Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Search, Solve, Create, and Share
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PERAWATAN
ALAT LABORATORIUM MELALUI MODEL SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE (SSCS) BAGI SISWA KELAS X KI C
SMK NEGERI 2 SUKOHARJO
PADA SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Sri Sadono
SMK Negeri 2 Sukoharjo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembejaran dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS) tentang Perawatan Alat Laboratorium bagi kelas X KI C SMK Negeri 2 Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X KI C SMK Negeri 2 Sukoharjo. Sumber data yang digunakan adalah guru dan siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan angket, observasi, wawancara, dan tes. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran SSCS dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan kriteria Baik berdasarkan indicator yang telah ditetapkan dan hasil belajar siswa (aspek pengetahuan 54,3% pada siklus I meningkat menjadi 77,1% pada siklus II dan aspek keterampilan telah mencapai 100% pada siklus I sehingga tidak dilaksanakan pada siklus II).
Kata kunci: Createand Share (SSCS); Hasil belajar; erawatan alat; laboratorium. Search dan Solve.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Materi pelajaran Analisis Kimia Dasar (AKD) di kelas X hampir sebagian besar adalah materi yang bersifat teoritis dan hafalan. Perawatan peralatan laboratorium merupakan salah satu materi teori yang cukup banyak dan tidak mengandung unsur matematis. Sehingga kebanyakan siswa mempelajari materi tersebut dengan jalan menghafal teori-teori yang ada. Hal tersebut tentunya membuat materi ini terkesan membosankan dan monoton.
Salah satu materi AKD pada kelas X semester gasal yang memiliki kesamaan karakteristik dengan materi perawatan peralatan laboratorium adalah materi penataan peralatan dan bahan laboratorium. Penataan peralatan dan bahan di laboratorium merupakan materi pelajaran yang menuntut siswa untuk dapat menggabungkan antara penguasaan konsep – konsep kimia dan menerapkan dalam keterampilan di laboratorium.
Berikut adalah data ketuntasan ulangan harian materi Penataan Peralatan dan Bahan Laboratorium kelas X KI pada tahun pelajaran 2018/2019:
Kelas | Ketuntasan (%)
(Pengetahuan) |
Ketuntasan
(%) (Keterampilan) |
|
KI A
KI B KI C |
36,11
38,89 37,14 |
39,32
39,46 38,67 |
(Sumber: Daftar Nilai Ulangan Harian X KI SMK Negeri 2 Sukoharjo).
Dari Tabel di atas disimpulkan bahwa ketuntasan rata-rata siswa pada ulangan harian materi pokok penataan peralatan dan bahan laboratorium masih rendah, yaitu dibawah 40% baik pada aspek pengetahuan maupun aspek keterampilan. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai konsep pada materi penataan peralatan dan bahan laboratorium. Apabila siswa kurang menguasai konsep yang ada pada materi penataan peralatan dan bahan laboratorium, maka pada akhirnya siswa juga akan mengalami kesulitan untuk menguasai konsep suatu materi pelajaran yang memiliki kesamaan karakteristik materi yaitu terkait penataan dan perawatan alat laboratorium.
Dilihat dari permasalahan-permasalahan yang sudah diuraikan, maka diperlukan suatu tindakan untuk dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas X KI C dengan melalui suatu model pembelajaran yang menekankan pembangunan konsep suatu materi pelajaran melalui proses pembelajaran yang aktif dan menarik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Salah satu model pembelajaran yang dirujuk dalam pembelajaran kurikulum 2013 adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Pembelajaran berbasis PBL belum sepenuhnya diterapkan dalam pembelajaran mata pelajaran AKD di SMK Negeri 2 Sukoharjo.
Salah satu jenis pembelajaran yang termasuk dalam jenis pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran Problem Solving tipe Search, Solve, Create, and Share (SSCS).
Menurut Pizzini (1988), model SSCS ini memiliki keunggulan yaitu dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Tahapan pembelajaran dari model SSCS ini meliputi empat fase yaitu search, solve, create, dan share. Model SSCS memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi ide secara mandiri, mengharuskan siswa mampu menuliskan solusi dengan langkah–langkah penyelesaian yang sistematis, serta mengharuskan siswa untuk aktif berdiskusi selama proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Perawatan Alat Laboratorium melalui Model Search, Solve, Create, And Share (SSCS) bagi Siswa Kelas X KI C SMK Negeri 2 Sukoharjo pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penulis merumuskan masalah yang timbul sebagai berikut:
Bagaimanakah penerapan model pembelajaran SSCS dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa pada materi perawatan peralatan laboratorium bagi siswa kelas X KI C SMK Negeri 2 Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran SSCS materi perawatan peralatan laboratorium bagi siswa kelas X KI C SMK Negeri 2 Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019.
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
Kajian Teori
Pengertian Belajar
Belajar menurut Arikunto (1990) dalam Sagala (2009: 166) dapat diartikan sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk melakukan perubahan terhadap diri manusia dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya baik berupa pengetahuan, keterampilan ataupun sikap.
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seseorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya (Trianto, 2010:17).
Model Pembelajaran Search,
Solve, Create and Share (SSCS)
Menurut Pizzini (1988), model pembelajaran SSCS terdiri dari empat fase yaitu pertama fase search yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah, kedua fase solve yang bertujuan untuk merencanakan dan melaksanakan penyelesaian masalah, ketiga fase create yang bertujuan untuk menuliskan solusi masalah yang diperoleh, dan keempat adalah fase share yang bertujuan untuk mensosialisasikan solusi masalah.
Hasil Belajar
Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Adapun belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu, yaitu perubahan tingkah laku. Dengan demikian, prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar (Hamdani, 2011).
Prestasi belajar seseorang diperoleh sesuai dengan keberhasilannya dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap bidang studi setelah mengalami evaluasi dalam proses belajar mengajar. Menurut Permendikbud nomor 104 tahun 2014 tentang penilaian hasil belajar, lingkup penilaian prestasi belajar pada kurikulum 2013 mencakup 3 aspek, yaitu pengetahuan, sikap (spiritual dan sosial) dan keterampilan.
Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini diterapkan pembelajaran dengan menggunakan salah satu jenis pembelajaran yang menekankan pada pemecahan masalah yaitu model pembelajaran Problem Solving tipe SSCS. Model pembelajaran ini menekankan pembelajaran aktif dan berorientasi pada proses, sehingga siswa mampu membangun konsepnya dalam materi perawatan perlatan laboratorium secara mandiri. Dalam prosesnya, siswa akan mengeksplorasi seluruh kemampuannya untuk memperoleh pemahaman materi secara mandiri. Melalui proses ini siswa menjadi lebih memahami tentang kemampuan dan potensi apa yang dimilikinya. Anggraini (2016) menyatakan bahwa model SSCS berhasil menjadikan siswa lebih antusias dan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran karena siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman konsep dari materi yang disampaikan. Berdasarkan uraian diatas, diharapkan bahwa penerapan pembelajaran SSCS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X KI C SMK Negeri 2 Sukoharjo pada materi pokok perawatan peralatan laboratorium.
Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir yang telah diuraikan atas, dapat dituliskan hipotesis tindakan sebagai berikut: Penerapan model pembelajaran SSCS diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perawatan peralatan laboratorium kelas X KI C SMK Negeri 2 Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X KI C SMK Negeri 2 Sukoharjo yang beralamatkan di Jl. Solo-Wonogiri, Begajah, Kec / Kab. Sukoharjo. Penelitian ini dilakukan pada semester 2 tahun pelajaran 2018/ 2019 yakni bulan Januari-Juni 2019.
Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah semua siswa kelas X KI C SMK Negeri 2 Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019. Objek penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas X KI C terhadap pembelajaran yang diterapkan pada materi perawatan alat laboratorium.
Data dan Sumber Data
Jenis data dari penelitian ini berupa hasil belajar siswa kelas X KI C SMK Negeri 2 Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019. Sumber data sebagai sasaran penggalian, pengumpulan dan informasi penelitian meliputi:(1). Responden, dalam penelitian ini adalah siswa kelas X KI C. (2). Dokumen, meliputi: Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (3). Daftar nilai guru.
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik tes tertulis.Tes disusun dan dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa sesuai dengan siklus yang ada.
Tes dilaksanakan di akhir siklus I dan siklus II yang bertujuan untuk mengetahui implikasi dari tindakan yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran terhadap penguasaan konsep materi dan hasil belajar siswa pada materi pokok perawatan alat laboratorium. Bentuk tes yang dilakukan adalah tes objektif, yaitu tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif (Arikunto, 2013).
Teknik Analisis Data
Data-data hasil penelitian di lapangan diperoleh dalam bentuk data kuantitatif. Data kuantitatif dianalisis dengan teknik statistik deskriptif komparatif, yaitu membandingkan hasil hitung dari statistik deskriptif.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart yaitu berupa model spiral. Ada empat tahap dalam model spiral yang meliputi: perencanaan (planning), aksi/ tindakan (action), observasi (observing), refleksi (reflecting) (Sumadayo, 2013: 40).
Menurut Arikunto (2011: 17), kegiatan ini disebut dengan satu siklus kegiatan pemecahan masalah. Apabila dalam satu siklus hasil dari penelitian belum menunjukkan peningkatan kualitas atau belum mencapai target yang telah ditentukan, maka penelitian dilanjutkan pada siklus kedua hingga target yang telah ditentukan tercapai.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Data Pratindakan
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X KI C SMK Negeri 2 Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019. Kelas X KI C merupakan kelas dengan ketuntasan belajar rendah, yaitu sebesar 37,14% untuk aspek pengetahuan dan 38,67% untuk aspek keterampilan berdasarkan nilai ulangan harian penataan bahan laboratorium.
Siklus I
Hasil Belajar Aspek Pengetahuan
Dari hasil tes aspek pengetahuan siklus I, siswa yang telah mencapai ketuntasan sebanyak 19 siswa (54,3%) dari total 35 siswa dan siswa yang belum tuntas sebanyak 16 siswa (45,7%). Persentase ketuntasan ini belum mencapai target yang ditentukan yaitu 70%.
Hasil Belajar Aspek Keterampilan
Kriteria penilaian poster mencakup aspek kelengkapan, keindahan, kerapian, isi dan bahasa yang digunakan pada poster. Dari hasil penelitian pembelajaran pada siklus I ketuntasan siswa untuk aspek keterampilan sudah mencapai 100%. Sehingga untuk siklus II tidak dilakukan penilaian aspek keterampilan dikarenakan target telah tercapai dan mencapai nilai ketuntasan maksimum.
Refleksi Tindakan
Secara umum proses pelaksanaan tindakan pada siklus I berjalan dengan lancar. Walaupun pada awal pertemuan masih terdapat beberapa siswa yang terlihat kebingungan dengan penerapan model pembelajaran SSCS, namun seiring dengan berjalannya waktu siswa mulai bisa beradaptasi dengan model diskusi SSCS.
Siklus II
Hasil Belajar Aspek Pengetahuan
Hasil belajar aspek pengetahuan siklus II, siswa yang telah mencapai ketuntasan sebanyak 27 siswa dari total 35 siswa (77,1%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 8 siswa (22,9%). Persentase ini telah mencapai target yang ditentukan (70%).
Refleksi Tindakan
Secara umum, proses pembelajaran di kelas pada siklus II berjalan dengan lebih baik dibanding dengan siklus I. Dengan diperkecilnya jumlah siswa dalam kelompok, suasana diskusi dalam kelompok menjadi lebih kondusif. Tanggung jawab siswa terhadap kelompok maupun terhadap dirinya sendiri untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru dapat dikatakan lebih baik dibanding siklus I. Siswa menjadi lebih kritis untuk bertanya dan antusias dalam mengikuti pembelajaran.
Pembahasan
Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui beberapa tahap, yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi/pengamatan dan refleksi. Serangkaian tahapan yang dilakukan merupakan satu siklus penelitian. Tindakan yang dilakukan pada kelas X KI C SMA Negeri 2 Sukoharjo terdiri atas dua siklus. Siklus I dilakukan dalam empat kali pertemuan, dengan tiga kali pertemuan untuk pembahasan materi dan satu pertemuan untuk evaluasi siklus I. Sedangkan siklus II hanya dilakukan dalam dua kali pertemuan, dengan satu kali pertemuan untuk pembahasan materi dan satu kali pertemuan untuk evaluasi siklus II.
Aspek hasil belajar yang dinilai adalah aspek pengetahuan dan aspek keterampilan. Persentase ketercapaian hasil dari tes pengetahuan pada siklus I adalah sebesar 54,3%. Dari enam indikator kompetensi yang ada, terdapat dua indikator kompetensi yang belum mencapai target yang telah ditentukan, sehingga diperlukan perbaikan pada siklus II. Sementara itu, persentase hasil ketercapaian aspek pengetahuan pada siklus II adalah sebesar 77,1%, Hasil tes aspek pengetahuan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 22,8% dari siklus I. Hal ini dikarenakan pada tindakan siklus II materi yang disampaikan lebih difokuskan pada indikator materi yang belum mencapai target ketuntasan.
Aspek selanjutnya yang diukur pada prestasi belajar siswa adalah aspek keterampilan. Penilaian aspek keterampilan menggunakan penilaian keterampilan pembuatan poster terkait perawatan alat-alat yang ada di laboratorium berdasarkan golongan alat/klasifikasinya. Target yang ditetapkan pada aspek keterampilan adalah sebesar 70%. Ketercapaian aspek keterampilan pada siklus I sudah mencapai 100%.
Berdasarkan pencapaian hasil dari kedua aspek hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran SSCS dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian Trisnawati (2016) yang membuktikan bahwa pembelajaran SSCS dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dapat disimpulkan Penerapan model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok perawatan alat laboratorium kelas X KI C SMK Negeri 2 Sukoharjo pada semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa saran guru hendaknya dapat membimbing siswa dalam mempelajari materi perawatan alat laboratorium model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) dengan maksimal, sehingga dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2013). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika. Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Sumadayo, Samsu. (2013). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Trisnawati, Rizka A.F. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Analisis dan Prestasi Belajar pada Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Siswa Kelas XI MIA 3 Semester Genap SMA Batik 2 Surakarta. Skripsi. Surakarta: FKIP UNS