Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PASSING BAWAH BOLA VOLI
MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE INVESTIGASI KELOMPOK PADA SISWA KELAS IV
SDN 3 BOTORECO TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Mustikaningsih
SDN 3 Botoreco Kecamatan Kunduran
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar passing bawah bola voli pada siswa kelas IV SDN 3 Botoreco Kecamatan Kunduran. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek dalam penelitian ini seluruh siswa kelas IV SDN 3 Botoreco Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2016/2017 berjumlah 29 siswa yang terbagi atas atas 15 siswa putra dan 14 siswa putri. Teknik pengumpulan data adalah melalui tes pengukuran kemampuan passing bawah bola voli. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara deskriptif komparatif. Prosedur penelitian ini meliputi planning, acting, observasi dan reflecting. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan model pembelajaran investigasi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar passing bawah bola voli pada siswa kelas IV SDN 3 Botoreco Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2016/2017. Ketercapaian ketuntasan belajar dari kondisi awal adalah 44,83% (13 siswa) dengan nilai rata-rata 63,79. Pada siklus I, ketuntasan belajar siswa adalah 75,86% (22 siswa) dengan nilai rata-rata 72,41. Pembelajaran siklus II kembali mengalami peningkatan ketuntasan belajar yaitu 86,21% (25 siswa) dengan nilai rata-rata 77,24.
Kata Kunci : hasil belajar, passing bawah bola voli, model pembelajaran kooperatif, investigasi kelompok
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan merupakan ujung tombak kesuksesan bangsa Indonesia untuk mencerdaskan anak bangsa. Dalam implementasinya, pendidikan di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan. Perubahan yang terjadi adalah pergantian Kurikulum. Kebijakan pengembangan kurikulum bertujuan menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Bab II Pasal 2 disebutkan bahwa “Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945â€. Dalam pasal 3 disebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Menurut Mardiana. dkk, (2008: 4), Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh kemampuan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan, dan perkembangan watak. Pendidikan jasmani merupakan wadah untuk mengembangkan ranah kognitif, afektif, psikomotorik siswa. Dalam proses belajar yang baik, seseorang akan berusaha mencapai hasil belajar yang maksimal. Pencapaian hasil belajar siswa satu dengan siswa yang lain memperoleh hasil yang beragam, sehingga setiap sekelompok individu yang heterogen memiliki beragam kemampuan intelegensi.
Salah satu faktor yang memengaruhi hasil belajar seseorang dengan hasil yang baik, yaitu kemampuan guru dalam mengolah model pembelajaran dan metode pembelajaran yang tepat dan memberi kemudahan bagi siswa untuk mempelajari materi pelajaran. Sehingga menghasilkan pembelajaran yang lebih baik dan efektif. Oleh karena itu pemilihan model pembelajaran yang tepat akan menghasilkan pembelajaran yang maksimal dan manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh murid.
Namun demikian, kenyataan di lapangan sangat jauh dari yang diharapkan. Hasil belajar siswa masih belum sesuai dengan yang diharapkan guru. Hal ini juga terjadi pada siswa kelas IV SDN 3 Botoreco Kecamatan Kunduran. Hasil belajar siswa pada materi passing bawah bola voli masih rendah. Dari 29 siswa hanya 13 siswa yang tuntas belajar dengan KKM 70. Rata-rata tes unjuk kerja pada materi passing bawah bola voli adalah 63,79. Kondisi ini terjadi karena selama ini guru menerapkan model pembelajaran langsung, guru hanya menyampaikan materi kepada siswa kemudian siswa mempraktikkannya, tidak terjadi diskusi antar siswa tentang materi yang diajarkan dalam pembelajaran PJOK, siswa belajar secara individual sehingga siswa yang kurang menguasai materi pembelajaran akan berdampak pada hasil belajar PJOK yang kurang maksimal.
Dari gambaran kondisi pembelajaran di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian tindakan kelas untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran yang bersifat kooperatif. Hal ini dilakukan karena dalam olahraga permainan membutuhkan kerjasama antar siswa yang satu dengan siswa lainnya. Model pembelajaran kooperatif yang diambil peneliti sebagai tindakan untuk meningkatkan hasil belajar passing bawah bolavoli adalah model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok (Group Investigation).
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti dapat merumuskan masalah “Bagaimanakah model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar passing bawah bola voli pada siswa kelas IV SDN 3 Botoreco Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2016/2017?â€
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar passing bawah bola voli pada siswa kelas IV SDN 3 Botoreco Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2016/2017 dengan menerapkan model pembelajaran tipe investigasi kelompok.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Siswa
a. Meningkatkan minat siswa terhadap olahraga bola voli.
b. Meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada materi passing bawah bola voli.
c. Meningkatkan kerjasama antas siswa.
2. Bagi Guru
a. Meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan berbagai model pembelajaran kooperatif.
b. Mengetahui kelebihan dan lelurangan suatu model pembelajaran.
c. Mengetahui model pembelajaran yang sesuai untuk suatu meteri pelajaran.
LANDASAN TEORI
Hasil Belajar
Menurut Moh. Surya (1981:32), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
Menurut Cullen dalam Dasim (2002: 112) penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Bloom membagi hasil belajar dalam tiga aspek yaitu: espek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotoris (Nana Sudjana, 2005: 22).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah melakukan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhannya. Usaha tersebut dipengaruhi kondisi dan situasi tertentu, yaitu pendidikan dan latihan dalam suatu jenjang pendidikan. Pengukuran prestasi belajar dapat dilakukan dengan tes dan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa. Untuk melakukan evaluasi diperlukan adanya evaluasi yang objektif, menyeluruh dan berkesinambungan.
Pendidkan Jasman di SD
Pendidikan Jasmani menurut Rosdiani (2013: 23) “Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neumuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasionalâ€.
Sedangkan menurut Supandi (1992: 1) “Pendidikan Jasmani adalah proses interaksi sistematik antara anak didik dan lingkungan yang dikelola melalui pengembangan jasmani secara efektif dan efisien menuju pembentukan manusia yang seutuhnyaâ€.
Dengan demikian, Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Tujuan Pendidikan Jasmani menurut Rosdiani (2013: 26) “Pendidikan Jasmani bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emoional, dan moralâ€. Singkatnya Pendidikan Jasmani bertujuan untuk mengembangkan potensi setiap anak setinggi-tingginya.
Pembelajaran Kooperatif
Robert Slavin dalam Pahyono (2005: 45) mendefinisikan pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran dimana siswa belajar bersama dan bertanggung jawab terhadap teman/kelompoknya.
Dalam pembelajaran kooperatif ada beberapa tipe atau variasi jenis meskipun penekanan secara umum sama yaitu mengenai kolaborasi atau bersifat kerjasama namun terdapat perbedaan diantaranya. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pada setiap tipe model pembelajaran kooperatif. Maka akan dijelaskan syntak model pembelajaran kooperatif tipe dari Students Teams Achievement Division (STAD), jigsaw, Group Investigation (GI), make a match, Team Games Tournaments (TGT) dan struktural. Menurut Rusman (2013: 213-227) syntak pada tipe-tipe model pembelajaran kooperatif antara lain:
1. Student Teams Achievement Division (STAD)
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan variasi pembelajaran yang paling banyak diteliti. Syntak model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah 1) penyampaian tujuan dan motivasi, 2) pembagian kelompok, 3) presentasi dari guru, 4) kegiatan belajar dalam tim, 5) kuis/ evaluasi.
2. Jigsaw
Merupakan model pembelajaran dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil secara heterogen, bekerja sama, saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Syntak model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah 1) penyampaian tujuan dan motivasi, 2) siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang, 3) setiap orang dalam satu kelompok mempunyai materi dan tugas yang berbeda-beda, 4) anggota dari kelompok yang berbeda dengan materi serta tugas yang sama membentuk kelompok baru (kelompok ahli), 5) setelah kelompok ahli berdiskusi maka tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan pada anggota kelompok tentang subtopik yang telah mereka kuasai, 6) tim ahli mempresentasikan hasil diskusi, 7) pembahasan/evaluasi, 8) penutup.
3. Investigasi Kelompok
Merupakan model pembelajaran kelompok yang beranggotakan dua sampai enam orang dan dibentuk sendiri, memilih subtopik yang disediakan, membuat laporan kelompok dan mempresentasikan kepada kelompok lain untuk bertukar pengetahuan temuan mereka. Syntak model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok adalah 1) mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan siswa dalam kelompok, 2) merencanakan prosedur dan tujuan, 3) Guru mendemonstrasikan materi dan siswa diberi kesempatan mencobanya, 4) Siswa menganalisis dan mensintesis materi yang telah dipelajarinya, 5) Siswa mempresentasikan hasil analisis dan sintesis, 6) evaluasi.
4. Make a Match (Membuat Pasangan)
Merupakan model pembelajaran dengan keunggulan memberi kesempatan siswa agar mampu mencari pasangan sambil belajar suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Syntak model pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah 1) guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep/ topik yang mana satu sisi kartu berupa soal dan sisi sebaliknya kartu berupa jawaban, 2) setiap siswa mendapatkan satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang, 3) siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya, 4) siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu akan diberikan poin sedangkan siswa yang tidak dapat mencocokkan katu dengan pasangannya tidak akan mendapatkan poin, 5) setelah satu babak kartu dikocok kembali agar setiap siswa mendapatkan kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya, 6) kesimpulan.
5. Team Games Tournaments (TGT)
Merupakan model pembelajaran dengan ciri khas yang dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk dapat melakukan pembelajaran melalui permainan antara kelompok satu dengan kelompok lain dengan tujuan memperoleh skor. Syntak model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah 1) penyajian kelas, 2) belajar dalam kelompok, 3) permainan, 4) pertandingan, 5) penghargaan kelompok.
6. Struktural
Merupakan model pembelajaran yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Untuk melakukan model pembelajaran kooperatif tipe struktural ini, maka dapat dilakukan dengan menerapkan beberapa komponen, antara lain: 1) struktur dan konstruk yang berkaitan, 2) prinsip-prinsip dasar, 3) pembentukan kelompok dan pembentukan kelas, 4) kompenen dalam kelompok, 5) tata kelola, 6) keterampilan sosial.
Kerangka Berpikir
Hasil evaluasi belajar siswa kelas IV SDN 3 Botoreco Kecamatan Kunduran menunjukkan bahwa hasil belajar siswa materi passing bawah bola voli masih rendah, untuk itu harus diadakan perbaikan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Salah satunya adalah menggunakan model pembelajaran yang tepat. Guru diharapkan mempunyai kemampuan dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran.
Dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat maka anak akan dapat mengolah dan menerima secara optimal, sehingga terjadi perubahan sikap. Model pembelajaran yang tepat untuk materi passing bawah bola voli adalah model pembelajaran yang bersifat kooperatif. Salah satu tipe yang sangat sesuai pada materi tersebut yaitu tipe investigasi kelompok (group investigation). Dengan pembelajaran investigasi kelompok diharapkan kerjasama antar siswa meningkat dan hasil belajar pada materi passing bawah bola voli juga turut meningkat.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan kelas sebagai berikut: Melalui model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar passing bawah bola voli pada siswa kelas IV SDN 3 Botoreco Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2016/2017.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV SDN 3 Botoreco Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2016/2017. Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Agutus sampai dengan Oktober 2015. Subyek Penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN 3 Botoreco Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2016/2017 dengan jumlah 29 siswa terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil tes pengukuran kemampuan passing bawah dengan cara tes unjuk kerja. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes unjuk kerja. Sedangkan teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif komparatif dengan membandingkan hasil belajar pada konsisi Awal, Siklus I dan kondisi Siklus II.
Prosedur dalam penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas terdiri dari dua siklus, dan setiap siklus terdiri dari empat tahapan yakni tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap pengamatan atau observasi dan tahap refleksi.
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
Pra Siklus
Data hasil belajar pra siklus, dari 29 siswa yang tuntas belajar adalah 13 siswa (44,83%). Sejumlah 16 siswa (55,17%). Rincian nilai hasil unjuk kerja kemampuan passing bawah bola voli adalah: 7 siswa mendapat nilai 50; 9 siswa mendapat nilai 60; 8 siswa mendapat nilai 70; dan 5 siswa mendapat nilai 80. Rata-rata nilai adalah 63,79.
Siklus I
Pembelajaran passing bawah bola voli pada siklus I peneliti menerapkan model pembelajaran investigasi kelompok. Siklus II dilaksanakan pada bulan September 2016. Minat belajar siswa mulai meningkat. Hasil belajar siswa saat dilakukan tes kemampuan passing bawah mulai menunjukkan peningkatan. Terdapat 22 siswa (75,86%) tuntas belajar dan sisanya, 7 siswa (24,14%) tidak tuntas belajaa. Secara rinci hasil tes kemampuan siswa adalah: 3 siswa mendapat nilai 50; 4 siswa mendapat nilai 60; 10 siswa mendapat nilai 70; 7 siswa mendapat nilai 80; dan 5 siswa mendapat nilai 90. Rata-rata nilai adalah 72,41.
Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada bulan Oktober 2016. Hasil tes kemampuan passing bawah pada siklus II semakin meningkat. Tingkat ketuntasan belajar siswa mencapai 25 siswa (86,21%). Siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 4 siswa (13,79%). Pada siklus II, 4 siswa mendapat nilai 60; 8 siswa mendapat nilai 70; 9 siswa mendapat nilai 80; dan 8 siswa mendapat nilai 90. Rata-rata nilai adalah 77,24.
PEMBAHASAN
Pada kondisi awal, tingkat ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 44,83%. Pada siklus I, setelah menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok, tingkat ketuntasan belajar meningkat menjadi 75,86%. Setelah dilakukan refleksi dan melakukan berbagai pembenahan, pada siklus II tingkat ketuntasan belajar meningkat menjadi 86,21%. Secara keseluruhan terjadi peningkatan ketuntasan belajar sebesar 41,38%.
Nilai rata-rata hasil belajar juga mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada kondisi awal, rata-rata hasil belajar siswa adalah 63,79. Pada siklus I meningkat menjadi 72,41 dan pada siklus II kembali meningkat menjadi 77,24. Terjadi peningkatan dari kondisi awal ke kondisi akhir sebesar 13,45.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar passing bawah bola voli pada siswa kelas IV SDN 3 Botoreco Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2016/2017.
Saran
Berdasarkan penemuan pada saat penelitian dan simpulan di atas, maka diajukan saran sebagai berikut:
1. Guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif investigasi kelompok untuk meningkatkan hasil belajar passing bawah bola voli
2. Guru tidak cukup hanya menjelaskan dan mendemonstrasikan tugas gerak yang diberikan. Namun guru juga perlu memberikan kesempatan pada siswa untuk menganalisa pembelajaran dan siswa saling berinteraksi sesama siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik
3. Guru akan sangat diperlukan terutama untuk memahami dan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok sebagai penunjang peningkatan hasil belajar passing bawah bola voli.
4. Untuk sekolah semoga ini mendapat perhatian dan mendukung untuk pelaksanaan pembelajaran yang ada di SDN 3 Botoreco Kecamatan Kunduran, agar pembelajaran berjalan lancar dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Mardiana, Ade, Purwadi dan Satya, Indrawira. 2008. Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: Universitas Terbuka
Pahyono, dkk. 2005. Strategi Pembelajaran efektif, Model pembelajaran Kooperatif Learning. Makalah disampaikan pada diklat guru kurikulum KBK di LPMP Jawa Tengah.
Rosdiana, Dini. 2013. Perencanaan Pembelajaran dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta.
Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdikarya
Supandi. 1992. Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung. IKIP Bandung
Surya HM. 2001. Kapita selekta Kependidikan SD. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretaris Negara Republik Indonesia.