PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG PECAHAN MELALUI METODE

PROBLEM BASED LEARNING BAGI SISWA SISWA KELAS VI

SD NEGERI SIDOREJO 2 KECAMATAN BENDOSARI

PADA SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2015/2016

 

Karsinah

SD Negeri Sidorejo 2 Kecamatan Bendosari

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar matematika materi operasi hitung pecahan bagi siswa kelas VI SD Negeri Sidorejo 02 Kecamatan Bendosari pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 melalui metode Problem Based Learning. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan di SD Negeri Sidorejo 02 Kecamatan Bendosari, Kabupaten Bendosari pada semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 selama 6 (enam) bulan. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI SD Negeri Sidorejo 02 Kecamatan Bendosari yang terdiri dari 12 orang siswa. Metode penelitian yang diterapkan adalah Problem Based Learning dengan prosedur penelitian yaitu: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) observasi; dan 4) refleksi. Hasil penelitian ini menunjukaan adanya peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa. Peningkatan motivasi terbukti dengan meningkatnya kriteria nilai rata-rata motivasi belajar siswa yakni pada kondisi awal dengan kriteria “rendah” meningkat menjadi “sangat tinggi” pada akhir siklus II. Peningakatan prestasi belajar siswa dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata prestasi belajar siswa serta ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Nilai rata-rata prestasi belajar siswa pada Kondisi Awal sebesar 63,75 meningkat menjadi 78,75 pada akhir siklus II, sehingga mengalami peningkatan sebesar 15,00. Ditinjau dari ketuntasan belajar siswa secara kelasikal yakni pada Kondisi Awal sebesar 41,67% meningkat menjadi 100% pada akhir Siklus II, sehingga mengalami peningkatan 58,33%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan metode Problem Based Learning dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar matematika materi operasi hitung pecahan bagi siswa kelas VI SD Negeri Sidorejo 02 Kecamatan Bendosari Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016.

Kata Kunci: Matematika, Prestasi belajar, Problem Based Learning.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sebuah sarana dalam rangka mencerdaskan generasi bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan dengan kualitas sumber daya manusia yang unggul. Sekolah merupakan sebuah lembaga yang menyiapkan para generasi penerus bangsa menjadi manusia-manusia yang unggul dalam berbagai bidang. Pendidikan dalam sekolah dasar merupakan pendidikan awal yang diterima oleh setiap peserta didik. Dalam prosses pendidikan tersebut setiap peserta didik mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan dalam pendidikan sekolah dasar adalah matematika. Matematika merupakan ilmu yang memiliki peranan paling penting dalam kehidupan manusia. Bahkan matematika bisa dikatakan jantungnya ilmu terutama bagi ilmu sains dan teknologi. Pada jaman dahulu matematika di pelajari dan dikembangkan untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti masalah perdagangan, masalah pengukuran, masalah bangunan dan masalah astronomis. Sampai sekarangpun matematika masih memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh ketika kita membeli menggunakan ilmu matematika, ketika kita membangun rumah menggunakan ilmu matematika bahkan ketika kita melakukan aktivitas juga menggunakan ilmu matematika. Berangkat dari pentingnya matematika dalam kehidupan, maka mata pelajaran matematika diberikan pada setiap jenjang pendidikan dari mulai pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.

Pembelajaran metamatika merupakan pembelajaran ilmu terapan yang dapat diterapkan dalam kehdupan sehari-hari. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran di sekolah haru dikemas dengan baik agar setiap siswa mampu menguasai materi pembelajaran dengan baik. Proses pembelajaran harus disusun dengan sistematis agar setiap tahapan dalam proses pembelajaran dapat menjadi maksimal. Salah satu faktor penentu yang harus diperhatikan dalam rangka mengahdirkan sistem pemeblajaran yang baik adalah penggunaan metode pembelajaran.

Metode pembelajaran merupakan faktor yang dominan dalam mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Metode pembelajaran yang diterapkan harus mampu mengajak siswa terlibat dengan aktif dalam proses pembelajaran. Hal tersebut akan sangat membantu siswa dalam memahami materi pemebalajaran sehingga siswa akan mencapai prestasi belajar yang optimal. Terlebih dalam proses pembelajaran matematika yang merupakan ilmu hitung, pemilihan metode pembelajaran menjadi sangat penting. Metode pembelajaran tersebut harus sesuai dengan situasi dan kondisi dalam proses pembelajaran sehingga siswa tidak merasa takut tetapi justru antusias dalam mengikuti proses pembelajaran matematika.

Namun kenyataan yang sering terjadi dalam proses pembejaran matematika, masih banyak guru yang belum mampu memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi dalam proses pembelajaran. Akibatnya masih banyak guru yang menerapkan metode pembelajaran lama dengan kecenderungan ceramah monoton. Penggunaan metode pmeblajaran dengan ceramah yang monoton menjadikan siswa sebagian besar merasa malas, tidak tertarik bahkan menghindar dari mata pelajaran matematika. Mereka beranggapan bahwa mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang sulit dan rumit karena selalu berhubungan dengan angka, rumus dan hitung menghitung. Bahkan sebagian siswa sudah menganggap matematika sebagai momok yang menakutkan. Sehingga ketika mata pelajaran matematika mereka tidak tertarik dan malas memperhatikan pelajaran. Karena itu wajar setiap kali diadakan tes, nilai pelajaran matematika selalu rendah.

Kondisi seperti ini juga terlihat dalam pembelajaran matematika materi sifat-sifat operasi hitung bagi siswa kelas VI di SD Negeri Sidorejo 02 pada semester 2 pada tahun pelajaran 2015/2016. motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran masih dalam kategori rendah. Hal tersebut menjadikan siswa kesulitasn dalam memahami materi pembelajaran sehingga prestasi belajar siswa rendah. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya ketuntasan belajar siswa yang diketahui dari hasil ulangan harian. Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilakukan guru, dari 12 siswa kelas VI di SD Negeri Sidorejo 02 pada semester 2 pada tahun pelajaran 2015/2016 yang sudah mencapai ketuntasan belajar sebesar 41,67% dari jumlah siswa yang ada. Dengan KKM sebesar >70.00, maka dapat diartikan baru ada 5 siswa dari 12 orang siswa yang ada yang sudah memperoleh nilai > 70.00. Sisanya sebanyak 7 orang siswa atau 58,33% masih memperoleh nilai < 70.00. Dengan demikian siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar mencapai 6 orang siswa. Sedangkan dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa secara klasikal dikelas juga masih redah yakni sebesar 63,75.

Pencapaian prestasi belajar siswa tersebut menunjukkan fakta bahwa penggunaan metode pembelajaran ceramah dalam proses pembelajaran sangat kurang tepat. Guru kurang bervariasi dalam mengajarkan pelajaran matematika di sekolah. Sehingga siswa bosan dan malah ramai sendiri. Hal tersebut menjadikan siswa kesulitan dalam memahami materi pembelajaran dengan baik sehingga setelah dilakukan ulangan harian maka prestasi belajar yang dicapai siswa masih sangat rendah.

Permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran tersebut menjadi titik awal perlunya dilakukan perbaikan pembelajaran yang dilakukan. Perbaikan pembelajaran dapat dilakukan dengan menyusun rencana pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif dan mampu mengajak siswa terlibat aktif dalam memahami materi pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang tepat diterapkan dalam proses pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan adalah model pembelajaran Problem Based Learning.

Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri, keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Dengan menyusun pengetahuan sendiri dari berbagai permasalahan yang dihadapi maka siswa akan terbiasa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga siswa akan benar-benar memahami konsep meteri pembelajaran yang dipelajari. Dengan begitu maka siswa tidak akan kebingungan apabila menemukan berbagai soal operasi pecahan dengan berbagai model dan besaran angka yang berbeda sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat dengan optimal.

Untuk itu peneliti mengambil judul dalam penelitian ini “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Materi Operasi Hitung Pecahan Melalui Metode Problem Based Learning bagi Siswa Siswa Kelas VI SD Negeri Sidorejo 2 Kecamatan Bendosari pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016”.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Apakah metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VI SD Negeri Sidorejo 02 Kecamatan Bendosari pada semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan? 2) Apakah penggunaan metode Problem Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi operasi hitung pecahan bagi siswa kelas VI SD Negeri Sidorejo 02 Kecamatan Bendosari pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016?

Tujuan Penelitian

Merujuk pada perumusan masalah yang sudah dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk: 1) meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VI SD Negeri Sidorejo 02 Kecamatan Bendosari pada semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan melalui metode Problem Based Learning; 2) meningkatkan prestasi belajar matematika materi operasi hitung pecahan bagi siswa kelas VI SD Negeri Sidorejo 02 Kecamatan Bendosari pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 melalui metode Problem Based Learning.

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Metode Problem Based Learning

Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menghadapi banyak masalah. Tidak semua permasalahan merupakan permasalahan matematis, namun matematika memiliki peranan yang sentral dalam menjawab permasalahan keseharian itu. Oleh karena itu cukup beralasan jika pembelajaran berbasis masalah menjadi trend dalam pembelajaran matematika sekarang ini. Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2007: 10). Menurut Arends dalam Trianto (2007: 68), pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan perpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.

Pembelajaran berbasis masalah bukan dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, melainkan membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual (Ibrahim dalam Trianto, 2007: 70). Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2007: 10).

Barbara J. Duch dalam tesis M. Wijayanto (2009: 18) menyatakan bahwa:

Problem based learning (PBL) is an instructional model that challenges students to “learn to learn,” working cooperatively in groups to seek solutions to real world problems. These problems are used to engage students’ curiosity and initiate learning the subject matter. PBL prepare studens to think critically and analytically, and to find and use appropriate learning resources.

Problem based learning (PBL), at is most fundamental level, is an instructional model characterized by use of “real world” problem as a context for students to learn critical thinking and problem solving skills, and acquire knowledge of the essential conceps of the course. Using PBL, students acquire life long learning skills which include the ability to find and use appropriate learning resoueces.

(Problem based learning (PBL) adalah satu model yang mengembangkan para siswa “belajar untuk belajar,” bekerja dengan cara kerja sama di dalam kelompok-kelompok untuk mencari pemecahan masalah dalam dunia nyata. Permasalahan ini digunakan untuk menghubungkan pokok materi pelajaran terhadap rasa keingintahuan siswa. PBL mempersiapkan para siswa untuk berpikir kritis dan secara analitis, dan untuk menemukan serta menggunakan sumber belajar yang sesuai. Problem based learning (PBL), pada dasarnya, adalah suatu model yang ditandai dengan penggunaan masalah “dunia nyata” sebagai suatu konteks bagi para siswa untuk belajar berpikir kritis dan terampil memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan tentang konsep yang penting dari apa yang dipelajari. Dengan PBL, para siswa, memperoleh keterampilan tentang belajar sepanjang hidup, termasuk kemampuan untuk menemukan dan menggunakan sumber belajar yang sesuai.)

Anita Lie dalam tesis M. Wijayanto (2009: 24) merumuskan langkah-langkah prosedur pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut: (1) guru menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih, (2) guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.), (3) guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah, (4) guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya, (5) guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.

Motivasi belajar

Motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku atau aktifitas tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya (Hamzah, 2009: 9). Atau dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Sedangkan motivasi belajar menurut Sardiman (2004: 75) adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Motivasi belajar merupakan hal yang sangat penting bagi pembelajaran di sekolah. Setidak-tidaknya seorang anak harus memiliki motivasi untuk belajar di sekolah. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya dengan beberapa indikator. Menurut Hamzah (2009: 31) beberapa indikator tersebut meliputi: (1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) Adanya penghargaan dalam belajar; (5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

Dari pendapat para alhi tersebut dapat disiimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan yang kuat yang timbul dari internal maupun eksternal untuk melakukan perubahan menuju yang lebih baik. Dalam hal motivasi belajar dapat diartikan bahwa dorongan yang timbul tersebut menjadikan siswa lebih bersemangat dalam melakukan aktifitas pembelajaran dengan lebih baik sehingga dapat meraih prestasi yang tinggi.

 

Prestasi belajar

Purwanto (2005: 47) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam rapor. Sedangkan Nasution (dalam Hamalik, 2009: 36) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Prestasi belajar siswa Sekolah Dasar meliputi perilaku kognitif, afektif dan psikomotor. Perilaku-perilaku tersebut saling pengaruh mempengaruhi dan saling menyempurnakan sehingga menjadi satu kesatuan kemampuan, tidak hanya kemampuan teoretis tetapi juga kemampuan praktis dan disertai kesadaran penuh akan sikap dan nilai-nilai. Semakin tinggi prestasi belajar seseorang semakin besar kemampuan yang dimiliki dari prestasi belajarnya, sebaliknya apabila prestasi belajarnya rendah berarti kemampuan yang dimilikinya sebagai prestasi belajar siswa yang rendah.

Keberhasilan mencapai prestasi yang tinggi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Muhibbin Syah (2002:65) dibedakan menjadi dua yaitu: 1) Faktor yang ada pada organisme sendiri yang disebut faktor individual, antara lain kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. 2) Faktor yang ada di luar individu yang kita kenal dengan faktor sosial, meliputi keluarga, guru, cara mengajar, alat-alat yang dipergunakan dalam PBM, lingkungan dan kesempatan yang tersedia serta motivasi sosial.

Kajian Tentang Pembelajaran Matematika di SD

Nasoetion (Sri Subarinah, 2006: 1) mengemukakan bahwa istilah “Matematika” berasal dari kata Yunani mathein atau manthenin yang artinya “mempelajari”. Mungkin juga kata itu erat hubungannya dengan kata sansekerta medha atau widya yang artinya ialah “kepandaian”, ”ketahuan” atau “intelegensi”. Dengan menguasai matematika, orang akan belajar mengatur jalan pemikirannya dan sekaligus belajar menambah kepandaiannya. Johnson dan Rising (Sri Subarinah, 2006: 1) mengemukakan bahwa matematika merupakan pola berfikir, pola mengorganisasikan pembuktian logik, pengetahuan struktur yang terorganisasi memuat sifat-sifat, teori-teori, dibuat secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya. Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya (Sri Subarinah, 2006: 1). Prihandoko (2006: 6) mengemukakan bahwa matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang bersifat abstrak, yang membutuhkan kecermatan dalam mempelajarinya sebagai sarana berpikir logis yang sistematis, logis, dan kritis dengan menggunakan bahasa matematika. Dengan matematika ilmu pengetahuan lainnya dapat berkembang secara cepat karena matematika dapat memasuki wilayah cabang ilmu lainnya dan seluruh segi kehidupan manusia

Adapun ruang lingkup pelajaran matematika yaitu bilangan, geometri, dan pengukuran, serta pengolahan data. Kompetensi dalam bilangan ditekankan pada kemampuan melakukan dan menggunakan sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah dan menaksir hasil operasi hitung. Pengukuran dan geometri ditekankan pada kemampuan mengidentifikasi pengelolaan data dan bangun ruang serta menentukan keliling, luas, volume, dalam pemecahan masalah. Pengelolaan data ditekankan pada kemampuan mengumpulkan, menyajikan dan membaca data.

Hipotesis Tindakan

Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Penggunaan metode Problem Based Learning dapat meningkatkan motivasi belajar bagi siswa kelas VI SD Negeri Sidorejo 02 Kecamatan Bendosari pada semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan. 2) Penggunaan metode Problem Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi operasi hitung pecahan bagi siswa kelas VI SD Negeri Sidorejo 02 Kecamatan Bendosari pada semester 2 tahun pelajaran 2015/2016.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di kelas VI SD Negeri Sidorejo 02 yang beralamat di Ngemul RT 03 RW 01 Desa Sidorejo, Kecamatan Bendosari. Lokasi tersebut merupakan tempat peneliti bertugas sebagai guru kelas, sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian. Penelitian ini dilakukan pada semester 2 tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan, yaitu mulai bulan Januari 2016 sampai dengan bulan Juni 2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Sidorejo 02 Kecamatan Bendosari, Kabupaten Bendosari semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 12 siswa.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari guru, siswa, dan dokumen. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan melalui teknik observasi, tes, dandokumen. Teknik Observasi merupakan teknik yang digunakan untuk memperoleh data kegiatan siswa dan guru dalam proses perbaikan pembelajaran. Teknik tes merupakan teknik yang digunakan untuk memperoleh data aspek kognitif yakni peningkatan prestasi belajar siswa. Sedangkan teknik dokumen yakni tekni yang digunakan untuk memperoleh data mengenai daftar nama siswa kelas VI semester 2 dan prestasi belajar siswa, yang akan menjadi subjek penelitian sebelum dilakukan tindakan.

Validasi data merupakan tahapan yang dilakukan untuk menguji keakuratan data yang diperoleh dalam penelitian. Validasi dalam penelitian ini menggunakan 2 metode untuk menguji kebenaran penelitian, yaitu: triangulasi dan review informan kunci. Metode triangulasi terdiri dari triangulasi sumber dan triangulasi metode.

Teknik analisi yang digunakan dalam penelitian ini yakni analisis model interaktif. Analisis interaktif trsebut meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan

  1. Reduksi Data

Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi. Milles dan Huberman (1992: 16) mengemukakan “Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehinggga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi”.

 

 

  1. Penyajian Data

Setelah data direduksi langkah selanjutnyan yaitu diadakan penyajian data. Penyajian data yang berupa informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

  1. Penarikan/ Verifikasi

Milles dan Huberman (1992: 19) mengemukakan “Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil laporan penelitian. Kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna-makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya yaitu yang merupakan validitasnya”.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Deskripsi Kondisi Awal

Paradikma siswa yang menganggap bahwa matematika merupakan mata palajaran yang sulit dipelajari semakin tertanam kuat jika dalam proses pembelajaran guru masih menerapakan model pembelajaran lamal. Penerapan model pembalajaran ceramah monoton yang dilakukan guru pada proses pembelajaran akan menjadikan siswa kurang terlibat aktif dan merasa kurang antusias dalam memgikuti proses pembelajaran. kurangnya motovasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut terbukti dengan perolehan kategori motivasi siswa yang “rendah”. Rendahnya motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menjadikan prestasi belajar siswa juga masih sangat rendah. Sehingga pada akhirnya prestasi belajar yang diraih siswa kurang optimal.

Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilakukan menunjukkan dari 2 peserta didik, yang mendapat nilai > KKM 70 hanya 5 peserta didik (41,67%), sedangkan sisanya 7 peserta didik (58,33%) masih berada dibawah KKM dan bahkan ada yang mendapat nilai jauh di bawah KKM nilai terendah 50. Nilai rata-rata kelas yang dicapai sebesar 63,75. Dengan hasil tersebut berarti tujuan pembelajaran secara umum belum tercapai karena tingkat ketuntasan beajar masih dibawah 80%.

Deskripsi Tindakan Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dalam proses perbaikan pembelajaran siklus I menunjukan adanya peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti prosespembelajaran. Hal tersebut terlihat dari pencapaian kategori motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yakni pada kategori “Tinggi”. Meningkatnya motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran memberikan dampak meningkatnya prestasi belajar siswa.

Peningkatan kualitas proses pembelajaran siswa tersebut memberikan dampak peningkatan prestasi belajar siswa. Peningkatan prestasi belajar sisa tersebut dapat dibuktikan dari nilai terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 60.00 dan nilai tertinggi sebesar 85.00. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 70,83. Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah sebanyak 8 orang siswa atau 66,67%. Adapun siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah 4 orang siswa atau 33,33%.

Berdasarkan hasil refleksi tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa proses perbaikan pembelajaran belum sepenuhnya berhasil sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapakan dalam penelitian ini yakni ketuntasan belajar siswa masih dibawah 80% serta rata-rata motivasi siswa belum mencapai kategori “sangat tinggi”. Masih terdapat beberapa siswa yang kurang aktif dalam diskusi kelompok sehingga kesulitan dalam memahamai materi pembelajaran. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan pembelajaran pda Siklus II dengan memperhatikan kelemahan yang terjadi selama perbaikan pembelajaran siklus I sehingga dapat mencapai haasil yang lebih optimal.

Deskripsi Tindakan Siklus II

Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran siklus II maka dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. hal tersebut terlihat dari pencapaian rata-rata motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran mendapatkan kategori “sangat tinggi”. Peningkatan motivasi siswa dalam proses pemeblajaran memberikan dampak yang signivikan terhadap peningakatan prestasi belajara siswa pada akhir siklus II.

Hasil yang diraih siswa dalam perbaikan pembelajaran siklus II setalah dianalisis dan dibandingkan dengan indikator keberhasilan ternyata telah sepenuhnya sesuai bahkan melebihi batas yang ditetapkan.Dengan hasil di atas maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kegiatan pembelajaran telah berhasil dan dihentikan pada akhir Siklus II.

Pembahasan Hasil Tindakan

Peningakatan kualitas proses pembelajaran siswa dapat disajikan dalam tabel dibawah ini:

Tabel Kualitas Proses Pembelajaran Siswa pada Antar Siklus

No. Kriteria Kategori
1 Kondisi Awal Rendah
2 Siklus I Tinggi
3 Siklus II Sangat Tingggi

 

Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, maka hipotesis tindakan yang menyebutkan bahwa “Penggunaan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VI SD Negeri Sidorejo 02 Kecamatan Bendosari pada semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan” terbukti kebenarannya.

Peningkatan prestasi belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus II selanjutnya dapat disajikan ke dalam tabel berikut ini.

 

 

 

 

 

Tabel Data Peningkatan Prestasi belajar Siswa Antar Siklus

No. Ketuntasan Awal Siklus I Siklus II
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Tuntas 5 41,67 8 66,67 12 100.00
2. Belum Tuntas 7 58,33 4 33,33 0 00.00
Jumlah 12 100.00 12 100.00 12 100.00
Nilai Rata-rata 63,75 70,83 78,75
Nilai Tertinggi 75.00 85.00 90.00
Nilai Terendah 50.00 60.00 70.00

 

Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, maka hipotesis tindakan yang menyebutkan bahwa “Penggunaan metode Problem Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi operasi hitung pecahan bagi siswa kelas VI SD Negeri Sidorejo 02 Kecamatan Bendosari pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016” terbukti kebenarannya.

P E N U T U P

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas VI SD Negeri Sidorejo 02 Kecamatan Bendosari Semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 dalam pembelajaran Matematika materi sistem pemerintahan Indonesia dengan menggunakan metode Contekstual Teaching and Learning, selanjutnya dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

  • Penggunaan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VI SD Negeri Sidorejo 02 Kecamatan Bendosari pada semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan. Hal ini dapat dibuktikan dengan kategori motivasi belajar siswa pada Kondisi Awal “rendah” meningkat menjadi “sangat tinggi” pada akhir siklus II.
  • Penggunaan metode Problem Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi operasi hitung pecahan bagi siswa kelas VI SD Negeri Sidorejo 02 Kecamatan Bendosari pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata prestasi belajar siswa serta ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Peningkatan nilai rata-rata prestasi belajar siswa yakni pada Kondisi Awal sebesar 63,75 meningkat menjadi 78,75 pada akhir siklus II, sehingga mengalami peningkatan sebesar 15,00. Ditinjau dari ketuntasan belajar siswa secara kelasikal yakin pada Kondisi Awal sebesar 41,67% meningkat menjadi 100% pada akhir Siklus II, sehingga mengalami peningkatan 58,33%.

Saran

Saran bagi siswa untuk belajar memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran matematika dengan melakukan diskusi dalam kelompok; untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga prestasi belajar yang diperoleh semakin optimal.

Saran bagi guru untuk lebih optimal dalam melakukan pengelolaan kelas sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan kondusif; untuk lebih terampil dalam memilih dan menerepkan berbagai model pembelajaran khususnya Problem Based Learning (PBL) dalam melakukan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Saran bagi sekolah untuk mendorong dan memfasilitasi para guru untuk meningkatkan kamampuannya melakukan inovasi dalam menerapakn berbagai model pembelajaran paada proses pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan sekolah dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal, 2009, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arifin, Zainal. 1990. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan untuk Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas. Yogyakarta: Aditya Media.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. 2012. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Uno,Hamzah B.. 2009. Teori Motivasi dan Pengukurannya, Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Miftahul Huda. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Miftahul Huda. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muhibbin Syah, M.Ed. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Press.

Purwanto. Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Purwanto. 2005. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algasindo.

Purwadarminta W.J.S, KamusUmumBahasa Indonesia, Jakarta, PN. BalaiPustaka, 1986.

Permendiknas No. 22 tahun 2006.

Prihandoko, Antonius Cahya. (2006). Memahami Konsep Matematika Secara Benar Dan Menyajikannya Dengan Menarik. Jakarta: Depdiknas.

Ricard I. Arends, 2008. Learning To Teach “Belajar Untuk Mengajar”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, edisi 7.

Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Grup.

Sardiman AS. (2004)Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.

Slameto. 2005. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sri Subarinah. (2006). Inovasi Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdiknas.Saefuddin, Asis dan Berdiati, Ika. 2014. Pembelajaran Efektif. Bandung: Rosda Karya.

Suyanto, dan Asep Jihad. 2013. Menjadi Guru Profesional. Esensi: Jakarta.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

  1. Wakiman. (2001). Alat Peraga Pendidikan Matematika I. Yogyakarta: FIP UNY.

Wijayanto M. 2009. Pengaruh Penerapan Model Problem Based Learning dan Cooperative Learning Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa. Surakarta: UNS Program Pasca Sarjana.

Winkel, WS. 2001. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia