa tersebut mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang dipegang. Suasana pembelajaran dalam model pembelajaran tipe MM akan riuh, tetapi sangat asyik dan menyenangkan.

Senada dengan pendapat Loma Curran (1994), Hisyam Zaini dkk (2008: 32) menyatakan bahwa model pembelajaran MM adalah model pembelajaran yang cukup menyenangkan, digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya maupun materi yang baru diajarkan. Model pembelajaran MM adalah suatu tipe model pembelajaran konsep. Model pembelajaran ini mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan konsep melalui suatu permainan kartu pasangan (Komalasari, 2010: 85). Menurut Sugiyanto (2008) model dalam pembelajaran mencari pasangan (MM) merupakan salah satu contoh pembelajaran kooperatif metode struktural yang dikembangkan oleh Spencer Kagan dan kawan- kawan. Salah satu keunggulan model ini

Adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suat konsep atau topik dalam bentuk soal-jawab dengan suasana yang menyenangkan, dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia anak didik.

Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir dalam penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan dalam diagram berikut, 1. (Kondisi awal, Pembelajaran berpusat pada guru, Prestasi belajar MTK rendah.) 2. (Tindakan, Penerapan bantuan benda-benda kongkrit dan teknik latihan, Siklus I, Siklus II) 3. (Kondisi akhir, Peningkatan hasil belajar Matematika)

METODELOGO PENELITIAN

Lokasi penelitian tindakan kelas ini adalah SD Negeri 3 Karanganyar Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. SD Negeri 1 Purwodadi kelas 3 Karanganyar terdiri dari 26 siswa, yang terdiri dari 10 Perempuan dan 16 Laki-laki. Waktu penelitian ini adalah pada tahun pelajaran 2016/2017 semester dua yaitu dari bulan September sampai bulan Februari 2017

Variabel penelitian ini terdiri dari model pembelajaran kooperatif tipe MM, Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), dan hasil belajar IPS. Model pembelajaran kooperatif tipe MM dan CBSA adalah pembelajaran IPS KD Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia dengan langkah mendapat satu kartu soal atau kartu jawaban, memikirkan jawaban atau soal, mencari pasangan dan mendapat poin. Hasil belajar IPS adalah besarnya skor yang diperoleh dari hasil pengukuran yang berupa skor pengamatan (mendapat kartu, memikirkan kartu, mendapat pasangan) dan skor hasil belajar.

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh langsung dari skor tes. Sedangkan data kualitatif yaitu data yang diperoleh secara langung dari skor rubrik pengamatan 3 langkah pembelajaran dan hasil pengamatan implementasi RPP. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes dan teknik non tes dengan instrumen butir-butir soal dan rubrik pengamatan.

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini apabila lebih dari 80% dari jumlah siswa telah mencapai ketuntasan belajar ≥ 80.

Data yang telah diperoleh akan dianalisis menggunakan statistik deskriptif komparatif dengan membandingkan hasil dari siklus 1 dan siklus 2 melalui penyajian data dalam bentuk tabel, grafik, diagram lingkaran, skor maksimal, skor minimal, perhitungan persentase.

Sumber data dalam penelitian ini, barasal siswa kelas I SD Negeri 3 Karanganyar Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun Ajaran 2016 – 2017 yang berjumlah 26 siswa terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.

Penelitian ini menggunakan strategi tindakan kelas model siklus karena objek penelitian hanya satu sekolah (SD)

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Untuk mengetahui permasalahan yang menyebabkan rendahnya kemampuan belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 3 Karanganyar Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan dilakukan terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Sesuai dengan pokok permasalahan yang dirumuskan dalam judul penelitian, maka data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah mengenai penerapan model pembelajaran tipe Make a Match dan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) yang dilakukan oleh guru dengan penanaman konsep melalui kerja kelompok. Data dikumpulkan dengan pengamatan pada saat guru melaksanakan tugas mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tes Par Siklus

Sebelum melakukan perbaikan pembelajaran IPS, peneliti terlebih dahulu melakukan pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas V SD N 3 Karanganyar. Hasilnya sebagai berikut: a. Siswa belum paham mengenai materi yang dijelaskan. b. Guru merasa masih kesulitan dalam membangkitkan semangat belajar siswa. c. Hasil yang dicapai siswa kurang bagus atau belum mencapai KKM. Adapun hasil tes yang diperoleh siswa pada pra siklus adalah sebagai berikut:

Tabel I

Nilai Pra Siklus

No

Nama Siswa

L/P

Nilai

KKM

Ket

Tuntas

Tidak

tuntas

1

Ahmad Dhava Hidayat

L

40

62

 

√

2

Ahmad Gufron Aminudin

L

70

62

√

 

3

Andika Putra Ramadhani

L

80

62

√

 

4

Arifatul Hidayah

P

50

62

 

√

5

Briantoro Yasha Werdhana

L

70

62

√

 

6

Cindy aulia Rohmah

P

70

62

√

 

7

Deswita aditya

P

80

     62

√

 

8

Fernando Rusli Yahya

L

50

62

 

√

9

Friska Nur Aurelia

P

60

62

 

√

10

Hanif Yurdan Furgoni

L

80

62

√

 

11

Linda Olivia Dinata

P

60

62

 

√

12

Mia Mutia Anggraini

P

80

62

√

 

13

Moh Vicky Pratama

L

60

62

 

√

14

Moh Abdul Aziz

L

70

     62

√

 

15

Moh Fariz Fadillah

L

70

62

√

 

16

Moh Amirul Choiri

L

80

62

√

 

17

Moh Ulil Irkham

L

60

62

 

√

18

Moh Ilham Buchori

L

80

62

√

 

19

Moh Syaefudin Safi’i

L

60

62

 

√

20

Naila Oktaviani

P

70

62

√

 

21

Petra Bima Prayoga

L

50

     62

 

√

22

Zulfa Futikha Izzati

P

70

62

√

 

23

Eka Ramadani

P

60

62

 

√

24

Arif Aditama

L

80

62

√

 

25

Anisa Aura Azizah

P

80

62

√

 

26

Ali Mutakim

L

50

62

 

√

 

Jumlah nilai

26

1.730

 

15

11

 

Rata-rata

 

66,5

 

 

 

 

Tabel II

Rekap Hasil Tes Pra Siklus

No

Nilai

Jumlah Siswa

Jumlah Nilai

1

40

1

40

2

50

4

200

3

60

6

360

4

70

7

490

5

80

8

640

Jumlah

26

1.730

Melihat hasil pembelajaran pada kondisi awal tedapat 8 siswa (30,8%) mendapat nilai 80, 7 siswa (26,9%) mendapat nilai 70, 6 siswa (23,1%) mendapat nilai 60, 4 siswa (15,4%) mendapat nilai 50, dan 40 siswa (3,8%) mendapat nilai 40. Dalam pembelajaran pada kondisi awal tersebut dari 26 siswa ternyata 15 anak (57,7%) tuntas dan 11 anak (42,3%) belum tuntas. Dari tabel II dapat digambarkan dalam grafik seperti terlihat pada:

Berdasarkan nilai di atas siswa yang menguasai materi IPS pokok bahasan Perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia hanya 15 siswa atau 57,7% maka perlu diadakan perbaikan. Adapun cara perbaikan yang kami lakukan melalui PTK dengan model pembelajaran tipe Make a Match. Dengan menggunakan model pembelajaran tipe Make a Match kami mengharapkan nilai belajar siswa dalam hal berbicara dapat meningkat.

Dari perencanaan yang sudah dibuat guru melaksanakan perbaikan pembelajaran dari fokus menerapkan model pembelajaran Make a Match siswa terlibat lebih aktif, dalam mengikuti pembelajaran. Diharapkan dari menerapkan model pembelajaran Make a Match ini, tingkat prestasi belajar siswa menjadi lebih baik. Setiap pertanyaan guru dapat dijawab dengan benar oleh siswa. Setelah dilaksanakan penelitian pada tes akhir, tingkat ketuntasan belajar siswa bisa mencapai target 61,5% sesuai dengan harapan. Namun dari proses perbaikan pmbelajaran pra siklus, belum sepenuhnya harapan penulis tercapai sepenuhnya. Setiap kali penulis menyapaikan pertanyaan kepada siswa belum bisa terjawab dengan benar.

Siklus I

Adapun Adapun hasil tes yang diperoleh siswa pada siklus I adalah sebagai berikut Melihat hasil pembelajaran siklus I terdapat 3 siswa (11,5%) yang mendapat nilai 90, 13 siswa (50%) mendapat nilai 80, 2 siswa (7,7%) mendapat nilai 70, 7 siswa (26,9%) mendapat nilai 60, dan 1 siswa (3,8%) mendapat nilai 50. Dalam pembelajaran siklus I tersebut ternyata 18 anak (69,2%) tuntas dan 8 anak (30,%) belum tuntas.

Berdasarkan nilai di atas siswa yang menguasai materi IPS pokok bahasan perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia sudah meningkat dari pra siklus yang hanya 15 siswa atau 57,7% yang tuntas menjadi 18 siswa atau 69,2% yang tuntas. Maka masih perlu diadakan perbaikan. Adapun cara perbaikan yang kami lakukan melalui PTK dengan model pembelajaran tipe Make a Match ditambah dengan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) Dengan menggunakan model pembelajaran tipe Make a Match dan Belajar Siswa Aktif (CBSA) kami mengharapkan nilai belajar siswa dapat meningkat.

Siklus II

Dari perencanaan yang sudah dibuat guru melaksanakan perbaikan pembelajaran dari fokus menerapkan model pembelajaran Make a Match yang ditabahkakan dengan metode CBSA siswa terlibat lebih aktif, dalam mengikuti pembelajaran. Diharapkan dari menerapkan model pembelajaran tipe Make a Match dan Belajar Siswa Aktif (CBSA) ini, tingkat prestasi belajar siswa menjadi lebih baik. Setiap pertanyaan guru dapat dijawab dengan benar oleh siswa. Setelah dilaksanakan penelitian pada tes akhir, tingkat ketuntasan nilai siswa sudah mencapai KKM, rata-rata siswa sudah bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan benar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajarn pada siklus II dengan menggunakan model pembelajaran tipe Make a Match dan Belajar Siswa Aktif (CBSA) berhasil.

Adapun Adapun hasil tes yang diperoleh siswa pada siklus II adalah Berdasarkan nilai di atas siswa yang menguasai materi IPS pokok bahasan perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia sudah meningkat dari siklus I yang hanya 18 siswa atau 69,2% yang tuntas menjadi 22 siswa atau 84,7% yang tuntas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran IPS pokok bahasan perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SDN 3 Karanganyar dengan menggunakan metode Make a Match dan CBSA berhasil. Rata-rata siswa memperoleh nilai di atas KKM.

Deskripsi hasil tes tiap siklus

Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas V SD N 3 Karanganyar mata pelajaran IPS pokok bahasan Perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran tipe Make a Match dan CBSA, dapat disimpulkan pada pelaksanaan pra siklus dari jumlah siswa 26 siswa tedapat 8 siswa (30,8%) mendapat nilai 80, 7 siswa (26,9%) mendapat nilai 70, 6 siswa (23,1%) mendapat nilai 60, 4 siswa (15,4%) mendapat nilai 50, dan 40 siswa (3,8%) mendapat nilai 40. Dalam pembelajaran pada kondisi awal tersebut dari 26 siswa ternyata 15 anak (57,7%) tuntas dan 11 anak (42,3%) belum tuntas.

Pada pelaksanaan siklus I dari 26, terdapat 3 siswa (11,5%) yang mendapat nilai 90, 13 siswa (50%) mendapat nilai 80, 2 siswa (7,7%) mendapat nilai 70, 7 siswa (26,9%) mendapat nilai 60, dan 1 siswa (3,8%) mendapat nilai 50. Dalam pembelajaran siklus I tersebut ternyata 18 anak (69,2%) tuntas dan 8 anak (30,%) belum tuntas.

Pada pelaksanaan siklus II dari 26 siswa terdapat 6 siswa (23,2%) yang mendapat nilai 90, 14 siswa (53,9%) mendapat nilai 80, 2 siswa (7,7%) mendapat nilai 70, dan 4 siswa (15,4%) mendapat nilai 60. Dalam pembelajaran siklus II tersebut ternyata 22 anak (84,7%) tuntas dan 4 anak (15,3%) belum tuntas.

Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa perbaikan belajar pada materi IPS pokok bahasan perjuangan mempertahan kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran tipe Make a Match dan CBSA berhasil. Pelaksanaan dari siklus ke siklus selalu mengalami kenaikan. Pada siklus II banyak siswa yang mendapat nilai di atas KKM.

PENUTUP

Simpulan

Melihat hasil perbaikan pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah dilaksanakan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Penguasaan siswa terhadap mata pelajaran IPS Kelas V pokok perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dapat ditingkatkan melalui penggunaan model pembelajaran Make a Match dan CBSA. 2) Keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match dan CBSA, membantu siswa dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam menyikapi mata pelajaran yang dihadapi. 3) Dengan mengunakan model pembelajaran Make a Match dan CBSA, siswa lebih dapat meningkatkan prestasi belajarnya dalam menanggapi materi dan permasalahan belajarnya untuk mendapatkan hasil lebih optimal.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, beberapa hal yang masih perlu dilakukan oleh guru dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran pada umumnya dan khususnya pada tingkat penguasaan materi pelajaran adalah: 1) Menerapkan metode yang tepat dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa 2) Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, guru hendaknya melibatkan siswa secara aktif dan dengan memberikan penguatan–penguatan agar siswa termotivasi sehingga prestasi belajar menjadi meningkat dan berhasil optimal. 3) Berdasarkan pengalaman penulis, bahwa dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran perlu kiranya diadakan kelompok kerja antar guru. Tujuannya adalah untuk selalu saling tukar pengalaman, menghindarkan kesulitan-kesulitan berkaitan pada kesibukan tugas kerja yang menjadi tanggung jawabnya sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1995. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

DePorter, Bobbi. 2003. Quantum Teaching. Boston: Allyn Bacon.

Depdiknas. 2007. Kapita Selekta Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Dimyati dan Mudjiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamzah, 2002. Pembelajaran Matematika I. Jakarta: Universitas Terbuka.

Hamzah B. Uno. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hisyam Zaini dkk. 2008: 32 Hisyam Zaini, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif.Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Ismihyani. 2000. Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Pembelajaran Teknik Jigsaw. Bandung: UPI.

Komalasari. 2010: 8 Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama

Lorna Curran. 1994. Metode Pembelajaran Make a Match.Jakarta: Pustaka Belajar

Muhsetyo, dkk. 2008. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Oemar Hamalik. 2004. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Berita Negara Republik Indonesia.