PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI KPK DAN FPB MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STAD KELAS IV.B SD NEGERI KEBONBATUR 2

KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK

SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Muzaroah

Guru SD Negeri Kebonbatur 2, Mranggen Demak

 

ABSTRAK

Rumusan masalah Bagaimana proses pembelajaran, Seberapa besar peningkatan hasil belajar, Berapa besar peningkatan hasil belajar peserta didik dengan model kooperatif tipe STAD kelas IV.B SD Negeri Kebonbatur 2?.PTK ini dilaksanakan dua siklus. Subjek penelitian ini peserta didik kelas IV.B SD Negeri Kebonbatur 2 Tahun Pelajaran 2018/2019.Terjadi perubahan peningkatan hasil belajar.Hasil siklus 1,17 (68,00%) peserta didik tuntas dan 8 (32,00%) tidak tuntas.Rata-rata kelas 68,80.Siklus 2 rata-rata kelas 88,00.

Kata kunci: pembelajaran tipe STAD, hasil belajar materi KPK dan FPB

 

PENDAHULUAN

Realita di lapangan menunjukkan bahwa peserta didik kelas IV.B SD Negeri Kebonbatur 2, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal KPK dan FPB dengan demikian hasil belajarnya pun rendah. Dari hasil tes yang penulis lakukan menunjukkan bahwa peserta didik kelas IV.B SD Negeri Kebonbatur 2 Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak yang berjumlah 25 orang, yang tuntas KKM sebesar 70 hanya 17 peserta didik atau 68,00% sedangkan 8 peserta didik atau 32,00% tidak tuntas dengan nilai rata-rata hanya 68,8.

Berdasarkan hasil tes tersebut dapat disimpulkan bahwa rendahnya hasil belajar yang kaitannya dengan penyelesaian soal KPK dan FPB disebabkan karena kurangnya kemampuan peserta didik dalam menghitung bilangan dan setiap peserta didik cepat puas dengan hasil kerjanya tanpa memeriksa kembali hasilnya. Melihat permasalahan di atas,maka penulis perlu menerapkan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD agar kemampuan peserta didik terhadap soal KPK dan FPB meningkat dan hasil belajarnya pun meningkat pula.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: (1) Bagaimana proses model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi KPK dan FPB yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IV.B SD Negeri Kebonbatur 2, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019?; (2) Seberapa besar peningkatan hasil belajar materi KPK dan FPB pada peserta didik kelas IV.B SD Negeri Kebonbatur 2, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?; (3) Berapa besar peningkatan hasil belajar peserta didik kelas IV.B SD Negeri Kebonbatur 2, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan proses pembelajaran model kooperatif tipe STAD pada materi KPK dan FPB yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IV.B SD Negeri Kebonbatur 2 Kecamatan Mranggen, kabupaten Demak. (2) Mendeskripsikan besaran peningkatan hasil belajar (3) Mendeskripsikan besaran peningkatan hasil belajar peserta didik setelah diterapkan model kooperatif tipe STAD.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peserta didik dan guru.Bagi peserta didik dapat membiasakan dan memberikan motivasi serta rangsangan untuk berusaha belajar lebih baik,meningkatkan keterampilan hidup (life skills) sehingga memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal KPK dan FPB yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan bagi guru tentang pentingnya penerapan berbagai model atau metode dalam proses pembelajaran.

LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Hakikat Pembelajaran

Proses pembelajaran pada hakikatnya merupakan kegiatan belajar mengajar dalam suasana interaktif deduktif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan. Artinya, interaksi yang telah dicanangkan untuk suatu tujuan tertentu setidaknya adalah pencapaian tujuan intruksional atau pembelajaran.

Komara dan Fitri (2000:4) mengemukakan bahwa agar guru mampu menunaikan tugasnya dengan baik, hendaknya memahami dengan seksama hal-hal yang bertalian dengan proses pembelajaran yang meliputi peserta didik, tujuan, dan guru. Peserta didik, yang terus berusaha mengembangkan dirinya seoptimal mungkin melalui berbagai kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tahapan perkembangan yang dijalaninya.

Syamsudin (1997:108) mengungkapkan bahwa dalam rangka pelaksanaan fungsi dan tugas institusional guru menempati kedudukan sebagai figur sentral. Di tangan gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan di sekolah, serta di tangan mereka pula bergantungnya masa depan karir peserta didik yang menjadi tumpuan harapan orang tuanya.

Hakikat Hasil Belajar

Menurut Surachmad (1980:65) belajar adalah penemuan hubungan unsur-unsur di dalam hakikat ikatan keseluruhan. Dengan kata lain, belajar merupakan suatu proses yang menghasilkan perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi dari kegiatan belajar diperoleh melalui latihan dan pengalaman.

Selanjutnya Hamalik (1983:21) mendefinisikan belajar sebagai suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri sendiri yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Dengan demikian belajar merupakan proses untuk diarahkan kepada tujuan dalam interaksi belajar mengajar menjadi prosedur utama, dilakukan individual dalam memperoleh kepandaian atau ilmu dalam interaksi dengan lingkungan.

Sementara itu menurut Muslich (2007:196) belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.

Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan kepada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih (Hilda dan Margaretha, 2002:70).

Roger dan Davidson (Lie, 2002:30) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok dianggap pembelajaran kooperatif karena terdapat lima unsur dasar pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan. Kelima unsur dasar tersebut adalah: (a) Saling ketergantungan positif (Positive Interdepedence); (b) Tanggung jawab perseorangan (Individual Accountability); (c) Tatap muka (Face to Face); (d) Komunikasi antaranggota (Interpersonal Communication); dan (e) Proses kelompok (Group Processing).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa: tahap-tahap pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) guru melakukan presentasi di depan kelas; (2) pembentukan kelompok; (3) diskusi kelompok; (4) guru melakukan bimbingan; (5) presentasi hasil kerja; (6) guru melakukan validasi; dan (7) melaksanakan tes.

Kerangka Berpikir

Soal KPK dan FPB merupakan bentuk soal matematika yang sulit dipecahkan peserta didik. Soal ini menuntut peserta didik menghitung dua objek yang ditanyakan, dan operasi hitung yang diperlukan untuk menyelesaikan soal tersebut. Agar dapat menyelesaikan soal KPK dan FPB dengan benar selain harus memiliki kemampuan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan operasi campurannya, peserta didik juga dituntut memiliki kemampuan membaca pemahaman sehingga mampu menghitung dua bilangan yang terkandung dalam soal tersebut.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran yang komplek dan kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu strategi belajar mengajar yang menekankan sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok.

Hipotesis Tindakan

Dari kerangka teoretis dan berpikir berasumsi bahwa:1. Bagaimana proses pembelajaran kooperatif model STAD pada materi KPK dan FPB di duga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. 2. Berapa besar Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi KPK dan FPB. 3. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar pembelajaran matematika materi KPK dan FPB di kelas IV.B SD Negeri Kebobatur 2, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak tahun pelajaran 2018/2019.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2018/2019. Masing-masing siklus di lakukan kegiatan pembelajarannya dua kali pertemuan. Siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 3 dan 5 September 2018. Sedangkan siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 10 dan 12 September 2018.

Subjek penelitiannya adalah proses pembelajaran matematika materi KPK dan FPB dengan model kooperatif tipe STAD.Adapun sumber datanya dari penelitian ini adalah peserta didik kelas IV.B SD Negeri Kebonbatur 2, tahun ajaran 2018/2019 yang berjumlah 25 peserta didik, guru kelas dan teman sejawat.

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan menggunakan tiga cara yaitu: a) tes uraian; b) observasi dilakukan oleh penulis terhadap peserta didik selama pembelajaran yaitu aktivitas c) catatan harian yang diberikan kepada peserta didik setelah pembelajaran selesai.

Analisis data yang digunakan bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data yang diperoleh dikategorikan dan diklasifikasikan berdasarkan analisa logisnya kemudian ditafsirkan dan disajikan secara aktual dan sistematis dalam keseluruhan permasalahan dalam kegiatan penelitian.

Indikator kinerjanya pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Persentase jumlah peserta didik yang mencapai KKM setidak-tidaknya 80% dari jumlah seluruh peserta didik. 2. Persentase jumlah peserta didik yang aktif setidak-tidaknya 80% dari jumlah seluruh peserta didik.

Prosedur penelitian siklus 1, pembelajaran dilakukan dengan appersepsi, penyampaian tujuan pembelajaran dan penjelasan kegiatan yang akan di lakukan oleh peserta didik.

Pelaksanaan pembelajaran dimulai, 1) Guru melakukan presentasi di depan kelas. Dalam tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai tiap peserta didik. Di samping itu pula, guru juga menyampaikan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran, 2) Pembentukan kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 4 dan 5 peserta didik. Kelompok dibentuk berdasarkan heterogenitas yang meliputi jenis kelamin, kemampuan akademik, dan perbedaan yang lain, 3) Tiap kelompok mendiskusikan Lembar Kerja Peserta didik (LKS),4) Guru melakukan bimbingan terhadap kelompok maupun kelas. Sebagai fasilitator, guru memberikan bimbingan baik kepada kelompok maupun secara klasikal. Bimbingan diperlukan oleh peserta didik baik secara kelompok maupun klasikal yang mengalami kesulitan, 5) Tiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Pada tahap ini tiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Bila salah satu kelompok melakukan presentasi, kelompok yang lain memperhatikan dan memberi tanggapan bila ada kesalahan, 6) Guru melaksanakan validasi atas kinerja kelompok. LKS yang sudah selesai kemudian dibahas bersama-sama. Tiap kelompok memaparkan hasil diskusi LKS-nya. Guru melakukan validasi bilamana ada persoalan dalam pengerjaan LKS. Dalam pengerjaan LKS, tidak banyak kesulitan yang dilakukan peserta didik, 7) Melaksanakan tes untuk mengukur keberhasilan peserta didik. Untuk mengukur keberhasilan peserta didik pada akhir pembelajaran dilaksanakan tes/ mengerjakan soal. Jumlah soal berjumlah lima yang berupa soal uraian. Dalam mengerjakan tes peserta didik tampak sungguh-sungguh.

Perbaikan yang dilakukan pada siklus 2 ini adalah: (a) Karena dalam pengerjaan LKS peserta didik yang pandai belum membantu peserta didik yang kurang, maka pada siklus 2 ini guru tidak henti-hentinya menyarankan agar dalam pengerjaan LKS harus saling membantu karena keberhasilan kelompok juga ditentukan oleh keberhasilan individu; (b) Agar peserta didik tidak menanyakan jawaban LKS kepada guru, guru menyarankan agar peserta didik membekali diri dengan belajar terlebih dahulu di rumah; (c) Untuk menghindari ketidaklancaran dalam menjawab soal yang berakibat pada lamanya permainan maka peserta didik disarankan untuk rajin belajar terlebih dahulu di rumah.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA

Hasil Penelitian

Pada kondisi awal hasil belajar peserta didik pada materi KPK dan FPB. Hal ini terlihat dari hasil pretes yang hanya memperoleh nilai rata-rata 62,80 dengan ketuntasan belajar hanya 40,00% dari seluruh peserta didik satu kelas. Adapun nilai selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Data Nilai Pada Kondisi Awal

No. Nilai Jumlah Peserta didik Persentase (%)
1 0-39 0 0,00
2 40-69 15 60,00
3 70-100 10 40,00
Jumlah 25 100
Rata-rata 62,80
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 40

 

Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa peserta didik yang memperoleh nilai 70-100 atau tuntas KKM hanya sebanyak 10 peserta didik atau 40,00%. Selebihnya yaitu 15 peserta didik belum tuntas KKM. Tidak ada peserta didik atau 0,00% peserta didik yang memperoleh nilai pada kriteria 0 – 39.

Deskripsi Siklus 1

Proses Pembelajaran Model Kooperatif tipe STAD

Rancangan kegiatan pembelajaran pada siklus 1 adalah sebagai berikut: (a) Guru melakukan presentasi di depan kelas; (b) Pembentukan kelompok; (c) Tiap kelompok mendiskusikan Lembar Kerja Peserta didik (LKS); (d) Guru melakukan bimbingan terhadap kelompok maupun kelas; (e) Tiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya; (f) Guru melakukan validasi atas kinerja kelompok; (g) Melaksanakan tes untuk mengukur keberhasilan peserta didik; (h) Memberikan penghargaan kepada kelompok.Pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus 1, pembelajaran materi KPK dan FPB dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilaksanakan pada tanggal 3 dan 5 September 2018. Mengacu pada rancangan kegiatan di atas, pelaksanaan tindakan pada siklus 1 adalah sebagai berikut. Pertama, guru melakukan presentasi di depan kelas. Dalam tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai tiap peserta didik. Di samping itu pula, guru juga menyampaikan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran. Pada waktu guru menyampaikan hal tersebut, banyak peserta didik yang merasa tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Kedua, pembentukan kelompok. Kelas dibagi menjadi 5 kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 5 peserta didik. Kelompok dibentuk berdasarkan heterogenitas yang meliputi jenis kelamin, kemampuan akademik, dan perbedaan yang lain. Ketiga, tiap kelompok mendiskusikan Lembar Kerja Peserta didik (LKS). Pada tahap ini guru memberikan LKS untuk didiskusikan. LKS berisi tentang kompetensi yang perlu dikuasai peserta didik yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran. Jumlah kompetensi yang dikemas dalam LKS sebanyak lima buah. Oleh karena itu, untuk mempermudah pekerjaan, setiap peserta didik bisa diberi jatah masing-masing satu buah. Bila menemui kesulitan, peserta didik yang lebih pandai berusaha membantu peserta didik yang kurang. Namun pada pelaksanaannya, peserta didik yang pandai dan telah selesai mengerjakan masih ada yang diam saja dan tidak mau membantu temannya. Keempat, guru melakukan bimbingan terhadap kelompok maupun kelas. Sebagai fasilitator, guru memberikan bimbingan baik kepada kelompok maupun secara klasikal. Bimbingan diperlukan bila peserta didik baik secara kelompok maupun klasikal mengalami kesulitan. Pada awalnya banyak peserta didik/kelompok yang menanyakan jawaban kepada guru. Namun setelah diberi penjelasan oleh guru, para peserta didik berusaha untuk mencari sendiri jawaban dari LKS tersebut. Guru juga perlu menjelaskan bahwa keberhasilan kelompok ditentukan pula oleh keberhasilan individu. Oleh karena itu, setiap individu dalam kelompok harus saling membantu. Dalam hal ini, rasa egoisme perlu dihilangkan. Kelima, tiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Pada tahap ini tiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Bila salah satu kelompok melakukan presentasi kelompok yang lain memperhatikan dan memberi tanggapan bila ada kesalahan. Keenam, guru melaksanakan validasi atas kinerja kelompok. LKS yang sudah selesai kemudian dibahas bersama-sama. Tiap kelompok memaparkan hasil diskusi LKS-nya. Guru melakukan validasi bilamana ada persoalan dalam pengerjaan LKS. Dalam pengerjaan LKS, tidak banyak kesulitan yang dilakukan peserta didik. Ketujuh, melaksanakan tes untuk mengukur keberhasilan peserta didik. Untuk mengukur keberhasilan peserta didik pada akhir pembelajaran dilaksanakan tes atau mengerjakan soal.. Jumlah soal dalam tes sebanyak lima yang berupa soal uraian. Dalam mengerjakan tes peserta didik tampak sungguh-sungguh.

Observasi tindakan pembelajaran pada siklus 1 secara garis besar dapat disampaikan sebagai berikut.

Hasil Belajar Peserta Didik

Hasil belajar pada siklus 1 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.2 Hasil Belajar Siklus 1

No. Nilai Jumlah Peserta didik Persentase (%)
1 0-39 0 0,00
2 40-69 8 32,00
3 70-100 17 68,00
Jumlah 25 100
Rata-rata 68,80
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 50

 

Tabel di atas menunjukkan bahwa peserta didik yang memperoleh nilai pada rentang 0 – 39 sebanyak 0 peserta didik atau 0,00%.Nilai yang diperoleh peserta didik pada rentang 40 – 69 sebanyak 8 peserta didik atau 32,00%. Nilai yang diperoleh peserta didik pada rentang 70 – 100 sebanyak 17 peserta didik atau 68,00%. Dari data ini terlihat bahwa peserta didik yang tuntas belajar setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebanyak 17 peserta didik sedangkan yang belum tuntas sebanyak 8 peserta didik.

Refleksi Siklus 1

Berdasarkan refleksi hasil pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dikemukakan beberapa kekurangan dan kelebihan yang dapat digunakan sebagai acuan untuk kegiatan siklus selanjutnya. Kelemahan pada siklus 1 di antaranya: (a) Dalam pengerjaan LKS peserta didik yang pandai belum membantu peserta didik yang kurang, akibatnya pengerjaan LKS menjadi lama. Di samping itu pula, peserta didik yang kurang belum terbantu oleh keberadaan peserta didik yang mampu; dan (b) Masih banyak peserta didik yang menanyakan jawaban LKS kepada guru.

Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah: (a) Peserta didik merasa antusias dalam mengikuti pembelajaran; (b) Peserta didik lebih aktif dalam melakukan pembelajaran; (c) Dilihat dari kemampuan menyelesaikan masalah, nilai peserta didik lebih meningkat.

Deskripsi Siklus 2

Proses Pembelajaran Model Kooperatif tipe STAD

Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus 2 pada dasarnya sama dengan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus 1. Kegiatan pada siklus 2 merupakan kelanjutan dari kegiatan siklus1. Kekurangan yang ada pada siklus 1 berusaha diperbaiki guna memaksimalkan pembelajaran pada siklus 2, sementara kelebihannya tetap dipertahankan.

Beberapa perbaikan yang dilakukan pada siklus 2 ini adalah: (a) Karena dalam pengerjaan LKS peserta didik yang pandai belum membantu peserta didik yang kurang, maka pada siklus 2 ini guru tidak henti-hentinya menyarankan agar dalam pengerjaan LKS harus saling membantu karena keberhasilan kelompok juga ditentukan oleh keberhasilan individu; (b) Agar peserta didik tidak menanyakan jawaban LKS kepada guru, guru menyarankan agar peserta didik membekali diri dengan belajar terlebih dahulu di rumah; (c) Untuk menghindari ketidaklancaran dalam menjawab soal yang berakibat pada lamanya permainan maka peserta didik disarankan untuk rajin belajar terlebih dahulu di rumah.

Kegiatan Siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 10 dan 12 September 2018. Urutan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus 2 pada dasarnya sama dengan kegiatan siklus 1. Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus 2 adalah sebagai berikut.

Pertama, guru melakukan presentasi di depan kelas. Pada tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran. Kedua, pembentukan kelompok. Pembentukan kelompok sama dengan siklus 1 yaitu kelas dibagi menjadi 5 kelompok.

Ketiga, tiap kelompok mendiskusikan Lembar Kerja Peserta didik (LKS). Sama halnya dengan siklus 1, pada tahap ini guru memberikan LKS untuk didiskusikan. Jumlah soal yang perlu didiskusikan dalam LKS sebanyak lima buah. Dalam pelaksanaannya, pengerjaan LKS pada siklus 2 lebih lancar dibandingkan pada waktu siklus 1. Egosime peserta didik yang pandai juga tidak kelihatan lagi. Mereka sudah menyadari bahwa keberhasilan kelompok juga ditentukan oleh keberhasilan individu.

Keempat, guru melakukan bimbingan terhadap kelompok maupun kelas. Pada siklus 2 ini, guru juga memberikan bimbingan pada kelompok yang membutuhkan. Namun, jumlah bimbingan yang diberikan relatif lebih sedikit dibandingkan siklus 1. Peserta didik tampak lancar dalam mengerjakan LKS. Kelima, tiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Pada tahap ini tiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Bila salah satu kelompok melakukan presentasi, kelompok yang lain memperhatikan dan memberi tanggapan bila ada kesalahan.

Keenam, guru melakukan validasi atas kinerja kelompok. Pada tahap ini guru melakukan validasi terhadap kerja kelompok. Namun pada siklus 2 ini, tiap kelompok sudah tidak banyak menemui kesulitan. Ketujuh, melaksanakan tes untuk mengukur keberhasilan peserta didik. Jumlah tes yang diberikan pada siklus 2 sama dengan siklus 1 yaitu lima buah soal uraian. Dalam pelaksanaan tes ini peserta didik tampak lancar menjawab karena sudah menguasai materi berkat bekal belajar di rumah, dan pelaksanaan tugas dalam LKS.

Hasil Belajar Peserta Didik

Hasil belajar terhadap materi membandingkan bilangan pada siklus 2 dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.3 Hasil Belajar Siklus 2

No. Nilai Jumlah Peserta didik Persentase (%)
1 0-39 0 0,00
2 40-69 1 4,00
3 70-100 24 96,00
Jumlah 25 100
Rata-rata 88,00
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 60

 

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa peserta didik yang memperoleh nilai pada rentang 0 – 39 tidak ada. Nilai yang diperoleh peserta didik pada rentang 40 – 69 sebanyak 1 peserta didik atau 4,00%. Nilai yang diperoleh peserta didik pada rentang 70 – 100 sebanyak 24 peserta didik atau 96,00%. Dari data ini terlihat bahwa peserta didik yang tuntas belajar setelah dilaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebanyak 24 peserta didik sedangkan yang belum tuntas sebanyak 1 peserta didik.

Refleksi Siklus 2

Kegiatan pembelajaran pada siklus 2 menurut masukan dari teman sejawat dan berdasarkan analisis dari hasil penelitian adalah sudah berjalan optimal. Kekurangan dari pembelajaran siklus 2 ini adalah masih ada 1 peserta didik belum tuntas. Sedangkan kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus 2 adalah: (a) Peserta didik semakin tertarik terhadap pembelajaran yang diberikan. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membantu peserta didik dalam pembelajaran matematika materi KPK dan FPB untuk pemecahan masalah; (b) Peserta didik yang lebih pandai merasa diberdayakan sehingga memperlancar jalannya pembelajaran. Mereka tidak lagi egois seperti sebelumnya; (c) Peserta didik merasa sangat senang mengikuti pembelajaran; (d) Kerja kelompok bisa terlaksana dengan baik dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas relatif sama. Hal ini dikarenakan kemampuan akademik dalam tiap kelompok relatif sama; dan (e) Hasil belajar dan kemampuan menyelesaikan masalah secara keseluruhan meningkat tajam. Hal ini disebabkan peserta didik tertarik mengikuti pembelajaran.

 

Pembahasan Hasil Penelitian

Pembelajaran materi KPK dan FPB yang dilaksanakan di Kelas IV.B SD Negeri Kebonbatur 2 semester 1 tahun pelajaran 2018/2019, dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ternyata dapat menumbuhkan aktivitas belajar peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan yang telah dianalisis.

Aktivitas peserta didik dalam hal semangat mengikuti pelajaran termasuk kriteria baik, mengerjakan LKS termasuk kriteria sedang dan kerja sama dalam memecahkan masalah termasuk kriteria sedang. Adanya aktivitas peserta didik disebabkan pembelajaran divariasi menggunakan model pembelajaran nonkonvensional yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Hasil belajar pada siklus 1 dengan sebelum tindakan diberikan mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan ketuntasan belajar dari sebelum tindakan sebesar 10 peserta didik (40,00%) menjadi 17 peserta didik (68,00%). Rata-rata nilai peserta didik dari sebelum diberi tindakan juga meningkat yaitu dari 62,80 menjadi 68,80. Ini berarti ada peningkatan sebesar 6,00. Dengan demikian ada peningkatan kemampuan peserta didik dalam materi pemecahan masalah tentang KPK dan FPB dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Setelah diberikan tindakan pada siklus 2, pembelajaran matematika materi tentang KPK dan FPB yang dilaksanakan di Kelas IV.B SD Negeri Kebonbatur 2 semester 1 tahun pelajaran 2018/2019, dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ternyata hasil belajar semakin meningkat daripada pembelajaran siklus 1. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan yang telah dianalisis.

Pada pembelajaran siklus 2 materi dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terjadi peningkatan hasil belajar. Tingkat pencapaian ketuntasan sebanyak 24 peserta didik atau sebesar 96,00% dibandingkan siklus 1 yang hanya 17 peserta didik atau sebesar 68,00%. Rata-rata kelas dalam pembelajaran siklus 2 sebesar 88,00 dibandingkan siklus 1 yang hanya sebesar 68,80. Ini berarti ada peningkatan sebesar 19,20. Peningkatan hasil belajar pada siklus 2 terjadi karena pembelajaran dilakukan dengan model pembelajaran yang inovatif, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang telah diperbaiki berdasarkan refleksi siklus 1.

Setelah tindakan diberikan pada siklus 1 dan 2, maka hasil pengamatan terhadap kemampuan hasil belajar peserta didik dianalisis dan dideskripsikan dalam paparan berikut. Peningkatan aktivitas belajar menyebabkan hasil belajar meningkat pula. Adapun data hasil belajar peserta didik dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4 Data Perkembangan Hasil Belajar Peserta didik

No. Nilai Prasiklus Siklus 1 Siklus 2
Jumlah Peserta didik (%) Jumlah Peserta didik (%) Jumlah Peserta didik (%)
1 0-39 0 0,00  0 0,00 0 0,00
2 40-69 15 60,00 8 32,00 1 4,00
3 70-100  10 40,00 17 68,00 24 96,00
Jumlah 25 100 25 100 25 100
Rata-rata 62,80 68,80 88,00
Nilai Tertinggi 90 90 100
Nilai Terendah 40 50 60

Pembelajaran menggunakan model STAD di kelas IV.B SD Negeri Kebonbatur 2 dengan materi pemecahan masalah tentang KPK dan FPB menghasilkan pembelajaran yang lebih efektif. Dengan melihat perkembangan hasil belajar peserta didik dalam tabel 4.4 dapat dikatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kegiatan pembelajaran yang dilakukan sebelumnya, yaitu pembelajaran dengan metode ceramah, tanya jawab, dan tugas dengan pembelajaran setelah dikenai tindakan, yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD matematika kelas IV.B SD Negeri Kebonbatur 2 tahun pelajaran 2018/2019, khususnya pada materi membandingkan bilangan, hasil belajar peserta didik meningkat. Melalui perbandingan nilai rata-rata pada prasiklus, siklus 1, dan siklus 2, yaitu 62,80; 68,80; dan 88,00 dapat dinyatakan bahwa pembelajaran ini bernilai positif, artinya model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi KPK dan FPB.

Dengan demikian berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian pada siklus 2 dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil karena telah memenuhi indikator keberhasilan. Dengan kata lain, dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik materi KPK dan FPB pada peserta didik kelas IV.B SD Negeri Kebonbatur 2 semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Simpulan penelitian ini Pertama, proses model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dapat meningkatkan hasil belajar adalah melalui tahap-tahap sebagai berikut: (1) guru melakukan presentasi di depan kelas; (2) pembentukan kelompok; (3) diskusi kelompok; (4) guru melakukan bimbingan; (5) presentasi hasil kerja; (6) guru melakukan validasi; (7) melaksanakan tes. Ketiga, model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi KPK dan FPB di kelas IV.B SD Negeri Kebonbatur 2 semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak dapat meningkatkan hasil belajar pada materi KPK dan FPB sebesar 19,20 atau 28,00%.

Saran

Dalam rangka mengintensifkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di sarankan sebagai berikut: (1) Kepada kepala sekolah supaya lebih banyak memberi motivasi kepada guru dalam kegiatan belajar mengajar agar memanfaatkan model pembelajaran yang bervariasi,khususnya model pembelajaran kooperatif tipe STAD, (2) Kepada guru supaya meningkatkan kemampuannya dalam kegiatan pembelajaran dan mengembangkan penggunaan model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD, (3)Kepada peserta didik agar dapat Membiasakan untuk belajar secara berkelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru, (4) Kepada peneliti selanjutnya diperlukan kajian-kajian yang lebih mendalam mengenai keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Harapannya, model pembelajaran ini dapat dikenal luas oleh kalangan pendidik dan mampu memberikan kontribusi yang baik dalam proses pembelajaran.

 

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik., Oemar. 1983. Media Pendidikan. Bandung: Citra Adi Karya.

Hilda dan Margaretha. 2002. Pembelajaran Kooperatif, Jenis, dan Langkah-Langkah Pembelajaran. Bandung: Mizania.

Joni, T. Raka. 1992. Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah Melalui Strategi Pembelajaran Aktif. Jakarta: Depdikbud.

Komara dan Fitri. 2000. Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Lie. 2002. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas.

Muslich. 2007. Belajar dan Aktivitas-Aktivitas Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Russefendi, E.T. 1995. Pembelajaran Matematika Kontemporer. Jakarta: Rajawali Press.

Rusyan. 1995. Strategi Pembelajaran di Sekolah. Surakarta: Yuma Pustaka.

Slavin, Robert. E. 1995. Cooperative Learning: Theory and Practice. London: Allyand Bacon.

Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaka Rosdakarya.

Sukirman. 2003. Pembelajaran Matematika di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Surachmad, Winarno. 1980. Hakikat Belajar Mengajar. Bandung: Kaifa

Syamsudin. 1997. Proses Pembelajaran dan Faktor-faktornya. Bandung: Remaja Rosdakarya.