Peningkatan Hasil Belajar Melalui Perpaduan Tutor Sebaya Dengan STAD
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MELALUI PERPADUAN METODE TUTOR SEBAYA
DENGAN PENERAPAN STRATEGI BELAJAR KOOPERATIF TIPE STAD BAGI SISWA KELAS IV SEMESTER I SD NEGERI 1 GODONG KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2017/2018
Endang Supriyatiningsih
SD Negeri 1 Godong Kabupaten Grobogan
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan adanya perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah dalam matematika antara siswa dibelajarkan dengan perpaduan metode tutor sebaya dengan penerapan strategi belajar kooperatif tipe STAD dengan siswa yang dibelajarkan dengan cara biasa. Penelitian dilakukan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Langkah-langkah dalam setiap siklus terdiri dari (1) Perencanaan (Planning), (2) Tindakan (Acting), (3) Pengamatan (Observasing) dan (4) Refleksi (Reflecting). Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan antara data kondisi awal dibandingkan dengan siklus I, siklus II dan target yang ingin dicapai secara berurutan ada peningkatan, antara data kondisi awal dengan data siklus I secara rata-rata ada peningkatan 44% menjadi 92% hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa dapat meningkat. Setelah dilakukan penelitian selama 2 siklus maka hasil penelitian dapat diperoleh perubahan nilai siswa meningkat atau di atas KKM 77, dalam kegiatan belajar mengajar sejak dari kondisi awal hingga akhir dari siklus kedua.
Kata Kunci : Metode tutor sebaya, Matematika meningkat
PENDAHULUAN
Setiap manusia sangat membutuhkan pendidikan standarisasi dan profesionalisme pendidikan yang sedang dilakukan dewasa ini menuntut pemahaman berbagai pihak terhadap perubahan yang terjadi dalam berbagai komponen sistem pendidikan. Dalam implementasi kurikulum di sekolah, guru dituntut untuk senantiasa belajar dan mendapatkan informasi baru tentang pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan pada umumnya.
Banyak sekali metode-metode yang dapat dipilih dan divariasi lebih dari satu metode digunakan dalam proses pembelajaran. Kompetensi guru sangat diperlukan dalam memilih dan menerapkan variasi metode agar dalam proses pembelajaran matematika menjadi satu proses belajar yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa.
Salah satu tipe belajar kooperatif adalah Student Teams AchievementDivisions (STAD) yaitu pembelajaran dengan siswa belajar secara kelompok yang beranggotakan 4 – 6 orang yang merupakan campuran antara laki-laki dan perempuan dengan tingkat kemampuan yang beragam pada pembelajaran tipe STAD siswa selalu diberi motivasi untuk saling membantu teman dalam kelompoknya. Penelitian tentang penerapan pembelajaran tipe STAD pada pembelajaran matematika di SD yang membuktikan bahwa pembelajaran tipe STAD memberikan pengaruh positif terhadap aktifitas siswa dan peningkatan pemahaman serta peningkatan kepedulian antar anggota kelompok berdasarkan hal tersebut, maka belajar kooperatif tipe STAD dapat diterapkan pada pembelajaran matematika.
Dalam penelitian tindakan kelas ini penulis memilih dan menggunakan metode bervariasi antara lain: ceramah, kooperatif tipe STAD dipadukan dengan metode tutor sebaya. Model pembelajaran dengan metode tutor sebaya dipadukan dengan kooperatif sangat bermanfaat dan efektif dilaksanakan dalam proses pembelajaran.
LANDASAN TEORI
Leo Sutrisno (2008:25) mengemukakan â€hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dieksperimenkan, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajarâ€.
Menurut Hamalik (2007:38) hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti (etika), sikap, dan lain-lain. Hasil belajar merupakan indikator dari perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami proses belajar mengajar, dimana untuk mengungkapkannya menggunakan suatu alat penilaian yang disusun oleh guru, seperti tes evaluasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa tersebut memahami dan mengerti pelajaran yang diberikan. Faktor yang menentukan hasil belajar adalah dari diri siswa, faktor lingkungan beserta guru. Hasil belajar dapat dilihat dari adanya perubahan motivasi belajar, minat belajar, dan faktor lainnya. Menurut Purwanto (2013:49) hasil belajar adalah perwujudan kemampuan akibat perubahan perilaku yang dilakukan oleh usaha pendidikan.
Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakuan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari
Dalam rangka meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa sebagai indikator kualitas berfikir, yang mana kualitas berfikir tinggi merupakan indikator kualitas pendidikan, maka dalam setiap proses pembelajaran hendaknya selalu diupayakan terjadinya interaksi yang harmonis antara teman sebaya dan guru. Tujuan pembelajaran kurikulum, metode dan evaluasi, salah satu elemen di atas kurang mendukung pembelajaran, maka akan mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak tercapai secara optimal.
Tujuan yang hendak dicapai dalam proses pendidikan matematika adalah adanya perubahan tingkah laku yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dimana pengembangan ketiganya agar dapat optimal dapat diupayakan melalui proses belajar. Pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dalam belajar matematika merupakan upaya penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta peningkatan ketrampilan siswa dalam penerapan matematika di Sekolah Dasar.
Johnson dan Rising (Budi, 2010: 8) mendefinisikan matematika sebagai berikut.
a. Matematika adalah pola berpikir dan pola mengorganisasikan pembuktian yang logis.
b. Matematika semacam bahasa, yaitu bahasa yang menggunakan simbol-simbol dan lambang-lambang yang didefinisikan dengan padat, cermat, jelas dan akurat.
c. Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teorinya dibuat secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak, aksioma-aksioma, sifat dan teori-teori yang telah dibuktikan kebenarannya.
d. Matematika adalah ilmu tentang pola dan keteraturan pola.
e. Matematika adalah suatu seni, keindahan di mana keteruntutannya, keharmonisannya, keteraturan cara berpikir dan cara uraiaan pembahasannya.
Guru matematika di Sekolah Dasar mempunyai tugas yang komplek. Tugas tersebut antara lain adalah memahami dengan baik materi yang akan diajarkan, memahami dan memanfaatkan dengan baik cara peserta didik mempelajari matematika, memahami cara mengajarkan matematika yang efektif, menerapkan cara memanfaatkan alat bantu belajar yang diperlukan sehingga pelajaran matematika itu tersusun dengan baik dan benar.
Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar matematika di Sekolah Dasar adalah mempelajari setiap konsep secara bertahap untuk mendapatkan pengertian, hubungan-hubungan, simbol-simbol kemudian mengaplikasikan konsep-konsep ke situasi yang benar.
Metode pertemuan adalah model pembelajaran yang ditunjukan untuk membangun suatu kelompok sosial yang saling menyayangi, menghargai, mempunyai disiplin yang tinggi, dan komitmen berperilaku positif (Hamzah B.Uno, 2007:112).
Untuk mencapai hasil yang optimal, dianjurkan agar pendidik membiasakan diri menggunakan komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi, yakni komunikasi yang tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara siswa yang satu dengan yang lain (M.Subry Sutikno, 2007) dalam Wijaya Kusuma (2010:96).
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Jakarta (Tim Perumus, 2008:150) dijelaskan bahwa baya adalah umur, berumur atau tua, sedang sebaya adalah sama umurnya (tuanya), atau hampir sama (kekayaannya, kepandaiannya, dsb), seimbang atau sejajar.
Nurita Putri (2007:02) mengemukakan “tutor sebaya adalah siswa di kelas tertentu yang memiliki kemampuan di atas rata-rata anggotanya yang memiliki tugas untuk membantu kesulitan anggota dalam memahami materi belajar â€.. Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran tutor sebaya adalah pembelajaran dimana siswa yang lebih pandai dari temanya membantu dan mengajari teman lain yang belum bisa terhadap suatu materi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran teman/tutor sebaya adalah pembelajaran yang terpusat pada siswa, dalam hal ini siswa belajar dari siswa lain yang memiliki status umur, kematangan/harga diri yang tidak jauh berbeda dari dirinya sendiri. Sehingga anak tidak merasa begitu terpaksa untuk menerima ide-ide dan sikap dari “gurunya†yang tidak lain adalah teman sebayanya itu sendiri.
Jadi, tutor sebaya adalah memaksimalkan seluruh potensi anak yang memiliki kemampuan dalam penguasaan materi kemudian dibimbing dan diberi arahan yang kemudian ditugaskan untuk membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar.
Dengan demikian metode pembelajaran tutor sebaya adalah cara yang dilakukan guru untuk memberikan informasi atau pengalaman baru dengan memaksimalkan anak yang memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Menurut Trianto (2009: 56) pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivisme sehingga pembelajaran ini muncul dengan konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami hal yang sulit jika mereka saling membantu memecahkan masalah. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.
Muhtar (2007:76), berpendapat bahwa model kooperatif merupakan interaksi antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru untuk menganalisis, menggali, atau memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu.
Slavin (2010) menjelaskan, model Cooperative Learning adalah suatu model atau acuan dalam pembelajaran dimana dalam psoses pembelajaran yang berlangsung siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen atau dengan karakteristik yang berbeda-beda.
Sama halnya Taniredja (2013: 55) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah suatu model pembelajaran di mana dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Menurut Slavin (dalam Yasa, 2008: 18) model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri antara lain: siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajar; kelompok belajar dibentuk dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah; bila memungkinkan anggota kelompok juga berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda; dan penghargaan yang berorientasi pada kelompok.
Belajar kooperatif merupakan suatu pembelajaran dengan siswa dikelompok-kelompokkan dalam team-team kecil untuk menyelesaikan tugas dan pemecahan masalah secara bersama untuk mencapai tujuan kelompok yang saling menguntungkan. Tiap kelompok terdiri atas 4 sampai 5 orang dengan tingkat kemampuan yang beragam dan tiap anggota bertanggungjawab atas keberhasilan belajarnya baik secara individu maupun kelompok.
Penekanan strategi belajar kooperatif adalah pada aspek sosial yaitu adanya aktifitas tiap anggota kelompok untuk berinteraksi dengan anggota yang lain, dan guru mengkondisikan dengan selalu memotivasi tumbuhnya rasa kebersamaan dan saling membutuhkan diantara siswa, ini adalah belajar kooperatif didasarkan pada pemahaman kontruktivisme.
Belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok. Karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepensi dan efektif diantara anggota kelompok. Pada hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa, untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama siswa belajar bersama dalam kelompok. Selain itu dalam belajar kooperatif sangat dimungkinkan timbulnya komunikasi dan interaksi yang lebih berkualitas antara siswa dengan siswa kelompok, antara siswa dengan siswa antar kelompok sedangkan guru berperan sebagai monitor, fasilitas dan moderator. Karena dalam pembelajaran ini siswa siswa ditempatkan pada peran yang sama untuk mencapai tujuan belajar yang lain adalah penguasaan bahan pelajaran dan keberhasilan belajar, yang dipandang tidak semata-mata dapat digunakan oleh guru, tetapi merupakan tanggungjawab bersama, maka akan mendorong tumbuh dan kembangnya terhadap rasa kebersamaan dan saling membutuhkan diantara siswa.
Tujuan dibentuknya kelompok-kelompok kecil pada belajar kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Ada empat dasar belajar kooperatif yang juga merupakan ciri-ciri belajar kooperatif adalah
a. Saling ketergantungan yang positif.
b. Adanya interaksi tatap muka secara langsung.
c. Adanya akuntabilitas individu.
d. Adanya ketrampilan menjalin hubungan interpersonal.
Ada beberapa manfaat model kooperatif yang dikemukakan Rusman (2010:87) antara lain:
a. Memupuk anak untuk berani mengeluarkan pendapat tentang sesuatu persoalan secara bebas.
b. Supaya anak berpikir sendiri, tidak hanya menerima pelajaran dari guru
c. Memupuk perasaan toleran, memberi kesempatan dan menghargai pendapat orang lain
d. Melatih anak-anak untuk menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengelompokkan siswa dalam jumlah kecil terdiri dari 4-6 orang yang bertujuan untuk merangsang siswa dalam belajar sehingga siswa dapat menemukan dan memahami konsep dalam pemecahan masalah.
Pembelajaran model kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan cocok digunakan oleh guru yang baru menggunakan pembelajaran kooperatif (Trianto, 2007: 52).
Menurut Trianto (2009: 68) pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 siswa secara heterogen, yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
STAD merupakan salah satu tipe belajar kooperatif yang menekankan adanya aktivitas dan interaksi untuk memotivasi siswa saling membantu dan bertanya dengan teman sebaya.
Menurut Rusman (2008) Pembelajaran kooperatif model STAD terdiri lima komponen utama, yaitu:
a. Penyajian kelas
Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan penyajian kelas. Penyajian kelas tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing.
b. Kegiatan kelompok
Siswa mendiskusikan lembar kerja yang diberikan dan diharapkan saling membantu sesama anggota kelompok untuk memahami bahan pelajaran dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
c. Kuis (Quizzes)
Kuis adalah tes yang dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa setelah belajar kelompok. Hasil tes digunakan sebagai hasil perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan dan keberhasilan kelompok.
d. Skor kemajuan (perkembangan) individu
Skor kemajuan individu ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada beberapa jauh skor kuis terkini yang melampui rata-rata skor siswa yang lalu.
e. Penghargaan kelompok
Penghargaan keompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok. Skor kemajuan kelompok diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan masing-masing kelompok sehingga diperoleh skor rata-rata kelompok.
Sesuai dengan tujuan penerapan kooperatif yaitu untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan, serta untuk melibatkan siswa secara aktif pada proses pembelajaran, maka persiapan-persiapan yang hendak dilakukan oleh guru berkaitan dengan materi yang akan dibahas adalah:
a. Lembar tugas kelompok
b. Lembar tugas individu
c. Lembar observasi perolehan skor individu maupun kelompok
Sesuai dengan tujuan diberikannya matematika sebagai bidang studi wajib disetiap jenjang pendidikan dengan harapan dapat melatih sikap berfikir kritis, logis dan sistematis, serta meningkatkan kualitas dan ketajaman penalaran siswa, maka pembelajaran matematika tidaklah cukup bila hanya berlandaskan teori belajar tingkah laku yang hanya menekankan pada stimulus-respon dan penguatan yang mengikutinya. Dengan demikian pembelajaran matematika akan lebih sesuai bila didasarkan pada teori belajar kognitif yang lebih memperhatikan tentang bagaimana pengetahuan diperoleh, diorganisir, disimpan dalam memori dan digunakan dalam berfikir.
Kerangka Berfikir
Tinggi rendahnya pencapaian hasil belajar siswa pada masa pelajaran matematika akan mencerminkan tingkat keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar seorang guru dapat memilih metode pengajaran yang sesuai dengan materi yang akan diberikan pada siswa. Pada kondisi awal seorang guru belum menggunakan perpaduan metode tutor sebaya dengan penerapan strategi belajar kooperatif tipe STAD, maka hasil belajar matematika masih rendah, guru mengadakan tindakan dalam pembelajaran menggunakan cara belajar kooperatif dengan tipe STAD dengan mengelompokkan anak 6 – 8 anak pada siklus pertama.
Pada siklus kedua dalam pembelajaran menggunakan perpaduan metode tutor sebaya dengan penerapan strategi belajar kooperatif tipe STAD yang terdiri dari 4 – 5 anak dalam satu kelompok. Sehingga kondisi akhir diduga melalui belajar kooperatif tipe STAD hasil belajar matematika meningkat.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan satu semester, yaitu mulai bulan Agustus sampai bulan Desember 2017. Pada bulan Juli 2017 digunakan oleh peneliti untuk menyusun proposal penelitian pada bulan kedua bulan Agustus-September 2017 digunakan untuk menyusun instrument penelitian, pada bulan Oktober digunakan peneliti untuk mencari data penelitian. Bulan Nopember digunakan peneliti untuk menganalisis data. Pada bulan Nopember – Desember digunakan peneliti untuk membahas hasil penelitian dan bulan terakhir Desember 2017 menulis hasil penelitian. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Godong siswa kelas IV yang jumlahnya 36 anak, yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 21 siswa.
Peneliti dibantu 1 Orang pengamat yang senantiasa hadir dalam penelitian ini. Kedudukan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpul, penganalisa, penafsir data dan akhirnya sebagai pelaporan hasil penelitian. Ketika pelaksanaan penelitian, kehadiran peneliti berperan sebagai peneliti sekaligus pelaksana pembelajaran, pengobservasi dalam rangka pengumpulan data. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Pada setiap akhir tindakan, peneliti bersama pengamat melakukan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai Guru Matematika kelas IV, jadi disamping bekerja mengumpulkan dan menganalisis data di lapangan, peneliti berperan langsung dalam proses pembelajaran dari perencanaan, pelaksanaan pengajaran sampai dengan penilaian.
Sumber data yang pertama adalah nilai harian kondisi awal diambil dari daftar nilai. Sumber data yang kedua adalah daftar nilai setelah siklus pertama. Sumber data ketiga adalah daftar nilai setelah siklus kedua. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas: perangkat pembelajaran, soal pre tes dan post test, pedoman observasi, pedoman wawancara.
1. Perangkat Pembelajaran
Berupa rencana pembelajaran, lembar tugas-tugas kelompok, lembar tugas individu, lembar observasi perolehan skor tiap anggota dan kelompok.
2. Soal Pre Tes dan Post Tes
Berupa soal-soal pokok bahasan yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai adanya peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa, ditinjau dari kemampuan memahami masalah, membuat rencana penyelesaian melakukan perhitungan dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh.
3. Pedoman Observasi
Digunakan untuk memperoleh informasi tentang aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
4. Pedoman Wawancara
Digunakan untuk memperoleh informasi tanggapan siswa dan guru tentang perpaduan metode tutor sebaya dengan penerapan strategi belajar kooperatif tipe STAD pada pembelajaran matematika.
Penilaian ini dilakukan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus. Langkah-langkah dalam tiap siklus terdiri dari 1. Perencanaan (Planning), 2. Tindakan (Acting), 3. Pengamatan (Observing), dan 4. Refleksi (Reflecting).
Untuk mengetahui keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas, peneliti menetapkan indikator kinerja: (1) Rata-rata nilai tes hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika di atas nilai KKM yaitu 77. (2) Siswa yang mendapat nilai di atas KKM minimal 75%.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Ketika pembelajaran matematika di kelas IV SD Negeri 1 Godong belum menerapkan perpaduan metode tutor sebaya dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD, aktivitas siswa masih relatif rendah, siswa cenderung rendah tentang keinginan dalam menjawab pertanyaan atau berpendapat terhadap satu masalah dalam diskusi. Kebanyakan siswa pasif mengambil peran dalam diskusi. Keberanian bertanya baik dengan teman sebaya maupun guru harus ditingkatkan.
Berdasarkan hasil pengamatan, nilai ulangan kondisi awal, nilai terendah ulangan pertama 25, kedua 30, ketiga 40. Nilai tertinggi ulangan pertama 80, kedua 85, dan ketiga 90. Maka rata-rata nilai dalam ulangan harian pertama adalah 56, ulangan harian kedua 61 dan ulangan harian ketiga 66. Pada siklus I ini dilakukan observasi terhadap kegiatan aktivitas siswa ketika guru sedang mengajar dengan perpaduan metode tutor sebaya dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD, setelah KBM berakhir. Setelah diadakan pengamatan kondisi awal dan siklus I, maka hasil belajar matematika meningkat.
Pada siklus II ini dilakukan observasi terhadap kegiatan aktivitas siswa ketika guru sedang mengajar dengan pembelajaran perpaduan metode tutor sebaya dengan pembelajaran kooperati tipe STAD, observasi KBM dilakukan denga teman sejawat pada siklus ini masalah didiskusikan apabila ada kesulitan dibimbing oleh guru.
Antara data kondisi awal dibanding dengan siklus I, siklus II dan target yang ingin di capai secara berurutan ada peningkatan, antara data kondisi awal dan data siklus I secara rata-rata ada peningkatan 11% menjadi 44% . Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar pada siswa dapat meningkat dengan model pembelajaran perpaduan tutor sebaya dengan penerapan belajar kooperatif tipe STAD dari siklus I ke siklus II diperoleh peningkatan aktivitas siswa sebesar 44% menjadi 92%.
Peningkatan sangat baik dan bahkan dibandingkan dengan rata-rata target masih relative jauh, peningkatan yang harus dicapai secara total peningkatan aktivitas belajar siswa dari kondisi awal sampai siklus II.
Penerapan model pembelajaran perpaduan tutor sebaya dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mengubah perilaku siswa dan dapat membawa perubahan sehingga suasana kelas menjadi aktif, kreatif lebih bermakna dan kondusif dalam pembelajaran.
Setelah dilakukan penelitian selama dua siklus yang menggunakan waktu bulan Juli sampai Desember 2017. Maka dapat diperoleh perubahann angka data siswa dalam kegiatan belajar mengajar sejak kondisi awal hingga akhir dari siklus kedua.
Dari hasil analisa terhadap angket siswa yang diisi pada hasil siklus dan hasil observasi siswa selama kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh teman sejawat, serta dan hasil wawancara guru terhadap siswa.
Dari deskripsi, dapat diketahui terjadi peningkatan aktivitas siswa selama pembelajaran matematika melalui perpaduan metode tutor sebaya dengan penerarapan belajar kooperatif tipe STAD dari kondisi awal sampai pada akhir siklus II, meskipun peningkatan aktivitasnya siswa belum mencapai target yang maksimal, setidaknya telah memberikan perubahan lebih baik pada aktivitas siswa dalam minat belajar. Mengajukan dan menjawab pertanyaan dan lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Guru peneliti memperoleh penalaran dan pengetahuan baru tentang perpaduan metode tutor sebaya dengan penerapan belajar kooperatif tipe STAD. Suasana kelas menjadi lebih mendorong prestasi berfikir siswa dan mengurangi budaya diam dalam pembelajaran matematika.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di laksanakan, dapat menunjukkan bahwa melalui perpaduan metode tutor sebaya dengan penerarapan belajar kooperatif tipe STAD disimpulkan meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SD Negeri Negeri 1 Godong Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan tahun 2017/2018.
Hal ini terlihat dari hasil ketuntasan belajar siswa yaitu:
1. Pada siklus 1, siswa yang mencapai ketuntasan belajar yaitu memperoleh nilai ≥ 77 sebasar 44% dengan rata-rata kelas 74.
2. Pada siklus 2, siswa yang mencapai ketuntasan belajar yaitu memperoleh nilai ≥ 77 sebasar 92% dengan rata-rata kelas 83.
Guna mewujudkan tujuan pendidikan dan pembangunan nasional, hendaknya sebagai anak diharapkan rajin dan aktif mengikuti pendidikan di sekolah, rajin belajar dan memenuhi segala peraturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari sebab di masa mendatang anak merupakan generasi penerus dan pewaris sejarah perjuangan bangsa untuk itu diperlukan kesungguhan dalam melaksanakan pendidikan termasuk mencapai prestasi yang baik.
Seagai orang tua hendaknya perlu meningkatkan kepedulian dan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan pendidikan anak, termasuk prestasi belajarnya, karena anak merupakan generasi penerus, perlu diberikan pendidikan yang memadai, sehingga memiliki pengetahuan, pengalaman dan keterampilan guna menghadapi masa depan yang lebih baik sehingga dapat membangun masyarakat, bangsa dan Negara.
Para guru hendaknya perlu meningkatkan kreativitas dalam melaksanakan proses pembelajaran, gunakan metode dan pendekatan yang tepat agar mencapai hasil belajar yang maksimal, siswa dapat aktif dan kreatif agar menjadi generasi yang handal sehingga dapat membangun masyarakat, bangsa dan Negara dengan sebaik-baiknya dan tidak ketinggalan dengan bangsa lain.
DAFTAR PUSTAKA
Budi Frensidy. 2010. Matematika Keuangan. Jakarta: Salemba Empat
Departemen Pendidikan Indonesia (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hamalik, Oemar. 2007. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hamzah B. Uno; 2007, Modul Pembelajaran, Jakarta Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: Bumi Aksara.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama
Kusumah, Wijaya. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Permata Puri Media.
Leo Sutrisno. 2008. Pengembangan Pembelajaran IPA di SD. Depdiknas.
Muhtar. (2007). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Mulyadi, HP. 2009. Permasalahan dalam Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan.
________, 2009. Kajian Teori dan Hipotesis Tindakan Kelas dalan Penelitiann Tindakan Kelas. Semarang: LPMP
________, 2009. Prosedur / Metodologi Penelitian dalam Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: LPMP
________, 2009. Hasil Penelitian dan Pembahasan dalam Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: LPMP
Nurita Putri; 2007, Tutor Sebaya, Jakarta: Internet.
Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Celeban Timur UH III Yogyakarta 55167: Pustaka Belajar.
Rusman. 2008. Manajemen Kurikulum Seri Manajmen Sekolah Bermutu. Bandung: UPI Press.