PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PKn

MATERI KEBEBASAN BERORGANISASI MELALUI METODE

MIND MAPPING BAGI SISWA KELAS V

SDN 5 CEPU TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Suci Indahyati

SDN 5 Cepu Kecamatan Cepu

 

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar PKn tentang Kebebasan Berorganisasi pada siswa kelas V SDN 5 Cepu Kecamatan Cepu tahun pelajaran 2016/2017 dengan menerapkan metode Mind Mapping. Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II dengan subjek penelitian siswa kelas V SDN 5 Cepu Kecamatan Cepu tahun pelajaran 2016/2017 sejumlah 30 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik tes dan nontes. Data tes diperoleh dari nilai hasil ulangan harian yang dilakukan pada akhir siklus sedangkan data nontes diperoleh dari observasi, dokumentasi dan pengamatan lapangan. Dari hasil analisis data pada pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II diperoleh perbandingan nilai hasil ulangan harian siswa. Pada pra siklus, rata-rata ulangan harian siswa adalah 64,33 dengan tingkat ketuntasan 46,67% (14 dari 30 siswa). Pada siklus I, rata-rata ulangan harian siswa meningkat menjadi 72,00 dengan tingkat ketuntasan 66,67% (20 siswa tuntas). Pada siklus II kembali terjadi peningkatan rata-rata nilai ulangan harian yaitu 77,67 dengan tingkat ketuntasan 83,33% (25 siswa tuntas).  Simpulan dari peneitian ini adalah penerapan metode Mind Mapping dapat meningkatkan prestasi belajar PKn tentang Kebebasab Berorganisasi pada siswa kelas V SDN 5 Cepu Kecamatan Cepu Tahun Pelajaran 2016/2017.

Kata Kunci: prestasi belajar, pembelajaran PKn, metode Mind Mapping

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Berdasarkan KTSP 2006 mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (BSNP, 2006: 108). Secara terperinci tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar peserta didik memiliki kemampuan antara lain: (1) berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, (2) berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi, (3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya, (4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi infornasi dan komunikasi. (BSNP, 2006: 108).

Pada praktiknya, pembelajaran PKn masih menghadapi banyak kendala-kendala. Kendala-kendala yang dimaksud antara lain:

1.   Guru masih mengalami kesulitan dalam mengaktifkan siswa untuk terlibat langsung dalam proses penggalian dan penelaahan bahan pelajaran.

2.   Jumlah siswa setiap kelas cukup besar. Terkait dengan jumlah siswa yang cukup besar di setiap kelas ini, proses belajar dihadapkan pada kenyataan keberadaan sarana dan prasarana pembelajaran yang kurang memadai, sehingga hal tersebut juga menyebabkan guru kurang dapat mengenali sikap dan perilaku individual siswa atau murid secara baik. Hal ini dapat berdampak pada kurangnya perhatian siswa terhadap materi pembelajaran.

3.   Sebagian siswa memandang mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bersifat konseptual dan teoritis. Akibatnya siswa ketika mengikuti pembelajaran PKn merasa cukup mencatat dan menghafal konsep-konsep dan teori-teori yang diceramahkan oleh guru, tugas-tugas terstruktur yang diberikan dikerjakan secara tidak serius dan bila dikerjakan pun sekedar memenuhi formalitas.

4.   Praktik kehidupan di masyarakat baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, hukum, agama seringkali berbeda dengan wacana yang dikembangkan dalam proses pembelajaran di kelas.

Hal tersebut berakibat bahwa siswa seringkali merasa apa yang dipelajari dalam proses belajar di kelas sebagai hal yang sia-sia. Kelima, letak sekolah yang ada di pinggir kota dan juga asal siswa dari pinggir kota merupakan kendala dalam pembelajaran, karena wawasan siswa menjadi sangat terbatas dan kurang, sehingga dalam proses pembelajaran siswa di kelas menjadi tidak aktif dan tidak bergairah untuk bersama-sama proaktif.

Kenyataan yang sama juga terjadi pada pembelajaran PKn di kelas V SDN 5 Cepu Kecamatan Cepu Kabupaten Blora. Berdasarkan hasil pengamatan secara kasar, dapat diketahui bahwa siswa kurang begitu berminat dalam mengikuti pembelajaran PKn yang disampaikan guru. Hal ini diindikasikan dengan banyaknya siswa yang terlihat mengantuk dan menunjukkan gejala-gejala kebosanan dalam mengikuti pelajaran. Sebagian besar siswa terlihat kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran yang dilakukan guru. Apalagi guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran yang dilakukan.

Kondisi tersebut berdampak pada kurang optimalnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn. Kurang optimalnya hasil pembelajaran siswa diindikasikan dengan rendahnya nilai hasil ulangan harian yang diperoleh siswa, yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 64,33. Nilai tersebut masih di bawah KKM yang ditetapkan yaitu 70. Atas dasar hal tersebut maka siswa secara klasikal belum mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran PKn materi “Kebebasan Berorganisasi’.

Ditinjau dari ketuntasan kelas, tingkat ketuntasan kelas baru mencapai 32% dari jumlah siswa. Hal tersebut diartikan bahwa dari sebanyak 30 anak yang ada, jumlah anak yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70 baru sebanyak 14 anak (46,67%). Sisanya sebanyak 16 anak (53,33%) belum mencapai ketuntasan belajar.

Berangkat dari kondisi tersebut, guru perlu melakukan tindakan perbaikan pembelajaran. Tindakan yang dilakukan guru adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang dianggap menyenangkan dan mampu mendorong siswa aktif serta kreatif dalam proses belajar. Hal ini dimaksudkan agar sikap ilmiah siswa terbangun dengan optimal. Metode pembelajaran yang akan dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar PKn materi kebebasan berorganisasi adalah metode pembelajaran Mind Mapping. Metode pembelajaran ini dipilih karena metode ini merangsang siswa untuk lebih aktif menuangkan ide dan gagasan yang diketahuinya tentang suatu materi pelajaran. Diharapkan pada saat dilakukan kerja kelompok, aktivitas siswa untuk ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah dapat meningkat. Persaingan antar kelompok akan merangsang siswa untuk semakin aktif dalam kelompoknya.

Rumusan Masalah

Dilihat dari identifikasi masalah, maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan metode pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan prestasi belajar PKn tentang Kebebasan Berorganisasi pada siswa kelas V SDN 5 Cepu tahun pelajaran 2016/2017?”

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SDN 5 Cepu Kecamatan Cepu tahun pelajaran 2016/2017 dalam pembelajaran PKn materi Kebebasan Berorganisasi melalui penggunaan metode mind mapping.

Manfaat Penelitian

1.   Bagi Siswa: Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa untuk meningkatkan prestasi belajar PKn.

2.   Bagi Guru: Hasil penelitian ini bermanfaat bagi guru untuk menambah wawasan tentang penggunaan metode mind-mapping dalam pembelajaran.

3.   Bagi Sekolah: Hasil penelitian ini bermanfaat bagi sekolah untuk dijadikan pendorng bagi guru agar mau menggunakan berbagai metode pembelajaran yang bervariatif.

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar

Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2004). Pendidikan Kewarganegaraan mengalami perkembangan sejarah yang sangat panjang, yang dimulai dari Civic Education, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, sampai yang terakhir pada Kurikulum 2004 berubah namanya menjadi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Landasan PKn adalah Pancasila dan UUD 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, tanggap pada tuntutan perubahan zaman, serta Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 serta Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah-Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Rumusan tujuan tersebut memiliki kemiripan dengan tujuan pendidikan kewarganegaraan dalam dokumen National Standards for Civics and Government yang dikembangkan oleh Center for Civic Education (1994) Calabasas, Amerika Serikat. National Standards for Civics and Government merumuskan tujuan pembelajaran civics dalam tiga bentuk komponen kompetensi kewargaan, yaitu: civic knowledge, civic skills, yang memuat kecakapan intelektual dan partisipatori, dan civic dispositions. Hanya saja, konteks ke-Indonesia-an seperti dalam hal pendidikan anti-korupsi tampaknya sejalan dengan politik nasional untuk melawan korupsi sebagai perwujudan dari gerakan reformasi nasional. Hal tersebut menjadikan civics persekolahan model Indonesia memiliki kekhasannya tersendiri.

Prestasi Belajar PKn

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2). Sedangkan Gino (2000: 31) menyatakan bahwa, “Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan kepada suatu tujuan, proses berbuat melalui pengamatan, melihat, mamahami sesuatu yang dipelajari”

Pengertian belajar menurut Wittrock sebagaimana dikutip oleh Good dan Brophy (1990: 124) disebutkan sebagai proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Menurut Wittrock belajar merupakan proses perubahan melalui pengalaman.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman, belajar bukanlah menghafalkan fakta-fakta yang terlepas-lepas, melainkan mengaitkan konsep-konsep yang baru pada konsep yang telah ada dalam struktur kognitif. Akibat terjadinya proses belajar pada diri seseorang adalah terjadinya perubahan perilaku yang dapat mencakup kawasan kognitif, efektif, maupun psikomotorik. Perubahan perilaku sebagai akibat terjadinya proses belajar disebut hasil belajar atau prestasi belajar.

Prestasi belajar adalah kemampuan seseorang dalam menguasai sejumlah program setelah memperoleh hasil yang memuaskan. Prestasi ini dapat dikembangkan dalam angka (nilai), sehingga mencerminkan keberhasilan belajar atau prestasi belajar peserta didik pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan kemampuan nyata yang dicapai atau hasil-hasil maksimal dari usaha belajar atau hasil pekerjaan yang menyenangkan hati dengan penelitian dalam belajar. Prestasi belajar menurut Muhibbin Syah (2002: 213) meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar peserta didik.

Dari uraian tentang prestasi belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: 1) prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar pada jenjang pendidikan tertentu yang dinyatakan dalam bentuk angka (nilai) raport pada setiap semester atau akhir ujian; 2) prestasi belajar adalah kemampuan nyata yang dicapai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar; dan 3) prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh setelah seseorang melakukan kegiatan belajar serta mampu mengungkapkan gagasan, maupun menganalisis, menciptakan sesuatu hal yang baru.

Dikaitkan dengan pembelajaran PKn, maka prestasi belajar PKn diartikan sebagai hasil yang diperoleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar pada jenjang pendidikan tertentu yang dinyatakan dalam bentuk angka (nilai) raport pada setiap semester atau akhir ujian dalam pembelajaran PKn.

Metode Mind Mapping

Mind mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa.

Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah mind map memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut. Mind Mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan menggunakan kata kunci bebas, simbol, gambar, dan menggambarkan secara kesatuan dengan menggunakan teknik pohon.

Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Dengan metode mind mapping siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga 78% (Buzan, 2008: 4). Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka kan memudahkan seserorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal.

Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Mind Mapping: 1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai; 2) Guru menyajikan materi sebagaimana biasa; 3) Untuk mengetahui daya serap siswa, guru membentuk kelompok berpasangan dua orang; 4) Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya; 5) Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya; 6) Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang kiranya belum dipahami siswa; dan 7) Kesimpulan/penutup.

Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil identifikasi terhadap kondisi awal pembelajaran PKN pada siswa kelas V di SDN 5 Cepu Kecamatan Cepu tahun pelajaran 2016/2017, dapat diketahui bahwa guru lebih banyak meggunakan metode ceramah dalam penyampaian pembelajaran. Hal ini berdampak pada banyaknya siswa yang terlihat mengantuk dan menunjukkan gejala-gejala kebosanan dalam mengikuti pelajaran.

Kondisi tersebut berdampak pada kurang optimalnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn. Kurang optimalnya hasil pembelajaran siswa diindikasikan dengan rendahnya nilai hasil ulangan harian yang diperoleh siswa. Atas dasar hal tersebut maka siswa secara klasikal belum mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran PKn materi “Kebebasan Berorganisasi’. Ditinjau dari ketuntasan kelas, tingkat ketuntasan juga masih rendah

Berangkat dari kondisi tersebut, maka guru perlu melakukan perbaikan pembelajaran. Perbaikan yang dilakukan difokuskan pada upaya meningkatkan antusiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Upaya perbaikan yang dilakukan guru adalah dengan menggunakan metode mind mapping dalam pembelajaran PKn.

Mind mapping merupakan suatu teknik mencatat yang mampu mengembangkan pikiran dan meningkatkan daya ingat karena informasi disusun secara bercabang dari tema utama yang menyertakan gambar, simbol, warna dan teks untuk yang dapat memampukan peserta didik untuk menggunakan seluruh potensi dan kapasitas otak dengan efektif dan efisien. Dengan menggunakan metode ini, siswa diajak untuk berlatih mengembangkan cara berpikir divergen dan berpikir kreatif. Hal ini pada gilirannya akan membantu siswa memahami materi dengan lebih baik.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan latar belakang permasalahan, kajian teori dan kerangka pemikiran yang sudah dibahas sebelumnya, maka dapat disusun suatu hipotesis tindakan sebagai berikut: “Penggunaan metode mind mapping dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SDN 5 Cepu Kecamatan Cepu tahun pelajaran 2016/2017 dalam pembelajaran PKn materi Kebebasan Berorganisasi”.

METODE PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 5 Cepu Kecamatan Cepu Kabupaten Blora pada kelas V tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yaitu bulan Agustus sampai dengan November 2016. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 5 Cepu dengan jumlah 30 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian tindakan ini adalah teknik tes dan observasi. Tes digunakan sebagai suatu metode atau alat untuk mengadakan penyelidikan yang menggunakan soal-soal, pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas yang lain dimana persoalan-persoalan atau pertanyaan-pertanyaan dan sebagainya itu telah dipilih dengan seksama distandarisasikan, artinya telah ada standard tertentu. Teknik Observasi dalam penelitian ini adalah mengamati secara langsung dengan teliti, cermat, hati-hati terhadap pembelajaran PKn materi “Kebebasan Berorganisasi” bagi siswa kelas V SDN 5 Cepu Kecamatan Cepu tahun pelajaran 2016/2017 melalui metode mind mapping.

Dalam penelitian diperlukan adanya validitas data, maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti. Dalam penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakan triangulasi data dan metode.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas mencakup dua siklus. Setiap siklus, terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pada setiap siklus ada tiga kali pertemuan setiap pertemuan 2 jam pelajaran. Pada setiap akhir siklus dilakukan analisis data untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan yang dilakukan. Indikator kerja dalam penelitian ini adalah apabila 80% dari jumlah siswa ampu mencapai nilai KKM yang ditentukan yaitu 70.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Pra Siklus

Kondisi awal tindakan merupakan hasil pengamatan terhadap kondisi pembelajaran PKn pada siswa di kelas V SDN 5 Cepu Kecamatan Cepu tahun pelajaran 2016/2017. Data refleksi diperoleh dari hasil tes ulangan harian.

Berdasarkan hasil tes ulangan harian diketahui nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 40 dan nilai tertinggi adalah sebesar 80. Nilai rata-rata kelas adalah sebesar 64,33. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa tersebut < KKM yang ditetapkan yaitu 70. Berdasarkan hal tersebut maka secara klasikal siswa kelas V SDN 5 Cepu Kecamatan Cepu belum mencapai ketuntasan belajar PKn pada materi ”Kebebasan Berorganisasi”.

Ditinjau dari ketuntasan belajar, jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar baru mencapai 32%. Hal ini dapat diartikan bahwa dari 30 siswa yang sudah memperoleh nilai > 70 dalam pembelajaran PKn baru mencapai 14 siswa atau 46,67%. Sisanya sebanyak 16 siswa atau 53,33% belum mencapai ketuntasan belajar.

Siklus I

Siklus I dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan pada bulan September 2016 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit tiap pertemuan. Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan pada akhir tindakan Siklus I, dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 50 sedangkan nilai tertinggi adalah 90. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 72,00.

Ditinjau dari ketuntasan belajar, jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM 70 adalah sebanyak 20 siswa atau 66,67%. Sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 10 siswa atau 33,33%.

Siklus II

Seperti halnya siklus I, pembelajaran siklus II juga dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan. Pelaksanaan siklus II pada bulan Oktober 2016 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit tiap pertemuan. Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan pada akhir tindakan Siklus II, dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 60 sedangkan nilai tertinggi adalah 100. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 77,67.

Ditinjau dari ketuntasan belajar, jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM 70 adalah sebanyak 25 siswa atau 83,33%. Sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 5 siswa atau 16,67%.

Pembahasan

Berdasarkan data yang diperoleh melalui pengamatan observer maupun data kuantitatif yang diperoleh melalui tes tertulis diperoleh data hasil belajar pra siklus, siklus I, dan siklus II. Terjadi peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa pada pelaksanaan ulangan harian. Pada pembelajaran pra siklus nilai rata-rata ulangan harian adalah 64,33. Pada siklus I, nilai rata-rata ulangan siswa meningkat menjadi 72,00. Pada siklus II kembali terjadi peningkatan nilai rata-rata ulangan harian menjadi 77,67.

Peningkatan juga terjadi pada ketuntasan belajar siswa. Pada pembelajaran pra siklus ketuntasan belajar siswa adalah 46,67%. Pada siklus I terjadi peningkatan ketuntasan belajar menjadi 66,67%. Ketuntasan belajar siswa kembali meningkat pada siklus II menjadi 83,33%.

PENUTUP

Simpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dan data yang diperoleh pada pembelajaran pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan prestasi belajar PKn tentang Kebebasan Berorganisasi pada siswa kelas V SDN 5 Cepu tahun pelajaran 2016/2017.

Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1.   Bagi Siswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran dapat mendorong meningkatnya penguasaan materi pada siswa. Untuk itu disarankan kepada siswa agar terlibat secara aktif dalam setiap proses pembelajaran yang dilakukan.

2.   Bagi Guru

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang bervariatif mampu mendorong siswa berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. Untuk itu disarankan kepada para guru agar mau melakukan inovasi pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode yang mampu mendorong keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran yang mereka lakukan.

3.   Bagi Sekolah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang bervariatif mampu mendorong siswa berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran Untuk itu disarankan kepada para pengambil kebijakan di tingkat sekolah agar mendorong para guru untuk mencoba menggunakan berbagai metode pembelajaran guna keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran yang mereka lakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Buzan, Tony. 2008. Mind Map Untuk Meningkatkan Kreativitas. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Balitbang-Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BSNP

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta

Syah, Muhibin. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya.