PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS ASPEK PENGETAHUAN MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ARTIKULASI BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI 2 PLOSOREJO

KECAMATAN TAWANGHARJO KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Sri Mulyati

Guru SD Negeri 2 Plosorejo Kecamatan Tawangharjo

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan peningkatan hasil belajar aspek pengetahuan fokus pembelajaran IPS, melalui metode artikulasi bagi siswa kelas V SD Negeri 2 Plosorejo Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2018/2019. Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan di Kelas V SD Negeri 2 Plosorejo Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V sebanyak 29 siswa. Teknik pengumpulan data dengan observasi. Tindakan dianggap berhasil apabila seluruh siswa telah tuntas yang ditandai dengan nilai hasil belajar telah mencapai nilai ≥ 72, dan aktivitas belajar siswa telah mencapai lebih dari 85%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran artikulasi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar IPS bagi siswa kelas V SD Negeri 2 Plosorejo Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan semester II tahun pelajaran 2018/2019”. Peningkatan aktivitas belajar prasiklus sebesar 44,83%, setelah dilakukan kegiatan pada siklus I, meningkat menjadi 79,31%, pada siklus II meningkat menjadi 93,10%. Hasil belajar prasiklus ke siklus I, mengalami peningkatan nilai rata-rata maupun jumlah ketuntasan belajar. Peningkatan nilai rata-rata prasiklus ke siklus II terjadi peningakatan dari 69,03 menjadi 82,28, atau terjadi peningkatan sebesar 13,59. Jumlah siswa yang tuntas dari prasiklus 10 siswa ke siklus II menjadi 29 siswa atau terjadi peningkatan ketuntasan belajar sebanyak 19 siswa

Kata kunci: artikulasi, aktivitas belajar, hasil belajar.

 

PENDAHULUAN

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari jenjang sekolah dasar hingga menengah. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan sosial (IPS), siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan bidang pengetahuan yang digali dari kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Masyarakat merupakan sumber serta objek kajian materi pendidikan IPS, yaitu berpijak pada kenyataan hidup yang riil (nyata). Pada hakekatnya siswa sekolah dasar merupakan bagian dari masyarakat dan sebagai anggota masyarakat sejak dini, anak sudah dilatih untuk belajar bagaimana cara berhubungan dengan sesama anggota keluarga, mengetahui aturan-aturan yang berlaku dalam keluarga, sehingga memahami hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

Di masa yang akan datang siswa akan menghadapi tantangan karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) disusun secara sistematis, komprehensif dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan demikian siswa diharapkan akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

Pembelajaran IPS kelas V pada kurikulum 2013, tergabung dalam tema-tema dan sub tema. Pelaksanaannya terintegrasi dengan mata pelajaran lainya, sehingga tak jarang siswa kesulitan untuk memahami fokus pembelajaran. Terlebih apabila metode yang digunakan masih terpancang pada metode pembelajaran yang berpusat pada guru, siswa akan semakin bingung dalam memahami materi pembelajaran.

Berdasarkan pengalaman mengajar dan hasil belajar semester I tahun pelajaran 2018/2019 di kelas V SD Negeri 2 Plosorejo Kecamatan Tawangharjo, hasil belajar khususnya aspek pengetahuan masih sangat rendah, sehingga untuk mencapai ketuntasan minimal, siswa diharuskan untuk mengikuti remidi. Rendahnya hasil belajar aspek pengetahuan tersebut disebabkan metode yang digunakan untuk pembelajaran yang digunakan masih belum sepenuhnya berpusat pada siswa, guru masih banyak mendominasi waktu pembelajaran, walaupun siswa diberi kesempatan untuk diskusi secara kelompok, namun peran guru lebih banyak mendominasi kegiatan siswa, sehingga kegiatan siswa dalam pembelajaran benar-benar masih sangat tergantung pada guru.

Cara-cara demikian terbukti kurang dapat memberikan pemahaman terhadap siswa, hal ini terbukti dari hasil ulangan harian pada awal semester II tahun pelajaran 2018/2019, dari 29 (dua puluh sembilan) siswa yang dapat mencapai ketuntasan minimal sebanyak 10 (sepuluh) siswa atau 34,48%, 19 (sembilan belas) siswa atau 65,52% belum tuntas. Nilai rata-rata sebesar 69,03, dibandingkan dengan nilai KKM, nilai rata-rata tersebut masih dibawah nilai KKM.

Fakta tersebut menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran IPS, masih terdapat permasalahan, dan perlu mendapat perhatian khusus agar pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran IPS dapat meningkat, sehingga kompetensi dasar yang telah ditetapkan dapat tercapai. Adapun tindakan yang dapat dilakukan adalah menerapkan model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran, dan sesuai dengan materi pembelajaran, yaitu menerapkan model pembelajaran artikulasi.

Pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang prosesnya seperti pesan berantai, artinya apa yang telah diberikan Guru, seorang siswa wajib meneruskan menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Melalui pembelajaran ini siswa dituntut untuk bisa berperan sebagai “penerima pesan” sekaligus berperan sebagai “penyampai pesan”, sehingga siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran dan dituntut untuk memahami materi pembelajaran karena setiap siswa wajib menjelaskan kepada siswa lain dalam satu kelompok.

Penerapan pembelajaraan artikulasi saja tidak cukup dapat meningkatkan pengetahuan siswa, apabila penerapanya tidak dirancang sedemikian rupa sehingga berkelanjutan. Untuk itu sesuai dengan tujuan penerapan metode tersebut, maka sangat tepat jika direncang dalam sebuah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan secara berjenjang dari siklus ke siklus berikutnya dengan judul penelitian: “Peningkatan Hasil Belajar IPS Aspek Pengetahuan melalui Penerapan Metode Pembelajaran Artikulasi bagi Siswa Kelas V SD Negeri 2 Plosorejo Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan Semester II Tahun 2018/2019.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah melalui metode pembelajaran artikulasi dapat meningkatkan hasil belajar aspek pengetahuan fokus pembelajaran IPS bagi siswa kelas V SD Negeri 2 Plosorejo Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan semester II Tahun Pelajaran 2018/2019?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan peningkatan hasil belajar aspek pengetahuan fokus pembelajaran IPS, melalui metode artikulasi bagi siswa kelas V SD Negeri 2 Plosorejo Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2018/2019.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Hasil Belajar

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran (Cece dan Wijaya, 2010: 27). Prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat di dalam kurikulum. Belajar adalah perubahan tingkah laku untuk mencapai tujuan dari tidak tahu menjadi tahu dapat dikatakan sebagai proses yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku dan kecakapan seseorang (Bustalin, 2014:3).

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Dengan demikian kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku yang merupakan proses belajar, sedangkan perubahan tingkah laku disebut hasil belajar. Hasil belajar (achievement) merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian terbesar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar (Sukmadinata, 2010: 102).

Pembelajaran IPS

Pengertian pembelajaran berdasarkan pendapat Rohani (2014: 1) pembelajaran merupakan suatu proses yang sistimatis yang terdiri atas banyak komponen. Masing-masing komponen pembelajaran tidak bersifat parsial (terpisah) atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan secara teratur, saling bergantung, komplementer, dan berkesinambungan, untuk itu diperlukan pengelolaan pembelajaran yang baik.

Pengertian pembelajaran dikemukakan oleh Sukirman (2008: 6) pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang terjadi antara berbagai unsur pembelajaran, unsur-unsur yang terlibat dalam proses tersebut pada intinya adalah siswa dengan lingkungannya, baik itu dengan guru, teman-temannya, tutor, media pembelajaran, dan atau sumber-sumber belajar yang lain.

IPS adalah salah satu mata pelajaran di SMP yang terdiri dari dua bahan kajian pokok yaitu pengetahuan sosial dan sejarah. Pengetahuan sosial mencakup antropologi, sosiologi, geografi, ekonomi, dan tata negara. Bahan kajian sejarah meliputi perkembangan dan proses perubahan masyarakat Indonesia dan dunia sejak masa lalu hingga masa kini.

“IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) adalah bidang studi yang terdiri dari bagian-bagian ilmu sosial yang dipadukan untuk keperluan pendidikan di sekolah” (Wiryohandoyo dkk. 2008). Tim Penyusun Depdiknas (2003: 1) Pengetahuan Sosial merupakan seperangkat fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk membangun dirinya, masyarakatnya, bangsanya, dan lingkungannya berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan datang.

Metode Pembelajaran Artikulasi

Menurut Mustain (2010: 30) artikulasi adalah apa yang kita definisikan sebagai struktur-struktur dalam otak yang melibatkan kemampuan bicara (area kemampuan bicara), membaca atau pemprosesan kata lainnya dan area gerak tambahan (menulis, membuat sketsa, dan gerak-gerak ekspresif lainnya). Artinya, artikulasi merujuk kepada apa-apa saja yang berkaitan dengan berbicara atau melakukan sesuatu akibat dari pemprosesan hasil kerja otak. Penerapan model artikulasi dalam pembelajaran juga melibatkan kemampuan berbicara serta gerak ekspresi akibat kegiatan berpikir siswa. Model artikulasi berbentuk kelompok berpasangan, di mana salah satu siswa menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi di depan kelas perihal hasil diskusinya dan guru membimbing siswa untuk memberikan kesimpulan.

Model pembelajaran artikulasi prosesnya seperti pesan berantai. Artinya apa yang telah diberikan guru, seorang siswa wajib meneruskan menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Hal ini merupakan keunikan model pembelajaran artikulasi. Siswa dituntut untuk bisa berperan sebagai penerima pesan sekaligus berperan sebagai penyampai pesan (Ngalimun, 2012: 174).

Keaktifan Siswa

Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2010: 98). Aktif adalah giat (bekerja dan berusaha), sedangkan keaktifan adalah suatu keadaan atau hal dimana siswa aktif. Belajar adalah proses perubahan tingkat laku ke arah yang lebih baik dan relatif tetap, serta ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Kerangka Pemikiran

Pembelajaran IPS kelas V pada kurikulum 2013, tergabung dalam tema-tema dan sub tema. Pelaksanaannya terintegrasi dengan mata pelajaran lainya, sehingga tak jarang siswa kesulitan untuk memahami fokus pembelajaran. Terlebih apabila metode yang digunakan masih terpancang pada metode pembelajaran yang berpusat pada guru, siswa akan semakin bingung dalam memahami materi pembelajaran.

Berdasarkan pengalaman mengajar dan hasil belajar semester I tahun pelajaran 2018/2019 di kelas V SD Negeri 2 Plosorejo Kecamatan Tawangharjo, hasil belajar khususnya aspek pengetahuan masih sangat rendah, sehingga untuk mencapai ketuntasan minimal, siswa diharuskan untuk mengikuti remidi. Hal ini dipertegas dengan hasil ulangan harian pada awal semester II tahun pelajaran 2018/2019, dari 29 (dua puluh sembilan) siswa yang dapat mencapai ketuntasan minimal sebanyak 10 (sepuluh) siswa atau 34,48%, 19 (sembilan belas) siswa atau 65,52% belum tuntas. Nilai rata-rata sebesar 69,03, dibandingkan dengan nilai KKM, nilai rata-rata tersebut masih dibawah nilai KKM.

Fakta tersebut menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran IPS, masih terdapat permasalahan, yang perlu dilakukan tindakan nyata. Adapun tindakan yang dapat dilakukan adalah menerapkan model pembelajaran artikulasi. Melalui pembelajaran ini siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran dan dituntut untuk memahami materi pembelajaran karena setiap siswa wajib menjelaskan kepada siswa lain dalam satu kelompok.

Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir tersebut di atas, maka dapat ditentukan hipotesis tindakan yaitu: melalui pembelajaran artikulasi, hasil belajar IPS aspek pengetahuan siswa kelas V SD Negeri 2 Plosorejo, Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan Semester II Tahun 2018/2019 dapat meningkat.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelas V SD Negeri 2 Plosorejo, yang beralalat di dukuh Bringin, RT.07/RW.06, Dusun Bringin, Desa Plosorejo, Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan. Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilaksakanan pada awal semester II Tahun Pelajaran 2018/2019, masih banyak siswa yang belum tuntas.

Subjek Penelitian

Sesuai dengan pendapat tersebut di atas, maka populasi atau subjek dalam penelitian ini berwujud orang (individu-individu), yakni semua siswa kelas V semester 2 di SD Negeri 2 Plosorejo Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2018/2019 dengan jumlah siswa sebanyak 29 siswa, adapun nama subjek penelitian seperti terlampir.

Prosedur Kerja

Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini menggunakan model yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin. Menurut Arikunto (2010: 83) mengemukakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa peneltian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu: Perencanaa atau planning, Tindakan atau acting, Pengamatan atau observing, dan Refleksi atau reflecting.

Indikator Kinerja

Indikator kinerja penelitian perlu dilakukan, agar setiap tindakan dapat diukur dengan jelas, apakah tindakan yang dilakukan telah berhasil atau belum. Keberhasilan tindakan dapat diukur dengan menggunakan indikator sebagai berikut: Keaktifan siswa, tindakan dianggap berhasil apabila keaktifan siswa dari siklus ke siklus berikutnya mengalami peningkatan dan siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran telah melebihi 85% dari seluruh siswa, atau minimal 25 siswa telah menunjukkan keaktifannya. Hasil belajar, tindakan dianggap berhasil apabila rata-rata hasil belajar telah melebihi Standart Ketuntasan Belajar Mengajar (SKBM) yang digunakan pada mata pelajaran IPS Kelas V SD Negeri 2 Plosorejo Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan, yaitu lebih dari sama dengan 72 (≥ 72). Jumlah siswa yang telah mencapai Standart Ketuntasan Belajar Mengajar (SKBM) telah melebihi 95%, atau minimal 28 (dua puluh delapan) siswa.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kondisi Prasiklus

Pada kegiatan prasiklus, aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS, cenderung masih sangat kurang. Hal ini terlihat dari jumlah siswa yang aktif sebanyak 13 siswa (44,83%). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa masih cenderung kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Kurangnya aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran pada kegiatan prasiklus ini disebabkan oleh metode pembelajaran yang monoton. Oleh sebab itu sangat tepat bila diambil tindakan yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran yang berbeda yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran artikulasi.

Demikian pula dengan menggunakan metode pembelajaran yang berpusat pada guru hasil belajar siswa cenderung rendah, dimana dari 29 siswa yang dapat mencapai ketuntasan belajar baru 10 siswa (34,48%), sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar mencapai 19 (65,52%), sehingga boleh dikatakan bahwa sebagian siswa masih belum dapat mencapai kreteria ketuntasan belajar, sedangkan nilai rata-rata kelas sebesar 69,03. dilihat dari keberhasilan kelas, pelaksanaan pembelajaran belum berhasil mencapai Nilai KKM yang ditetapkan yaitu 72.

Siklus I

Setelah dilakukan tindakan berupa pembelajaran dengan metode pembelajaran artikulasi, terjadi perubahan aktivitas belajar siswa, dimana siswa yang aktif mulai bertambah sebanyak 23 siswa (79,31%). Demikian pula ditinjau dari hasil belajar siswa berdasarkan hasil tes, terbukti jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar terbukti meningkat. Dari 29 siswa 21 siswa atau sebesar 72,41% telah mencapai ketuntasan, sedangkan 8 siswa (27,59%) belum mencapai ketuntasan belajar. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa melalui metode pembelajaran artikulasi secara individu aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa dapat meningkat, demikian pula dengan rata-rata kelas telah mengalami peningkatan, walaupun peningkatan tersebut belum dapat memenuhi kriteria yang ditetapkan.

Siklus II

Setelah dilakukan tindakan ke II, yaitu melaksanakan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran artikulasi. Hasil penilaian terhadap aktivitas belajar siswa terlihat meningkat, dimana prosentase jumlah siswa sebanyak 27 siswa (93,10%). Sedangkan dari segi ketuntasan belajar dan rata rata kelas, jumlah siswa yang tuntas semakin bertambah yaitu meningkat menjadi 29 siswa (100%). Sedangkan rata-rata kelas mencapai 82,62. Hal ini membuktikan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran artikulasi, dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar baik secara individu maupun secara kelompok (kelas).

Perbandingan Aktivitas belajar

Perbandingan aktivitas belajar siswa dari prasiklus ke siklus I, siklus I ke siklus II, terjadi peningkatan, dapat diketahui bahwa prosentase aktivitas belajar siswa dari prasiklus ke siklus I meningkat sebanyak 34,48%. Peningkatan aktivitas belajar siswa tersebut tidak lepas dari adanya model pembelajaran yang banyak melibatkan siswa, sehingga siswa lebih senang dibandingkan sekedar mendengarkan guru berceramah. Peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II dapat diketahui bahwa prosentase jumlah siswa yang aktif belajar siswa dari siklus I ke siklus II meningkat sebanyak 13,79%. Peningkatan terjadi pada seluruh indikator.

Peningkatan aktivitas siswa dalam belajar dari prasiklus ke siklus II dapat diketahui bahwa prosentase jumlah siswa yang aktif meningkat sebanyak 48,28%. Peningaktan terjadi pada seluruh indikator. Berdasarkan uraiaan di atas, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan tindakan sebanyak 3 (tiga) kali tindakan, dengan menerapkan model pembelajaran artikulasi, telah terjadi peningkatan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS mulai dari sebelum dilakukan tindakan sampai akhir tindakan ke II. Peningkatan terjadi pada seluruh indikator penilaian, artinya, dengan dilakukan tindakan berupa pembelajaran dengan menerapkan model artikulasi, aktivitas siswa semakin meningkat.

Perbandingan Hasil Belajar

Perkembangan hasil belajar siswa dapat dilihat pada perbandingan ketuntasan belajar dan peningkatan hasil rata-rata kelas. Adapun perbandingan rata-rata hasil belajar IPS dari pra siklus ke siklus I, dapat diketahui bahwa perkembangan hasil belajar siswa dari pra siklus ke siklus I, siswa yang tuntas meningkat dari 10 siswa menjadi 21 siswa, sedangkan dilihat dari nilai rata-rata kelas dari pra siklus ke siklus I yaitu 69,03 menjadi 74,90 atau meningkat sebesar 5,86.

Perbandingan skor hasil belajar IPS dari siklus I ke siklus II, dapat diketahui bahwa perkembangan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II, meningkat dari 21 siswa yang tuntas menjadi 29 siswa, sedangkan dilihat dari nilai rata-rata kelas dari kegiatan siklus I ke siklus II yaitu 74,90 menjadi 82,62 atau meningkat sebesar 7,72.

Perbandingan skor hasil belajar IPS dari prasiklus ke siklus II, dapat diketahui bahwa perkembangan hasil belajar siswa dari kegiatan prasiklus ke siklus II, meningkat dari 10 siswa yang tuntas, menjadi 29 siswa, sedangkan dilihat dari nilai rata-rata kelas dari kegiatan prasiklus ke siklus II yaitu 69,03 menjadi 82,62 atau meningkat sebesar 13,59. Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa pembelajaran IPS yang dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran artikulasi dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran artikulasi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar IPS bagi siswa kelas V SD Negeri 2 Plosorejo Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan semester II tahun pelajaran 2018/2019”.

Peningkatan aktivitas belajar prasiklus sebesar 44,83%, setelah dilakukan kegiatan pada siklus I, meningkat menjadi 79,31% (peningkatan sebesar 34,48%). Aktivitas belajar siswa siklus I sebesar 79,31%, pada siklus II meningkat menjadi 93,10% (terjadi peningkatan sebesar 13,79%). Dengan demikian aktivitas belajar sebelum dilakukan tindakan dan sesudah dilakukan tindakan sebanyak 3 (tiga) kali tindakan terjadi peningkatan aktivitas belajar dari 44,83% menjadi 93,10% atau terjadi peningkatan sebesar 48,28%.

Hasil belajar prasiklus ke siklus I, mengalami peningkatan nilai rata-rata maupun jumlah ketuntasan belajar. Nilai rata-rata prasiklus 69,03 pada siklus I meningkat menjadi 74,90 artinya terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 5,86. Jumlah ketuntasan belajar prasiklus 10 siswa meningkat menjadi 21 siswa, artinya terjadi peningkatan 11 siswa. Nilai rata-rata siklus I sebesar 74,90, pada siklus II meningkat menjadi 82,62, artinya terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 7,72. Jumlah ketuntasan belajar siklus I sebanyak 21 siswa, dan setelah tindakan siklus II meningkat menjadi 29 siswa, artinya terjadi peningkatan ketuntasan belajar sebanyak 8 siswa. Dengan demikian peningkatan nilai rata-rata prasiklus ke siklus II terjadi peningakatan dari 69,03 menjadi 82,28, atau terjadi peningkatan sebesar 13,59. Jumlah siswa yang tuntas dari prasiklus 10 siswa ke siklus II menjadi 29 siswa atau terjadi peningkatan ketuntasan belajar sebanyak 19 siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, Rineka Cipta, Jakarta

Bustalin, 2014, Prestasi Belajar dalam Pengajaran Remedial pada Mata Pelajaran IPS Ekonomi Kelas II Semester 1 SLTP Negeri 1 Linggang Bingung Kabupaten Kutai Barat. Artikel. http:/artikel.us/html.

Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, 2010, Kemampuan dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas

Mustain. 2010. Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi melalui Model Pembelajaran Artikulasi pada Siswa Kls X Madrasah Aliyah (MA) Raudhatul Mubtadiin Kundur Kecamatan Tebing Tinggi Barat Kabupaten Kepulauan Meranti (Skripsi). Universitas Islam Riau. Pekanbaru

Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Rohani, Ahmad. 2014. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta. PT Rineka Cipta

Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Sukirman, Dadang. 2008. Pembelajaran Mikro. Bandung: UPI Press.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.

Wiryohandoyo, Sudarno, dkk. 2008. Pendidikan Ilmu Sosial. IKIP: Unnes Press