EFEK GANDA APLIKASI NLP (NEURO LINGUISTIC PROGRAMMING) DALAM DIKLAT GURU

 

R. Haryadi PR

Widyaiswara Muda PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

 

ABSTRAK

Guru sebagai lokomotif harus mampu menggerakkan arah pendidikan menuju tujuannya, dengan mempersiapkan peserta didik semaksimal mungkin untuk menghadapi masa kini dan masa yang akan datang. Berbagai langkah yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas guru, baik melalui program uji kompetensi guru, pengembangan keprofesian berkelanjutan serta melalui diklat-diklat pengembangan yang lain. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan diklat seharusnya berbanding lurus dengan peningkatan kinerja dan motivasi guru. Sedangkan yang terjadi di lapangan, masih ada guru setelah melaksanakan diklat tidak terjadi peningkatan kualitas. NLP (Neuro Linguistic Programming) pada intinya adalah seperangkat gagasan, keyakinan, teknik, dan filosofi positif dalam kehidupan sehari-hari, tak terkecuali dalam usaha peningkatan kualitas kegiatan diklat guru. Diharapkan dengan penggunakan aplikasi NLP (Neuro Linguistic Programming) kegiatan diklat akan berhasil dengan baik dan disertai efek ganda, untuk guru akan berubah menjadi lebih baik dan untuk peserta didik dalam pengembangan di kelas dan sekolah.

Kata kunci: efek ganda, aplikasi nlp, diklat guru

 

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah investasi masa depan untuk menghasilkan generasi masa depan yang tangguh. Pendidikan generasi masa depan harus dibarengi dengan penyiapan dan pembinaan guru yang bermutu dan akuntabel. Lambatnya menemukan titik terang kemajuan di sektor pendidikan, tidak terlepas dari masih adanya persoalan pada dunia pendidikan di Indonesia. Seakan guru menjadi permasalahan utama dalam menentukan wajah pendidikan di negara kita. Guru sebagai lokomotif yang mampu menggerakkan arah pendidikan menuju tujuannya. Berbagai langkah yang dilakukan oleh pemerintah, untuk meningkatkan kualitas guru, baik melalui program uji kompetensi guru, pengembangan keprofesian berkelanjutan serta diklat-diklat pengembangan yang lain.

Guru adalah sebuah profesi, profesionalitas guru tentunya sangat terkait dengan unsur manajemen kerja guru, bagaimana guru membuat perencanaan, kemudian mengaplikasikan, kemudian dilanjutkan adanya evaluasi kualitas pembelajaran. Kesultan yang dialami guru adalah bagaimana untuk menuju tangga profesional. Unsur penting dalam menuju guru profesional adalah kemauan guru untuk terus belajar.

Tuntutan profesional guru memasuki abad ke- 21 yang mempunyai pengaruh yang amat luas bagi kehidupan termasuk sektor di dalam pendidikan. Di dalam era global, pengetahuan dan kemampuan guru yang profesional akan menjadi landasan utama segala aspek kehidupan. Pendidikan di dalam era tersebut akan menjadi landasan pokok setiap aspek kehidupan. Era dengan tuntutan yang lebih kompleks dan menantang. Suatu era dengan spesifikasi tertentu yang sangat besar pengaruhnya terhadap dunia pendidikan dan lapangan kerja. Perubahan-perubahan yang terjadi selain karena perkembangan teknologi yang sangat pesat, juga diakibatkan oleh perkembangan yang luar biasa dalam pendidikan, ilmu pengetahuan, psikologis, dan trasformasi nilai-nilai budaya.

Sedangkan tujuan diadakan diklat guru adalah merupakan proses belajar untuk meningkatkan kualitas diri, upaya peningkatan kinerja dan motivasi guru, upaya peningkatan kompetensi guru serta peningkatan karir guru. Mengutip buku Gurunya Manusia (Munif Catib: 2014) “…saya mengutip pidato Miriam Kronish, seorang kepala SD John Eliot 1988-2002, Needham, Massachusetts, Amerika Serikat, sekolah terbaik di Amerika: Masa depan pendidikan di Amerika ditentukan oleh sebuah kekuatan. Jika saja kami punya kekuatan, kekuatan tersebut adalah program utaa di sekolah kami, yaitu pelatihan guru. Guru tidak hanya cukup membaca metode-metode belajar mengajar terbaru. Guru harus dilatih seperti halnya aktor atau penyair yang perlu berlatih. Setelah itu, guru baru bisa mengajarkannya kepada orang lain. Guru profesional adalah gelombang masa depan Amerika….”

PERMASALAHAN

Keberhasilan pelaksanaan kegiatan diklat seharusnya berbanding lurus dengan peningkatan kenerja dan motivasi guru. Sedangkan yang terjadi di lapangan, masih ada guru setelah melaksanakan diklat tidak terjadi peningkatan kualitas. Menurut M. Mega N (2009): Seorang guru dianggap profesional apabila ia mampu mengerjakan tugasnya dengan selalu berpegang teguh pada etika kerja, independen, cepat, produktif, tepat, efisien dan inovatif. Guru harus memiliki prinsip-prinsip yang didasarkan pada unsur-unsur ilmu atau teori yang sistematis, kewenangan profesional, pengakuan masyarakat, dan kode etik yang regulatif.

Bagaimana guru akan berubah menjadi lebih baik dan mengubah para peserta didik, apabila belum mengubah diri sendiri, tak terkecuali di dalam keberhasilan kegiatan diklat guru. NLP (Neuro Linguistic Programming) pada intinya adalah seperangkat gagasan, keyakinan, teknik, dan filosofi positif. Dalam tulisan ini membahas usaha peningkatan kualitas kegiatan diklat guru menggunakan aplikasi NLP (Neuro Linguistic Programming) dan diharapakan membawa efek ganda untuk guru itu sendiri dan peserta didiknya.

PEMBAHASAN
TENTANG NLP (NEURO LINGUISTIC PROGRAMMING) 

Dari beberapa sumber menyatakan mempelajari NLP mirip dengan mempelajari manual otak manusia, terkadang disebut sebagai people skill technology, atau disebut juga psychology of excellence. Intinya adalah mengetahui bagaimana cara kerja otak agar seseorang bisa menjadi tuan atasnya, bukan menjadi budaknya. Sedangkan para pengagas NLP sendiri merumuskan NLP sebagai the study of subjective experience:

a.     Neuro merujuk pada otak/pikiran, bagaimana kita mengorganisasikan kehidupan mental kita.

b.     Linguistic adalah mengenai bahasa, bagaimana kita menggunakan bahasa untuk mencipta makna dan pengaruhnya pada kehidupan kita.

c.     Programming adalah mengenai urutan proses mental yang berpengaruh atas perilaku dalam mencapai tujuan tertentu, dan bagaimana melakukan modifikasi atas proses mental itu.

NLP (Neuro Linguistic Programming) adalah sebuah pendekatan komunika-sipengembangan pribadi, dan psikoterapi yang diciptakan oleh Richard Bandler dan John Grinder di California, USA pada tahun 1970-an. Penciptanya mengklaim adanya hubungan antara proses neurologi, (neuro), bahasa (linguistic) dan pola perilaku yang dipelajari melalui pengalaman (programming) dan bahwa hal tersebut dapat diubah untuk mencapai tujuan tertentu dalam kehidupan. Bandler dan Grinder mengklaim bahwa ketrampilan seseorang dapat “dimodel” menggunakan metodologi NLP (Neuro Linguistic Programming) kemudian ketrampilan tersebut dapat dimiliki oleh siapa saja.

NLP (Neuro Linguistic Programming) merupakan salah satu cara yang membuat seseorang mampu untuk memetakan semua proses yang terjadi dalam otaknya (didasarkan pada pengalamannya) dengan memprogram fungsi otaknya dengan menggunakan bahasa, sehingga individu dapat mengubah aspek luar kehidupannya dengan cara mengubah sikap yang ada dalam pikirannya.

Bandler dan Grinder juga mengklaim bahwa NLP (Neuro Linguistic Programming) dapat mengobati masalah seperti pobiadepresi, gangguan kebiasaan, penyakit psikosomatikmiopialergiflu dan gangguan belajar, seringkali hanya dalam satu sesi terapi. NLP (Neuro Linguistic Programming) telah diadopsi oleh beberapa hipnoterapis dan dalam seminar-seminar yang dipasarkan untuk bisnis dan pemerintahan.

Dalam NLP (Neuro Linguistic Programming) dapat dipahami dalam beberapa tahap utama termasuk membangun hubungan, mengumpulkan informasi tentang keadaan masalah mental dan tujuan yang diinginkan, dengan menggunakan alat dan teknik khusus untuk melakukan intervensi, dan mengintegrasikan perubahan yang diusulkan dalam kehidupan klien. Dalam kegiatan diklat guru, praktisi ini dapat dilakukan oleh widyaisara/instruktur sedangkan klien adalah peserta diklat. Setelah kegiatan diklat/pasca diklat, guru bisa mempraktekkan NLP (Neuro Linguistic Programming) dalam kehidupan pribadinya dan kegiatan pembelajaran sehari-hari dengan disesuaikan kebutuhan dan tingkatan peserta didik di kelas maupun di sekolah.

Sedangkan yang dimaksud dengan aplikasi adalah penerapan, alat terapan yang difungsikan secara khusus dan terpadu sesuai kemampuan yang dimilikinya. Dalam kaitan dengan tulisan ini adalah bagaimana ilmu NLP (Neuro Linguistic Programming) dapat dipraktekkan oleh widyaiswara/ instruktur dalam mendukung keberhasilan diklat guru. Beberapa sumber menyatakan mempelajari NLP (Neuro Linguistic Programming) mirip dengan mempelajari manual otak manusia, terkadang disebut sebagai people skill technology, atau disebut juga psychology of excellence. Intinya adalah mengetahui bagaimana cara kerja otak agar seseorang bisa menjadi tuan diatasnya, bukan menjadi budaknya. NLP (Neuro Linguistic Programming) merupakan suatu cara untuk menyaring berbagai pengalaman atau hal-hal yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari melalui indera.

Pikiran manusia berlapis-lapis, secara garis besar manusia punya kesadaran yang terbagi atas pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Pikiran sadar adalah proses mental yang bisa kita kendalikan dengan sengaja. Pikiran bawah sadar adalah proses mental yang berfungsi secara otomatis sehingga kita tidak menyadari dan sulit untuk dikendalikan sengaja. Pikiran sadar berfungsi, untuk: mengenali informasi yang masuk dari panca indera, membandingkan dengan memori kita, menganalisa dan kemudian memutuskan respon spesifik terhadap informasi tersebut.

Pikiran bawah sadar menurut para ahli psikologi dan psikiatri menunjukkan bahwa bila pikiran disampaikan kepada pikiran bawah sadar, akan terbentuk kesan dalam sel-sel otak. Pikiran bawah sadar menggunakan daya tak terbatas berupa energi dan kebijaksanaan dari dalam diri manusia dan pikiran bawah sadar menggunakan semua hukum alam untuk mencapai tujuannya. Kadang-kadang hasil atau jawabannya datang seketika dan caranya tidak bisa dijajaki. Pikiran bawah sadar tidak memperdulikan apakan pikiran anda itu baik atau jelek, benar atau salah. Pikiran bawah sadar akan menerima hal itu sebagai benar dan langsung menimbulkan hasil dalam kenyataan. Apabila kita mampu mengikuti dan mendengarkan simpul-simpul dan intuisi dari pikiran bawah sadar, maka kita akan mampu melakukan apapun yang disampaikan pikiran bawah sadar dan menghindari pikiran sadar yang tidak sejalan. Menurut sebuah inspirasi bahwa pikiran yang indah dan emosi yang positif adalah bahan untuk mewujudkan keajaiban.

Bahasa pikiran bawah sadar, adalah: pikiran bawah sadar tidak bisa membedakan imajinasi dan kenyataan, pikiran bawah sadar hanya mengenal kata “positif”, tidak mengenal kata “negatif”, pikiran bawah sadar hanya mengenal kata sekarang atau saat ini (present tense), tidak mengenal kata besok atau lusa, pikiran bawah sadar hanya mengenal kata “saya”, tidak mengenal kata: kamu, kami, kita atau mereka serta pengulangan, katakanlah berulang-ulang sampai bawah sadar mengerti pesan kita menjadi pembiasaan. Dalam pikiran bawah sadar, kita terletak kebijaksanaan tidak terbatas dari segala kebutuhan kita, yang menunggu dikembangkan dan diungkapkan.

Sedangkan efek ganda yang merupakan terdiri dari 2 (dua) kata yaitu efek yang berarti perubahan, hasil atau konsekuensi yang disebabkan oleh suatu tindakan. Ganda adalah berlipat atau hitungan dua. Yang diharapkan akan terjadi perubahan pada diri guru dan peserta didikyang diajarnya.

NLP (NEURO LINGUISTIC PROGRAMMING) DALAM DIKLAT GURU

Guru harus keluar dari zona nyaman, guru zona nyaman merasakan bahwa keberhasilan adalah kebiasaan yang terus menerus dilakukan. Keberhasilan kemarin adalah keberhasilan hari ini dan masa yang akan datang. Guru nyaman tidak akan pernah peduli dengan perubahan yang terjadi meskipun usia dan fisik turut berubah. Guru zona nyaman bercirikan statis, sedangkan guru dinamis bercirikan berpikir dengan selalu berubah dan berani menerima tantangan. Kondisi inilah yang akan terjadi apabila seorang guru mengikuti diklat. Sehingga diharapkan guru akan merubah tindakan, yang menuntut kreativitas dan inovasi sehingga pembelajaran di kelas dan sekolah akan lebih dinamis. Hal ini apabila guru menyadari dalam kegiatan diklat dan pasca diklat. Tetapi kondisi yang terjadi pada saat diklat banyak hal yang melatarbelakangi hingga pada masalah pribadi dan lingkungan, sangat berpengaruh terhadap kelancaran dan keberhasilan diklat maupun pasca diklat.

Aplikasi NLP (Neuro Linguistic Programming) dalam kegiatan diklat guru dapat diaplikasikan sebagai berikut: (1) Menyelaraskan kondisi pikiran, yaitu dimulai pada awal pada kelas diklat dengan apersepsi yang merupakan stimulus khusus pada awal belajar, bagaimana cara mengetahui bahwa peserta diklat telah berada pada kondisi yang baik, yaitu pada kondisi rileks dan menyenangkan kondisi ini harus terjaga selama kegiatan diklat. Widyaiswara/instruktur sering menggunaan “ice breaker”, atau pemecah kebekuan. Sebenarnya itu belum terlalu efektif, itu baru menempatkan state guru peserta diklat menjadi lebih santai saja/tidak tegang. Paling bagus setelah ice breaker, fun story, musik dan brain gym maka ikuti dengan “pace the ongoing reality”, maksudnya adalah kita mengapresiasi secara verbal dan non verbal kondisi realitas riil mereka dengan kalimat biasa saja, namun berdampak secara unconsious. Misalkan dengan kata-kata: “Silahkan sambil bapak/ibu peserta diklat duduk dan memperhatikan apa yang akan saya sampaikan”. Kalimat diatas, secara unconsious akan diterima oleh guru peserta diklat sebagai “widyaiswara/instruktur ini memperhatikan saya” (2) Lead To The Desire State, pada tahap kedua ini, widyaiswara/instruktur mulai mengarahkan mereka pada sebuah state terbaik mereka untuk kondisi belajar (resourcesfull state). Setiap orang memiliki learning state yang unik (berbeda) namun umumnya ada beberapa kesamaan antara lain: suasana santai, fun (konsisi emosi puncak), bergairah, ingin tahu, receptive, dll. Bimbing peserta diklat untuk menuju ke kondisi itu, upayakan hingga tercapai pada saat puncak. Tepat sebelum puncak buatlah sebuah “anchor” (pengait emosi) yang tepat dan “subtle” (samar tapi pasti). Manfaat dari anchoring adalah kita bisa menyelami dan kembali ke kondisi emosi tertentu dalam upaya merasa luar biasa. Selain itu, agar diri kita merasa rileks dan tanpa beban. Membantu kita untuk lebih siap menghadapi situasi dan mengontrol diri. (3) Fire The Anchor, dalam kegiatan kelas diklat, semisal kelas tersebut sedang kurang efektif, agak kendor semangat, maka piculah anchor itu, agar state guru peserta diklat bangkit kembali. Misalkan membuat tulisan dan simbol yang menarik untuk membangkitkan semangat pada slide power point. Dalam kondisi tersebut guru peserta diklat melihat itu sebagai sebuah simbol biasa saja, atau mungkin bahwa saya dianggap senang pada istilah itu, namun secara unconscious mind, tulisan itu memicu mereka pada emosi tertentu. Kondisi ini mirip saat seorang yang phobia kucing melihat kucing merasa takut atau jijik, maka secara uncontrollable dan unconscious akan muncul respon yang menandakan state tertentu (state takut). Learning state ini lah yang kita picu dengan anchor, bisa saja visual, auditorial atau kinestetik. Demikianlah, setiap kali dibutuhkan, piculah anchor itu sehingga mengembalikan state of mind guru peserta diklat, kembali pada kondisi: fun, bergairah, santai, ingin tahu dan receptive. Anchoring dapat diaplikasikan pula dalam mengajar, agar suasana peserta diklat menjadi lebih baik dan ceria dengan menjangkarkan suasana hati yang membuat bahagia, karena dengan kondisi peserta yang berbeda dari segi usia dan latar belakang.

(4) Nested Loop, sebelum menutup materi diklat, maka perlu membuat suatu “nested loop” yaitu proses merangkaikan berbagai bagian pelajaran menjadi suatu jejaring yang saling mengikat dan berhubungan. Baik dengan mata diklat yang lalu, bagian-bagian tertentu dari mata diklat saat ini, maupun dengan mata diklat yang akan datang. Nested loop ini dilakukan dengan menggunakan berbagai pilihan “kata kunci” yang jika diakses akan mengarahkan pada ingatan terhadap mata diklat sebelumnya. NLP (Neuro Linguistic Programming) ini dilakukan dengan menggunakan metafora kisah yang menggunakan prinsip asosiasi atau berhubungan. (5) Future Pacing, agar supaya ilmu yang disampaikan dalam diklat, bisa lebih melekat dan lebih aplikatif. Saat penutup selalu lakukan future pacing. Yakni membawa pikiran peserta diklat guru ke masa depan pada suatu situasi dimana mereka akan membutuhkan ilmu tersebut. Kemudian tunjukkan bagaimana ilmu baru tersebut dapat menjadi solusi yang jitu dalam menyelesaikan persoalan itu. Lakukan dengan bahasa yang gamblang dan sensory base. Kemudian ditutup dengan suatu metafora (kisah), dan gabungkan dengan anchor sebagai pengaitnya. Yang terpenting untuk berpikiran positif? Ya, karena dengan pemikiran positif, kita akan yang memiliki banyak kelebihan yang sangat berguna dalam kehidupan. Kebiasaan berpikir positif membuat kepribadian lebih baik, juga akan membuat lebih mudah dalam bergaul karena orang-orang akan menyukai kita.

Diharapakan juga guru peserta diklat mendapatkan manfaat lain dengan metode NLP (Neuro Linguistic Programming), yaitu untuk dapat menikmati hidup lebih sehat dan merasakan peningkatan energi dan peningkatan stamina. Seperti halnya meningkatkan kekebalan terhadap berbagai serangan penyakit. Maka kita perlu mengubah pikiran dari negatif ke pikiran positif, 

MENGATASI KEJENUHAN PESERTA DIKLAT GURU

Menjadi masalah dalam kegiatan diklat secara umum adalah tentang daya serap dan kejenuhan peserta diklat, karena secara nyata bahwa kegiatan diklat merupakan kegiatan pembelajaran orang dewasa, hal ini tentu akan berpengaruh pada proses diklat, yaitu: faktor fisiologis, faktor psikologis, daya ingat, lingkungan, latar belakang pendidikan dan latar belakang sosial serta persepsi tujuan mengikuti diklat guru.

Dari hal-hal yang terjadi ini bagi widyaiswara/instruktur harus meminimalisir dan mengantisipasi hal-hal yang terjadi dengan berbagai strategi serta aspek-aspek lain yang dapat memberi pengaruh besar dalam keberhasilan diklat guru, salah satunya dengan NLP (Neuro Linguistic Programming).

Sedangkan untuk mengatasi kejenuhan hal tersebut kita harus membangun pola pikir, pola rasa dan pola tindak difokuskan dengan cara individu bertindak dengan cara tertentu, dengan:

a.     Menemukan passion, sesuatu yang kita lakukan yang memberikan rasa senang dan semangat atau gairah pada diri kita.

b.     Modelling , yaitu mereplikasi kesuksesan diri kita sendiri atau orang lain.

c.     Added values, dengan selalu memberikan nilai tambah.

PENUTUP

NLP (Neuro Linguistic Programming) merupakan suatu cara untuk menyaring berbagai pengalaman atau hal-hal yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari melalui indera. Dengan NLP (Neuro Linguistic Programming), kita dapat membangun pola rasa, difokuskan pada pembentukan belief system dengan melibatkan emosi yang diiringi dengan gerakan sehingga akan masuk alam bawah sadar dan kita akan memiliki keyakinan. Selanjutnya dengan membangun keberanian untuk bergerak dan fokus terhadap hal yang ingin kita capai dalam kegiatan diklat guru. Dari kegiatan diklat guru yang menggunakan aplikasi NLP (Neuro Linguistic Programming), diharapkan dapat memberi manfaat kepada guru peserta diklat, berupa: (1) hubungan antara pengalaman, pikiran dan tindakan manusia bagaimana berubah untuk menciptakan kondisi yang positif (2) Dapat merubah perilaku dan kebiasaan buruk (3) Teknik membangun kedekatan dan keselarasan secara alami dengan orang lain sebagai fondasi dalam komunikasi interpersonal (4) Teknik menggali dan mengurai makna terdalam yang tersimpan/tersembunyi dalam pikiran seseorang (5) Teknik komunikasi yang efektif untuk mempengaruhi di dalam pikiran seseorang (6) Mengelola hubungan antara emosi dan kondisi mental fisiologis (7) Seni memotivasi seseorang berdasarkan pola bawaan yang sudah terprogram pada setiap orang (8) Menetapkan dan mengimplementasikan strategi pencapaian tujuan pribadi yang lebih terencana dan terukur (9) Teknis praktis dan siap pakai untuk menciptakan perubahan pola pikir, tindakan ataupun perilaku.

Akhirnya diharapkan dari kegiatan diklat guru yang menggunakan aplikasicNLP (Neuro Linguistic Programming) bisa membantu untuk menjadi guru profesional yang memberikan efek/dampak pada pribadi guru dan peserta didik. Pada peserta didik dapat memberikan pengaruh, berupa: menciptakan perubahan positif pada setiap orang, membantu peserta didik mengubah tingkah lakunya, komunikasi positif, memfasilitasi pembelajaran, mengubah kehidupan peserta didik, membantu peserta didik untuk keluar dari pengalaman masa lalu yang buruk, mendorong peserta didik untuk mengoptimalkan potensinya, membantu peserta didik untuk mengatur tingkah lakunya. Intinya adalah mempengaruhi peserta didik melalui kata-kata dan bahasa untuk menciptakan perubahan.

DAFTAR PUSTAKA

Mega, N M. 2009. Aplikasi NLP dalam Pembelajaran, Bogor: CV. Regina.

LAN. 2011. Pembelajaran Orang Dewasa.

Catib, Munif. 2014. Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara, Bandung: Kaifa.

http://azharmind.blogspot.com/2012/01/neuro-linguistic-programming-teknik.html#ixzz4sd7 ryp9S

www.bawahsadar.com

www.bahasapikiran.com

www.belajarnlp.com

www.bppk.kemenkeu.go.id

www.bppk.depkeu.go.id

www.kemendag.go.id