PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PENYESUAIAN HEWAN DENGAN LINGKUNGAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS V

SD NEGERI KARAKAN 02 KECAMATAN WERU

KABUPATEN SUKOHARJO SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Wagiyem

SD Negeri Karakan 02 Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo

ABSTRAK

Latar belakang peneltian tindakan kelas ini adalah nilai ulangan pada materi tersebut pada siswa kelas V Nilai Ilmu Pengetahuan Alam materi penyesuaian hewan dengan lingkungan pada siswa kelas V dari 16 siswa hanya 6 siswa yang mendapatkan nilai diatas 70. Artinya baru 37,50% dari siswa yang menguasai bahan pembelajaran dan nilainya diatas Kriteria Ketuntasan minimal (KKM). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa hasil belajar mata pelajaran IPA masih rendah. Mengacu pada perumusan dan latar belakang permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA Materi Penyesuaian Hewan dengan Lingkungan siswa kelas V SD Negeri Karakan 02 Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo Semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018 melalui model pembelajaran Examples non Examples. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan di kelas V semester I SD Negeri Karakan 02Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2017/2018. Penelitian dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2017/2018, selama 5 bulan yaitu pada bulan Juli 2017sampai bulan November 2017. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus tindakan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tehnik observasi yang menggunakan beberapa cara yaitu: dokumentasi,dan tes evaluasi. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut: Melalui penggunaan model pembelajaran Examples Non Examples diduga dapat meningkatkan hasil belajar pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi penyesuaian hewan dengan lingkungan bagi siswa kelas V SD Negeri Karakan 02 Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo Semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 terbukti kebenarannya. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan, yaitu dari 55.62 pada kondisi awal meningkat menjadi 73.75 pada akhir tindakan Siklus I dan 84.37 pada siklus II. Ditinjau dari tingkat ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan, yaitu dari 37.50% pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan, meningkat menjadi 68.75% pada akhir tindakan siklus I dan 100% pada akhir siklus II. Kriteria Ketuntasan secara klasikal sudah tercapai, yaitu mencapai ba mencapai tingkat ketuntasan kelas sebesar 100% atau < KKM sebesar 80%. Sehingga tidak perlu dilakukan tindakan siklus berikutnya

Kata Kunci: Hasil Belajar IPA, Model Pembelajaran, Examples Non Examples

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Materi Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk kelas V Sekolah Dasar sudah sangat kompleks. Materi penyesuaian hewan dengan lingkungan hidup atau biasa kita sebut adaptasi, merupakan salah satu materi yang bagi siswa dianggap sulit. Bagi guru mengajar materi Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar, merupakan tantangan tersendiri yang harus ditaklukkan. Pembelajaran model lama, dengan menggunakan metode ceramah dan mencatat, sudah tidak jamannya lagi. Saat ini guru dituntut untuk dapat menggunakan berbagai model pembelajaran agar siswa paham dan dapat mengerti materi yang disampaiakan. Bagaimana guru bisa memadukan antara kemampuan siswa dengan metode atau model pembelajaran yang cocok kadang kala menjadi kesulitan tersendiri. Diakui ataupun tidak penggunaan model pembelajaran yang relevan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Walaupun tidak mutlak berpengaruh, namun kemampuan guru dalam memilih metode sangat dipertaruhkan.

Pada siswa kelas V SD Negeri Karakan 02 Kecamatan Weru hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam untuk materi penyesuaian hewan terhadap lingkungannya masih tergolong rendah. Hal ini terungkap,bahwa siswa belum optimal dalam memahami materi tersebut.Terlihat pada hasil evaluasi siswa dengan materi tersebut tidak maksimal. Ulangan pada materi tersebut pada siswa kelas V Nilai Ilmu Pengetahuan Alam materi penyesuaian hewan dengan lingkungan pada siswa kelas V dari 16 siswa hanya 6 siswa yang mendapatkan nilai diatas 70. Artinya baru 37,50% dari siswa yang menguasai bahan pembelajaran dan nilainya diatas Kriteria Ketuntasan minimal (KKM). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa hasil belajar mata pelajaran IPA masih rendah. Penggunaan metode konvensional ceramah dicurigai menjadi salah satu penyebab dari rendahnya nilai hasil belajar siswa. Penggunaan metode konvensional oleh guru membuat siswa kurang dalam memahami materi penyesuaian hewan terhadap lingkungannya. Metode yang digunakan guru juga kurang dapat mengakomodir materi yang seharusnya diberikan secara detil dan gamblang kepada siswa.

Berdasarkan dari uraian tersebut di atas maka perlu diadakannya pembaharuan metode atau model pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru. Dalam hal ini model pembelajaran tipe Examples non Examples dinilai mampu untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Model pembelajaran ini merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada aktifitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil belajar yang maksimal.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka selanjutnya dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana proses pembelajaran IPA Materi Penyesuaian Hewan dengan Lingkungan melalui model pembelajaran Examples non Examples dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Karakan 02 Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo Semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018.

Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan dan latar belakang permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar IPA Materi Penyesuaian Hewan dengan Lingkungan siswa kelas V SD Negeri Karakan 02 Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo Semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018 melalui model pembelajaran Examples non Examples.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian tindakan kelas bagi siswa memberikan pengalaman siswa aktif serta membantu untuk memahamai konsep materi yang diajarkan. Manfaat bagi guru memberikan masukan pada guru untuk menggunakan metode yang tepat dan variatif sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Selain itu guru dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menarik dan tidak membosankan. Manfaat bagi sekolah diharapkan dapat memberi masukan bagi sekolah agar sekolah menyediakan sarana dan prasarana yang dapat mendukung proses belajar mengajar. Penyediaan sarana dan prasarana diharapkan akan membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa khususnya pada mata pelajaran Ilmu pengetahuan Alam materi penyesuaian hean dengan lingkungan

KAJIAN TEORI

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Adapun Pembelajaran IPA di SD bertujuan agar siswa: 1)Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat; 2)Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; 3) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 4)Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam kehidupan sehari-hari; 5)Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang pengajaran lain.; 6)Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. Menghargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta ini untuk dipelajari (Sulistiyorini, 2007: 40).

Pengertian Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Sutikno (2009: 88) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan metode dalam mengajar seperti yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad dalam Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010: 46) diantaranya: 1) Tujuan yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya 2) Anak didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya 3) Situasi yang berbagai-bagai keadaannya 4) Fasilitas yang berbagai-bagai kualitas dan kuantitasnya 5) Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda. Pupuh F dan M. Sobry S (2010: 60) juga memberikan arahan dalam menentukan sebuah metode yang akan dipergunakan dalam proses belajar mengajar, diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Tujuan yang hendak dicapai 2) Materi pelajaran 3) Peserta didik 4) Situasi 5) Fasilitas 6) Guru

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud metode pembelajaran adalah cara atau jalan yang ditempuh oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Mengajar secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar.

Metode Examples non examples

Model Examples Non Examples merupakan salah satu pendekatan Group investigation dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan meningkatkan perolehan hasil akademik. Tipe pembelajaran ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap model pembelajaran kelas tradisional dan menghendaki siswa saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada individu. (Ibrahim, 2000: 3)

Model Pembelajaran Examples Non Examples atau juga biasa di sebut Examples And Non-Examples merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar.

Salah satu proses belajar mengajar adalah gambar. Media gambar merupakan salah satu alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang dapat membantu mendorong siswa lebih melatih diri dalam mengembangkan pola pikirnya. Dengan menerapkan media gambar diharapkan dalam pembelajaran dapat bermanfaat secara fungsional bagi semua siswa. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa diharapkan akan aktif termotivasi untuk belajar.

Menurut Rochyandi, (2004:11) model pembelajaran kooperatif tipe example non example adalah:

“Tipe pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan cara guru menempelkan contoh gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan gambar lain yang relevan dengan tujuan pembelajaran, kemudian siswa disuruh untuk menganalisisnya dan mendiskusikan hasil analisisnya sehingga siswa dapat membuat konsep yang esensial.”

Gambar juga mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar, yakni untuk mempermudah dan membantu siswa dalam membangkitkan imajinasinya dalam belajar. Selain itu dengan mengggunakan gambar siswa dapat melatih mencari dan memilih urutan yang logis sesuai dengan materi yang diajarkan. Dengan demikian dalam Model Pembelajaran Examples Non Examples tercakup teori belajar konstruktivisme.

Teori konstruktivisme ini menyatakan siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan segala sesuatu untuk dirinya, berusahadengan susah payah dengan ide-ide (Slavin dalam Nur dan Wikandari,2002: 8).

Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri. Dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur dan Wikandari, 2002: 8).

Examples non Examples merupakan model pembelajaran dengan mempersiapkan gambar, diagram atau table sesuai materi bahan ajar dan kompetensi. Sajian gambar ditempel atau memakai OHP, dengan petunjuk guru siswa mencermati gambar, lalu diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi, persentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, evaluasi, dan refleksi (Suyatno, 2009: 73)

Model Pembelajaran Example Non Examples menggunakan gambar dapat melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas. Selanjutnya Slavin Dalam Chotimah (2007: 1) dijelaskan bahwa examples non examples adalah model pembelajaran yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat diperoleh dari kasus atau gambar yang relevan dengan Kompetensi Dasar.

Konsep model pembelajaran ini pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example Non Examples adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari Example dan non-Examples dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non-Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada. (Hamzah, 2005:113).

Berdasarkan uraian di atas, maka menyiapkan pengalaman dengan contoh dan non-contoh akan membantu siswa untuk membangun makna yang kaya dan lebih mendalam dari sebuah konsep penting. Joyce and Weil (Suratno, 2009:1) telah memberikan kerangka konsep terkait strategi tindakan, yang menggunakan metode Example Non example, sebagai berikut: 1)Menggeneralisasikan pasangan antara contoh dan non-contoh yang menjelas- kan beberapa dari sebagian besar karakter atau atribut dari konsep baru. Menya- jikan itu dalam satu waktu dan meminta siswa untuk memikirkan perbedaan apa yang terdapat pada dua daftar tersebut. Selama siswa memikirkan tentang tiap Examples dan non-Examples tersebut, tanyakanlah pada mereka apa yang membuat kedua daftar itu berbeda. 2)Menyiapkan Examples dan non Examples tambahan, mengenai konsep yang lebih spesifik untuk mendorong siswa mengecek hipotesis yang telah dibuatnya sehingga mampu memahami konsep yang baru; 3)Meminta siswa untuk bekerja berpasangan untuk menggeneralisasikan konsep Examples dan non-Examples mereka. Setelah itu meminta tiap pasangan untuk menginformasikan di kelas untuk mendiskusikannya secara klasikal sehingga tiap siswa dapat memberikan umpan balik; 4)Sebagai bagian penutup, adalah meminta siswa untuk mendeskripsikan konsep yang telah diperoleh dengan menggunakan karakter yang telah didapat dari Examples dan Non-Examples.

Berdasarkan hal di atas, maka penggunaan metode example non example pada prinsipnya adalah upaya untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menemukan konsep pelajarannya sendiri melalui kegiatan mendeskripsikan pemberian contoh dan bukan contoh terhadap materi yang sedang dipelajari.

Tennyson dan Pork (Slavin, 2002:87) menyarankan bahwa jika guru akan menyajikan contoh dari suatu konsep maka ada tiga hal yang seharusnya diperhatikan, yaitu: urutkan contoh dari yang gampang ke yang sulit, pilih contoh-contoh yang berbeda satu sama lain dan bandingkan dan bedakan contoh-contoh dan bukan contoh.

Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

Sardiman (2010:20) mendefenisikan belajar sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Selanjutnya Slameto (2010:2) menyatakan dalam bukunya bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Selain itu Sardiman (2010: 20) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Individu yang belajar akan memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu. Hasil belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar

Kerangka Berpikir

Belajar IPA yang baik melibatkan intelektual dan emosional peserta didik secara optimal. Salah satunya dengan pemilihan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, menimbulkan perasaan peserta didik yang menyenangkan. Model pembelajaran yang menyenangkan dapat mengurangi kejenuhan bagi siswa dan lebih meningkatkan hasil belajar secara optimal.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka dapat disusun hipotesis tindakan sebagai berikut:

“Melalui penggunaan model pembelajaran Examples Non Examples diduga dapat meningkatkan hasil belajar pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi penyesuaian hewan dengan lingkungan bagi siswa kelas V SD Negeri Karakan 02 Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo Semester 1 tahun pelajaran 2017/2018”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Karakan 02 Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo pada kelas V semester 1 tahun pelajaran 2017/2018. Alasan pemilihan adalah karena peneliti mengajar di sekolah tersebut sehingga memudahkan dalam pelaksanaan tindakan. Penelitian dilaksanakan dalam waktu 5 (lima) bulan yaitu dari persiapan penelitian bulan Juli 2017 sampai dengan penyusunan laporan penelitian bulan November 2017. Pelaksanaan Tindakan kelas dilaksanakan 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Siklus I             Pertemuan 1      dilaksanakan pada hari Selasa, 15 Agustus 2017, Pertemuan 2       dilaksanakan pada hari Selasa, 22 Agustus 2017. Sedangkan Siklus II Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Rabu, 6 September 2017 dan Pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Rabu, 13 September 2017.Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Karakan 02 Kecamatan Weru KabupatenSukoharjo semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 yang terdiri dari 17 orang siswa. Alasan pemilihan subjek adalah bahwa di kelas tersebut ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam masih rendah, yaitu baru mencapai 37,50% dari jumlah siswa. Sumber data penelitian berasal dari sumber data primer: nilai ulangan harian. Sumber data sekunder: data hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan dokumentasi yang diperoleh dari teman sejawat.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa teknik tes. Teknik tes yang digunakan untuk mendapatkan skor tulisan yang dihasilkan oleh siswa. Baik yang ada siklus I maupun siklus II. Untuk mengumpulkan data peneliti melakukan tes kepada siswa kelas V SD Negeri Karakan 02 Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo semester 1 Tahun pelajaran 2017/ 2018. Teknik tes untuk memperoleh data yang akan diolah dan dianalisis diperlukan alat atau instrumen pengumpulan data, untuk itu penulis mengadakan pengetesan. Pengetesan dilaksanakan pada waktu penulis mengadakan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Kelas V. Alat pengumpulan data dapat berupa soal tes dan bukan soal tes, misalnya lembar pengamatan. Soal tes adalah alat pengumpul data yang berupa butir- butir soal yang harus dijawab oleh peserta tes. Alat ini dipakai pada teknik tes, dalam penelitian siswa kelas V SD Negeri Karakan 02 Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo semester 1 Tahun pelajaran 2017/ 2018.

Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi untuk menguji keabsahan data. Teknik triangulasi meliputi triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu. Dari ketiga bentuk triangulasi tersebut, penelitian ini menerapkan bentuk triangulasi teknik pengumpulan data. Triangulasi teknik pengumpulan data ini untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu melalui observasi dan wawancara. Apabila dengan dua teknik tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data bersangkutan guna memastikan kebenarannya atau mungkin semua dianggap benar karena sudut pandangnya berbeda-beda.

Analisis data pada penelitian tindakan kelas ini menggunakan pendekatan kualitatifnya yaitu dengan menganalisis yang bersifat naratif-kualitatif atau dengan kata lain menguraikan atau menjelaskan secara jelas hasil temuan yang diperoleh dalam pelaksanaan tindakan.

Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan, yang dibagi dalam 2 siklus penelitian, setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: 1) identifikasi masalah; 2) rencana tindakan; 3) pengumpulan data; 4) analisis data; dan 5) pelaksanaan tindakan selanjutnya. Adapun kegiatan pembelajaran dilakukan dalam dua siklus, masing-masing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Pada kondisi awal masih ada 10 siswa (62.50%) siswa yang nilainya belum dapat memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM), yaitu 70.Untuk mengantisipasi hal tersebut maka peneliti mengadakan penelitian di kelas V dengan menerapkan model pembelajaran Examples Non Examples yang diperkirakan dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi penyesuaian hewan dengan lingkungan pada siswa kelas V SD Negeri Karakan 02 Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018

Terlihat nilai siswa yang mencapai KKM atau tuntas ada 6 siswa dari 16 siswa. Prosentase ketuntasan belajar sebesar 37.50%, maka perlu adanya perbaikan pembelajaran.

Deskripsi Siklus I

Hasil Observasi Siklus I

Tindakan pada siklus 1 dengan memanfaatkan model Examples Non Examples pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi penyesuaian hewan dengan lingkungan, setelah diadakan tes nilai rata-rata nilai rata-rata ulangan harian sebesar 73.75 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 60.

Terlihat nilai siswa yang mencapai KKM atau tuntas ada 11 siswa dari 16 siswa. Prosentase ketuntasan belajar sebesar 68.75%.

Berdasarkan tabel di atas terlihat nilai siswa yang mencapai KKM atau tuntas ada 11 siswa dari 16 siswa. Prosentase ketuntasan belajar sebesar 68.75%, hal ini menunjukkan adanya peningkatan penguasaan materi dari perbaikan pembelajaran siklus I dibanding kondisi awal tetapi belum maksimal maka perlu di lanjutkan ke siklus II.

Hasil refleksi pada Siklus I dapat diperoleh refleksi hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan menggunakan model Examples Non Examples pada tindakan Siklus I berhasil meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa.

  • Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan, yaitu dari 62 pada kondisi awal meningkat menjadi 73.75 pada akhir tindakan Siklus I;
  • Tingkat ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan, yaitu dari 37.50% pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan, meningkat menjadi 68.75% pada akhir tindakan siklus I.
  • Kriteria Ketuntasan secara klasikal belum tercapai, yaitu mencapai tingkat ketuntasan kelas sebesar 50% atau < KKM sebesar 80%. Sehingga perlu dilakukan tindakan siklus II.

Deskripsi Siklus II

Tindakan pada siklus II dengan memanfaatkan model Examples Non Examples pada mata pelajaran Ilmu pengetahuan Alam, setelah diadakan tes nilai rata-rata nilai rata-rata ulangan harian sebesar 84.37 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 70.

Berdasarkan di atas terlihat nilai siswa yang mencapai KKM atau tuntas ada 16 siswa dari 16 siswa. Prosentase ketuntasan belajar sebesar 100%. Melihat dari hasil observasi siswa di atas, kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus II yang dilaksanakan cukup berhasil. Perolehan nilai Berdasarkan tabel dan diagram di atas terlihat nilai siswa yang mencapai KKM atau tuntas ada 16 siswa. Prosentase ketuntasan belajar sebesar 100%, hal ini menunjukkan adanya peningkatan penguasaan materi yang diperoleh dari perbaikan pembelajaran siklus 2 dibanding siklus 1.

Berdasarkan hasil tes formatif pembelajaran siklus II peneliti memperoleh hasil yaitu dari 16 siswa yang mengikuti evaluasi, ada 16 siswa (100%) yang mencapai KKM 70 keatas atau mengalami tuntas dalam belajar, Nilai rata-rata tes formatif pada pembelajaran Siklus II adalah 84.37. Dapat pula kita lihat pada tabel, diagram ketuntasan siswa kondisi Awal, Siklus I dan siklus II dibawah ini

Perolehan Nilai dan Ketuntasan Belajar Siswa Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

No Uraian Kondisi Awal Siklus I Siklus II
1 Nilai Tertinggi 90 100 100
2 Nilai Terendah 50 60 70
3 Nilai rata-rata 55.62 73.75 84.37
4 Nilai tuntas 6(37.50%) 11 (68.75%) 16 (100%)
5 Nilai tidak tuntas 10 (62.50%) 5(31.25%) 0 (0%)

 

Berdasarkan hasil refleksi pada Siklus II dapat diperoleh refleksi hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan menggunakan model examples Non Examples berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa.

  • Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan, yaitu dari 62 pada kondisi awal meningkat menjadi 73.75 pada akhir tindakan Siklus I dan 84.37 pada siklus II
  • Tingkat ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan, yaitu dari 37.50% pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan, meningkat menjadi 68.75% pada akhir tindakan siklus I dan 100% pada akhir siklus II.
  • Kriteria Ketuntasan secara klasikal sudah tercapai, yaitu mencapai ba mencapai tingkat ketuntasan kelas sebesar 100% atau < KKM sebesar 80%. Sehingga tidak perlu dilakukan tindakan siklus berikutnya.

Pembahasan

Melihat hasil kegiatan pembelajaran siswa dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Examples Non Examples merupakan suatu hal yang sangat penting untuk meningkatkan penguasaan materi pembelajaran Ikmu Pengetahuan Alam dan prestasi belajar siswa, khususnya materi penyesuaian hewan dengan lingkungan

Dari hasil pengolahan data di atas, terdapat temuan- temuan sebagai berikut:

Kondisi Awal

  1. Siswa yang mencapai ketuntasan (KKM) hanya 6 siswa dari 16 siswa atau 50% siswa yang mencapai ketuntasan (KKM)
  2. Siswa yang tidak mencapai ketuntasan sebanyak 10 siswa atau 50% siswa tidak mencapai ketuntasan (KKM)
  3. Guru belum menggunakan metode pembelajaran sehingga proses pembelajaran siswa belum berhasil.

Siklus I

  1. Siswa yang mencapai ketuntasan (KKM) sebanyak 11 siswa dari16 siswa atau 75% siswa yang mencapai ketuntasan (KKM)
  2. Siswa yang tidak mencapai ketuntasan sebanyak 5 siswa atau 25% siswa tidak mencapai ketuntasan (KKM)
  3. Guru telah menggunakan model Examples Non Examples tetapi hasilnya belum maksimal sehingga proses pembelajaran siswa masih kurang berhasil.

Siklus II

  1. Siswa yang mencapai ketuntasan (KKM) sebanyak 16 siswa dari16 siswa atau 100% siswa yang mencapai ketuntasan (KKM)
  2. Siswa yang tidak mencapai ketuntasan sebanyak 0 siswa atau 0% siswa tidak mencapai ketuntasan (KKM)
  3. Guru mengelompokkan siswa dalam kelompok berdasarkan nilai pada siklus 1 yang beranggotakan 3-4 siswa dan guru menjadi fasilitator sehingga hasil belajar siswa meningkat tajam dan berhasil.

Hasil Penelitian

Upaya perbaikan yang dilakukan guru cukup berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan, yaitu dari 55.62 pada kondisi awal meningkat menjadi 73.75 pada akhir tindakan Siklus I dan 84.37 pada siklus II. Tingkat ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan, yaitu dari 37.50% pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan, meningkat menjadi 68.75% pada akhir tindakan siklus I dan 100% pada akhir siklus II. Kriteria Ketuntasan secara klasikal sudah tercapai, yaitu mencapai ba mencapai tingkat ketuntasan kelas sebesar 100% atau < KKM sebesar 80%. Sehingga tidak perlu dilakukan tindakan siklus berikutnya

Untuk lebih memudahkan membaca informasi dari data ketuntasan pada prasiklus, siklus I, siklus II dapat sajikan data dalam bentuk tabel dan diagram batang, berikut ini:

Ketuntasan Belajar Siswa

No Kondisi Jumlah Siswa Prosentase Ketuntasan
1 Kondisi awal 6 37.50%
2 Siklus I 10 68.75%
3 Siklus II 10 100%

 

Dari hasil temuan dan refleksi dapat disimpulkan oleh penulis bahwa dalam pembelajaran ternyata ada peningkatan. Hal ini dibuktikan dengan adanya keberhasilan siswa yang dapat menguasai mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sudah mencapai 100% (16 siswa) dari 16 siswa kelas V SD Negeri Karakan 02 Kecamatan Nguter Kabupaten. Rata-rata nilai yang diperoleh siswa juga mengalami peningkatan yaitu dari rata-rata 55.62 menjadi 84.37.

Setelah berhasil mengidentifikasikan kesulitan siswa, dan mengetahui kegagalan ataupun kekurangan kinerja guru, peneliti dapat menentukan langkah lebih lanjut yaitu dengan merancang pembelajaran yang lebih mengikutsertakan siswa dan meningkatkan kinerja guru yang menjadi fasilitator dalam pembelajaran serta pembentukan kelompok kerja siswa beranggotakan 4 siswa. Kelompok kerja yang terdiri dari 4 siswa memberikan kesempatan siswa untuk bekerja secara maksimal. Selanjutnya tindakan pada siklus II ini menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil tindakan pada siklus I, tingkat penguasaan materi pembelajaran secara keseluruhan menunjukan peningkatan.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam selama dua siklus ini, dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

Melalui penggunaan model pembelajaran Examples Non Examples diduga dapat meningkatkan hasil belajar pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi penyesuaian hewan dengan lingkungan bagi siswa kelas V SD Negeri Karakan 02 Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo Semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 terbukti kebenarannya.

Hal ini dibuktikan dengan peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan, yaitu dari 55.62 pada kondisi awal meningkat menjadi 73.75 pada akhir tindakan Siklus I dan 84.37 pada siklus II. Ditinjau dari tingkat ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan, yaitu dari 37.50% pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan, meningkat menjadi 68.75% pada akhir tindakan siklus I dan 100% pada akhir siklus II. Kriteria Ketuntasan secara klasikal sudah tercapai, yaitu mencapai ba mencapai tingkat ketuntasan kelas sebesar 100% atau < KKM sebesar 80%. Sehingga tidak perlu dilakukan tindakan siklus berikutnya.

Saran

Saran yang dapat peneliti sampaikan setelah melaksanakan tindakan kelas adalah sebagai berikut: Saran bagi siswa hendaknya saling membantu dan bekerja sama dalam kelompoknya sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. Saran bagi hendaknya menggunakan metode yang tepat dan variatif sehingga pembelajaran menjadi bermakna, sehingga dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menarik dan tidak membosankan. Saran bagi sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang dapat mendukung proses belajar mengajar. Penyediaan sarana dan prasarana diharapkan akan membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa khususnya pada mata pelajaran Ilmu pengetahuan Alam materi penyesuaian hean dengan lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta

Chotimah, Husnul & Dwitasari, Yuyun. 2007. Model-model Pembelajaran Untuk PTK. Malang: SMA Lab UM

Depdiknas. 2007. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta:Puskur, Balitbang Depdiknas

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain.2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Dr. M. Sobry Sutikno, 2009. Belajar dan Pembelajaran, Prospect. Bandung,

Ibrahim Muslimin, 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press

Nur, M., Wikandari, P. R. & Sugiarto, B. 2002. Teori Belajar. Surabaya: Unesa University Press

Hamzah, B. 2005. Model Pembelajaran. Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Pupuh Faturrohman & M.Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami,Refika Aditama, Bandung

Rochyandi, Yadi. 2004. Model Pembelajaran Kooperatif.Surabaya: Masmedia Buana Pustaka.

Sadiman, A.S. 2010. Media Pendidikan. Jakarta: CV Rajawali.

Slameto, 2010, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, E Robert. 2008. Cooperative Learning (Teori, Riset dan Praktik). Bandung: Nusa Media

Sulistyorini, Sri. 2007. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KSTP. Yogyakarta: Tiara Wacana

Suwarno.2009.Pengantar Ilmu Pendidikan.Jakarta:Rineka Cipta

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pusaka

Suratno. 2009. Assesment Pembelajaran di Sekolah. Jogjakarta: Multi Presindo