Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING
AND LEARNING (CTL) PADA PESERTA DIDIK KELAS II SEMESTER II
SD NEGERI KALIWUNGU 02 KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016 / 2017
Sri Hartini
SD Negeri Kaliwungu 02 Kabupaten Semarang
ABSTRAK
Tujuan penelitian tindakan yang akan dicapai adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi pecahan melalui model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada peserta didik kelas II semester II SDN Kaliwungu 02 Kecamatan kaliwungu Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah peserta didik kelas II semester II SDN Kaliwungu 02 tahun pelajaran 2016/2017 terdiri dari 28 peserta didik. Bentuk penelitian ini adalah tindakan kelas dengan menggunakan dua siklus. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan melalui model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian pada peserta didik kelas II semester II SD Negeri Kaliwungu 02 Kabupaten Semarang. Hal ini dapat dilihat terlihat kegiatan pembelajaran Matematika dengan meningkatnya hasil belajar Matematika pada peserta didik. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil tes matematika peserta didik yang menunjukkan adanya peningkatan yaitu pada pra tindakan nilai rata-rata kelas 61 dengan ketuntasan klasikal 32%. Pada siklus I menunjukkan nilai rata-rata kelas mencapai 71,57 dan ketuntasan klasikal meningkat menjadi 65%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 77,67 dan ketuntasan klasikal meningkat menjadi 96%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Matematika materi pecahan melalui model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi pecahan pada peserta didik kelas II semester II SDN Kaliwungu 02 Semarang tahun pelajaran 2016/2017.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Matematika, Contextual Teching and Learning
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembang kampotensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Sisdiknas (2007: 1).
Sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional di atas, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa terutama untuk mengembangkan potensi siswa diperlukan interaksi belajar mengajar yang baik yaitu guru sebagai sebagai fasilitator, siswalah yang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga inti pokok dalam pembelajaran adalah siswa yang belajar. Belajar dalam arti perubahan dan peningkatan kognitif, afektif dan psikomotorik untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini (Manajemen Pembelajaran di Laboratorium Matematika dan IPA, 2007: 1). Menurut Soedjadi (2007:1) “Matematika adalah ilmu yang memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan dan pola pikir yang deduktifâ€. Objek matematika yang abstrak dapat dipelajari dengan baik apabila dalam mengajarkannya dengan memanipulasi objek-objek abstrak matematika dengan benda konkret. Apalagi dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek konkret yang penerapannya perlu menggunakan alat bantu berupa benda-benda nyata yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Alat bantu tersebut berfungsi untuk memperjelas materi yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa.
Anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah sehingga dalam pembelajaran matematika terutama di SD anak harus lebih banyak mengalami sendiri bukan hanya sekedar menghafal sehingga diperlukan praktek secara nyata. Tujuan dari kegiatan praktek matematika di SD agar siswa memiliki kemampuan: (1) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep matematika dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (2) Mengembangkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap matematika, (3) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki konsep-konsep matematika dan dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, (4) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan matematika.
Salah satu mata pelajaran di sekolah yang rata-rata hasilnya rendah adalah matematika. Hal ini dikarenakan siswa sering takut terhadap matematika, mereka menganggap matematika sebagai suatu pembelajaran yang sangat rumit sehingga sering terjadi siswa kehilangan ketertarikan untuk mencoba mendalaminya. Akibatnya hasil belajar matematika rendah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya 19 siswa yang memperoleh nilai ulangan harian materi tentang perkalian di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 65 adalah 28 orang siswa atau prosentase ketuntasan hanya 68%. Dan yang mendapat nilai lebih dari KKM 65 sebanyak 9 siswa atau prosentase ketuntasan 32%. Dalam pembelajaran matematika perlu dikembangkan materi dan anak diharapkan mau mempraktekkan matematika agar tidak terjadi verbalisme sehingga anak dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri akhirnya anak mempunyai rasa percaya diri dan hasil belajarnya pun dapat memuaskan sehingga anak mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dalam matematika.
Sejalan dengan permasalahan di atas, diperlukan model pembelajaran matematika yang sesuai dengan kebutuhan siswa agar siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran yaitu suatu model pembelajaran yang mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupan mereka sehari-hari. Guru harus bisa menghadirkan masalah-masalah yang dekat dengan kehidupan riil siswa sehingga dapat digunakan sebagai titik awal dalam membantu siswa mengembangkan pengertian terhadap materi yang dipelajari dan juga bisa digunakan sebagai sumber aplikasi matematika sehingga hasil belajar siswa pun meningkat. Selain itu, pengalaman nyata siswa yang diperoleh selama proses pembelajaran juga sangat membantu dalam memahami materi matematika yang sedang dipelajari sehingga pembelajaran akan menjadi lebih bermakna. Hal ini selaras dengan pendapat Suparno dalam Heruman (2007:5) mengemukakan bahwa belajar bermakna yaitu suatu rangkaian kegiatan siswa yang menghubungkan atau mengaitkan informasi pada pengetahuan berupa konsep-konsep yang telah dimiliki oleh siswa. Salah satu model pembelajaran yang biasa menjadikan pembelajaran menjadi bermakna yaitu model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).
CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. CTL adalah suatu model pembelajaran yang menekankan proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengansituasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. CTL diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas II semester II pada materi perkalian.
Berpijak pada uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian Melalui Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa Kelas II semester II SD Negeri Kaliwungu 02 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017â€.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas dan hasil diskusi dengan teman sejawat, guru senior, dan kepala sekolah maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1) Hasil tes formatif masih dibawah KKM
2) Pembelajaran berlangsung secara monoton
3) Sebagian besar siswa belum dapat menguasai materi tentang perkalian
4) Suasana kelas terlihat pasif karena siswa hanya duduk diam dan terlihat acuh terhadap pembelajaran
5) Guru belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif
Analisis Masalah
Setelah mengetahui kenyataan proses pembelajaran yang penulis laksanakan seperti tersebut di atas, maka penulis merefleksi diri dan mendiskusikan dengan teman sejawat. Dari kegiatan ini diketahui faktor penyebab rendahnya penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan guru adalah sebagai berikut:
1) Kurang tepatnya model dan alat peraga yang digunakan guru.
2) Sikap siswa dalam mendengarkan kurang baik.
3) Guru terlalu cepat dalam menjelaskan materi
4) Kurangnya pemanfaatan benda-benda kongkrit yang dapat digunakan sebagai pengantar pembelajaran.
5) Guru tidak memberi kesempatan siswa untuk bertanya tentang materi yang belum jelas.
6) Situasi kelas tenang seakan-akan sudah paham tetapi setelah diadakan tes hasilnya kurang memuaskan
Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan analisis masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana cara meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian pada siswa kelas II semester II SDN Kaliwungu 02?â€
Adapun rumusan masalah tersebut dapat diperinci sebagai berikut:
1) Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II semester II SDN Kaliwungu 02 dalam pelajaran matematika materi perkalian?
2) Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas II semester II SDN Kaliwungu 02 dalam pelajaran matematika materi perkalian?
Pemecahan Masalah
Melihat permasalahan yang terjadi, maka peneliti berusaha melakukan alternatif pemecahan masalah pada materi perkalian di SD Negeri Kaliwungu 02 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang, adapun hal-hal yang akan dilakukan diantaranya:
a. Guru menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
b. Pengelolaan kelas lebih ditingkatkan untuk meningkatkan minat belajar siswa
c. Dalam menyajikan materi harus lebih menghidupkan interaksi belajar mengajar agar keaktifan belajar siswa tinggi sehingga hasil belajar dapat maksimal
d. Penggunaan media pembelajaran untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian melalui model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelas II semester II Negeri Kaliwungu 02 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017.
Tujuan Khusus
Tujuan penelitian ini terkait dengan proses pembelajaran di kelas, sehingga guru adalah sebagai peneliti yang menggunakan pola penelitian tindakan kelas (PTK) sebagai upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa terhadap materi pembelajaran, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut :
1) Mendeskripsikan dampak Penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa tentang materi perkalian.
2) Untuk mengungkap pengaruh elaborasi antara model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan media kertas origami dalam meningkatkan hasil belajar Matematika.
Manfaat Penelitian
Dengan diadakan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan matematika khsusnya pada materi perkalian. Secara rinci manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan masalah peningkatan hasil belajar matematika materi perkalian dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
b. Penelitian ini disusun dengan harapan dapat menjadi acuan bagi peneliti yang akan datang dan akan melakukan penelitian yang sama.
Manfaat Praktis
Bagi Guru
1) Menambah wawasan dan informasi tentang pembelajaran matematika.
2) Dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan guru dalam mengajarkan matematika khususnya perkalian sehingga tercipta guru yang profesional.
Bagi Siswa
1) Meningkatkan ketertarikan mengikuti pembelajaran matematika sehingga tercipta rasa senang dalam mengikuti proses pembelajaran.
2) Siswa menjadi aktif dan semangat dalam mengikuti proses pembelajaran.
3) Meningkatkan hasil belajar matematika terutama materi perkalian.
Bagi Sekolah
1) Meningkatkan hasil belajar matematika di Negeri Kaliwungu 02 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang
2) Memperbaiki proses pembelajaran menjadi lebih efektif.
Bagi Penulis
Sebagai pengalaman menerapkan model pembelajaran ContextualTeaching and Learning (CTL) dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Matematika
Menurut Jonson dan Rising dalam Jihad (2008: 152) mengemukakan bahwa â€Matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logic, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, akurat dengan simbul yang padat, lebih berupa bahasa simbul mengenai arti dari pada bunyi; matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya; matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan pola atau ide; dan matematika adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisan.
Menurut Soedjadi (2000: 11) ada beberapa pengertian matematika yaitu: matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik, pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi, tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan, tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah ruang dan bentuk, struktur-struktur yang logik dan pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 566) matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.
Menurut Sutawijaya dalam Aisyah (2007: 1.1) mengemukakan bahwa matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam suatu sistem aksiomatik dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif. Pendapat lain menurut Hudoyo dalam Aisyah (2007: 1.1) menjelaskan bahwa matematika berkenan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak.
Menurut Hilbert dalam Uno (2007: 127) mengemukakan bahwa matematika adalah sebagai sistem lambang yang formal sebab matematika bersangkut paut dengan sifat-sifat struktural dari simbol-simbol melalui berbagai sasaran yang menjadi objek matematika. Sedangkan menurut Lerner yang dikutip dalam Abdurrahman (2003: 252) mengemukakan bahwaâ€matematika disamping sebagai bahasa simbolik juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitasâ€.
Matematika: Merancang dan melakukan percobaan untuk membuktikan atau menyanggah prediksi. Memahami dan membuat kesimpulan berdasarkan analisis hasil percobaan. Mengatur, menjelaskan, dan menyaring informasi matematis dengan berbagai cara: merenungkan, mengungkapkan secara lisan, mendiskusikan, atau menulis. (Johnson, 2009: 278)
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi yang memiliki objek tujuan abstrak sebagai bahasa simbolis serta memiliki pola pikir deduktif.
Pengertian CTL
Menurut Nurhadi (2009: 14) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual(contextual teaching and learning) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri.
Menurut Johnson (2002: vii) menjelaskan bahwa Contextual teaching and learning is a system of instruction based on the philosophy that students learn when they can connect new information with prior knowledge and their own experience. CTL adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa peserta didik mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka biasa mengaitkan informasi dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.
Menurut Elin Rosalin (2008: 72) menjelaskan bahwa model pembelajaran kontekstual (CTL) merupakan model pembelajaran yang mengarah pada pengembangan kecakapan hidup, di mana dalam hal ini pembelajaran dikaitkan dengan konteks kehidupan peserta didik agar mereka belajar menerapkan isi pelajaran dalam pemecahan masalah yang dihadapidalamkehidupansehari-hari.
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalahsuatu model pembelajaran yang menekankan keterlibatan peserta didik secara penuh untuk menghubungkan materi dengan situasi kehidupan nyata peserta didik sehingga peserta didik mampu menangkap makna dalam materi akademis yang di terima.
Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian teori diatas dapat dibuat kerangka berfikir sebagai berikut: â€Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang dirasakan sukar disekolah dan nilai rata-rata peserta didik yang rendah yaitu dalam mata pelajaran matematika. Oleh karena itu perlu inovasi-inovasi dalam pembelajaran matematika agar peserta didik senang dan tertarik dalam pembelajaran matematikaâ€.
Pada kondisi awal guru belum menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning(CTL). Pembelajaran matematika di SD Negeri Kaliwungu 02 materi perkalian masih menggunakan pembelajaran konvensional. Peserta didik diposisikan sebagai objek pembelajaran sedangkan guru yang lebih mendominasi pembelajaran. Peserta didik menjadi pasif karena mereka tidak memiliki kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri selama proses pembelajaran sehingga pemahaman dan hasil belajar matematika materi perkalian menjadi rendah.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu suatu model pembelajaran dimana guru menghubungkan materi yang diajarkan dengan situasi riil peserta didik sehingga peserta didik terdorong untuk membuat hubungan antar pengetahuan yang dimiliki dan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri. Penerapan CTL akan memudahkan peserta didik.
PELAKSANAAN PERBAIKAN
Subyek Penelitian
Lokasi dan Waktu
Lokasi penelitian di kelas II SDN Kaliwungu 02 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Waktu penelitian dimulai 22 Februari 2017 pada Semester II (genap). Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 9 Maret 2017, Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 15 Maret 2017.
Mata Pelajaran dan Kelas
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan pada mata pelajaran Matematika materi perkalian pada peserta didik kelas II semester II semester II SD Negeri Kaliwungu 02 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang .
Karakteristik Peserta Didik
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan diperoleh data tentang karakteristik peserta didik sebagai berikut :
a. Waktu belajar peserta didik berkurang, karena banyaknya aktifitas bermain di lingkungan rumah,
b. Perhatian orang tua peserta didik kurang, hal ini dibuktikan dengan masih adanya sebagian peserta didik yang tidak mengerjakan PR atau tugas yang diberikan guru.
c. Banyak peserta didik di rumah harus membantu menyelesaikan tugas-tugas orang tua sehingga kurang waktu untuk fokus pada belajar.
Pihak yang membantu penelitian
Penelitian berbasis perbaikan pembelajaran dikelas II semester II semester II di SD Negeri Kaliwungu 02 ini terlaksana sesuai yang diharapkan peneliti tidak akan terlaksana dengan maksimal tanpa adanya pihak yang membantu mulai dari awal hingga tahap pelaporan penelitian. Adapun yang membantu penelitian tindakan kelas ini adalah Ibu Sumarni, S.Pd selaku kepala sekolah sekaligus obserever, Bapak Haryono, S.Pd selaku teman sejawat.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pembahasan Per Siklus
Siklus I
Dalam pembelajaran siklus I yang penulis lakukan menitik beratkan pada pemberian motivasi belajar siswa, pemberian materi prasarat, pemberian contoh soal dan latihan soal. Dari hasil analisis diketahui bahwa nilai terendah 60 nilai tertinggi 85, dan nilai rata-rata kelas adalah 72,82
Pendidikan dapat diartikan sebagai bantuan perkembangan dengan melalui kegiatan belajar secara psikologis belajar dapat diartikan sebagai suatu proses memperoleh pola-pola respon yang baru diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan secara efisien.
Dalam belajar dapat timbul berbagai masalah. Misalnya bagaimana menciptakan kondisi yang baik agar belajar berhasil menyesuaikan proses belajar dengan keunikan siswa, diagnosa kesulitan belajar dan sebagainya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi situasi belajar adalah tujuan yang ingin dicapai, minat, bakat, kemampuan, motivasi siswa, kemampuan profesional guru, ketersediaan sarana, dana dan lain-lain. Dengan pemberian perilaku problem posing sangat membantu keberhasilan proses belajar mengajar. Hal ini dapat diperiksa guru di kelas pada awal pelajaran melalui kegiatan penilaian pendahuluan atau penentuan prasarat. Itulah perlunya guru memahami siswa dengan sebaik-baiknya. Dari situlah baru guru mengambil keputusan di tempat mengenai pengalaman dan kegiatan belajar siswa (Drs, Redja Mudyaharjo dkk 1997 : 91). Pada pembelajaran matematika sangat diperlukan adanya pemberian contoh soal dan memperbanyak latihan-latihan soal agar proses belajar mengajar behasil.
Dalam penelitian tindakan kelas yang berasal dari kegagalan yang dialami guru dalam proses dan hasil pembelajaran, kemudian dengan melalui diskusi dengan beberapa teman sejawat dan tutor pembimbing serta mempelajari kajian pustaka, maka upaya perbaikan pembelajaran siklus I dilakukan dengan menitik beratkan pada pemberian motivasi belajar siswa, pemberian materi format, pemberian contoh soal dan latihan soal dapat meningkatkan hasil belajar siswa walaupun belum semuanya tuntas.
Siklus II
Dalam pembelajaran siklus II yang penulis lakukan menitik beratkan pada kegiatan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) dengan menggunakan media nyata sebagai alat bantu mengajar. Dari hasil analisis diketahui bahwa nilai terendah 65, nilai tertinggi 90, dan nilai rata-rata kelas adalah 77,67.
Keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya yang paling menentukan adalah kemampuan guru dalam mengelola kelas menggunakan alat / media dan memilih strategi/ model pembelajaran.
Berdasarkan rencana yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan dan kemampuan professional guru, maka besar kemungkinan akan terwujud situasi belajar atau sistim lingkungan belajar di sekolah yang baik. Akan tetapi sistim lingkungan ditentukan oleh faktor yang berkaitan dengan penggunaan model-model pembelajaran yang inovatif, jumlah murid dalam kelas dan ukuran ruang kelas. Karena itu dalam pengelolaan kelas hendaknya guru mengenal berbagai model pembelajaran dan keadaan kelas.
Anak usia SD tahap berpikirnya adalah tahap operasional kongkrit. Dalam periode ini berlangsung dari usia 7 – 11 tahun. Anak masih tergantung pada rupa beda, namun dia telah mampu mempelajari mengenai lingkungan. Dia telah pula mempelajari kaidah mengenai konservasi dan dapat menggunakan logika sederhana dalam memecahkan berbagai permasalahan yang selalu muncul setiap kali ia berhadapan dengan benda nyata (Drs Noehi Nasution 1997 : 54).
Pemanfaatan media nyata sebagai alat bantu mengajar yang dianggap bisa membantu guru untuk menjelaskan bagian-bagian yang belum dipahami oleh kebanyakan siswa. Hal ini bisa dialakukan untuk membantu guru dalam mengajar, karena dengan model Contextual Teaching And Learning (CTL) dengan media nyata sebagai alat bantu mengajar ini kadang penjelasan yang diberikan dengan benda nyata mudah dipahami oleh siswa dari pada penjelasan dengan gambar diam di buku atau di papan tulis.
Menurut Goldin (1992) bahkan Matematika ditemukan dan dibangun oleh manusia, sehingga dalam pembelajarannya supaya efektif sangat dipengaruhi oleh guru dan siswa dalam menemukan dan memecahkan masalah dengan menerapkan pembelajaran bermakna.
Berdasarkan uraian tersebut dan diskusi dengan teman sejawat serta tutor pembimbing, maka pada perbaikan pembelajaran Siklus II penulis memfokuskan pada model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) dengan media nyata sebagai alat bantu mengajar, terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian ketuntasan yang ditargetkan sudah tercapai (96%).
Sebelum perbaikan pembelajaran nilai rata-rata 60 dengan ketuntasan 32 %. Ini menunjukkan taraf serap masih di bawah standar. Setelah dilakukan perbaikan Siklus I nilai rata-rata 71,57 dengan ketuntasan 75% masih di bawah standar. Setelah diadakan perbaikan pembelajaran Siklus II diperoleh nilai rata-rata 77,67 dengan ketuntasan klasikal 96% sudah menunjukkan ketuntasan belajar.
KESIMPULAN SARAN DAN TINDAK LANJUT
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus, ternyata hipotesis yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya. Melalui model pembelajaran CTL dengan menggunakan media nyata dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik kelas II semester II SD Negeri Kaliwungu 02 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2016/2017. Penerapan pembelajaran melalui model pembelajaran CTL dapat dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika kelas II semester II sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika khususnya materi Perkalian.
Saran
Sesuai dengan kesimpulan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain;
Bagi Sekolah
a. Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia pendidikan, hendaknya sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap diskusi, seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya. Sehingga dalam pembelajaran, guru dapat lebih inovatif, kreatif dan efektif menggunakan model pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh peserta didik.
b. Sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan kerjasama dengan instansi pendidikan lain, maupun masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan pengembangan model-model pembelajaran yang inovatif, misalnya model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL).
c. Sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana semaksimal mungkin agar proses pembelajaran khususnya pada pembelajaran melalui model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) lebih efektif dan optimal.
Bagi Guru
a. Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan merancang proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga peserta didik menjadi lebih tertarik dan pembelajaran akan menjadi lebih kondusif dan bermakna. Hal ini membuat peserta didik tidak mudah bosan dan tetap termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
b. Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran peserta didik secara aktif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika, dimana peserta didik dapat membangun sendiri pengetahuannya, sehingga peserta didik tidak mudah lupa tentang hal yang dipelajari. Cara yang dilakukan antara lain, memilih model pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik secara optimal, misalnya model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL).
c. Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL), terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dan evaluasi, serta masalah-masalah yang kongkrit sehingga pembelajaran mudah dipahami oleh peserta didik.
Bagi Peserta Didik
Peserta didik harus lebih megembangkan inisiatif, kreatif, aktif, motivasi belajar dan meningkatkan keberanian menyampaikan gagasan dalam proses pembelajaran untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan hasil belajar. Disamping itu, peserta didik juga diharapkan mampu menerapkan hasil belajarnya dalam kehidupan sehari – hari.
Tindak Lanjut
a. Perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan merupakan upaya guru untuk melangkah lebih maju dengan berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan. Sehingga melalui data yang emperik ini pendekatan pendidikan dan lingkungan menjadi ilmu yang benar-benar komperhensif.
b. Perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru merupakan bahwa pengembangan proses pembelajaran secara kontektual dapat dipandang sebagai proses keseimbangan antara substansi dan relasi, artinya peneliti perbaikan pembelajaran ini dapat digunakan sebagai bahan yang memberi kemungkinan timbulnya potensi-potensi untuk berkembang dikalangan guru kelas tingkat sekolah dasar.
c. Perbaikan pembelajaran ini merupakan alternatif pemecahan masalah bagi guru dan merupakan proses dalam mengantisipasi adanya rumusan tentang tujuan pendidikan yang harus dilakukan secara sengaja. Oleh karena itu perlu menjadi wahana dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) untuk meningkatkan kinerja guru mendukung ketuntasan proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar Sutawijaya, Gatot Muhseno, Mukhtar A. Karim, Soewito. 1993. Pendidikan Matematika III. Jakarta: Depdiknas.
Asep Jihad. 2008. Pengembangan Kurikulum Matematika. Bandung: Multi Pressindo.
Asep Jihad, Abdul Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Buchori, dkk.2007. Gemar Belajar Matematika 2. Semarang: Aneka Ilmu.
Cholis Sa Dijah. 2001. Pendidikan Matematika II. Malang: Universitas Negeri Malang.
Drajat,dkk. 2009.Matematika yang Kumau. Bogor: CV Duta Grafika.
Hamzah B. Uno. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
I.G.A.K. Wardhani. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
I.G.A.K. Wardhani. 2007. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Universitas Terbuka.
Kasihani Kasbolah. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Universitas Negeri Malang.
Nana Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nur Fajariyah dkk. Cerdas Berhitung Matematika kelas II semester II.BSE.Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta.
Nyimas Aisyah, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Rusefendi. 1992. Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud.
Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Soli Abimanyu, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Sugiyanto. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS.
Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Udin Syaefudin. 2009. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabetha.
Wahyudi. 2014. Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar I. Surakarta : UPT Penerbitan dan percetakan UNS