MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS V SD KATOLIK 061 NUARIA

KECAMATAN TANAWAWO

 

Gerardus Nanga

Guru di SD Katolik 061 Nuaria, Tanawawo, Sikka, Nusa Tenggara Timur

 

 

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi Perjuangan mempertahankan kemerdekaan setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas V SD Katolik 061 Nuaria. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas V tahun ajaran 2017/2018. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi Perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Hal ini disebabkan karena siswa cenderung pasif dalam pembelajaran. Penggunaan metode ceramah yang dilakukan guru, belum mampu menumbuhkan keaktifan siswa sehingga siswa kurang tertarik dan merasa bosan. Penelitian yang dilaksanakan di SD Katolik 061 Nuaria adalah penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh (Kurt Lewin dalam Arikunto 2012: 135), penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dari rancangan penelitian yang telah disusun dan dilaksanakan peneliti, maka peneliti telah mendapatkan data hasil penelitian dari masing-masing siklus yang menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Pada siklus I diperoleh nilai hasil belajar siswa dengan rata-rata nilainya adalah 7,96 dengan persentase ketuntasan belajar siswa adalah 84%. Dari data di atas menujukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Untuk mempertahankan hasil tersebut maka dilaksanakan siklus II dengan mengembangkan indikator pembelajarannya dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus II yaitu nilai rata-ratanya adalah 8,72 dengan persentase ketuntasan belajar siswa adalah 100%. Maka dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa mengalami perubahan ke arah yang lebih baik setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran IPS materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Hasil belajar siswa meningkat karena siswa antusias dan berpartisipasi aktif dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Kata Kunci: Hasil Belajar Siswa, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

 

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Hingga kini pendidikan masih diyakini sebagai wadah dalam pembentukan sumber daya manusia yang diinginkan. Melihat begitu pentingnya pendidikan dalam pembentukan sumber daya manusia, maka peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang wajib dilakukan secara berkesinambungan guna menjawab perubahan zaman.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dijelaskan bahwa pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang tertuang ke dalam tujuan pendidikan nasional dan pendidikan di Sekolah Dasar yaitu untuk mewujudkan suasana belajar dan proses kegiatan pembelajaran dengan tujuan agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara.

Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan penanaman seperangkat pengetahuan yang diperoleh siswa melalui pengalaman belajarnya di sekolah. Dengan kata lain pendidikan di sekolah dasar merupakan pengetahuan dasar untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya. Pendidikan menjadi kebutuhan yang primer, karena dengan arus Globalisasi yang semakin pesat yang menuntut, manusia harus dapat mengikuti perkembangan zaman.

Agar tujuan dari pendidikan nasional dapat tercapai, telah banyak upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah diantaranya peningkatan khualitas guru, pembaharuan kurikulum, pengadaan buku-buku pelajaran, serta usaha-usaha lain yang berkaitan dengan kualitas pendidikan.Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama adalah menyelenggarakan pendidikan dan mengelola sistem pembelajaran. Dalam kegiatan ini dibutuhkan guru yang profesional artinya guru tidak hanya menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam tetapi juga mampu memanajemen penyelenggaraan pembelajaran serta dapat mempertanggungjawabkan baik secara moral maupun konteks keilmuan. Secara teoritis, guru diwajibkan memiliki sifat dan sikap profesionalitas tersebut.

Salah satu indikator guru profesional dan kompeten adalah guru yang mampu beradapatasi di era global dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan, Tekonogi dan Seni (IPTEKS) yang kian hari semakin maju dan canggih. Selain itu guru juga harus mampu menyajikan pembelajaran dengan penerapan metode dan model pembelajaran berdasarkan tuntutan jaman dan kebutuhan peserta didik dan tentunya di sesuaikan dengan kondisi daerah setempat.

Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang lebih baik, (Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 20). Untuk menentukan kualitas pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran yang optimal maka guru harus menguasai prinsip – prinsip pembelajaran dan penggunaan pendekatan dan metode serta pemilihan model dan media pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. Guru hendaknya menciptakan pembelajaran yang aktif, menyenangkan dan menarik serta tidak berpusat pada guru melainkan lebih memberikan kesempatan pada siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran karena dalam kegiatan pembelajaran guru tidak hanya sebatas menyampaikan informasi, akan tetapi harus memahami bakat, minat, kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik.

Berdasarkan data yang diambil peneliti di SDK 061 Nuaria pada pembelajaran IPS materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya siswa yang belum mencapai rata rata atau belum mencapai KKM yang di tentukan oleh sekolah yaitu 65. Dari 25 siswa hanya 11 siswa yang mencapai KKM dan 14 siswa belum mencapai KKM yang telah ditetapkan sekolah.

Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial yang dicapai peserta didik yang tergolong rendah dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu karakterisktik peserta didik, kurangnya motivasi belajar, minat, kehadiran siswa, selain itu dapat dilihat saat guru mengajar di dalam kelas. Guru hanya mengandalkan metode ceramah tanpa ada bantuan metode lain yang dapat menguatkan materi yang di sampaikan. Akibatnya keaktifan, partisipasi, dan hasil belajar siswa menjadi rendah. Pada pembelajaran seperti ini siswa menjadi pasif dan suasana kelas menjadi tidak kondusif karena siswa yang pasif sering kali tidak memperhatikan ketika guru menyampaikan materi dalam proses pembelajaran.

Untuk itu salah satu upaya meningkatkan kualitas pembelajaran adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw atau tim ahli. Model pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal”. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, setiap siswa dalam kelompok diberi materi yang berbeda-beda yang nantinya bertemu dengan temannya dari kelompok lain dengan materi yang sama dalam kelompok ahli dan setelah berdiskusi dalam kelompok ahli, siswa kembali ke kelompok asal dan bertugas menjelaskan materinya kepada teman satu kelompoknya. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini, selain dapat mempermudah siswa dalam mempelajari materi IPS yang cenderung banyak, juga dapat meningkatkan kerjasama di antara siswa secara berkelompok.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, permasalahan yang ingin diungkap dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu:

1.    Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di SD Katolik 061 Nuaria Kecamatan Tanawawo Kabupaten Sikka Tahun Ajaran 2017/2018?

2.    Bagaimana hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan pada siswa kelas V SD Katolik 061 Nuaria Kecamatan Tanawawo Kabupaten Sikka Tahun Ajaran 2017/2018?

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan salah satu model pembelajaran di mana peserta didik di organisasikan untuk bekerja dan belajar dalam kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu (Jufri, 2013:112). Pembelajaran kooperatif di kenal dengan pembelajaran secara berkelompok.

Adapun beberapa definisi pembelajaran kooperatif yang ditemukan oleh para ahli pendidikan diantaranya adalah:

a.    Slavin (Jufri, 2013:113) mengemukakan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, peserta didik dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil tang terdiri dari 4 sampai 5 orang yang memahami konsep yang difasilitasi oleh guru.

b.    Watson (dalam Datelio, 2013) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah lingkungan belajar kelas yang memungkinkan peserta didik bekerja sama untuk mengerjakan tugas-tugas akademiknya dalam kelompok-kelompok kecil.

c.    Johnson dikutip oleh Rebecca Brent (dalam Samani dan Hariyanto 2012:164) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan peserta didik untuk bekerja sama dalam suatu kondisi.

Dari uraian beberapa pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana peserta didik belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Model pembelajaran ini memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru melainkan bisa juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu teman sebaya. Keberhasilan belajar menurut model pembelajaran ini bukan semata-mata di tentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan belajar itu akan semakin baik apabila dilakukan secara bersamaan dalam kelompok belajar kecil yang terstruktur dengan baik. Melalui belajar dari teman sebaya dan dibawah bimbingan guru, maka proses penerimaan dan pemahaman siswa akan semakin mudah dan cepat terhadap materi yang dipelajari.

Perlunya pendekatan pembelajaran kooperatif didasarkan pada kenyataan-kenyataan sebagai berikut: (1) Siswa belajar satu sama lain; (2) Masing-masing memiliki latar belakang, pengalaman, gaya belajar, hasil dan keinginan yang khas; (3) Belajar membutuhkan bermacam-macam konteks, dengan kerja bersama tiap-tiap anggota kelompok memberi sumbangan sesuai dengan yang dikenalnya masing-masing; (4) Belajar bukan hanya terjadi pada diri seseorang secara individu tetapi lebih-lebih merupakan proses yang dikenal masing-masing.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan secara perasional sebagai berikut: (1) Langkah pertama, yang dilakukan oleh guru adalah merancang rencana program pemmbelajaran; (2) Langkah kedua, dalam aplikasi pembalajaran di kelas guru merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan peserta didik dalam belajar secara bersama dalam kelompok-kelompok kecil; (3) Langkah ketiga, dalam melakukan observasi terhadap kegiatan peserta didik, guru mengarahkan dan membimbing peserta didik, baik secara individual maupun secara kelompok, baik dalam memahami materi maupun mngenai sikap dan perilaku siswa selama kegiatan belajar berlangsung; (4) Langkah keempat, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil belajar pada saat diskusi kelas ini, guru bertindak sebagai moderator.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2012: 363). Tim-tim dapat bekerja untuk mendapat reward atau sekedar untuk mendapatkan pengakuan (Aronson, 2012; Slavin, 1995). Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama (Rusman, 2012: 217). Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2013: 54). Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arens, 2012).

Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model belajar kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Setiap anggota kelompok adalah bertangggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikannya kepada anggota kelompok yang lainnya. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama anggota kelompok dalam suasana kooperatif dan mempunyai banyak kesempatan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi.

Menurut (Suyatno, 2013: 54) ciri-ciri pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, yaitu: setiap anggota terdiri 4-6 orang yang disebut kelompok asal, kelompok asal tersebut dibagi lagi menjadi kelompok ahli, kelompok ahli dari masing-masing kelompok asal berdiskusi sesuai keahliannya, dan kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk saling bertukar informasi.

Menurut (Arends, 2015: 94) langkah-langkah dalam penerapan model Jigsaw adalah sebagai berikut:

1)   Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.

2)   Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.

3)   Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.

4)   Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

5)   Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.

6)   Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses perubahan aktivitas atau tingkah laku individu. Setiap individu yang belajar akan terjadi perubahan pada dirinya yang dapat mengembangkan pribadinya. Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, efektif dan psikomotorik. Proses belajar yang mengaktualisasikan ranah-ranah tersebut tertuju pada bahan belajar tertentu.

Dalam konteks belajar di sekolah apa yang dilakukan oleh pembelajar itulah yang dipelajari dan bukan yang dilakukan oleh guru. Dalam proses belajar sebenarnya guru hanya membantu dan mengarahkan siswa dalam belajar. Meskipun hanya sebagai fasilitator, peranan guru sangat penting karena guru merupakan pengendali perubahan tingkah laku siswa. Jadi, hasil belajar yang berupa perubahan tingkah laku dapat diarahkan dan dibimbing oleh guru menuju perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik.

Sedangkan definisi dari beberapa para ahli pendidikan modern tentang belajar sebagai berikut:

a.    Watson (dalam Jufri, 2013:10) Menurutnya, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus benbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang tidak perlu diperhitungkan.

b.    Menurut Thorndike (dalam Jufri, 2013:10) belajar, adalah suatu proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan.

c.    Skinner (dalam Jufri, 2013:12) mengemukakan belajar adalah suatu hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku.

Berdasarkan pengertian teori para ahli tersebut dapat di simpulkan bahwa belajar adalah aktivitas individu baik fisik, mental dan emosional yang terjadi selama proses pembelajaran ataupun diluar proses pembelajaran yang dilakukan untuk memperoleh perubahan tingkah laku dalam segi kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran karena dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan peserta didik dalam belajar. Menurut Suprijono (2012:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar perlu dievaluasi yang bertujuan untuk melihat kembali apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai dan apakah proses belajar mengajar telah berlangsung efektif untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan.

Hasil belajar bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa setelah diberikan pelajaran atau materi. Pada dasarnya hasil belajar merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu.

Pembelajaran IPS

Ilmu pengetahuan sosial (IPS) bagian dari kurikulum sekolah yang bertanggung jawab utamanya adalah membantu peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat baik di tingkat lokal, nasional maupun global.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berfungsi sebagai ilmu pengetahuan untuk mengembangkan kemampuan dan rasional tentang gejala-gejala sosial, serta kemampuan tentang perkembangan masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia di masa lampau dan masa kini.

Kurikulum pendidikan IPS pada tahun 2013, yaitu: mengkaji seperangkat fakta, peristiwa konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku manusia untuk membangun dirinya, masyarakatnya, bangsanya, dan lingkungannya berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini dan diantisipasi untuk masa yang akan datang.

Tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar yang harus dicapai sekurang-kurangnya meliputi hal-hal berikut: (a) Membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan masyarakat; (b) Membekali peserta­ didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisa dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat; (c) Membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian; (d) Membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian kehidupannya yang tidak terpisahkan; (e) Membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, perkembangan masyarakat, dan perkembangan ilmu dan teknologi.

KERANGKA BERPIKIR

Model pembelajaran yang selama ini digunakan dalam pembelajaran IPS pada umumnya model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah yang cenderung monoton dan kurang melibatkan keaktifan siswa. Penerapan metode tersebut sebenarnya tidak sesuai dengan karakteristik mata pelajaran IPS yang pada umumnya memiliki materi dengan jenis narasi dan berstruktur. Jenis materi IPS tersebut seharusnya disajikan dengan metode pembelajaran yang tepat dan menarik, tidak dengan metode ceramah. Dalam penerapan metode ceramah pada pembelajaran IPS materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan suasana pembelajaran yang tercipta selalu membosankan dan menjenuhkan, karena aktivitas yang dilakukan siswa hanya duduk, diam, mendengarkan, dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut tidak sesuai dengan karakteristik siswa SD yang pada umumya senang bermain dan bergerak atau dengan kata lain aktif dalam belajarnya. Pembelajaran yang membosankan tersebut menjadikan siswa kurang mampu mengembangkan potensinya, sehingga minat siswa dalam belajar IPS menjadi rendah yang menyebabkan hasil belajarnya pun ikut rendah.

Berawal dari kenyataan tersebut, maka perlu adanya suatu perubahan pada penerapan model dalam pelaksanaan pembelajaran IPS. Hal tersebut dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS, baik yang menyangkut aktivitas belajar siswa maupun hasil belajar yang dicapai siswa.

Melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa dapat ikut terlibat aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Keaktifan siswa akan tampak dengan berdiskusi dalam kelompok ahli dan kelompok asal yang memungkinkan siswa melakukan penemuan akan konsep, memungkinkan siswa untuk berbagi pengetahuan, untuk bekerjasama, dan yang tidak kalah penting siswa mulai berlatih untuk dapat berbicara dan berpendapat di depan teman sekelompoknya. Di samping itu, dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa juga dilatih untuk dapat saling menghargai perbedaan dengan adanya kelompok asal dan kelompok ahli yang terdiri dari siswa yang heterogen, mulai dari perbedaan jenis kelamin, kemampuan akademik, ras, dan status sosial. Selain itu, dengan adanya pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapat skor maksimal, dapat memotivasi siswa dalam belajar, mereka akan bersaing untuk bisa mendapatkan predikat kelompok baik, kelompok hebat, dan kelompok super, sehingga pencapaian hasil belajar siswa akan meningkat. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran IPS tersebut yaitu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan.

METODE PENELITIAN

Tempat Penelitian

Tempat penelitian merupakan tempat di mana sebenarnya penelitian dilakukan dan di mana sebenarnya peneliti menangkap keadaan dari objek-objek yang sedang di teliti. Tempat penelitian dilaksanakan di SD Katolik 061 Nuaria Desa Detubinga Kecamatan Tanawawo Kabupaten Sikka. Pertimbangan peneliti dalam memilih tempat ini adalah sekolah ini sebagai tempat tugas peneliti.

Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah kapan saat penelitian ini dilakukan. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada semester genap tepatnya di tanggal 17 sampai 31 Mei 2018, Tahun ajaran 2017/2018. Tahap-tahap dalam pelaksanaan kegiatan ini dimulai dari tahap persiapan hingga penyusunan laporan skripsi.

Subyek Penelitian

Subjek penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting kedudukannya di dalam penelitian, subjek penelitian harus di tata sebelum peneliti siap untuk mengumpulkan data. Subjek penelitian dapat berupa benda, hal ataupun orang. Dengan demikian subjek penelitian dalam penelitian ini adalah manusia. Oleh sebab itu yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas V SD Katolik 061 Nuaria, yang berjumlah 8 orang siswa dengan rincian 4 orang siswa laki-laki dan 4 orang siswa perempuan.

Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (a) Data primer yaitu data yang diperoleh peneliti secara langsung pada saat penelitian. Data primer yang diambil dari penelitian ini yakni nilai hasil belajar dan hasil observasi penerapan model jigsaw serta hasil observasi aktivitas guru dan siswa untuk setiap kali pertemuan pembelajaran; (b) Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada guna menunjang penelitian. Data sekunder yang diambil dari penelitian ini yakni data peserta didik dan kurikulum sekolah.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara peneliti mengumpulkan data saat perbaikan berlangsung (Jalil, 2014: 43). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain dokumen/portofolio, lembar penilaian hasil belajar, tes, pengamatan/ observasi.

Berikut ini penjelasan mengenai teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini:

Tes

Teknik tes ini digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa. Dalam hal ini peneliti melakukan sebanyak dua kali yaitu tes formatif I pada akhir siklus I dan tes formatif II pada akhir siklus II. Tes formatif dalam setiap siklusnya menggunakan soal yang dibuat oleh peneliti dengan panduan kisi-kisi.

Tes formatif Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran IPS. Siswa selama proses pembelajaran berlangsung melalui model pembelajaran Jigsaw untuk setiap kali pertemuan yang terdiri dari tiga kali pertemuan untuk setiap siklus.

Dokumentasi

Dokumentasi memuat tentang data-data yang diambil di sekolah tersebut berupa bukti-bukti fisik yang dibutuhkan selama penelitian, seperti nilai ulangan harian dan nilai tes, serta gambar-gambar kegiatan selama melakukan penelitian dikelas.

Uji Validitas Data

Arikunto (Riduwan, 2013:97) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Menurut (Kunandar, 2014: 239-241) terdapat salah satu cara menilai tes yaitu, mengadakan analisis soal (item analyst). Analisis soal adalah suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir soal yang kita susun. Pada penelitian ini terdapat dua hal yang berhubungan dengan analisis soal, yaitu tingkat kesukaran soal dan daya beda soal.

Analisis Data

Analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis secara kualitatif yaitu data dari hasil observasi yang mengenai tindakan keaktifan siswa selama proses pembelajaran dianalisis secara kualitatif, sedangkan data mengenai hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dianalisis secara kuantitatif untuk menemukan nilai skor persentase, dan nilai rata-rata, (Igak & Kuswaya, 2014: 5-19).

Prosedur Penelitian

Mekanisme penelitian tindakan kelas ini, menggunakan model penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh (Kurt Lewin dalam Arikunto 2012: 135). Rancangan penelitian pembelajaran IPS materi mengenal Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan pada mata pelajaran IPS kelas V SD Katolik 061 Nuaria dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus melalui 4 tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Siklus I dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan dan siklus II dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan.

Indikator Kinerja Penelitian

Indikator kinerja penelitian tindakan ini meliputi indikator proses dan hasil. Indikator proses dapat diamati melalui observasi yang dilaksanakan oleh peneliti untuk mengamati langsung dalam proses pembelajaran. Indikator proses dianggap berhasil apabila aspek yang diamati pada lembar observasi sebagian besar telah memenuhi skala penilaian baik yaitu 75%.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil penelitian

Penelitian ini menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada mata pelajaran IPS materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan yang telah dirancang oleh peneliti dalam II siklus yang diawali dengan siklus I yang dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan dan siklus II yang dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Setiap akhir siklus diadakan evaluasi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa terhadap materi yang telah diberikan. Penelitian ini mengacu pada model PTK yang dikemukakan oleh (Kurt Lewin dalam Arikunto 2012: 135). Penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2018 sampai dengan tanggal 31 Mei 2018 di SD Katolik 061 Nuaria.

Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran IPS materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan di kelas V SD Katolik 061 Nuaria diperoleh dari data tes hasil belajar dan hasil pengamatan selama proses pembelajaran disetiap siklusnya. Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian ini menunjukan bahwa adanya peningkatan aktivitas guru, aktivitas siswa,dan hasil belajar siswa pada proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Untuk lebih jelas, di bawah ini akan dijelaskan perkembangan hasil yang diperoleh dari setiap siklus.

 

 

Hasil Penelitian Aktivitas Guru

Hasil observasi pada aktivitas guru selama pembelajaran menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan kemampuan pada aktivitas guru di kelas pada setiap siklus. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan (Isjoni, 2012: 62-64) salah satu peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai pelaksana, yang harus dapat menciptakan situasi memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana pembelajaran, dalam hal ini adalah ilmu yang dimilikinya karena sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.” Dari pernyataan di atas peneliti telah membuktikan bahwa terjadinya peningkatan kemampuan pada aktivitas guru dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini dapat dilihat pada aktivitas guru pada siklus I dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tergolong kategori baik yaitu 74,03%. Dari hasil siklus I tersebut, guru mempertahankan dan berusaha meningkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran dan memperoleh hasil yang tergolong dalam kategori sangat baik yaitu 84,13%. Dari hasil aktivitas guru yang telah dicapai menunjukan bahwa adanya peningkatan. Ini dikarenakan guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam proses belajar mengajar di kelas, sehingga terlihat bahwa adanya peranan guru sebagai motivator dan fasilitator. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh (Isjoni, 2012: 62-64) bahwa, “guru sebagai motivator dan fasilitator hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar di kelas.” Maka peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan aktivitas guru dalam proses pembelajaran meningkat.

Hasil Penelitian Aktivitas Siswa

Hasil observasi pada aktivitas siswa secara umum selama pembelajaran menunjukan bahwa terjadinya peningkatan pada aktivitas siswa secara umum di kelas pada setiap siklus. Hal ini dapat dilihat proses pembelajaran siklus I dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sehingga hasil dari aktivitas siswa meningkat dan tergolong dalam kategori baik dengan rata-rata yakni 75%. Dari hasil siklus I tersebut, guru mempertahankan dan berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran dan memperoleh hasil yang tergolong dalam kategori sangat baik yaitu 90,27%. Maka peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran di kelas meningkat. Peningkatan pada aktivitas siswa tersebut nampak terlihat dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw karena dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih aktif dan antusias dengan isi materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan, disamping itu siswa lebih bertanggung jawab dalam menyampaikan materi serta saling menghargai perbedaan dan pendapat orang lain.                 

Hasil Penelitian Belajar Siswa

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran IPS materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan pada siswa kelas V SD Katolik 061 Nuaria menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa di setiap siklus. Menurut Sudjana (2012: 22) yang menyatakan bahwa “belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memproleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Dari pernyataan Sudjana di atas, peneliti telah membuktikan dalam penelitian bahwa siswa kelas V telah belajar dengan baik pada materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan sehingga hasil belajar siswa meningkat. hal ini dapat di lihat pada siklus I hasil belajar siswa tergolong dalam kategori baik. Hal ini karena adanya rancangan model pembelajaran yang tepat oleh guru yaitu penerapan model dalam pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh siswa pada hasil di siklus I yaitu dengan nilai rata-rata 7,96 dan persentase ketuntasan belajar siswa yakni 84%. Hasil yang diperoleh pada siklus I telah menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil yang hampir sama terjadi pada siklus II melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan mengembangkan indikator pembelajaran, dari pembelajaran tersebut diperoleh hasil yang lebih baik dari siklus sebelumnya dengan nilai rata-rata yakni 8,72 dan persentase ketuntasan belajar siswa yakni 100%. Dari penjelasan di atas penelti menyimpulkan bahwa siswa kelas V SD Katolik 061 Nuaria telah belajar dengan baik dan meningkatkan hasil belajarnya pada materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan melalui pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

SIMPULAN, DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas V SD Katolik 061 Nuaria untuk mata pelajaran IPS materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan yang telah peneliti laksanakan dalam beberapa siklus, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1.     Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran IPS materi mengenal perjuangan mempertahankan kemerdekaan tergolong dalam kategori sangat baik dan mampu memicu keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses pembelajaran sehingga dapat memotivasi siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya.

2.     Hasil belajar siswa mengalami perubahan ke arah yang lebih baik setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalasm pembelajaran IPS materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Hasil belajar siswa meningkat karena siswa sangat antusias dan berpartisipasi aktif dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Saran

Berdasarkan simpulan di atas, terdapat beberapa saran dalam melaksanakan proses pembelajaran yang diantaranya yakni sebagai berikut:

1.    Bagi Guru

a.     Seorang guru sebaiknya kreatif dalam memilih variasi model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

b.     Guru hendaknya menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw agar dapat meningkatn hasil belajar siswa.

2.    Bagi Siswa

a.     Hasil penelitian ini diharapkan agar siswa dapat termotivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan hasil belajar pada materi-materi selanjutnya.

b.     Sebaiknya siswa mendengarkan penjelasan guru dengan serius saat
guru memberikan pengarahan tentang pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Hal ini sangat diperlukan agar dalam pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tidak terjadi kebingungan sehingga siswa mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dalam pembagian kelompok dan meminimalkan kericuhan yang dapat mengganggu jalannya pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

3.    Bagi Peneliti Lanjutan

Kiranya hasil penelitian dengan menerapkan model pembelajaran koopertif tipe jigsaw ini dapat dijadikan referensi untuk dikembangkan dalam penelitian selanjutnya pada materi yang berbeda atau pada mata pelajaran lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, Sri, 2012, Strategi Pembelajaran di SD, Jakarta: Universitas Terbuka.

Arsyad, Azhar, 2013, Media Pembelajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Aziz, Abdul, dkk.,2012, Konsep Dasar IPS, Jakarta: Universitas Terbuka.

Djojo Suradisatro dkk. (2016). Pendidikan IPS III. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

E.Mulyasa. (2012). Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Media Gambar Berbentuk Puzzle. www.mamapinky.com diambil 31 Februari 2018.

Moh Uzer Usman. (2013). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nana Sudjana. (2013). Media Pengajaran. Jakarta: Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Dalam

http://rayendar.blogspot.co.id/2015/06/metode-penelitian-menurut-sugiyono 2013.html, diakses pada tanggal 30 Februari 2018

Sumantri, Mulyani dan Nana Syaodih, 2013, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Universitas Terbuka.

Taufiq, Agus, dkk, 2012, Pendidikan Anak di SD, Jakarta: Universitas Terbuka.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Wahyudin, Dina, dkk., 2013, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Universias Terbuka.

Wardhani, Igak dan Kuswaya Wihardi, 2012, Penelitian Tindakan Kelas, Banten: Universitas Terbuka

Winataputra, Udin, dkk., 2012, Materi dan Pembelajaran IPS, Jakarta: Uiversitas Terbuka.