Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Quantum Teaching
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN TENTANG “BERNYANYILAH DENGAN ROH DAN AKAL BUDIMU†MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING
PADA SISWA KELAS VI SEMESTER 1 SD NEGERI NGADIKERSO 02 KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG
TahUn Ajaran 2018/2019
Wihat Supriyati
SD Negeri Ngadikerso 02
ABSTRAK
Tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran Pendidikan Agama Kristen tentang “Bernyanyilah dengan Roh dan Akal Budimu†belum maksimal. Dari hasil ulangan Pendidikan Agama Kristen ternyata hanya 2 (33,33%) dari 6 siswa Kelas VI SD Negeri Ngadikerso 02 Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang yang memperoleh nilai tuntas 70. Adapun nilai rata-rata Pendidikan Agama Kristen adalah 65,0. Rata-rata nilai tersebut belum mencapai syarat ketuntasan klasikal yaitu 70. Untuk meningkatkan hasil belajar, guru melaksanakana penelitian tindakan kelas. Pemecahan masalah yang dilakukan guru yaitu dengan model pembelajaran Quantum Teaching. Penelitian ini menggunakan jenis PTK (penelitian tindakan kelas), dilaksanakan di SD Negeri Ngadikerso 02 Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang pada bulan September –Oktober 2018 Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah: siswa Kelas VI yang berjumlah 6 siswa beragama Kristen. Hasil penelitian: (1) Nilai hasil belajar pada Kondisi Awal diperoleh rata-rata yang dicapai oleh siswa adalah 63,3. Pada Siklus I diperoleh rata-rata yang dicapai oleh siswa adalah 70,00. Terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar 6,7. Pada siklus II hasil belajar menunjukkan rata-rata 75,00. Peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 5,0; (2) Ketuntasan belajar pada Kondisi Awal yang dicapai oleh siswa adalah 33,33%. Pada Siklus I ketuntasan belajar 66,67%. Terjadi peningkatan ketuntasan belajar sebesar 33,34%. Pada siklus II tingkat ketuntasan belajar 100%. Peningkatan ketuntasan belajar meningkat sebesar 33,33%. Berdasarkan indikator keberhasilan ditentukan ketuntasan belajar individu adalah 70 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 75% maka ketuntasan belajar klasikal sudah tercapai.
Kata kunci: hasil belajar, model pembelajaran Quantum Teaching.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan pada satu satuan pendidikan, pengembangan kurikulum mutlak diperlukan, oleh karena itu badan Nasional Standar Pendidikan menghendaki setiap satuan pendidikan mempunyai kurikulum tersendiri. Kurikulum satuan pendidikan dimaksud mencerminkan kekhasan satuan pendidikan tersebut. BerdasarkanUndanag-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal 36 ayat (2) ditegaskan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan tuntutan jaman.
Belajar bukan sekadar untuk tahu, melainkan dengan belajar seseorang menjadi tumbuh dan berubah. Tidak sekadar belajar lalu berubah, dan menjadi semakin dekat dengan Allah sendiri. Tidak sekedar belajar lalu berubah, tetapi juga mengubah keadaan. Kurikulum 2013 dirancang agar tahapan pembelajaran memungkinkan siswa berkembang dari proses menyerap pengetahuan dan mengembangkan keterampilan hingga memekarkan sikap serta nilai-nilai luhur kemanusiaan.
Pembelajaran agama diharapkan mampu menambah wawasan keagamaan, mengasah keterampilan beragama dan mewujudkan sikap beragama siswa yang utuh dan berimbang yang mencakup hubungan manusia dengan Penciptanya, sesama manusia dan dengan lingkungannya. Untuk itu, pendidikan agama perlu diberi penekanan khusus terkait dengan penanaman karakter dalam pembentukan budi pekerti yang luhur. Karakter yang ingin kita tanamkan antara lain kejujuran, kedisiplinan, cinta kebersihan, kasih sayang, semangat berbagi, optimisme, cinta tanah air, kepenasaran intelektual, dan kreativitas.
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Kelas VI diajarkan dengan semangat itu. Pembelajarannya dibagi dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang harus dilakukan siswa dalam usaha memahami pengetahuan agamanya dan diaktualisasikan dalam tindakan nyata dan sikap keseharian yang sesuai dengan tuntunan agamanya, baik dalam bentuk ibadah ritual maupun ibadah sosial.
Peran guru sangat penting untuk meningkatkan dan menyesuaikan daya serap siswa dengan ketersediaan kegiatan yang ada pada buku ini. Penyesuaian ini antara lain dengan membuka kesempatan luas bagi guru untuk berkreasi dan memperkayanya dengan kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan, yang bersumber dari lingkungan alam, sosial, dan budaya sekitar.
Model pembelajaran yang dilakukan guru perlu dilakukan secara variatif agar tidak membosankan siswa. Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Pembelajaran yang berhasil ditunjukkan dengan dikuasainya materi pelajaran oleh siswa. Tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran “Bernyanyilah dengan Roh dan Akal Budimu†dinyatakan dalam nilai. Dari hasil ulangan harian Pendidikan Agama Kristen ternyata hanya 2 (33,33%) dari 6 siswa Kelas VI SD Negeri Ngadikerso 02 Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang yang memperoleh nilai tuntas 70. Pencapaian nilai di bawah KKM tersebut membuat guru perlu melakukan tindakan kelas. Untuk itu dibutuhkan keterampilan para guru dalam menentukan dan memilih metode dan model pembelajaran. Kondisi seperti ini memerlukan perhatian dari guru untuk melakukan perbaikan pembelajaran.
Salah satu upaya yang dilakukan guru di Kelas VI di SD Negeri Ngadikerso 02 Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang yaitu dengan cara mengimplementasikan model pembelajaran Quantum Teaching. Model pembelajaran Quantum Teaching digunakan pada penelitian ini dengan alasan prinsip: (a) Quantum Teaching segalanya berbicara, lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan bahan pelajaran semuanya menyampaikan pesan tentang belajar, (b) dalam Quantum Teaching siswa diberi tahu tujuan mereka mempelajari materi yang diajarkan, (c) dari pengalaman guru dan siswa diperoleh banyak konsep, (d) menghargai usaha siswa sekecil apa pun, (e) guru memberi pujian pada siswa yang terlibat aktif pada pelajaran (Hendry Risjawan, 2010). Quantum Teaching diharapkan sangat menyenangkan dalam proses pembelajaran bagi anak-anak..
Penelitian ini untuk mengetahui apakah model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen di SD Negeri Ngadikerso 02, Sumowono, Semarang.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka agar lebih terfokus dalam menangani masalah di atas, diantaranya sebagai berikut:
1. Apakah hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen tentang “Bernyanyilah dengan Roh dan Akal Budimuâ€dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran Quantum Teaching pada siswa Kelas VI Semester 1 SD Negeri Ngadikerso 02 Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang?
2. Apakah ketuntasan belajar Pendidikan Agama Kristen tentang “Bernyanyilah dengan Roh dan Akal Budimu†dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran Quantum Teaching pada siswa Kelas VI Semester 1 SD Negeri Ngadikerso 02 Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah , maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah ;
1. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen tentang “Bernyanyilah dengan Roh dan Akal Budimu†melalui model pembelajaran Quantum Teaching pada siswa Kelas VI Semester 1 SD Negeri Ngadikerso 02 Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang.
2. Meningkatkan ketuntasan belajar Pendidikan Agama Kristen tentang “Bernyanyilah dengan Roh dan Akal Budimu†melalui model pembelajaran Quantum Teaching pada siswa Kelas VI Semester 1 SD Negeri Ngadikerso 02 Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik ditinjau secara teoritis maupun secara praktis.
Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dan bahan pertimbangan bagi penelitian berikutnya.
b. Hasil penelitian ini di harapkan dapat mengembangkan ilmu pendidikan, khususnya dalam pembentukan suasana belajar yang berbeda dengan menggunakan model pembelajaran tipe Quantum Teaching.
Manfaat Praktis
Bagi Siswa
1) Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Pendidikan Agama Kristen khususnya pada materi tentang “Bernyanyilah dengan Roh dan Akal Budimuâ€.
2) Siswa dapat meningkatkan keberanian siswa dalam mengemukakan ide, pertanyaan maupun saran.
Bagi Guru Mata Pelajaran
1) Guru dapat menerapkan metode pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dengan model pembelajaran Quantum Teaching sebagai suatu alternatif yang menarik terhadap aktivitas dan hasil belajar.
2) Dapat memotivasi untuk lebih meningkatkan keterampilan memilih metode pembelajaran yang bervariasi dan dapat memperbaiki sistem pembelajaran.
Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam menambah penggetahuan dan wawasan terutama menyangkut model pembelajaran Quantum Teaching.
KAJIAN TOERI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Kajian Teori
Hasil belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami ketuntasan belajar (Rifai dan Chatarina, 2004: 4). Aspek-aspek yang diperoleh sebagai perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang telah dipelajari.
Menurut Gagne, aktivitas dan hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan kepada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema-skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori (Purwanto, 2009: 42).
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang relevan dengan tujuan pembelajaran dan sering digunakan sebagai ukuran seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang diajarkan. Menurut Gronlund dalam Purwanto (2009: 45) hasil belajar yang diukur merefleksikan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaranan yaitu tujuan yang menggambarkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Semua komponen pengajaran seperti pemilihan bahan pengajaran, kegiatan guru dan peserta didik, pemilihan sumber belajar, serta penyusunan tes bertolak dari tujuan pembelajaran, karena itu merupakan komponen yang sangat penting dalam pembelajaran.
Bloom (dalam Rifai dan Catharina, 2004: 6) mengelompokkan hasil belajar ke dalam 3 ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ketiga ranah ini menjadi obyek penilaian aktivitas dan hasil belajar yang terdiri dari beberapa tingkatan. Ranah kognitif terdiri dari enam tingkatan yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif terdiri dari lima tingkatan yaitu: penerimaan, tanggapan, penilaian, pengorganisasian nilai, dan karakteristik nilai. Sedangkan ranah psikomotorik terdiri dari tujuh tingkatan yaitu: persepsi, kesiapan, mekanisme, respon terbimbing, kemahiran, adaptasi, dan keaslian.
Hasil belajar merefleksikan keleluasaan, kedalaman, dan kompleksitas dan digambarkan secara jelas serta dapat di ukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu (Sugandi, 2004: 63).
Hasil belajar kognitif berupa perubahan dalam aspek kemampuan berpikir. Hasil belajar afektif berupa perubahan dalam aspek kemampuan merasakan. Sedangkan aktivitas dan hasil belajar psikomotorik berupa sikap dan keterampilan. Hasil belajar yang diidentifikasikan dalam tulisan ini mengacu pada ranah kognitif.
Dari beberapa pendapat di atas, hasil belajar dapat disimpulkan sebagai suatu bentuk perubahan perilaku yang meliputi 3 aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik yang disebabkan karena telah menguasai bahan yang diajarkan sesuai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dalam ketuntasan belajar mengajar dan dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian. Tes ini disusun dan dikembangkan dari pengetahuan, pemahaman, atau aplikasi suatu konsep yang dipelajari oleh siswa dalam ketuntasan belajar di kelas.
Model Pembelajaran Quantum Teaching
Sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan, ditemukan sebuah pendekatan pengajaran yang disebut dengan Quantum Teaching. Pembelajaran ini mengubah kegiatan belajar dengan sangat menyenangkan.
Quantum Teaching berawal dari upaya Georgi Lozanov, pendidik asal Bulgaria, yang bereksperimen dengan suggestology. Prinsipnya, sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar. Pada perkembangan selanjutnya, Bobbi DePorter (penulis buku best seller Quantum Learning dan Quantum Teaching), murid Lozanov, dan Mike Hernacki, mantan guru dan penulis, mengembangkan konsep Lozanov menjadi Quantum Learning. Metode belajar ini diadopsi dari beberapa teori. Antara lain sugesti, teori otak kanan dan kiri, teori otak triune, pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik) dan pendidikan holistik. Konsep itu sukses diterapkan di Super Camp, lembaga kursus yang dibangun de Porter. Dilakukan sebuah penelitian untuk disertasi doktroral pada 1991, yang melibatkan sekitar 6.042 responden. Dari penelitian itu, Super Camp berhasil mendongkrak potensi psikis siswa. Antara lain peningkatan motivasi 80%, nilai belajar 73% , meningkatkan harga diri 84% dan melanjutkan penggunaan keterampilan 98% (Hendry Risjawan, 2010:1).
Pengertian Quantum Teaching Menurut Bobby De Porter yaitu: “Quantum Teaching adalah konsep yang menguraikan cara-cara baru dalam memudahkan proses belajar mengajar, lewat pemaduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang diajarkan.†(Bobby De Porter, 2003:3).
Pelaksanaan Quantum Teaching dalam penelitian ini mengambil inspirasi dari Bobby De Porter (2003: 33), yang menamai Kerangka Belajar dan Mengajar Interaktif lewat Quantum Teaching dengan: TANDUR, akronim dari: Tumbuhkan, Alamai, Namai, Demonstrasi, Ulangi, dan Rayakan.
Kerangka Pikir
Pemahaman siswa akan mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen yang belum optimal menyebabkan rendahnya tingkat pencapaian aktivitas dan hasil belajar. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Quantum Teaching. Dalam model pembelajaran Quantum Teaching, siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan sering mengemukakan pendapatnya. Peserta didik memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan secara baik, dan bagi peserta didik dengan kemampuan rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri. Dalam pembelajaran ini, peserta didik dari dalam dirinya termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan dan menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.
Pada kondisi awal, guru melakukan pembelajaran bersifat konvensional, guru dominan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, banyak peserta didik yang ketuntasan belajarnya dan hasil belajarnya rendah. Agar aktivitas dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran meningkat, maka perlu adanya action atau tindakan yang dilakukan oleh guru/peneliti yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching. Pada kondisi akhir, melalui penerapan model pembelajaran Quantum Teaching diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Lokasi yang akan di jadikan penelitian adalah di SD Negeri Ngadikerso 02 Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang.
Waktu penelitian tindakan kelas yaitu:
Kondisi Awal : 19 dan 26 September 2018
Siklus I : 3 Oktober dan 9 Oktober 2018
Siklus II : 17 dan 24 Oktober 2018
Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Guru kelas VI SD Negeri Ngadikerso 02 Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang.
2. Siswa beragama Kristen Kelas VI semester 1 SD Negeri Ngadikerso 02 Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang yang berjumlah 6 orang.
Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertanyaan (Suryabrata, 2008:84) Dalam penelitian ini, data primer yang diperoleh oleh peneliti adalah: hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SD Negeri Ngadikerso 02, Guru pengampu mata pelajaran, dan siswa Kelas VI yang beragama Kristen.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diterbitkan oleh organisasi yang bukan merupakan pengolahan peneliti, data tersebut biasanya telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen, misalnya data mengenai keadaan demografis suatu daerah, data mengenai produktivitas suatu sekolahan tersebut atau perguruan tinggi, dan sebagainya (Suryabrata, 2008:85). Data sekunder ini digunakan sebagai data pendukung dari data primer, misal data tentang siswa, nilai mata pelajaran siswa, dan data-data lain.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal pembelajaran Pendidikan Agama Kristen tentang “Bernyanyilah dengan Roh dan Akal Budimu†merupakan pembelajaran yang dilaksanakan belum menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching. Pembelajaran masih menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.
Dalam tindakan ini, untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa diadakan evaluasi yang dilaksanakan akhir pembelajaran materi pelajaran tentang “Bernyanyilah dengan Roh dan Akal Budimuâ€.
Dari 6 siswa, siswa yang mencapai ketuntasan dengan mendapatkan nilai ³ 70 sebanyak 2 anak (33,33%), sedangkan yang belum tuntas dengan mendapatkan nilai < 70 ada 4 anak (66,67%). Nilai rata-rata siswa 63,3. Dari uraian hasil data di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa kelas VI di SD Negeri Ngadikerso 02 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen masih rendah, oleh karena itu penulis merasa perlu melakukan penelitian untuk meningkatkan ketuntasan belajar dan hasil belajar siswa.
Deskripsi Tiap Siklus
Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Dari 6 siswa, siswa yang mencapai ketuntasan dengan mendapatkan nilai ³ 70 sebanyak 4 anak (66,67%), sedangkan yang belum tuntas dengan mendapatkan nilai < 70 ada 2 anak (33,33%). Nilai rata-rata siswa 70,00. Dari uraian hasil data di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa kelas VI di SD Negeri Ngadikerso 02 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen belum maksimal, oleh karena itu perlu penelitian siklus II untuk meningkatkan ketuntasan belajar dan haisl belajar siswa.
Berdasarkan deskripsi data siklus I maka dalam pembelajaran ini ditemukan hasil refleksi yaitu: hasil tes menunjukkan bahwa rata-rata nilai siswa 70,00 dan ketuntasan belajar kelas 66,67% masih kurang dari ketuntasan ideal 75%. Sehingga ketuntasan belajar belum tercapai.
Adapun pada siklus I guru lebih baik dalam membimbing dan memotivasi siswa sehingga siswa aktif dalam pembelajaran. Dari uraian di atas, hasil pembelajaran dan ketuntasan belajar siswa dapat meningkat dengan menerapkan pembelajaran model pembelajaran Quantum Teaching.
Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Dari 6 siswa, siswa yang mencapai ketuntasan dengan mendapatkan nilai ³ 70 sebanyak 6 anak (100%). Nilai rata-rata siswa 75,00. Dari uraian hasil data di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa kelas VI di SD Negeri Ngadikerso 02 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen sudah maksimal, oleh karena itu penelitian siklus II untuk meningkatkan hasil belajar siswa sudah berhasil.
Berdasarkan deskripsi data siklus II maka dalam pembelajaran ini ditemukan hasil refleksi yaitu: hasil tes menunjukkan bahwa rata-rata nilai siswa 75,00 dan ketuntasan belajar kelas 100% lebih besar dari ketuntasan ideal 75%. Sehingga ketuntasan belajar sudah tercapai.
Dari uraian di atas, kualitas pembelajaran dan ketuntasan belajar siswa dapat meningkat dengan menerapkan pembelajaran model pembelajaran Quantum Teaching.
Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus
Pembahasan lebih banyak didasarkan pada hasil observasi dan refleksi pada setiap siklusnya. Kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching.
Siklus I
Berdasarkan nilai hasil belajar, pada Kondisi Awal diperoleh nilai rata-rata tes sebesar 63,3 dengan ketuntasan belajar klasikal 33,33%. Pada siklus I nilai rata-rata menjadi 70,0 dengan ketuntasan belajar klasikal 66,67% tuntas belajar dengan mendapat nilai ³ 70. Peningkatan rata-rata nilai sebesar 6,7 dan peningkatan pencapaian KKM sebesar 33,33%.
Berdasarkan pertimbangan ketuntasan belajar individu adalah 70 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 75% maka aktivitas dan hasil belajar siklus I ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal belum tercapai. Maka penelitian ini dilanjutkan ke siklus II.
Siklus II
Pada siklus I hasil belajar diperoleh nilai rata-rata tes sebesar 70,0 dan ketuntasan belajar kelas 66,67%. Pada siklus II terjadi peningkatan nilai rata-rata menjadi 75,00 dengan ketuntasan belajar klasikal 100% (6 siswa) tuntas belajar dengan mendapat nilai ³ 70. Peningkatan rata-rata nilai sebesar 5,0 dan peningkatan pencapaian KKM sebesar 33,33%.
Berdasarkan pertimbangan ketuntasan belajar individu adalah 70 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 75% maka aktivitas dan hasil belajar siklus II ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal sudah tercapai. Maka penelitian ini sudah berhasil.
Peningkatan Hasil Belajar
Secara keseluruhan peningkatan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar hasil evaluasi tiap siklus terlihat pada diagram sebagai berikut:
Nilai rata-rata Kelas Pembelajaran Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Kristen siswa Kelas VI semester 1 SD Negeri Ngadikerso 02 Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Kristen Kelas VI semester 1 SD Negeri Ngadikerso 02 Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang, dengan rincian sebagai berikut.
1. Nilai hasil belajar pada Kondisi Awal diperoleh rata-rata yang dicapai oleh siswa adalah 63,3. Pada Siklus I diperoleh rata-rata yang dicapai oleh siswa adalah 70,00. Terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar 6,7. Pada siklus II hasil belajar menunjukkan rata-rata 75,00. Peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 5,0.
2. Ketuntasan belajar pada Kondisi Awal yang dicapai oleh siswa adalah 33,33%. Pada Siklus I ketuntasan belajar 66,67%. Terjadi peningkatan ketuntasan belajar sebesar 33,34%. Pada siklus II tingkat ketuntasan belajar 100%. Peningkatan ketuntasan belajar meningkat sebesar 33,33%. Berdasarkan indikator keberhasilan ditentukan ketuntasan belajar individu adalah 70 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 75% maka ketuntasan belajar klasikal sudah tercapai.
Implikasi
Model pembelajaran Quantum Teaching ini menjadi pertimbangan guru dalam menggunakan model quantum teaching ini yaitu waktu, biaya, serta tenaga, sehingga diharapkan perlu perencanaan yang tepat agar tindakan dapat berjalan efektif dan efisien. Selain itu, pembelajaran dengan model quantum teaching terbukti dapat berjalan secara efektif dan efisien jika didukung oleh keterampilan guru dalam mengelola kelas. Berdasarkan hasil penelitian yang disimpulkan di atas, maka saran yang dapat disampaikan bagi guru, hendaknya guru dapat mensosialisasikan hasil penelitian pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching kepada guru-guru lain.
Saran
Menurut hasil kesimpulan di atas, maka disarankan:
1. Model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Maka pendekatan tersebut bisa digunakan sebagai acuan untuk pelaksanaan pembelajaran yang lainnya.
2. Sebaiknya guru melaksanakan refleksi tentang kelemahan penggunaan model pembelajaran Quantum Teaching dalam pembelajaran, yaitu meskipun manfaatnya baik, tetapi model pembelajaran Quantum Teaching membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga menyita waktu guru dalam menyiapkan pembelajaran mata pelajaran lain. Untuk itu tidak semua mata pelajaran menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching.
3. Bagi sekolah, dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, sebaiknya sekolah memfasilitasi sarana prasarana yang mendukung untuk menciptakan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, dan inovatif.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Muhammad Zainal. 2010. Sikap dan Kebiasaan Belajar Siswa. http://meetabied.wordpress.com. Diakses tanggal 19 Juni 2018.
Amirotun, Siti. 2013. Penerapan Model Quantum Teaching Dalam Peningkatan Pembelajaran IPS Siswa Kelas IV SD Negeri Sidomulyo. Jurnal KALAM CENDEKIA, Volume 4, Nomor 2, hlm. 157 – 163 PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret.
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widiya.
De Porter, Bobby. 2003., Quantum Teaching, alih bahasa oleh Ary Nilandari, Cet. XI; Bandung: Kaifa.
Dryden, Gordon. 2004. Revolusi Cara Belajar. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Kurniyati, Dwi. 2016. Peningkatgan Hasil Belajar IPS Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Quantum Teaching di SD N Balong. Yogyakarta: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 4 Tahun Ke-5 UNY.
Moleong, Lexy J. 2011. Prosedur Penelitian Kualitatif. Bandung:PT Remaja Rosda Karya.
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rifa,i, Achmad & Catharina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES.
Risjawan, Hendry. 2010. Quantum Teaching – Menjadikan Kelas Menggairahkan. http://trainersclub.or.id/ diakses tanggal 1 September 2018.
Sugandi, Ahmad dan Haryanto. 2004. Teori pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES
Suryabrata, Sumadi. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tompah, Norita Yudiet dan Erich Von Marthin. 2018. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti untuk SD/MI kelas VI / Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.