PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

MELALUI MODEL TWO STAY TWO STRAY MATERI BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SDN 2 TINAPAN TAHUN PELAJARAN 2017/ 2018

 

Martono

SDN 2 Tinapan Kecamatan Todanan

 

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas V di SDN 2 Tinapan Kecamatan Todanan pada materi Bangun Datar. Berdasarkan pengamatan awal diketahui nilai rata-rata siswa kelas V pada materi Bangun Datar yaitu 59,05. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar yaitu kurangnya perencanaan dalam mengolah materi yang akan diajarkan. Masalah utama yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah apakah pembelajaran matematika melalui model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Bangun Datar kelas V SDN 2 Tinapan Kecamatan Todanan tahun 2017. Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subyek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V SDN 2 Tinapan Kecamatan Todanan dengan jumlah 21 siswa. Data pada penelitian ini diperoleh dari lembar pengamatan, soal evaluasi berupa essay, dokumentasi, dan angket umpan balik pada pembelajaran Bangun Datar melalui model Two Stay Two Stray. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa kelas V SDN 2 Tinapan Kecamatan Todanan merasakan perubahan dalam memahami Bangun Datar dan menunjukkan bahwa model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 2 Tinapan Kecamatan Todanan. Siklus I presentase ketuntasan mencapai 57,14 dengan siswa yang tuntas dengan nilai ≥70 ada 12 siswa. Siklus II presentase ketuntasan mencapai 90,48 dengan siswa yang tuntas dengan nilai ≥70 ada 19 siswa.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Materi Bangun Datar, Model Two Stay Two Stray.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 19 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Kurikulum disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Jenjang pendidikan formal yang paling mendasar yaitu Sekolah Dasar (SD). Pendidikan di sekolah dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar baca, tulis hitung, pengetahuan, dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya (Susanto, 2015: 89). Salah satu mata pelajaran yang diajarkan yaitu mata pelajaran Matematika. Matematika diajarkan di jenjang sekolah dasar mulai dari kelas I-VI. Matematika merupakan ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol, sehingga konsep Matematika harus dMatematikahami dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu (Susanto, 2015: 183).

Abdurrahman (2012: 253) menyatakan mata pelajaran Matematika yang diajarkan di SD mencakup tiga cabang, yaitu aritmetika, aljabar, dan geometri. Maryunis (1989) dalam Abdurrahman (2012: 204) menyebutkan salah satu cabang Matematika yang diajarkan pada sekolah dasar yaitu geometri. Geometri merupakan cabang Matematika yang berkenaan dengan titik dan garis. Tujuan materi geometri salah satunya yaitu menguasai bentuk dan sifat yang mencakup pembelajaran sifat-sifat dari bentuk-bentuk baik dua maupun tiga dimensi dan pembelajaran tentang hubungan yang terbangun dari sifat-sifat tersebut (Walle, 2008: 150). Cabang geometri tersebut terwujud dalam beberapa materi, salah satunya yaitu materi sifat-sifat bangun datar. Materi sifat-sifat bangun datar merupakan materi mengenai pemahaman konsep. Siswa dapat mengembangkan konsep apabila mampu mengklasifikasikan atau mengelompokkan benda-benda atau ketika siswa dapat mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu (Abdurrahman, 2012: 204-5).

Secara klasikal nilai tes formatif siswa belum memenuhi KKM, adapun KKM yang di tentukan dari sekolah 6,5. Dari 21 siswa baru 9 siswa yang memenuhi KKM atau sebesar 42,86%, sedangkan sisanya sebesar 57,14% masih berada di bawah KKM, rata-rata kelas hanya mencapai 59,05. Ini berarti masih banyak siswa yang belum menguasai materi-materi yang diajarkan dalam matematika. Salah satu materi yang sulit dikuasai oleh siswa adalah materi Bangun Datar. Banyak siswa yang mendapatkan hasil belajar rendah dalam materi tersebut dengan alasan materi tersebut sulit untuk dipahami.

Hasil observasi yang telah peneliti lakukan,terdapat beberapa masalah yang menyebabkan hasil belajar rendah pada materi Bangun Datar,diantaranya yaitu: pemahaman siswa tentang isi dan maksud soal yang terkait dengan Bangun Datar masih relatif lemah, proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru bukan pada siswa sehingga terkesan monoton dan berjalan satu arah akibatnya tidak ada umpan balik dari siswa, siswa akan merasa bosan sehingga banyak yang tidak memperhatikan dan bermain sendiri dalam mengikuti pelajaran di kelas. Hal ini disebabkan oleh faktor guru kurang kreatif dalam mengelola pembelajaran baik dalam menentukan metode maupun media yang diperlukan. Untuk mengatasi masalah tersebut guru yang baik harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan dapat tercipta bila guru menggunakan metode yang bervariasi dan relevan dengan materi yang akan diajarkan. Selain itu, siswa akan merasa tertarik mempelajari matematika, mencoba, dan membuktikan sendiri, sehingga akan memperkuat kemampuan kognitifnya. dengan demikian tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai.

Berdasarkan uraian di atas bahwa penerapan model Two Stay Two Stray dalam pembelajaran matematika khususnya pada konsep Bangun Datar di harapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa. memahani Bangun Datar secara mudah dan menyenangkan, sehingga melalui model pembelajaran ini di harapkan siswa lebih termotivasi dan tumbuh rasa percaya diri dalam memecahkan konsep pembelajaran matematika.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan sebuah rencana atau kerangka konseptual yang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Keahlian seorang guru diperlukan dalam memilih model pembelajaran karena dalam pemilihan model pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan karakteristik siswa, materi dan tujuan pembelajaran.

Wena (2012: 190) mengemukakan “pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (siswa lain) sebagai sumber belajar, disamping guru dan sumber belajar lainnya. Tarim (2009: 235) mengemukakan: “Cooperative learning is one example of an instructional arrangement that can be used to foster active student learning, which is an important dimension of mathematical learning and is highly endorsed by mathematics educators and researchers. Children can be given tasks to discuss, problems to solve, and goals to accomplish”.

Pengertian di atas mengandung arti pembelajaran kooperatif merupakan salah satu contoh dari pengaturan instruksional yang dapat digunakan untuk menumbuhkan keaktifan siswa dalam belajar, yang merupakan dimensi penting dari pembelajaran Matematika dan sangat didukung oleh pendidik Matematika dan peneliti. Anak-anak dapat diberikan tugas untuk membahas, untuk memecahkan masalah, dan untuk mencapai tujuan.

Model pembelajaran kooperatif banyak jenisnya, salah satunya yaitu model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS). Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) atau dua tinggal dua tamu dikembangkan oleh Spencer Kagan (1990). Model pembelajaran ini dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan umur. Prinsip penerapan model ini memungkinkan setiap kelompok untuk saling berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain (Huda, 2014a: 140).

Pendapat tersebut mempunyai makna bahwa pembelajaran kooperatif struktur Two Stay-Two Stray mempunyai perbedaan dengan pembelajaran kooperatif lainnya yaitu menyediakan kesempatan untuk menyerahkan pekerjaan atau informasi kepada kelompok lain. Kegiatan berbagi membiasakan siswa untuk menghormati setiap pendapat dari kelompok lain. Siswa dapat belajar untuk mengekspresikan mereka terhadap pendapat orang lain. Pengakuan opini siswa lain dapat meningkatkan rasa percaya diri dan memotivasi siswa untuk mengekspresikan ide-ide atau pendapat mereka.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas tentang “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Two Stay Two Stray Materi Bangun Datar Pada Siswa Kelas V SDN Tinapan Kecamatan Todanan Tahun Pelajaran 2017/2018 “.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Bangun Datar kelas V SDN 2 Tinapan Kecamatan Todanan tahun pelajaran 2017/2018?”.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatan hasil belajar siswa materi Bangun Datar mata pelajaran matematika kelas V SDN 2 Tinapan Kecamatan Todanan tahun pelajaran 2017/2018.

 

Manfaat

Manfaat Teoritis

Secara teori, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi:

1)    Pelengkap teori inovasi model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran inovatif, khususnya dalam pembelajaran Matematika materi bangun datar.

2)    Kontribusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah dasar.

Manfaat Praktis

1)    Bagi Siswa yaitu selama mengikuti pembelajaran Matematika menjadi lebih aktif, hasil belajar Matematika pada materi bangun datar menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan daya tarik siswa terhadap pembelajaran Matematika. Selain itu untuk melatih kemampuan siswa dalam bekerja sama dan berkomunikasi dengan temannya melalui penggunaan model Two Stay Two Stray.

2)    Bagi Guru yaitu menambah pengetahuan tentang pelaksanaan pembelajaran kooperatif model Two Stay Two Stray, meningkatkan motivasi untuk melaksanakan pembelajaran yang bervariasi dan memberikan   masukan kepada      guru agar dalam melaksanakan pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik siswa dan bahan ajar.

3)    Bagi Sekolah yaitu hasil penelitian ini dapat memperkaya dan melengkapi hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, memberikan     kontribusi          dalam memperbaiki proses         pembelajaran Matematika sehingga memberikan hasil yang optimal serta meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika yang berdampak pada meningkatnya mutu pendidikan.

KAJIAN PUSTAKA

Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian- pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan (Suprijono, 2015: 5). Rifa’i dan Anni (2012: 69) mengemukakan “hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar”. Perubahan perilaku berlangsung secara terus menerus dan sifatnya relatif permanen.

            Anitah (2009: 2.19) menyatakan “hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar”. Pengertian ini mengandung arti bahwa hasil belajar yang didapatkan oleh seseorang yang sedang belajar mencakup seluruh aspek, berlangsung secara terus menerus dan menetap dalam diri siswa. Hal ini senada dengan Susanto (2015: 5) yang menyatakan hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Purwanto (2014: 45) mengemukakan “hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran (ends are being attained)”. Hasil belajar yang dicapai setelah mengikuti pembelajaran Matematika diantaranya yaitu siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir, menguasai materi Matematika dengan baik yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi pada siswa setelah melaksanakan kegiatan belajar dan interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tersebut dapat berupa bertambahnya pengetahuan, keterampilan dan berubahnya sikap ke arah yang lebih baik. Perubahan yang terjadi dalam belajar bersifat permanen sehingga menetap dalam diri siswa.

Materi Bangun Datar

Bangun datar adalah bagian dari bidang datar yang dibatasi oleh garis-garis lurus atau lengkung (Imam Roji, 1997). Bangun datar dapat didefinisikan sebagai bangun yang rata yang mempunyai dua dimensi yaitu panjang dan lebar, tetapi tidak mempunyai tinggi atau tebal (Julius Hambali, Siskandar, dan Mohamad Rohmad, 1996)

Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa bangun datar merupakan bangun dua demensi yang hanya memiliki panjang dan lebar, yang dibatasi oleh garis lurus atau lengkung.

Macam-Macam Bangun Datar

1.     Persegi Panjang, yaitu bangun datar yang mempunyai sisi berhadapan yang sama panjang, dan memiliki empat buah titik sudut siku-siku.

2.     Persegi, yaitu persegi panjang yang semua sisinya sama panjang.

3.     Segitiga, yaitu bangun datar yang terbentuk oleh tiga buah titik yang tidak segaris.. macam macamnya: segitiga sama sisi, segitiga sama kaki, segitiga siku-siku, segitiga sembarang

4.     Jajar Genjang, yaitu segi empat yang sisinya sepasang-sepasang sama panjang dan sejajar.

5.     Trapesium, yaitu segi empat yang memiliki tepat sepasang sisi yang sejajar.

6.     Layang-layang, yaitu segi empat yang salah satu diagonalnya memotong tegak lurus sumbu diagonal lainnya.

7.     Belah Ketupat, yaitu segi empat yang semua sisinya sama panjang dan kedua diagonalnya saling berpotongan tegak lurus.

8.     Lingkaran, yaitu bangun datar yang terbentuk dari himpunan semua titik persekitaran yang mengelilingi suatu titik asal dengan jarak yang sama. jarak tersebut biasanya dinamakan r, atau radius, atau jari-jari.

 Sifat-Sifat Bangun Datar

1.     Layang-layang = terbagi atas 2 digonal yang berbeda ukurannya

2.     Persegi = semua sisi-sisinya sama panjang, semua sudut sama besar, kedua diagonal berpotongan tegak lurus dan sama panjang.

3.     Persegi panjang = sisi yang behadapan sama panjang, semua sudut sama besar

4.     Belah ketupat = semua sisi-sisinya sama panjang, sudut yang berhadapan sama besar, kedua diagonalnya tidak sama panjang dan berpotongan tegak lurus.

5.     Jajar genjang = sisi yang berhadapan sama panjang, sudut yang berhadapan sama besar

6.     Lingkaran = memiliki simetri lipat dan simetri putar yang tak terhingga jumlahnya.

Model Pembelajaran Two Stay Two Stray

Model pembelajaran kooperatif banyak jenisnya, salah satunya yaitu model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS). Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) atau dua tinggal dua tamu dikembangkan oleh Spencer Kagan (1990). Model pembelajaran ini dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan umur. Prinsip penerapan model ini memungkinkan setiap kelompok untuk saling berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain (Huda, 2014a: 140).

Ngalimun (2014: 170) mengemukakan pembelajaran model ini dilaksanakan dengan cara berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sebagaimana dijelaskan lebih lanjut oleh Suprijono (2015: 112-3) pembelajaran dengan model TSTS diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Diskusi intrakelompok usai, dua orang dari masing-masing kelomok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok.

Sulisworo dan Suryani (2014: 59) mengemukakan, “Difference to the other type of cooperative learning, the structure of Two Stay-Two Stray provids opportunities to submit work or information to the other groups. The sharing activities familiarize students to respect the each other opinions. Students can learn to express their opinions to others. Recognition of the other student opinion can enchange self-confidence and motivate the students to express their ideas or opinions”.

Pendapat tersebut mempunyai makna bahwa pembelajaran kooperatif struktur Two Stay-Two Stray mempunyai perbedaan dengan pembelajaran kooperatif lainnya yaitu menyediakan kesempatan untuk menyerahkan pekerjaan atau informasi kepada kelompok lain. Kegiatan berbagi membiasakan siswa untuk menghormati setiap pendapat dari kelompok lain. Siswa dapat belajar untuk mengekspresikan mereka terhadap pendapat orang lain. Pengakuan opini siswa lain dapat meningkatkan rasa percaya diri dan memotivasi siswa untuk mengekspresikan ide-ide atau pendapat mereka.

Langkah-langkah Model Two Stay Two Stray (TSTS)

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) menurut Huda (2014b: 207-8) yaitu:

1.     Guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat anggota. Kelompok yang dibentuk merupakan kelompok yang memiliki kemampuan yang heterogen, misalnya satu kelompok terdiri dari 1 siswa berkemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang, 1 siswa berkemampuan rendah. Hal ini dilakukan karena pembelajaran kooperatif model TSTS bertujuan untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membelajarkan (peer tutoring) dan saling membantu.

2.     Guru memberikan subpokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompok masing-masing.

3.     Siswa bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dalam mengerjakan tugas.

4.     Dua anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain. Dua anggota tersebut mempunyai tugas untuk mencari dan mencatat informasi ke kelompok lain.

5.     Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan informasi dan hasil kerja mereka ke tamu dari kelompok lain.

6.     Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk melaporkan apa yang mereka temukan dari kelompok lain.

7.     Setiap kelompok lalu membandingkan dan membahas hasil pekerjaan mereka semua.

8.     Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.

Hipotesis Tindakan

Penggunaan model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi Bangun Datar pada siswa kelas V SDN 2 Tinapan Kecamatan Todanan Tahun Pelajaran 2017/ 2018.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting dan Subjek Penelitian

Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan di SDN 2 Tinapan Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora pada semester I tahun ajaran 2017/2018. Subjek penelitian tindakan sekolah ini adalah siswa kelas V SDN 2 Tinapan berjumlah 21 siswa, terdiri dari 9 siswa laki- laki dan 12 siswa perempuan.

Perencanaan Tindakan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan yang terdiri dari dua siklus. Langkah-langkah setiap siklus adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data dari penelitian tindakan sekolah ini adalah melalui data kualitatif yang diperoleh dari observasi, pengamatan, maupun wawancara.

Validasi Data dan Analisis Data

Validasi data dilakukan agar memperoleh data yang valid. Data aktivitas yang diperoleh melalui observasi divalidasi dengan mellibatkan observer (teman sejawat atau pegawas) yang dikenal dengan berkolaborasi. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yang bersumber dari data primer maupun empiris.

Prosedur Tindakan

Penelitian tindakan sekolah ini dilakukan dalam tiga siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan. Tahap pertama membuat perencanaan tindakan, tahap kedua melakukan tindakan sesuai yang direncanakan, tahap ketiga melakukan pengamatan terhadap tindakan yang dilakukan, tahap keempat melakukan analisis deskriptif komparatif dan refleksi terhadap hasil pengamatan tindakan.

HASIL TINDAKAN

Pada Siklus I terdapat peningkatan hasil belajar siswa yaitu 12 siswa dari 21 anak yang dinyatakan tuntas dengan nilai KKM yang ditentukan peneliti sebesar ≥70. Sedangkan 9 siswa belum tuntas. Rata-rata kelas yang didapat yaitu 67,14. Dalam menerapkan model Two Stay Two Stray terdapat beberapa hambatan yaitu memerlukan banyak langkah sehingga membutuhkan waktu yang lama. Peneliti mengatasi masalah tersebut dengan cara memanajemen waktu sebaik mungkin agar semua langkah-langkah dapat terlaksana dengan baik. Selain itu, terdapat beberapa siswa yang kurang tertib pada saat berpindah ke kelompok lain sehingga guru (peneliti) harus memberikan peraturan kepada siswa agar berpindah sesuai dengan aba-aba yang diberikan oleh guru (peneliti).

 Terdapat siswa yang gaduh pada saat bekerja kelompok sehingga mengganggu teman yang lain. Solusi yang digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan cara mengkondisikan siswa dan membimbing setiap kelompok pada saat berdiskusi.

Pada siklus II terdapat peningkatan yang memuaskan. Dari nilai siklus II terdapat 19(90,48%) siswa yang sudah mencapai KKM yang ditetapkan sedangkan yang masih belum tuntas sebanyak 2(9,52%) siswa. Rata-rata kelas yang didapat sudah cukup baik, yaitu 73,81. Siswa mengikuti pembelajaran dengan tertib, tidak mengganggu siswa lain pada saat pembelajaran. Siswa lebih aktif dalam kegiatan diskusi sehingga lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit.Siswa dapat bekerjasama dengan baik dalam kelompok, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman dengan baik, berdiskusi dan sebagainya.Secara garis besar semua siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan mendapatkan hasil yang baik dengan menggunakan model Two Stay Two Stray.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SDN 2 Tinapan, dapat disimpulkan bahwa model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi bangun datar pada kelas V SDN 2 Tinapan Kecamatan Todanan Kabupaten Blora Tahun 2017. Model Two Stay Two Stray menekankan pada proses pembelajaran yang tidak terfokus atau monoton kepada guru tetapi siswa bisa berkolaborasi dengan teman dalam diskusi kelompok yang menyenangkan. Penerapan model Two Stay Two Stray memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan berbagi pengetahuan, serta melatih siswa untuk membangun dan menemukan pengetahuannya sendiri.

Hasil belajar tentang Bangun Datar dengan model Two Stay Two Stray dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar setiap siklus. Indikator keberhasilan yang ditentukan peneliti yaitu ≥70, pada siklus I siswa yang tuntas berjumlah 12 siswa dengan presentase ketuntasan sebanyak 57,14%. Siklus II siswa yang tuntas bertambah menjadi 19 siswa dengan presentase ketuntasan mencapai 90,48%.. Berarti dengan menggunakan model Two Stay Two Stray siswa dapat mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan peneliti..

 

 

 

Saran

Bagi Siswa

Siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan model Two Stay Two Stray perlu memperhatikan penjelasan guru dengan sungguh- sungguh mengenai langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran Two Stay Two Stray. Hal tersebut dikarenakan model pembelajaran Two Stay Two Stray memiliki banyak langkah yang harus dipahami oleh siswa sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan yang direncanakan. Siswa dalam menyampaikan materi ke teman yang lain harus jelas dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami sehingga siswa yang menyimak penjelasan dapat menerima informasi yang disampaikan dengan baik.

Bagi Guru

Sebelum menerapkan model Two Stay Two Stray, guru hendaknya merencanakan pembelajaran yang akan dilaksanakan, terutama hal-hal yang berkaitan dengan model Two Stay Two Stray seperti: pembagian kelompok yang terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan heterogen. Guru pada saat pembelajaran perlu menyampaikan langkah-langkah pelaksanaan model Two Stay Two Stray dengan jelas sehingga siswa dapat mengikuti langkah-langkah model Two Stay Two Stray dengan benar. Manajemen waktu perlu dipertimbangkan dengan matang karena model Two Stay Two Stray memerlukan waktu yang lama. Selain itu, media yang digunakan dalam melaksanakan model Two Stay Two pada materi bangun datar juga perlu disiapkan dengan matang seperti: berbagai jenis bangun datar, penggaris, busur derajat dan media tangram.

Bagi Peneliti

Bagi peneliti lanjutan yang akan melakukan penelitian sejenis disarankan untuk memperhatikan kelemahan-kelemahan model Two Stay Two Stray. Selain itu, peneliti lanjutan perlu mengkaji lebih dalam mengenai model Two Stay Two Stray, sehingga penelitian yang dilakukan semakin lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.

Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Aisyah, Nyimas, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD.Jakarta: Depdiknas.

Ahmad, Zainal Arifin. 2012. Perencanaan Pembelajaran dari Desain sampai Implementasi. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Almiati. 2011. Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray terhadap Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Siswa SMK Negeri 8 Semarang dalam Materi Integral. Online. Available at http://e- jurnal.upgrismg.ac.id/index.php/aksioma/article/view/230-[diakses 29/ 12/ 2015]

Andayani. 2014. Pendekatan Saintifik dan Metodologi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka.

Anitah W, Sri. 2009. Strategi Pembelajaran SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Anonim. 2011. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara

Budiarti, Vivi Lia. 2015. Pengaruh Penerapan Teori Belajar Van Hiele Terhadap Hasil Belajar Pokok Bahasan Luas Persegi dan Persegi Panjang Siswa Kelas III SDN Sumbersari 01 Jember Tahun Pelajaran 2014/201. Online. Available at http://repository.unej.ac.id/123456789/65219/-[diakses 29/ 12/ 2015]

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Huda, Miftakhul. 2014a. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Sruktur, dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pangaribuan, Rismawaty. 2013. Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Meningkatkan Aktivitas Belajar Pkn Kelas IV SDN 11 Sungai Raya. Online. Available at

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2014. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sumantri, Mohamad Syarif. 2015. Strategi Pembelajaran: Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar. Jakarta: Rajawali Pers.

Suprijono, Agus. 2015. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.Jakarta: Prenadamedia Group.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Wena, Made. 2012. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara

Widoyoko, Eko Putro. 2015. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yonny, Acep, dkk. 2012. Menyusun Penelitian Tindakan Kelas.Yogyakarta: Familia