PENINGKATAN HASIL BELAJAR SUHU DAN KALOR

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

BAGI SISWA KELAS X TBSM 2 SMK NEGERI 6 SUKOHARJO

PADA SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Sukarmin

SMK Negeri 6 Sukoharjo

 

ABSTRAK

Permasalahan yang ditemukan di SMK Negeri 6 Sukoharjo dalam pembelajaran fisika adalah tentang keterbasan alat, rendahnya kemampuan matematis dan kurangnya penguasaan konsep fisika, terutama pada Siswa kelas X TBSM 2. Rendahnya tingkat ketuntasan belajar siswa tersebut adalah 15 siswa dari 36 siswa yang telah tuntas belajar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar suhu dan kalor melalui model pembelajaran Problem Posing bagi siswa kelas X TBSM 2 SMK Negeri 6 Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas X TBSM 2 SMK Negeri 6 Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 yang terdiri atas 36 orang siswa. Penelitian dilakukan pada semester 2 selama 6 bulan, yaitu mulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2019. Objek dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Problem Posing untuk meningkatkan hasil belajar suhu dan kalor kelas X TBSM 2 SMK Negeri 6 Sukoharjo tahun pelajaran 2018/2019. Pada siklus I hasil belajar meningkat dibandingkan kondisi awal yaitu dari rata-rata nilai 63,19 menjadi 69,58, dan pada siklus II meningkat menjadi 75,42. Ketuntasan klasikal meningkat dari kondisi awal 41,67% menjadi 69,44% pada siklus I, dan pada siklus II meningkat menjadi 80,56%. Kualitas belajar siswa meningkat dari kondisi awal 61,63% menjadi 71,43% pada siklus I, dan meningkat pada siklus II menjadi 82,86%. Simpulan dari hasil penelitian adalah model pembelajaran Problem Posing mampu meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa dalam suatu proses pembelajaran.

Kata kunci: aktivitas siswa, hasil belajar, problem posing

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Fungsi disampaikannya materi pembelajaran fisika di SMK berdasarkan kurikulum adalah sebagai pendukung berbagai program produktif, pendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pendukung pengembangan sikap ilmiah dan profesional. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pembelajaran fisika di sekolah ditekankan pada pemahaman konsep fisika dengan berlandaskan hakikat fisika. Siswa tidak hanya sekedar menghafalkan, tetapi siswa dituntut untuk dapat membangun dalam diri siswa sendiri dengan peran aktifnya dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Sebagian besar materi fisika merupakan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori mengenai gejala alam. Dengan banyaknya konsep fisika dan persamaan-persamaan yang harus dipelajari siswa menyebabkan kebanyakan siswa mempunyai anggapan bahwa pelajaran fisika itu sulit, termasuk materi suhu dan kalor.

Salah satu cara pembelajaran aktif yang dapat meningkatkan aktivitas siswa, kemampuan matematis, dan penguasaan konsep fisika adalah dengan menggunakan model pembelajaran Problem Posing. Penelitian oleh Purnomo (2015) menyatakan bahwa siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model Problem Posing lebih mudah memahami konsep dengan membangun pengetahuan sendiri. Selain itu terjadi peningkatan hasil belajar pada materi suhu dan kalor karena siswa lebih terampil dan kreatif menyampaikan ide-ide atau gagasan. Melalui model pembelajaran Problem Posing diharapkan mampu menjadi alternatif untuk mengatasi permasalahan yang ditemui di sekolah, menjadikan siswa lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti pelajaran dan memotivasinya untuk belajar mandiri terutama pada mata pelajaran fisika. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian tindakan kelas dengan judul: Peningkatan Hasil Belajar Suhu dan Kalor melalui Model Pembelajaran Problem Posing bagi Siswa Kelas X TBSM 2 SMK Negeri 6 Sukoharjo pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah Bagaimanakah proses pembelajaran dan hasil belajar materi Suhu dan Kalor melalui Model Pembelajaran Problem Posing bagi Siswa Kelas X TBSM 2 SMK Negeri 6 Sukoharjo pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019?

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

Kajian Teori

Kualitas Proses Pembelajaran

Dalam membelajarkan siswa, tidak ada metode atau media terbaik karena kebutuhan, karakter, dan perilaku yang berbeda di antara siswa itu sendiri. Dengan demikian diperlukan dialog antara guru dan siswa, yang diharapkan dapat mempertemukan antara gaya belajar dan model pembelajaran yang sesuai. Masukan atau feedback setelah berjalannya sebuah pembelajaran tidak dapat diabaikan. Elemen evaluasi yang melibatkan siswa menjadi hal yang sangat penting karena mereka selaku pelanggan jasa pendidikan.

Hasil Belajar

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Menurut Slameto (2010: 2), belajar adalah proses yang dilakukan oleh sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dengan adanya aktivitas belajar, maka kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Keaktifan adalah bahwa pada waktu guru mengajar ia harus mengusahakan murid-muridnya untuk aktif jasmani maupun rohani (Sriyono, 1992: 75).

Model Pembelajaran Problem Posing

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Menurut Arends (dalam Suprijono, 2013: 46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Menurut Amri (2013: 34) model pembelajaran kurikulum 2013 memiliki empat ciri khusus yaitu: (1) rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai); (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Kerangka Berpikir

Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, penerapan model pembelajaran Problem Posing diduga dapat meningkatan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar materi Suhu dan Kalor bagi Siswa Kelas X TBSM 2 SMK Negeri 6 Sukoharjo pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMK Negeri 6 Sukoharjo yang beralamat di Dukuh Tempel RT 01 RW 05, Kelurahan Blimbing, Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo. Penelitian dilakukan selama 6 bulan pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas X TBSM 2 SMK Negeri 6 Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019, yang berjumlah 36 orang siswa semuanya laki-laki. Pemilihan subyek penelitian dilandasi adanya alasan bahwa kelas X TBSM 2 SMK Negeri 6 pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 merupakan kelas dengan nilai rata-rata pelajaran fisika paling rendah dibandingkan kelas lainnya.

Bentuk dan Strategi Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau sering disebut dengan classroom action research. Strategi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskripstif kualitatif yaitu bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan semua kenyataan yang ada. Peneliti mencoba memberikan gambaran dan menjelaskan semua kegiatan pelaksanaan tindakan kelas. Kenyataan yang dimaksud adalah proses pembelajaran fisika materi suhu dan kalor sebelum dan sesudah diberi tindakan berupa penerapan model pembelajaran Problem Posing.

Data dan Sumber Data

Data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: 1) Tempat dan peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian yaitu proses pembelajaran fisika materi suhu dan kalor yang berlangsung di dalam kelas dengan penerapan model pembelajaran Problem Posing. Informan dalam penelitian ini adalah teman sejawat dan siswa kelas X TBSM 2 SMK Negeri 6 Sukoharjo tahun pelajaran 2018/2019 dan 2) Dokumen yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), nilai hasil belajar siswa, dan catatan lapangan selama proses pembelajaran berlangsung pada setiap siklusnya.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik dan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah observasi, wawancara, tes, dan analisa data.

Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan kualitas belajar siswa dan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran materi suhu dan kalor pada penelitian ini adalah 80% (Berkriteria baik dan sangat baik ≥ 80 % dari jumlah siswa) serta 80% (Jumlah siswa ≥ 80 % telah mencapai KB dengan nilai ≥ 70).

Prosedur Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan ini direncanakan dua siklus tindakan dan dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Siklus I dan siklus II masing-masing dilaksanakan selama dua minggu. Pada siklus pertama, ada dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 x 45 menit. Tahap ini dilakukan bersamaan dengan observasi terhadap dampak tindakan. Setelah pembelajaran siklus I berlangsung dilakukan tes hasil belajar untuk mengetahui hasil belajar siswa dan tingkat ketuntasan siswa terhadap materi suhu dan kalor. Dalam siklus II ini tahap yang dijalankan sama seperti yang dilakukan pada siklus I. Akan tetapi didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil yang telah diperoleh pada siklus I, sehingga kelemahan yang sudah terjadi tidak terjadi pada siklus II

 

 

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus II disajikan ke dalam tabel berikut:

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir

No Ketuntasan Belajar Kondisi Awal Siklus I Siklus II
S % S % S %
1. Tuntas 15 41,67 25 69,44 29 80,56
2. Belum Tuntas 21 58,33 11 30,56 7 19,44
               

 

Melalui tabel diatas dapat diketahui bahwa penilaian hasil belajar materi suhu dan kalor yang telah dilaksanakan siswa dari siklus I sampai II dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Pada siklus I keaktifan belajar siswa sebesar 65,71% termasuk dalam kategori aktivitas baik dengan jumlah skor 50 dari skor maksimal Yang telah tuntas belajar atau memperoleh nilai ≥ KB (70) sebanyak 25 siswa. Ketuntasan klasikal 69,44 % sedangkan yang belum tuntas belajar 11 siswa atau 30,56%. (2) Pada siklus II secara keseluruhan tingkat keaktifan belajar siswa sebesar 82,86% termasuk dalam kategori aktivitas sangat baik dengan jumlah skor 58 dari skor maksimal 70. Yang telah tuntas belajar sebanyak 29 siswa atau ketuntasan klasikal mencapai 80,56 % sedangkan yang belum tuntas belajar 7 siswa atau 19,44%.

Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa (1) Terjadi peningkatan kualitas belajar siswa dari kondisi awal 61,43% dengan kriteria baik meningkat menjadi 71,43% dengan kriteria baik pada siklus I dan menjadi 82,86% pada siklus II. (2) Terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal ketuntasan klasikal 41,67% menjadi 69,44% pada siklus I, dan meningkat lagi menjadi 80,56% pada siklus II.

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi pada siklus I dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran tersebut keterlibatan aktif siswa belum dapat berlangsung secara optimal dari hasil observasi pengamatan kualitas belajar siswa meningkat menjadi 71,43% dengan kriteria baik dibandingkan dengan kondisi awal 61,43% dengan kriteria. Siswa masih kesulitan dalam membuat soal dan menjawab sendiri. Siswa juga belum bisa bekerjasama secara maksimal dalam diskusi kelompok pada saat menjawab soal dari kelompok lain meskipun secara keseluruhan siswa merasa senang dan semangat mengikuti pembelajaran ini. Kualitas belajar yang kurang maksimal disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran Problem Posing yang baru pertama kali diterapkan pada pembelajaran fisika dikelas X TBSM 2 di SMK Negeri 6 Sukoharjo. Dari latar belakang tersebut kemudian peneliti melanjutkan pembelajaran siklus II.

Hasil belajar siswa dapat diketahui adanya peningkatan dibanding sebelum dilaksanakan model pembelajaran Problem Posing. Peningkatan hasil belajar antara lain: (1) Nilai terendah (NTR) meningkat dari 40 pada kondisi awal menjadi 50 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 65 pada siklus II. Nilai tertinggi (NTT) tidak mengalami penjngkatan yaitu 80 pada kondisi awal, tetap 80 pada siklus I tetapi meningkat menjadi 85 pada siklus II. Nilai rata-rata (NRR) meningkat dari 63,19 pada kondisi awal menjadi 69,58 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 75,42 pada siklus II; (2) Jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat dari 15 siswa atau 41,67% pada kondisi awal menjadi 25 siswa atau 69,44% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 29 siswa atau 80,56% pada siklus II; (3) Standar deviasi menurun dari 10,08 pada kondisi awal menjadi 6,80 pada siklus I dan menurun lagi menjadi 6,59 pada siklus II. Berdasarkan hasil rekapitulasi dari hasil pengamatan dan data yang diperoleh selama penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Posing dapat meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa kelas X TBSM 2 SMK Negeri 6 Sukoharjo.

Simpulan

Berdasarkan hasil temuan yang telah dideskripsikan dan dibahas pada bab sebelumnya, selanjutnya dapat diperoleh simpulan yaitu pembelajaran suhu dan kalor dengan model pembelajaran Problem Posing dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan meningkatkan persentase hasil belajar siswa kelas X TBSM 2 SMK Negeri 6 Sukoharjo terbukti pembelajaran berlangsung secara efektif. Siswa yang semula kurang aktif menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini ditunjukan dengan peningkatan presentase kualitas belajar siswa yang meningkat dari kondisi awal 61,43% menjadi 71,43% pada siklus I, dan meningkat lagi menjadi 82,86% pada siklus II. Hasil belajar siswa meningkat dari kondisi awal ketuntasan klasikal 41,67% menjadi 69,44% pada siklus I, dan meningkat lagi menjadi 80,56% pada siklus II.

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan & Model Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013. Prestasi Pustakarya. Jakarta.

Purnomo, M. 2015. Implementasi Pembelajaran Dengan Metode Problem Posing Untuk meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Fisika Materi Suhu Dan Kalor Di Kelas X SMA Muhammadiyah Gubug. Skripsi. Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo. Unpublised.

Sallis. Edward. 1993. Total Quality Management in Education. Philadelphia London: Kogan Page

Slameto, 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sujana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suprijono, Agus. 2013. Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Pustaka.