PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA

MELALUI PEMBELAJARAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS IV SD INPRES LEDAGOBA DESA DOBO KECAMATAN MEGO

 

Aloysius Kalo

Guru di SD Inpres Ledagoba, Mego, Sikka, Nusa Tenggara Timur

 

ABSTRAK

Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas (classroom research) kolaboratif. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Inpres Ledagoba. Jumlah siswa dalam kelas ini ada 14 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes, pengamatan, dan dokumentasi. Uji validitas instrumen menggunakan uji validitas construck melalui expert judgement kepada dosen ahli yang kompeten dengan penelitian. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif menggunakan penghitungan skor ratarata. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah adanya peningkatan hasil belajar IPA dengan target 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar telah mencapai KKM dan nilai ratarata kelas ≥ 60.Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD Inpres Ledagoba dalam pembelajaran IPA menggunakan strategi pembelajaran inkuiri baik pada siklus I maupun siklus II. Hasil belajar pada siklus I mengalami peningkatan sebesar 9,66 dengan kondisi awal 51,18 meningkat menjadi 60,84 dan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 15,39 dengan kondisi awal 51,18 meningkat menjadi 66,57. Ketuntasan belajar siswa pada siklus I mengalami peningkatan sebesar 24,25% dengan kondisi awal 27,27% meningkat menjadi 51,52% dan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 48,49% dengan kondisi awal 27,27% meningkat menjadi 75,76%.

Kata Kunci: Hasil Belajar IPA, Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

 

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu kegiatan universal dalam kegiatan manusia. Hal ini terbukti pada kehidupan manusia dalam masyarakat tidak dapat berlang sung dengan baik tanpa adanya interpretasi yang berlangsung. Menurut Bra tanata dkk (dalam Ahmadi, 2003:69) pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan. Pendapat tersebut sejalan dengan Sistem Pendidikan Nasional menurut undang undang no 20 tahun 2003 yang menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengem- bangkan potensi dirinya untuk memilih kekuatan spiritual keagamaan, pengen- dalian diri, kepribadian, kecerdasan, akh- lak mulia, serta keterampilan yang diper- lukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Keberhasilan pembelajaran ditunjukan oleh dikuasainya tujuan pembelajaran oleh siswa. Kita semua mengakui bahwa salah satu faktor keberhasilan dalam pembelajaran adalah faktor kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran efektif tidak akan muncul dengan sendirinya tetapi guru harus menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara optimal.

Secara umum tugas guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator yang bertugas menciptakan situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar pada diri siswa, dan sebagai pengelola pembelajaran yang bertugas menciptakan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.

Permasalahan yang masih penulis hadapi sebagai guru kelas IV SDI Inpres Ledagoba adalah rendahnya hasil belajar IPA. Dari pengalaman penulis beberapa kali ulangan tentang konsep Struktur Organ Tubuh Manusia Dengan Fungsinya dari 14 siswa hanya berkisar 5 (35%) siswa yang tuntas (pada tes penjajagan) dengan nilai rata – rata kelas 48 padahal ketuntasan minimal adalah 60.

Dengan ceramah sebagai alternatif utama secara otomatis pembelajaran didominasi oleh guru (teacher centered) sehingga pembelajaran kurang melibatkan siswa, dan komunikasi antar siswa dengan siswa atau guru dengan siswa kurang terbangun, kebermaknaan dalam belajarpun sangat kurang dan cenderung siswa tidak menyenangi ketrampilan berbicara mata pelajaran Bahasa Indonesia. Seperti pada Wina Sanjaya (2006:147)”Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap metode yang membosankan. Sering terjadi, walaupun secara fisik siswa ada didalam kelas, namun secara mental siswa sama sekali tidak mengikuti jalannya proses pembelajaran; pikirannya melayang ke mana – mana, atau siswa mengantuk, oleh karena gaya bertutur guru yang tidak menarik.”

Padahal kita ketahui bahwa pembelajaran IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsepkonsep, prinsipprinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Sehingga tidaklah tepat jika pembelajaran hanya dilaksanakan dengan metode ceramah yang kemungkinan kecil dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa Seperti dalam (Depdiknas 2003: 2).

Memperhatikan pentingnya pembelajaran IPA materi pokok Struktu Organ Tubuh Manusia Dengan Fungsinya di kelas IV SD Inpres Ledagoba, berdasar hasil diskusi dengan teman sejawat perlu adanya Penelitian Tindakan Kelas guna meningkatkan hasil belajar, membangkitkan kreatifitas dan ide-ide siswa, menyenangkan bagi siswa dan siswa aktif dalam pembelajaran melalui pembelajaran inkuiri terbimbing.

Inkuiri terbimbing adalah sebagai proses pembelajaran dimana guru menyediakan unsur – unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian meminta pelajar membuat generalisasi. Menurut Sanjaya (2008: 200) “pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.Sebagian perencanaan di buat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan – kegiatan seingga siswa yang berfikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan – kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiliki kemampuan mengelola kelas yang bagus.

Dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing, model pembelajaran inkuiri tebimbing merupakan model pembelajarn dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi (Sanjaya.2008). Model pembelajaran inkuri terbimbing dapat membentuk dan mengembangkan self concept pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengeti kosep dasar dan memotivasi siswa untuk menemukan jawaban sendiri Berdasarkan uraian diatas penulis mengadakan penelitian dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model pembelajaran Inkuiri terbimbing pada Siswa Kelas IV SD Inpres Ledagoba.”

METODELOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian tindakan kelas ini berfokus pada upaya untuk mengubah kondisi riil sekarang ke arah kondisi yang diharapkan. Penelitian tindakan adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari (a) kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka; (b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini; dan (c) suasana yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas oleh guru dapat merupakan kegiatan reflektif dalam berfikir dan bertindak dari guru.

Dalam kajian ini, penelitian tindakan dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui pembelajaran inkuiri terbimbing. Penelitian tindakan kelas ini dimaksudkan untuk pemecahan masalah dengan ruang lingkup yang tidak terlalu luas berkaitan dengan halhal yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas.

Desain Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mengikuti tahap penelitian yang disebut siklus. Model penelitian ini mengacu pada modifikasi diagram yang dicantumkan Kemmis dan Mc Taggart (Wiriaatmadja, 2008:16), seperti yang terlihat pada gambar (2.1). Tiap siklus dilakukan beberapa tahap, yaitu: 1) Perencanaan tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan,

 

 

 

3) Observasi, dan 4) Refleksi.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitan ini adalah siswa kelas IV SD Inpres Ledagoba tahun pelajaran 2017/2018 terdiri dari 14 jumlah. Adapun sampel yang akan diteliti adalah siswa kelas IV SD Inpres Ledagoba dengan jumlah siswa 14 orang, 8 laki-laki dan 6 perempuan.

Instrumen Penelitian

Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan instrumen pengumpul data, yaitu peneliti sebagai instrumen kunci dilengkapi pedoman observasi, pedoman wawancara

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari instrumen utama dan instrument penunjang. Instrumen utama adalah peneliti sendiri yang memiliki syarat, kemampuan mengumpulkan, menyeleksi, menilai, menyimpulkan dan menentukan data. Adapun instrumen penunjang antara lain; 1) observasi, 2) wawancara, dan 3) dokumentasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dari data-data yang telah didapat bahwa pelaksanaan pada siklus 1 pembelajaran pada tiap- tiap siklus sangat bervariasi terlebih kekurangan/kelemahannya. Pada siklus I rata-rata prestasi kelas yang diambil dari nilai evaluasi sudah ada peningkatan dari 58 menjadi 72 prestasi individu siswapun mengalami peningkatan dari 4 siswa yang mendapat nilai ≥ 68 pada tes penjajagan menjadi 6 siswa , 6 siswa (60%) mendapatkan nilai tuntas dan dari hasil pengamatan rata-rata 67,5 untuk afektif dan 68 untuk psikomotor sedangkan rata-rata aspek-aspek yang dilaksanakan guru 60% cukup. Dari data diatas perlu adanya perbaikan /penyempurnaan pada siklus II. Penampilan guru, pemahaman materi, pemberian motivasi, bimbingan pelaksanaan diskusi maupun dalam pemahaman materi yang menjadi kelemahan pada siklus ini.

Pada siklus II rata-rata prestasi kelas yang diambil dari nilai evaluasi mengalami peningkatan yang sangat signifikan dari 72 menjadi 75, prestasi individu siswapun mengalami peningkatan dari 10 siswa yang mendapat nilai dibawah 67 pada siklus I menjadi 8 siswa , dari 4 siswa (25%) mendapatkan nilai tuntas pada siklus I menjadi 6 siswa (60%) untuk siklus ini. Sedangkan nilai hasil pengamatan meningkat dari 67,5 pada siklus I menjadi 76 (afektif) dan dari 68 pada siklus I menjadi 75 (psikomotor). Untuk penampilan guru juga mengalami kenaikan dari 81,2% menjadi 94,2%. Perbaikan kekurangan pada siklus I menjadi treatment pada siklus ini.

Dari uraian pada siklus II diatas indikator kerja yang telah ditetapkan tercapai, maka siswa kelas IV SD Inpres Ledagoba Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018 telah tuntas dalam pembelajaran macammacam alat indra manusia dan fungsi alat indra manusia mata pelajaran IPA. Dari uraian tiaptiap siklus dapat kita simpulkan bahwa dalam setiap siklus terlihat ada peningkatan dibanding keadaan/pada siklus sebelumnya, baik prestasi belajar yang diukur melalui tes maupun dari hasil pengamatan ketika kegiatan berlangsung.

Peningkatan antara kondisi awal dengan siklus 1 khusunya pada ratarata prestasi kelas dari 58 menjadi 72 sedangkan ratarata hasil pengamatan pada siklus 1 adalah 67,5 (afektif), 68 (psikomotor), jadi masih jauh dari target ketuntasan ini disebabkan antara lain: bagi siswa pembelajaran kooperatif adalah hal baru, siswa belum terbiasa melaksanakan pembelajaran model kooperatif sebab selama ini pembelajaran berlangsung secara tradisional sehingga keberanian siswa untuk menjawab atau mengeluarkan pendapat tidak ada, guru pada siklus ini belum begitu dapat menguasai skenario pembelajaran, bagaian mana yang harus diberi penguatanpenguatan dan masih banyak kelemahan/kekurangan pada siklus ini.

Antara siklus I dan II tidak seperti perkembangan pada siklus ini begitu menggembirakan baik dalam evaluasi maupun dari hasil pengamatan terbukti untuk rata-rata prestasi kelas hasil evaluasi dari 72 menjadi 75 sedangkan dari hasil pengamatan rata-rata dari 67,5 menjadi 76 (afektif) dan dari 68 menjadi 75 (psikomotor) sedangkan aspek –aspek penampilan guru dari,81,2% cukup menjadi 94,2% baik, dari 60% siswa yang tuntas belajar menjadi 82%, ini desebabkan antara lain: siswa sudah semakin akrab dengan pembelajaran kooperatif, kerja kelompok pun sudah terlihat kekompakan, keberanian siswa untuk mengeluarkan pendapat sudah baik, gurupun dalam menguasai keadaan/situasi kelas sudah begitu baik terbukti meningkatnya hasil dari pengamatan. Dalam siklus II inilah kegiatan belajar mengajar mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini menunjukkan dengan jelas bahwa setiap siklus terdapat perubahan dan perkembangan yang sangat signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa indikator kerja yang telah ditetapkan dalam perbaikan pembelajaran tentang Penerapan pembelajaran kooperatif meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Inpres Ledagoba Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018 dapat tercapai.

PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis dan halhal yang telah dikemukakan di muka maka dapat diambil kesimpulan bahwa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran model inkuri terbimbing hasil belajar siswa setiap siklusnya mengalami perubahan secara signifikan. Perubahan tersebut dari yang tadinya kurang baik menjadi lebih baik. Secara berturutturut (berdasarkan siklus I dan II) hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Inpres Ledagoba Materi Pokok macammacam alat indra manusia dan fungsi alat indra manusia pada siklus I adalah sebesar 72 dengan ketuntasan 60%, siklus II sebesar 75 dengan ketuntasan 82%, aspek afektif siklus I sebesar 67.5, siklus II sebesar 76, aspek psikomotorik siklus I sebesar 68, siklus II sebesar 75. Penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif denga model Inkuri Terbimbing pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa di SDI Ledagoba.

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie, 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia.

Depdikbud, 1999. Model Pembelajaran Kooperatif. Semarang: Depdikbud.

Depdiknas, 2006. Permen Nomor 22 Tahun 2006 Jakarta: Depdiknas

Dimyati, 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Gino, Dkk.1995. Belajar dan Pembelajaran. Surakarta: UNS

Johnson, Elaine B. 2006. Contextual Teaching & Learning. Bandung: MLC. Meier, Dave. 2004. The Acclelerated Handbook: Panduan Kreatif dan

Efaktif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Kaifa.

Mohamad Nur.2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA

Moleong, L.J. 1999. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Muslimin Ibrahim, 2001. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA.

Noehi Nasution, 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Nurhadi.2002. Pembelajaran Dengan Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Depdiknas.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktorfaktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsini Arikunto, Suharjono, Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Wardani, IGAK.(2007). Materi Pokok Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka

Whina Sanjaya, 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana.