PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN DAN MODEL PEMBELAJARAN

COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PKn

MATERI POKOK MENJAGA KEUTUHAN NKRI BAGI

SISWA KELAS V SEMESTER I SDN 3 PANUNGGALAN

KECAMATAN PULOKULON KABUPATEN GROBOGAN

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Rumisah

SDN 3 Panunggalan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan

 

ABSTRAK

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas V SD Negeri 3 Panunggalan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2016/2017. Hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan selama dua siklus, melalui penerapan metode bermain peran dan model pembelajaran cooperative learning. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas yaitu nilai ratarata pada pembelajaran awal 69, pada siklus I mengalami peningkatan yaitu 73 dan pada perbaikan pembelajaran siklus II menjadi 83,5. Untuk persentase ketuntasan belajar siswa dengan KKM ≥75, pada tes awal pada pembelajaran Pra Siklus hanya 45% siswa yang meraih ketuntasan, 65 % pada siklus I dan pada Siklus II sebanyak 95% hal ini menunjukkan bahwa peningkatan yang signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan metode bermain peran dan model pembelajaran cooperative learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V semester 1 SD Negeri 3 Panunggalan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2016/2017.

Kata Kunci: Hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), metode bermain peran, model pembelajaran cooperative learning

 

PENDAHULUAN

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diberikan sejak SD sampai SLTA. Dengan PKn seseorang akan memiliki kemampuan untuk mengenal dan memahami karakter dan budaya bangsa serta menjadikan warga negara yang siap bersaing di dunia internasional tanpa meninggalkan jati diri bangsa. Melalui PKn setiap warga negara dapat mawas diri dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini yang memberi dampak positif dan negatif. PKn juga bermanfaat untuk membekali peserta didik agar memiliki kemampuan untuk mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

PKn adalah pelajaran formal yang berupa sejarah masa lampau, perkembangan sosial budaya, perkembangan teknologi, tata cara hidup bersosial, serta peraturan kenegaraan. Begitu luasnya materi PKn menyebabkan anak sulit untuk diajak berfikir kritis dan kreatif dalam menyikapi masalah yang berbeda. Sementara anak usia sekolah dasar tahap berfikir mereka masih belum formal, karena mereka baru berada pada tahap Operasional Konkret (Peaget: 1920). Apa yang dianggap logis, jelas dan dapat dipelajari bagi orang dewasa, kadangkadang merupakan hal yang tidak masuk akal dan membingungkan bagi siswa. Akibatnya banyak siswa yang tidak memahami konsep PKn.

Berdasarkan temuan penulis, sebagian besar siswa kurang aktif dan berfikir kritis dalam materi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Apabila anak menghadapi masalah kontekstual baru yang berbeda dengan yang dicontohkan, anak belum mampu berfikir kritis dan menemukan solusi dengan benar sehingga banyak anak yang menjawab salah, dan dengan alasan soalnya sulit. Karena itu wajar setiap kali diadakan tes, nilai pelajaran PKn selalu rendah dengan ratarata kurang dari KKM.

Seperti yang dialami penulis sendiri, setiap ulangan PKn nilai rata-rata anak di bawah 75. Termasuk pada materi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Nilai ratarata formatif hanya 68. Dari 20 siswa hanya 9 siswa 45 % yang memperoleh nilai 75 ke atas. Sedangkan 11 siswa yang lain 55 % mendapat nilai di bawah 75.

Menghadapi kenyataan tersebut di atas, penulis tertarik untuk mendalami dan melakukan tindakantindakan perbaikan pembelajaran PKn, khususnya materi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui penelitian tindakan kelas. Perbaikan yang penulis lakukan mengenai penerapan metode bermain peran pada materi pengambilan keputusan bersama. Harapan penulis adalah terjadinya pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan serta lebih bermakna dan adanya keberanian peserta didik yang tuntas untuk menyelesaikan masalah kontektual dengan benar serta untuk lebih menguasai pelajaran.

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: (1) Apakah penerapan metode bermain peran dan model pembelajaran cooperative learning dapat meningkatkan hasil belajar PKn tentang materi menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia di kelas V SD Negeri 3 Panunggalan? (2) Bagaimanakah penerapan metode bermain peran dan model pembelajaran cooperative learning dapat meningkatkan hasil belajar PKn tentang materi menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia di kelas V SD Negeri 3 Panunggalan?

Secara umum tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: meningkatkan penguasaan materi menjaga keutuhan NKRI dengan menggunakan alat peraga berupa gambar dan bendabenda di sekitar.

1.     Mencari informasi keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.     Mendiskripsikan penerapan metode bermain peran dengan model cooperative learning untuk meningkatkan hasil belajar tentang materi menjaga keutuhan NKRI siswa kelas V SD Negeri 3 Panunggalan.

Manfaat

Bagi siswa

Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran dan memperbaiki hasil belajar.

 

 

Bagi Guru

Memperbaiki pembelajaran yang sudah dikelolanya, memupuk rasa percaya diri karena telah berhasil melakukan analisis terhadap hasil kinerjanya sehingga dapat menemukan kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran yang sudah dilaksanakan, kemudian mengembangkan alternatif untuk mengatasi kelemahannya serta memberikan peluang agar guru dapat berkembang secara profesional.

Bagi sekolah

Dapat digunakan untuk mengembangkan sekolah ke arah yang lebih baik, memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah.

LANDASAN TEORI

Pembelajaran PKn di SD

Menurut hasil penelitian Cogan (1998), ada delapan karakter yang dapat dibentuk melalui belajar PKn yaitu sebagai berikut: (1) Kemampuan mengenal dan mendekati masalah sebagai warga masyarakat di sekitar; (2) Kemampuan bekerjasama dengan orang lain dan memikul tanggungjawab atas peran atau kewajibannya dalam masyarakat; (3) Kemampuan untuk memahami, menerima, dan menghormati perbedaanperbedaan pendapat; (4) Kemampuan berfikir kritis dan sistematis; (5) Kemampuan menyelesaikan konflik dengan cara damai tanpa kekerasan; (6) Memiliki kemampuan untuk bergaya hidup sederhana; (7) Memiliki kepekaan terhadap lingkungan dan mempertahankan hakhaknya dalam masyarakat; (8) Memiliki kemauan dan kemampuan untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.

Dengan demikian fungsi pembelajaran PKn tidak hanya sekadar memberi pengetahuan tentang pendidikan kewarganegaraan saja, tetapi juga dimaksudkan untuk mengembangkan sikap – sikap tertentu mengenai hal – hal yang timbul disekitar dalam kehidupan sehari – hari.

Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2004: 4)

Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya (Hamzah: 2007: 213).

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas peneliti menyimpulkan bahwa aspekaspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Oleh karena itu apabila pembelajar mempelajari tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperolah berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran PKn pada materi Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan diperlukan aktivitas siswa yaitu dengan melakukan aktivitas langsung dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Melalui aktivitas tersebut pembelajar akan lebih mengena pada siswa. Selain itu siswa juga perlu berinteraksi dengan siswa yang lain untuk membuat simpulan dengan benar.

 

 

Pengertian Model Mengajar

Menurut Joyce dan Weil 1971 model mengajar adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Macammacam Model Mengajar

Secara khusus Joyce dan Weil (1972) telah mengklasifikasikan empat model mengajar seperti berikut: (1) Kelompok modelmodel pengolahan informasi; (2) Kelompok modelmodel interaksi sosial atau social models; (3) Kelompok modelmodel personal atau personal models; (4) Kelompok modelmodel perilaku atau Behavioural system.

Pengertian Metode Bermain Peran

Bermain peran adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang di gunakan untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku, dan nilai, dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berfikir orang lain (Depdikbud, 1964: 171).

Proses belajar dengan menggunakan metode bermain peran diharapkan siswa mampu menghayati tokoh yang dikehendaki, keberhasilan siswa dalam menghayati peran itu akan menentukan apakah proses pemahaman, penghargaan dan identifikasi diri terhadap nilai berkembang. (Hasan, 1996: 266).

Penggunaan Model Bermain peran dalam mata pelajaran PKn

Menurut Sumantri (2001) bermain peran merupakan model mengajar yang berakar pada dimensi personal dan sosial dari pendidikan. Model ini mencoba membantu indivisu untuk menemukan makna pribadi dalan dunia sosial dan memecahkan dilemadilema dengan bantuan kelompok sosial. Dalam hal ini memungkinkan individu untuk bekerjasama untuk menganalisis situasi sosial terutama permasalahan interpersonal dalam mengembangkan caracara yang demokratis untuk menghadapi situasi tersebut.

Dalam model mengajar bermain peran, sebagian siswa adalah pemain peran yang lainnya mengamati. Seseorang meletakkan dirinya pada posisi orang lain yang juga bermain peran. Bila empati, simpati, kemarahan, dan kasih sayang serta apeksi dilakukan dalam berinteraksi, berarti bermain peran dapat dilaksanakan dengan baik / berhasil.

Langkah-langkah Penerapan Metode Bermain Peran dalam Pembelajaran PKn.

Shaffel dalam bukunya “Role Playing For Social Studies“ menyatakan bahwa ada sembilan langkah dalam role playing yaitu sebagai berikut.

1.     Membangkitkan semangat kelompok, memperkenalkan siswa dengan masalah sehingga mereka mengenalnya sebagai suatu bidang yang harus dipelajari.

2.     Pemilihan peserta, guru dan siswa menggambarkan berbagai karakter bagaimana rupanya, bagaimana rasanya, dan apa yang mungkin mereka kemukakan. Guru dapat menentukan berbagai criteria dalam memilih siswa untuk peran tertentu.

3.     Menentukan arena panggung, para pemain peran membuat garis besar skenario, tetapi tidak mempersiapkan dialog khusus.

4.     Mempersiapkan pengamat, adalah sangat penting untuk melibatkan pengamat secara aktif sehingga seluruh anggota kelompok mengalami kegiatan itu dan kemudian dapat menganalisisnya.

5.     Berdiskusi dan mengevaluasi; apakah masalahnya penting dan apakah peserta dan pengamat terlibat secara intelektual dan emosional.

6.     Melakukan lagi permainan peran; siswa dan guru berbagi interpretasi baru tentang peran dan menentukan apakah harus dilakukan oleh individuindividu baru atau tetap oleh orang terdahulu.

7.     Dilakukan lagi evaluasi dan diskusi; siswa mungkin mau menerima solusi, tetapi guru mendorong solusi yang realistik.

8.     Berbagi pengalaman dan melakukan generalisasi. Guru harus mencoba untuk membentuk diskusi, setelah mengalami strategi bermain peran yang cukup lama, untuk dapat menggeneralisasi mengenai pendekatan terhadap situasi masalah serta akibat dari pendekatan itu. Semakin memadai pembentukan diskusi ini, kesimpulan yang dicapai akan semakin mendekati generalisasi.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Tempat pelaksanaan perbaikan pembelajaran di SD Negeri 3 Panunggalan, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan. Jangka waktu penelitian 3 bulan (September s.d Nopember 2016). Rincian kegiatan penelitian adalah sebagai berikut: persiapan penelitian, koordinasi persiapan tindakan, pelaksanaan (perencanaan, tindakan, monitoring dan evaluasi, serta refleksi), penyusunan laporan penelitian, seminar hasil penelitian, penyempurnaan laporan berdasarkan masukan seminar, serta penggandaan dan pengiriman laporan penelitian.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas yang berjumlah 20 siswa terdiri dari 12 lakilaki dan 8 perempuan. Siswa kelas V sebagai subjek yang akan diamati kegiatan pembelajaran dan dikenai tindakan penelitian.

Data dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data tersebut berupa informasi tentang kemampuan materi, motivasi siswa, serta kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran. Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi: (1) Informan atau narasumber, yaitu siswa dan guru. (2) Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas lain yang bertalian. (3) Dokumen atau arsip antara lain berupa kurikulum, RPP, hasil lembar kerja siswa, dan buku penilaian.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data selama penelitian meliputi pengamatan, wawancara atau diskusi, kajian dokumen, dan tes.

 

 

Validitas Data

Dalam penelitian ini untuk memperoleh derajat kepercayaan data, dilakukan dengan pengamatan secara terus menerus, Triangulasi, Peer debriefing atau pemeriksaan teman sejawat dan Member Check.

Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukandengan pendekatan kualitatif. Langkah-langkah analisis kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data,mengambil kesimpulan atau verifikasi.

Indikator Keberhasilan

Tindakan perbaikan pembelajaran dikatakan berhasil bila secara umum minimal 80% siswa mendapat nilai ≥ 75 pada tes ulangan harian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Pra Siklus

Pembelajaran pra siklus mata pelajaran PKn kelas V semester I di SD Negeri 3 Panunggalan, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan, tahun pelajaran 2016 / 2017 dengan materi pokok Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dilaksanakan pada hari Selasa, 27 September 2016 hasilnya belum memuaskan. Siswa yang mendapat nilai di atas 75 sebanyak 9 siswa, atau 45 % sedangkan nilai kurang dari 75 sebanyak 11 siswa atau 55 % dari 20 siswa. Untuk mengetahui presentasi rentang nilai maka diadakan analisis yang disajikan pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1 Analisis Hasil Tes Formatif Pra Siklus Mata Pelajaran PKn

No

Rentang

Frekuensi

1

2

3

4

5

50 – 60

61 – 70

71 – 80

81 -90

91 -100

2

7

10

1

Jumlah

20

Dari hasil belajar seperti tabel di atas, peneliti berupaya meningkatkan hasil belajar dengan penelitian tindakan kelas.

Deskripsi Siklus I

Perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 4 Oktober 2016. Dengan dibantu oleh teman sejawat yang bertindak sebagai observer, peneliti melaksanakan sesuai rencana. Skenario pembelajaran berlangsung dengan baik. Peneliti melaksanakan sesuai rencana. Pada akhir pembelajaran peneliti mengadakan evaluasi hasil belajar untuk mengetahui tingkat keberhasilan. Hasil perbaikan pembelajaran siklus I disajikan dalam tabel 2 sebagai berikut.

Tabel 2 Analisis Hasil Tes Formatif Siklus I

No

Rentang

Frekuensi

1

2

3

4

5

50 – 60

61 – 70

71 – 80

81 -90

91 -100

1

6

10

2

1

Jumlah

20

 

Pelaksanaan refleksi Siklus I

Pada tahap ini pengamat mencatat apa yang telah terjadi pada pembelajaran perbaikan siklus I dengan menggunakan lembar observasi. Dalam proses ini diperoleh data bahwa:

          Penjelasan materi sangat cepat sehingga kurang dipahami siswa.

          Kurang memberikan kesempatan pada anak untuk bertanya.

          Perhatian guru pada siswa masih kurang.

Dengan dasar hasil tes formatif yang menunjukkan menunjukkan peningkatan pada pembelajaran sebelumnya, namun untuk mencapai ketuntasan 75% belum tercapai. Maka penulis mengadakan perbaikan pembelajaran tahap berikutnya yang menjadi fokus perbaikan adalah sebagai berikut.

1.     Memberikan materi yang jelas dan lengkap sehingga mudah dipahami siswa.

2.     Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya.

3.     Menggunakan model pembelajaran yang tepat.

Deskripsi Siklus II

Perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 11 Oktober 2016. Skenario pembelajaran berlangsung dengan baik. Peneliti melaksanakan sesuai rencana. Pada akhir pembelajaran peneliti mengadakan evaluasi hasil belajar untuk mengetahui tingkat keberhasilan.

Untuk mengetahui presentasi rentang nilai maka diadakan analisis yang disajikan pada tabel 3 berikut.

Tabel 3 Analisis Hasil Tes Formatif Siklus II

No

Rentang

Frekuensi

1

2

3

4

5

50 – 60

61 – 70

71 – 80

81 -90

91 -100

1

6

7

2

Jumlah

20

 

Berdasarkan tabel 3 di atas, penguasaan materi sebelum perbaikan pembelajarn bahwa dari jumlah 20 siswa tak seorang pun yang mendapat nilai di bawah 60, nilai 61 sampai 70 1 siswa, nilai 71 sampai 80 sebanyak 6 siswa, nilai 81 sampai 90 sebanyak 7 siswa dan yang mendapat nilai di atas 91 sebanyak 2 siswa.

Pelaksanaan refleksi Siklus II

Setelah melakukan beberapa perbaikan yaitu perbaikan pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II. Peneliti menyadari betul kekurangan – kekurangan pada proses pembelajaran mata pelajaran PKn dengan materi Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada siklus II. Walaupun peneliti sudah mempersiapkan proses pembelajaran sebaik mungkin, tetapi tetap masih ada kekurangannya di antaranya guru kurang memberi pertanyaan kepada siswa. Dari hasil refleksi yang dilakukan tersebut teman sejawat selaku observator juga menemukan beberapa kekurangan yaitu guru tidak memberi bimbingan kepada siswa yang belum jelas atau memahami materi pelajaran.

Hasil pembelajaran awal sampai perbaikan pembelajaran siklus II pada mata pelajaran PKn V semester I tentang menjaga keutuhan NKRI di SD Negeri 3 Panunggalan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan, dapat disajikan pada tabel 4 berikut.

Tabel 4 Hasil Belajar dan Peningkatan Nilai Rata – Rata

No

Ketuntasan

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Jumlah

%

Jumlah

%

Jumlah

%

1

Tuntas

9

45

13

65

19

95

2

Belum Tuntas

11

55

7

35

1

5

3

Nilai rata -rata

69

73

83,5

 

Pembahasan

Berdasarkan data hasil belajar dan nilai rata-rata terlihat bahwa pada pembelajaran Pra Siklus hanya 45% siswa yang meraih ketuntasan, 65 % pada siklus I dan pada Siklus II sebanyak 95% hal ini menunjukkan bahwa peningkatan yang signifikan.

Nilai ratarata dari siklus ke siklus juga mengalami peningkatan, nilai ratarata pada pembelajaran awal 69, pada siklus I mengalami peningkatan yaitu 73 dan pada perbaikan pembelajaran siklus II menjadi 83,5. Perbaikan pembelajaran cukup pada siklus II tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya karena tuntas dari 20 siswa ada 19 siswa atau 95% hanya 1 siswa atau 5% yang belum tuntas termasuk siswa yang lamban belajarnya.

Dengan demikian tindakan perbaikan pembelajaran PKn dengan materi pokok Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia kelas V semester I di SD Negeri 3 Panunggalan, Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan melalui metode bermain peran dan model pembelajaran cooperative learning dipandang sudah cukup berhasil. Hal ini terbukti adanya peningkatan hasil belajar atau hasil evaluasi nilai ratarata sudah di atas KKM yaitu 83,5 dan tingkat ketuntasan 95%.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Setelah peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui pembelajaran siklus I dan siklus II dengan materi menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dikelas V semester I tahun pelajaran 2016/2017 di SD Negeri 3 Panunggalan, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa upaya meningkatkan prestasi belajar siswa melalui metode bermain peran dan pendekatan model cooperative learning telah mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Saran Tindak Lanjut

Berdasarkan pengalaman peneliti selama melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SD Negeri 3 Panunggalan, Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan peneliti kemukakan saran dan tindak lanjut sebagai berikut.

1.      Guru sebaiknya mengusahakan media pembelajaran benda – benda konkret yang berada di sekitar siswa agar menyenangkan dan dapat menghilangkan verbalisme.

2.      Guru harus memberi motivasi dan bimbingan pada siswa yang mengalami kesulitan.

3.      Di era kompetisi siswa perlu latihan terbimbing untuk berani mengemukakan pendapat.

4.      Siswa perlu dilatih untuk bergaul dan bekerjasama yang harmonis dalam kelompoknya dengan kegiatan yang positif.

5.      Laporan ini dapat dijadikan bahan kajian untuk meningkatkan pengetahuannya melalui forum KKG.

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, dkk. 2010. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka.

Aswani, Zaenul. 2004. Tes dan Asesmen di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Denny, Setyawan. 2005. Komputer dan Media Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Gatot, Muhsetyo, Drs. M.Sc, dkk. 2007. Pembelajaran PKn. Jakarta: Universitas Terbuka.

Mulyani Sumantri, Nana Syaodih. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Samsudin, Abin. 2004. Profesi Keguruan 2. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suciati, Drs. Dkk. 2004. Belajar dan Pembelajaran 2. Jakarta: Universitas Terbuka.

Wardani, I.G.A.K. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Wahyudi Duin, Supaiyati, Ishak, Abduhak. 2001. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.