Peningkatan Hasil Belajar Melalui Penerapan Metode Discovery
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG CIRI KHUSUS BEBERAPA JENIS TUMBUHAN MELALUI PENERAPAN METODE DISCOVERY (PENEMUAN) PADA SISWA KELAS VI SEMESTER I
SD NEGERI 1 TUKO TAHUN AJARAN 2017/2018
Dwi Hartati
SD Negeri 1 Tuko Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA tentang ciri khusus beberapa jenis tumbuhan melalui metode discovery (penemuan) pada siswa kelas VI semester I SDN 1 Tuko tahun 2017/2018. Penelitian tindakan Kelas ini terdiri atas dua siklus, masing-masing siklus terdiri atas empat langkah kegiatan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dari hasil kegiatan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus II dapat ditarik kesimpulan bahwa: “Dengan menggunakan metode discovery (penemuan) dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam tentang ciri khusus beberapa jenis tumbuhan Pada Siswa Kelas VI Semester I SDN 1 Tuko Tahun 2017/2018â€.
Kata Kunci: Metode Discovery (Penemuan), Hasil belajar IPA, Ciri khusus beberapa jenis tumbuhan.
PENDAHULUAN
Bell-Gredler, dalam Udin S. Winataputra, dkk secara komprehensif menjelaskan, bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitudes. Kemampuan (competencies), ketrampilan (skills), dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Rangkaian proses belajar itu dilakukan dalam bentuk keterlibatannya dalam pendidikan informal, keturutsertaanya dalam pendidikan formal dan/atau pendidikan nonformal. Kemampuan belajar inilah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.
Belajar sering juga diartikan sebagai penambahan, perluasan, dan pendalaman pengetahuan, nilai dan sikap, serta ketrampilan. Menurut Fontana seperti yang ditulis oleh Udin S. Winataputra (2007: 18), secara konseptual belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil hasil dari pengalaman.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan guru dalam mengajar, antara lain adalah penerapan metode yang tepat dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar. Teknik mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode Discovery (Penemuan). Penemuan sebagai metode mengajar merupakan penemuan yang dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini siswa menemukan sesuatu hal yang baru. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode discovery (penemuan) sebagai suatu prosedur pengajaran serta komponen dari praktik pendidikan yang bertujuan memajukan cara belajar aktif yang berorientasi pada ketrampilan proses mencari dan menemukan yang baru secara sendiri dan reflektif. Di dalam pembelajaran IPA pelaksanaan pengajaran dengan metode penemuan (Discovery), guru harus betul-betul memperhatikan siswa yang cerdas dan kurang cerdas untuk menghindari sikap bosan menunggu teman-temannya yang belum berhasil menemukannya.
Berdasarkan hasil ulangan harian ke I mata pelajaran IPA pada materi ciri khusus beberapa jenis tumbuhan menunjukkan rendahnya penguasaan materi. Keadaan ini terlihat dari 33 siswa hanya 19 siswa yang mendapatkan nilai 67 ke atas (Kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran IPA di SD Negeri 1 Tuko adalah 67). Bila diprosentase hanya 58 % siswa yang mendapat nilai tuntas. Sedangkan 14 siswa lainnya mendapat nilai di bawah 70, bila diprosentase 42 % siswa belum mencapai nilai tuntas. Rendahnya penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran akan berdampak pada menurunnya kualitas pembelajaran. Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi guru untuk melakukan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran peneliti akan melaksanakan perbaikan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Melalui penerapan metode discovery (penemuan) diharapkan siswa mampu memahami materi pembelajaran sehingga hasil belajar siswa turut meningkat.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditemukan perumusan masalah, sebagai berikut: “Apakah dengan menggunakan metode discovery (penemuan) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI mata pelajaran IPA tentang ciri khusus beberapa jenis tumbuhan di SD Negeri 1 Tuko?â€
Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: (1) Mendeskripsikan penerapan metode discovery (penemuan) pada pembelajaran IPA tentang ciri khusus beberapa jenis tumbuhan di kelas VI SD Negeri 1 Tuko; (2) Mendeskripsikan dampak penerapan metode discovery (penemuan) dalam pembelajaran IPA tentang Ciri khusus beberapa jenis tumbuhan di kelas VI SD Negeri 1 Tuko.
KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
Pengertian Pembelajaran IPA di SD
Tujuan guru dalam mengajar IPA antara lain adalah membantu transfer belajar. Tujuan transfer belajar adalah menerapkan hal–hal yang telah dipelajari pada situasi baru, artinya apa yang telah dipelajari itu dibuat umum sifatnya. Menurut konstruktivisme setiap orang yang belajar tidak hanya tergantung pada lingkungan atau kondisi belajar tetapi juga pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan pembentukan â€makna†oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat, dengar Pembentukan makna merupakan suatu proses aktif yang terus berlanjut. Jadi siswa memiliki tanggung jawab akhir atas belajar mereka sendiri. (Nono Sutarno, 2007:85).
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah. (Depdiknas, 2006:486).
IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya. (Trianto, 2010:16).
Pengertian Metode Discovery (Penemuan)
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode pembelajaran. Prinsip–prinsip itu berkaitan dengan factor perkembangan kemampuan siswa. Prinsip–prinsip penggunaan metode itu adalah: (a) Metode mengajar harus memungkinkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi pembelajaran. (b) Metode mengajar harus memungkinkan siswa melalui pemecahan masalah. (c) Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk melakukan penemuan tergadap suatu topik permasalahan. (d) Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar mandiri. (e) Metode mengajar harus memungkinkan siswa bekerja sama. (f) Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk lebih termotivasi untuk belajar (Udin Winataputra 1997: 44).
Metode mengajar yang digunakan hendaknya bervariasi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dengan metode pembelajaran yang bervariasi akan membuat siswa lebih senang dan bersemangat dalam belajar. (Udin S. Winataputra dkk 1997: 11-18).
Metode discovery (penemuan) merupakan suatu metode pengajaran yang menitikberatkan pada aktivitas siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, algoritma dan semacamnya. Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Beberapa keunggulan metode discovery (penemuan) diungkapkan oleh Suherman, dkk (2001:179) sebagai berikut:
a. Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir;
b. Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat;
c. Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong siswa untuk ingin melakukan penemuan lagi sedemikian sehingga minat belajarnya meningkat;
d. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks;
e. Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
Selain memiliki beberapa keuntungan, metode discovery (penemuan) juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka diperlukan bantuan guru. Bantuan guru dapat dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara singkat. Pertanyaan dan informasi tersebut dapat dimulai dalam lembar kerja siswa yang telah dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai.
Hasil Belajar IPA
Menurut Purwanto (1989:3), bahwa hasil belajar merupakan suatu yang digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan kepada siswa dalam waktu tertentu. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Toeti Sukamto (1997:8) berpendapat bahwa “belajar dapat didefinisikan sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai latihan atau pengalamanâ€. Belajar merupakan suatu proses yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku karena adanya reaksi terhadap sesuatu situasi tertentu atau karena proses yang terjadi secara internal di dalam diri seseorang. Perubahan tersebut tidak terjadi karena adanya warisan genetik, atau respons secara alamiah, kedewasaan atau keadaan organisme yang bersifat temporer seperti karena kelelahan, pengaruh obat-obatan, rasa takut, dapat pula merupakan perubahan dalam pemahaman, tingkah laku, persepsi dan minat.
Sumadi Suryabrata (2002:233) mengklasifikasikan faktor-faktor belajar sebagai berikut: (1) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, yang digolongkan menjadi dua golongan, yaitu non sosial dan faktor sosial. ; (2) Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar, yang dapat digolongkan sebagai berikut: faktor fisiologis dan faktor psikologis.
Agar hasil belajar seseorang dapat maksimal, maka perlu diperhatikan prinsip–prinsip belajar. Prinsip–prinsip belajar menurut Kurnia Inggridwati (2007:17) meliputi: (1) Tujuan yang terarah; (2) Motivasi yang kuat; (3) Bimbingan untuk mengetahui hambatan; (4) Cara belajar dengan pemahaman; (5) Interaksi yang positif dan dinamis antara individu dan lingkungan; (6) Teknik–teknik belajar.
Pendapat senada juga diutarakan oleh Susanto (1991:1) yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses di mana otak atau pikiran mengadakan reaksi terhadap kondisi-kondisi luar dan reaksi itu dapat dimodifikasi dengan pengalaman-pengalaman yang dialami sebelumnya. Melalui proses belajar anak dapat mengadaptasikan dirinya pada lingkungan hidupnya. Adaptasi itu dapat berupa pikiran, sikap, dan ketrampilan.
Selaras dengan pernyataan di atas Bloom (dalam Budiningsih, 2005:75) menekankan perhatiannya pada apa yeng mesti dikuasai oleh individu. Tujuan belajar yang dikemukakannya dirangkum ke dalam tiga kawasan yang terkenal dengan taksonomi Bloom yang diuraikan dalam 3 domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Kerangka Berpikir
Secara sistematis kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai berikut: (1) Pembelajaran IPA akan menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan disukai jika dalam pembelajaran guru selain memanfaatkan media juga menerapkan metode discovery (penemuan); (2) Penerapan metode discovery (penemuan) dalam pembelajaran IPA dapat membantu siswa yang kurang pandai untuk memahami materi pelajaran dengan bantuan temannya yang lebih pandai; (3) Penerapan metode discovery (penemuan) dapat meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka kesimpulan sementara (hipotesis) dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: “Bahwa dengan melalui penerapan metode discovery (penemuan) tentang ciri khusus beberapa jenis tumbuhan pada pembelajaran IPA di kelas VI semester 1 SD Negeri 1 Tuko tahun pelajaran 2017/2018 hasil belajar siswa akan meningkat.â€
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 1 Tuko Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan. Penelitian dilakukan pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018. Jangka waktu penelitian 3 bulan (bulan Juli s.d September 2017. Siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 3 Agustus 2017, sedangkan siklus 2 pada tanggal 10 Agustus 2017.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas VI SD Negeri 1 Tuko Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan yang berjumlah 33 siswa. Yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Siswa kelas VI sebagai subjek yang akan diamati kegiatan pembelajarannya dan dikenai tindakan penelitian.
Data dan Sumber Data
Untuk mengetahui hasil belajar selama proses pembelajaran maka diperlukan adanya sumber data. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data tersebut berupa informasi tentang hasil belajar siswa dalam materi ciri khusus beberapa jenis tumbuhan, motivasi siswa, serta kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran (termasuk penggunaan strategi pembelajaran) di kelas.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data selama penelitian meliputi pengamatan, wawancara atau diskusi, kajian dokumen, dan tes.
Validitas Data
Validasi diperlukan agar diperoleh data yang valid. Adapun langkah-langkah yang dilakukan antara lain: (1) Data aktivitas belajar IPA yang diperoleh melalui pengamatan supaya diperoleh data yang valid divalidasi dengan bantuan kolaborasi dengan teman sejawat (triangulasi sumber antara peneliti, teman sejawat selaku kolaborator dan siswa). (2) Data hasil belajar IPA supaya valid perlu dibuat kisi-kisi sebelum soal disusun. Validasi dilakukan terhadap instrumen penilaian tes tertulis berupa penyusunan kisi-kisi sehingga terpenuhi validitas teoretik, khususnya content validity..
Teknis Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Miles and Huberman (1994: 10) menyatakan langkah-langkah dalam analisis kualitatif yakni reduksi data, penyajian data, mengambil kesimpulan atau verifikasi.
Indikator Keberhasilan
Peningkatan hasil belajar diharapkan 80% siswa memperoleh nilai IPA 67,00 sesuai KKM.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum melaksanakan perbaikan pembelajaran pada materi pokok ciri khusus beberapa jenis tumbuhan di kelas VI semester 1, peneliti memperoleh data nilai tes formatif yang kurang memuaskan. Hasil evaluasi mata pelajaran IPA dari 33 siswa yang mendapat nilai kurang dari 67 sebanyak 14 siswa atau jika diprosentase sebesar 42 %. Dan yang mendapat nilai lebih dari 67 sebanyak 19 siswa atau jika diprosentase juga sebesar 58 %. Serta diperoleh nilai rata-rata 63,64.
Sebelum melaksanakan perbaikan pembelajaran (pra siklus), siswa kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini disebabkan karena guru tidak melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Guru hanya menggunakan metode ceramah monoton dan beracuan pada satu buku paket. Guru terlihat cepat dalam menyampaikan materi pelajaran, sehingga anak kurang memahami materi yang disampaikan. Selain itu guru juga tidak mengadakan bimbingan individual terhadap anak yang belum mampu mengikuti pelajaran. Setelah diadakannya diskusi dengan teman sejawat tentang hasil temuan pada kegiatan pembelajaran pra siklus, maka peneliti berupaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui penelitian tindakan kelas.
Deskripsi Hasil Siklus I
Di dalam proses pembelajaran siklus I, siswa belum menunjukkan partisipasi aktif sesuai yang diharapkan. Pada siklus I ditemukan 18 % siswa yang kurang serius saat diskusi, mereka terkesan pasif selama kegiatan berlangsung. Namun, mulai nampak adanya antusias siswa, 82 % siswa fokus dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat dengan keaktifan mereka yang mencatat setiap hasil kegiatan demonstrasi yang dilakukan oleh guru. Namun tidak semua siswa memiliki keberanian dalam bertanya/mengemukakan pendapat, hal ini terlihat bahwa 80 % siswa berani mengemukakan ide atau gagasan. 12 % siswa cenderung pasif dan hanya diam saat proses kegiatan berlangsung. sehingga dapat diperoleh kesimpulan, bahwa kegiatan perbaikan siklus I terlihat secara jelas tingkat keaktifan siswa masih rendah atau dengan kata lain siswa kurang partisipatif. Ini terlihat pada masih adanya sebagian siswa yang menggunakan kata Pas, pada saat siswa tersebut mendapat giliran untuk mengemukakan ide/gagasan. Akibatnya, sebagian siswa dapat menyelesaikan tugas dan sebagian yang lain hanya menjadi pendengar dan penonton saja. Ketidak aktifan siswa saat kerja kelompok juga masih terlihat.
Dari hasil inilah peneliti lalu melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II.
Deskripsi Hasil Siklus II
Pada perbaikan pembelajaran siklus II ini peneliti merancang kegiatan pembelajaran dengan menitikberatkan penerapan metode discovery (penemuan) yang lebih baik. Siswa dilibatkan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran. Guru sebelumnya membagi kelas dalam beberapa kelompok diskusi. Masing-masing kelompok melaksanakan kegiatan demonstrasi berdasar bimbingan yang diberikan oleh guru. Dari kegiatan pengamatan yang dilaksanakan, siswa terlihat sangat antusias dalam mengikuti jalannya pembelajaran. Siswa mengetahui langsung konsep pembelajaran IPA tentang ciri khusus beberapa jenis tumbuhan. Selain itu kondisi kelas juga terlihat kondusif. Banyak siswa yang aktif bertanya apabila ada materi yang kurang bisa dipahami, guru juga telah banyak mengadakan bimbingan baik secara kelompok maupun individual kepada siswa sehingga siswa merasa percaya diri dalam menjawab soal-soal yang diberikan oleh guru.
Adapun peningkatan hasil evaluasi dari perbaikan pembelajaran tiap-tiap siklus seperti terlihat pada tabel berikut.
TABEL 1 PENINGKATAN HASIL EVALUASI SEBELUM PEMBELAJARAN, PERBAIKAN SIKLUS I, DAN SIKLUS II
No. |
Uraian |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
|||
Jumlah siswa |
% |
Jumlah siswa |
% |
Jumlah siswa |
% |
||
1. 2. |
Tuntas Belum tuntas |
19 14 |
58 42 |
27 6 |
82 18 |
33 – |
100 0 |
Dari kegiatan perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I dan siklus II diketahui bahwa penggunaan metode discovery (penemuan) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang ciri khusus beberapa jenis tumbuhan. Hal ini ditunjukkan dari perolehan nilai yang mengalami peningkatan dengan perolehan ketuntasan maksimal setelah dilaksanakan perbaikan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan melalui Penelitian Tindakan Kelas dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan melalui penerapan metode discovery (penemuan) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI mata pelajaran IPA materi pokok ciri khusus beberapa jenis tumbuhan di SD Negeri 1 Tuko tahun pelajaran 2017/2018. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan prosentase ketuntasan siswa pada pra siklus adalah 58 %. Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran siklus I dan siklus II prosentasenya meningkat lagi dari 82 % dan akhirnya menjadi 100 %.
Saran
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat diajukan saran-saran antara lain:
1. Guru hendaknya senantiasa inovatif untuk mengembangkan metode pembelajaran yang baru dan mengurangi penggunaan metode pengajaran yang hanya mengandalkan ceramah saja.
2. Guru harus kreatif dan terampil dalam menyajikan pelajaran.
3. Pemberian tugas kepada siswa untuk memperoleh informasi dari berbagai sumber atau media dipandang perlu guna memperluas wawasan terutama yang berkaitan dengan dengan materi pembelajaran.
4. Aktivitas emosional siswa dalam bentuk semangat atau etos belajar yang tinggi, suasana gembira dalam kegiatan pembelajaran, dan keberanian untuk mengemukakan pendapat perlu dikembangkan melalui penerapan variasi model pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, C.Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas, 2006. Standar Isi KTSP. Depdiknas, Jakarta.
Inggridwati, Kurnia. 2007. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Cetakan keempat. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kemmis, S., Mc.Taggart, R. 1998. The Action research planner. Victoria: Deakin University
Purwanto, Ngalim. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Suherman, dkk. 2001. Common TexBook Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung.
Sumadi Suryabrata. 2002. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Susanto. 1991. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Yudistira.
Sutarno, Nono. 2007. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Toeti Soekamto. 1997. Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Udin S. Winataputra, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka
Udin S. Winataputra, dkk. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka