PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

PADA SISWA KELAS VIII.5 SMP NEGERI 2 TEMBILAHAN HULU KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

 

Nurdin

SMPN 2 Tembilahan Hulu

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Permasalahan utama yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai hasil belajar IPS kelas VIII.5 di SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu, Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Instrumen yang dipakai adalah lembar observasi, catatan lapangan dan tes hasil belajar (pos test). Temuan hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar IPS VIII.5 di SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu, ini terlihat dalam rangkaian siklus I dan siklus II. Pada Siklus I nilai rata-rata 68,48, nilai terendah 50 dan nilai tertinggi adalah 80. Dari 23 siswa yang mengikuti tes siklus I, Terdapat siswa mencapai nilai KKM 12 siswa dan 11 siswa belum mencapai nilai KKM, dengan presentase ketuntasan 52,17%. Pada siklus II nilai rata-rata sebesar 79,57, nilai terendah 60, nilai tertinggi 95. mengalami peningkatan yang menunjukkan 20 siswa telah mencapai nilai KKM, dan 3 siswa belum mencapai nilai KKM, dengan presentase ketuntasan 86,96%.

Kata Kunci: Pembelajaran Problem Based Learning (PBL), Hasil Belajar

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus persaingan yang semakin ketat memerlukan keluaran pendidikan yang tidak hanya terampil dalam satu bidang tetapi juga kreatif dalam mengembangkan bidang yang ditekuni. Hal tersebut perlu dimanifeskan dalam setiap mata pelajaran disekolah, termasuk mata pelajaran IPS. Hal ini tertuang dalam tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab 1 pasal (1) menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang, masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinnya. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir.

Pendidikan hendaknya tidak hanya menyampaikan pengetahuan kepada anak didik untuk diterima saja, melainkan yang lebih penting dari itu adalah melatih kemampuan berpikir yang dimaksud dengan berpikir disini adalah seperti penerapan analisa, mengadakan perhitungan dan alternatif yang tepat. Karena berhasil atau tidaknya pendidikan disuatu sekolah tergantung dari guru dan hasil belajar yang diperoleh siswanya. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang isu-isu sosial dengan unsur kajiannya dalam konteks peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi. Pada jenjang SMP/MTs, Mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya. Pembelajaran IPS tidak hanya sebatas memberikan peserta didik dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan, melainkan terletak pada upaya agar peserta didik mampu menjadikan apa yang telah dipelajari sebagai bekal dengan memahami dan ikut menjalani kehidupan masyarakat di lingkungannya.

Pembelajaran IPS sangat memberi manfaat yang besar bagi siswa sehingga perlu ditanamkan nilai-nilai sosial kepada siswa, Tapi pada kenyataannya pada hasil observasi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 14 s.d 15 Agustus 2017 di kelas VIII.5 SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu diperoleh data pencapaian hasil belajar siswa dibawah KKM. Hal ini terbukti dengan nilai rata-rata Ulangan Harian (UH) yang diperoleh siswa kelas VIII.5 di SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu pada semester I tahun 2017 yaitu 67,9. Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di sekolah ini yaitu 70. Siswa yang mendapat nilai IPS yang mencapai ketuntasan minimal ada 8 dari 45 siswa dengan kata lain siswa yang mencapai ketuntasan minimal hanya ada 18%.

Dalam memecahkan suatu permasalahan dan untuk mencapai hasil belajar yang maksimal diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat agar proses belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran IPS tersebut mencapai hasil belajar yang maksimal. Guru juga dituntut dapat memilih model pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya. Salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan dikembangkannya keterampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam memecahkan masalah adalah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk belajar “bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. Melalui model PBL diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang mencakup keterampilan guru dalam memilih dan menyajikan dan memilih materi serta menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas VIII.5 di SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu.

Berdasarkan paparan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik melaksanakan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Siswa Kelas VIII.5 SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu Kabupaten Indragiri Hilir”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan tersebut, maka rumusan masalah yang timbul adalah “Apakah Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) efektif dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VIII.5 di SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu Kabupaten Indragiri Hilir?”.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS melalui penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas VIII.5 di SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu Kabupaten Indragiri Hilir.

Manfaat

Manfaat Teoretis

1.     Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pengembangan ilmu pengetahuan dan pada dunia pendidikan khususnya.

2.     Mendukung teori yang telah ada dan memberikan sumbangsih pengetahuan tentag model Problem Based Learning (PBL) sebagai referensi dan sumber acuan untuk peneliti-peneliti yang akan meneliti.

3.     Memberikan informasi bagi pihak terkait tentang model Problem Based Learning (PBL) untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran IPS bagi para peserta didik.

Manfaat Praktis

1.     Bagi siswa

Membantu peserta didik dalam proses pembelajaran IPS, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan memberikan pengalaman baru dalam proses belajar.

2.     Bagi Sekolah

Meningkatkan kualitas sekolah dan menghasilkan peserta didik yang berkualitas.

3.     Bagi Guru

Membantu dalam meningkatkan pembelajaran IPS pada peserta didik di masa yang akan datang dan dapat membantu guru untuk menentukan suatu metode yang kreatif yang menunjang keberhasilan pembelajaran.

KAJIAN PUSTAKA

Hasil Belajar

Belajar hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat diindikasikan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku, kecakapan, keterampilan, dan kemampuan, serta perubahan aspek-aspek yang lain yang ada individu yang belajar. Menurut Slameto “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Adapun menurut Anthony Robbins mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari definisi ini dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu (1) penciptakan hubungan, (2) sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah dipahami, dan (3) sesuatu (pengetahuan) yang baru.

Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individuindividu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir. Bahwa belajar dan perkembangan sangat erat kaitannya. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses dimana seseorang melakukan aktivitas yang menghasilkan suatu perubahan yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor melalui latihan-latihan.

Sedangkan menurut Bloom, Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.ranah kognitif meliputi tujuan-tujuan belajar yang berhubungan dengan memanggil kembali pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan. Ranah afektif meliputi tujuan-tujuan belajar yang menjelaskan perubahan sikap, minat, nilai-nilai, dan pengembangan apresiasi serta penyesuaian. Ranah psikomotorik mencakup perubahan perilaku menunjukkan bahwa siswa telah mempelajari keterampilan manipulatif fisik tertentu. Adapun menurut Gagne, Briggs dan Wager (1992) yang dikutip Rusmono kemampuuan baru yang diperoleh setelah siswa belajar adalah kapabilitas atau penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar. Lebih lanjut dikatakan, mengkategorikan lima kemampuan sebagai hasil belajar yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap, dan keterampilan motorik. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.

Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) didefinisikan merupakan inovasi dalam pembelajaran karena kemampunan Pembelajaran Berbasis Masalah kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memperdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Pengertian “masalah” dalam pembelajaran PBL adalah kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Kesenjangan ini dapat dirasakan dari dalam keresahan, keluhan, kerisauan, atau kecemasan. Oleh karena itu materi pelajaran atau topik tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, tetapi juga sumber-sumber lain. Seperti peristiwa-peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Model ini memfokuskan pada siswa dengan mengarahkan siswa menjadi pelajar yang mandiri dan terlibat langsung secara aktif dalam pembelajaran berkelompok. Model ini membantu siswa untuk mengembangkan berpikir siswa dalam mencari pemecahan masalah melalui pencarian data sehingga diperoleh solusi untuk suatu masalah dengan rasional dan autentik. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning (PBL) merupakan seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi, dan pengaturan diri.

Karakteristik pembelajaran berbasis masalah yaitu:

a.     Pelajaran berfokus pada memecahkan masalah berawal dari masingmasing pelajaran.

b.     Tanggung jawab untuk memecahkan bertumpu pada siswa, siswa bertanggung jawab untuk menyusun strategi dan memecahkan masalah. Pelajaran Berbasis Masalah biasanya dilakukan cara berkelompok yang cukup kecil sehingga semua siswa terlibat dalam proses itu.

c.     Guru mendukung proses saat siswa mengerjakan masalah, guru menuntun upaya siswa dengan mengajukan pertanyaan dan memberikan dukungan pengajaran lain saat siswa berusaha memecahkan masalah.

Model pengajaran berdasarkan masalah memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan PBL sebagai suatu metode pembelajaran adalah:

a.     Punya keaslian seperti didunia kerja dan dunia nyata.

b.     Dibangun dengan memperhitungkan pengetahuan sebelumnya.

c.     Membangun pemikiran yang metakognitif dan konstruktif.

d.     Meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran.

e.     Pokok bahasan yang dipelajari tetap dapat terliput dengan baik.

Selain kelebihan tersebut PBL juga memiliki beberapa kekurangan antara lain:

a.     Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks.

b.     Sulitnya mencari problem yang relevan.

c.     Sering terjadi miss-konsepsi

d.     Komunikasi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup dalam proses penyelidikan. Sehingga terkadang banyak waktu yang tersita untuk proses tersebut.

Proses PBL akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan perangkat yang diperlukan (masalah, formulir pelengkap, dan lain-lain). Pemelajar pun harus sudah memahami prosesnya dan telah membentuk kelompok-kelompok kecil, ada Tujuh langkah proses PBL:

a.     Mengklasifikasi istilah dan konsep yang belum jelas

b.     Merumuskan Masalah

c.     Menganalisis masalah

d.     Menata gagasan Anda dan secara sistematis menganalisis dengan dalam bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain, dikelompokkan; mana yang saling menunjang, mana yang saling bertentangan dan sebagainya. Analisis adalah upaya memilah-memilah sesuatu menjadi bagian-bagian yang membentuk.

e.     Memformulasikan tujuan pembelajaran

f.      Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (diluar diskusi kelompok)

g.     Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan untuk guru/kelas..

Ilmu Pengetahuan Soial

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu. Menurut Awan Mutakin yang dikutip oleh Trianto, Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat, tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik.

Mata Pelajaran IPS di SMP/Mts memiliki beberapa karakteristik antara lain:

a.     Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama.

b.     Kompetensi Inti dan kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.

c.     Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

d.     Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses, dan maslah sosila serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan, dan jaminan keamanan.

Hipotesis Tindakan

Merujuk kajian teori maka hipotesis tindakan dari penelitian ini maka dapat dirumuskan bahwa: “Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VIII.5 SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu Kabupaten Indragiri Hilir”.

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu yang beralamat di Jalan Pelajar Tembilahan Hulu Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Penelitian ini dilaksanakan pada awal tahun ajaran baru semester ganjil 2017/2018 yaitu pada bulan Agustus s/d Oktober 2017.

Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII.5 SMP Negeri 2 Tembilahan Hulu yang berjumlah 23 orang yang terdiri dari 12 laki-laki dan 11 perempuan.

Metode Penelitian Dan Rancangan Siklus Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau yang lebih dikenal dengan Class Action Researh. Disebut PTK karena proses penelitian ini melakukan tindakan perbaikan di kelas yang diteliti. Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dikelas. Penelitian tindakan kelas dilakukan oleh pendidik didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri untuk memperbaiki kinerja sebagai pendidik, sehingga hasil belajar peserta didik menjadi meningkat dan secara sistem, mutu pendidikan pada satuan pendidikan juga meningkat.

Penelitian ini diawali dengan menggunakan penelitian pendahuluan (pra penelitian) dan akan dilanjutkan dengan siklus. Dalam hal ini yang dimaksud dengan siklus adalah satu putaran kegiatan beruntun yang kembali kelangkah semula, dimana setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu:

Tahap 1   : Menyusun rancangan tindakan (Planning). Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.

Tahap 2   : Pelaksanaan Tindakan (Acting). Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi rancanagan yaitu mengenakan tindakan dikelas.

Tahap 3   : Pengamatan (Observing). yaitu kegiatan yang dilakukan pengamat (guru / peneliti).

Tahap 4   : Refleksi (Reflekting). Merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.

Data Dan Sumber Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa data kualitatif dan kuantitatif.

a.     Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi proses pembelajaran dan hasil dokumentasi jalannya proses pembelajaran.

b.     Data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar setiap akhir siklus.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Tes

Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dan pengguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Lembar tes tertulis berupa post test pada materi IPS berbentuk pilihan ganda. Tes tersebut dalam bentuk tes objektif jenis pilihan ganda sebanyak 20 soal untuk siklus I dan siklus II 20 soal.

Teknik non tes

1.     Lembar observasi

Lembar observasi ini berupa observasi siswa dalam kegiatan pembelajaran digunakan untuk mengetahui keterlibatan siswa dalam pembelajaran dikelas.

2.     Catatan lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mengamati seluruh kegiatan dalam proses pembelajaran berlangsung. Berbagai hasil pengamatan tentang aspek pembelajaran dikelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, interaksi siswa dan aspek lainnya yang perlu dicatat.

Instrumen Pengumpulan Data

Lembar Tes Hasil Belajar

Lembar tes tertulis ini berupa post test soal-soal yang bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa.

Lembar Observasi

Lembar observasi yang digunakan untuk melihat kegiatan belajar siswa sehinggga dapat diketahui gambaran pembelajaraan yang terjadi.

Lembar Catatan Lapangan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pra Siklus

Pada tanggal 14 Agustus 2017 peneliti selaku guru IPS melakukan observasi di kelas VIII.5 SMPN 2 Tembilahan Hulu. Dalam kegiatan pra penelitian, peneliti melakukan pengamatan kegiatan belajar siswa di kelas, dan merencanakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang akan digunakan dalam penelitian. Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi siswa dan gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah-masalah yang yang dihadapi, serta melakukan persiapan-persiapan yang berkaitan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran IPS berlangsung di kelas berdasarkan pedoman observasi yang telah disusun.

Dari hasil observasi pembelajaran di kelas peneliti menyimpulkan bahwa kendala-kendala yang dihadapi pada saat proses pembelajaran IPS di kelas VIII.5 diantaranya adalah siswa kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran dan rendahnya hasil belajar pada Ulangan Harian (UH).

Berdasarkan kendala-kendala tersebut, maka peneliti memfokuskan pada permasalahan rendahnya hasil belajar maka peneliti mencoba menerapkan model yang belum pernah digunakan yaitu model Problem Based Learning (PBL).

Siklus I

Pembelajaran siklus I ini terdiri dari 2 kali pertemuan dengan durasi 2 x 40 menit dipertemuan pertama yang dilaksanakan pada tanggal 28 Agustus 2017 dan 2 x 40 menit dipertemuan kedua pada tanggal 29 Agustus 2017. Materi yang diajarkan pada siklus I ini adalah mengidentifikasikan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, menentukan faktor penghambat dan penunjang kelahiran dan kematian, menentukan bentuk piramida penduduk, menghitung sex ratio dan beban ketergantungan, dan mendeskripsikan dampak ledakan penduduk dan upaya mengatasinya. Pelaksanaan pembelajaran berbasis model PBL (Problem Based Learning). Dari hasil observasi yang dilaksanakan selama tindakan pembelajaran IPS dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL) selama proses pembelajaran bahwa siswa masih terlihat bingung dalam membentuk kelompok belajar, beberapa kelompok belum paham dengan masalah yang diberikan guru, beberapa keompok masih kesulitan menyelesaikan masalah, ada siswa yang mendominasi dan siswa yang tidak ikut bekerja dalam diskusi, banyak siswa yang enggan mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, beberapa siswa kurang memperhatikan dan focus terhadap materi yang dijelaskan, masih ada siswa yang mendominasi dalam diskusi, dan kurang adanya kerjasama antar kelompok.

Berdasarkan hasil pengamatan siklus 1 perolehan nilai siswa di atas dapat dilihat bahwa dari 23 siswa yang mengikuti tes akhir siklus I ada 1 orang siswa yang mendapat nilai 50, 5 siswa mendapat nilai 50, 5 siswa mendapat nilai 65, 2 orang mendapat nilai 70, 8 orang mendapat nilai 75 dan 2 orang mendapat nilai 80. Jumlah siswa yang tuntas pada siklus I sebanyak 11 siswa dengan persentase ketuntasan 52,17%. Berdasarkan hasil belajar IPS siswa belum memenuhi indikator yang peneliti harapkan. Indikator yang ditetapkan oleh peneliti yaitu sebesar 80% siswa memiliki nilai diatas KKM sekolah tetapi pada siklus I hanya mencapai 52,17%.

Pelaksanaan pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) pada konsep permasalahan sosial berkaitan dengan pertumbuhan jumlah penduduk ini masih banyak kekurangan, sehingga perlu dilakukannya perbaikan. Proses perbaikan akan dilaksanakan pada siklus II guna mengoptimalkan kegiatan siswa pada setiap tahapan Problem Based Learning (PBL)

Siklus II

Siklus II dilakukan untuk 2 kali pertemuan dengan durasi 2 x 40 menit pada pertemuan pertama dan 2 x 40 menit pada pertemuan kedua, dilaksanakan pada tanggal 4 September sampai 5 September 2017. Berdasarkan hasil dari refleksi siklus I, maka pada siklus II proses pembelajaran lebih diarahkan kepada perbaikan yang telah disusun pada siklus I. Pembelajaran pada siklus II menerapkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Dari hasil observasi yang dilaksanakan selama tindakan pembelajaran IPS dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL) selama proses pembelajaran bahwa siswa membentuk kelompok dengan baik, siswa menerima LKS dan termotivasi terhadap masalah, siswa bekerja sama dalam menyelesaikan masalah, siswa sudah mulai mempresentasikan tanpa guru menunjuk siswa, dan siswa memahami materi pelajaran yang disampaikan.

Berdasarkan hasil pengamatan siklus 2 perolehan nilai siswa diatas dapat dilihat bahwa dari 45 siswa yang mengikuti tes akhir siklus I ada 1 orang siswa mendapat nilai 60, 65 orang siswa mendapat nilai 2, 1 orang siswa mendapat nilai 70, 4 orang siswa mendapat nilai 75, 7 orang siswa mendapat nilai 80, 3 orang siswa mendapat 85, 4 orang siswa mendapat nilai 90, dan 1 orang siswa mendapat nilai 95. Jumlah siswa yang tuntas sebanyak 20 siswa dan jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 3 siswa dengan persentase ketuntasan 86,96%.

Dengan 86,96% nilai siswa mencapai nilai KKM menunjukkan bahwa hasil belajar IPS telah meningkat sehingga siswa mampu memahami pelajaran IPS dengan baik. Dengan tercapainya penelitian di siklus II ini dihentikan dan terbukti bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil beljar IPS. Dengan pembelajaran PBL siswa mampu menyelesaikan masalah-masalah dalam belajar, mampu bekerja sama menyelesaikan masalah, berani mengajukan pertanyaan dan akhirnya siswa dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya. Walaupun banyak sekali peningkatan dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL dari siklus I ke siklus II.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar IPS. Hal ini berdasarkan hasil yang diperoleh selama penelitian pada pengamatan melalui lembar observasi dan tes hasil belajar. Tes hasil belajar pada siklus I nilai terendah 50, nilai tertinggi siswa 80, dengan nilai rata-rata siswa sebesar 68,48. Jumlah siswa yang telah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 12 siswa (52,17%). Pada siklus II nilai terendah siswa 60, nilai tertinggi 95 , dengan nilai rata-rata 79,57. Jumlah siswa yang telah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 20 siswa (86,96%). Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat diterapkan pada pokok bahasan permasalahan sosial.

Saran

Dari kesimpulan yang telah dipaparkan maka diajukan beberapa saran yang perlu disampaikan sebagai berikut:

a.     Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan dalam pembelajaran selanjutnya.

b.     Guru IPS khususnya pada sekolah ini, disarankan dapat menjadi bahan rujukan untuk menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) karena model pembelajaran ini mampu meningkatkan hasil belajar IPS siswa.

c.     Para peneliti lain diharapkan untuk melakukan penelitian yang sejenis dalam pembelajaran yang lainnya pada tingkat dan kelas yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Taufik, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pembelajar di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana, 2010.

Arends, Richard I. Belajar Mengajar, Terj. Dari Learning To Teach oleh Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto.Yogyakarta:Pustaka Belajar,2008.

Arifin, Anwar. Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Arikunto, Suharsimi. Dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara, 2009.

Daryanto. Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta:Gava Media,2014 Djamarah. Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2011.

Harun Rasyid dan Mansur. Penilaian Hasil Belajar. Bandung:CV Wacana Prima, 2009.

Komalasari, Kokom. Pembelajaran Kontekstual konsep dan aplikasi. Bandung: PT refika Aditama, 2013.

Rusmono. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Bogor:Ghalia Indonesia, 2014.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajan Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:Kencana prenada Media.

Slameto. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 2012,Cet. XXIV,h. 83.

Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.

Sukardi. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara,2009.

Taniredja, Tukiran, dkk.Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung: Alfabeta, 2013.

——– Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007a.

———–. Model-model pembelajaran Inovatif dan berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007b.

Usman, Husaini dan Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi aksara,2008.

Weda, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009.

Yatim Riyanto. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana, 2009.