PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
TENTANG MENDESKRIPSIKAN PENGERTIAN ORGANISASI
MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
PADA SISWA KELAS V SEMESTER 2 SD NEGERI 4 BUCU
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Bambang Sutrisno
SD Negeri 4 Bucu
ABSTRAK
Anggapan negatif siswa kelas V SD Negeri 4 Bucu tentang pembelajaran PKn menyebabkan hasil belajar siswa masih rendah. Sebagai guru PKn kelas V sudah menjadi tanggungjawab penulis untuk menguah angggapan negatif menjadi positif serta meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk itu, penulis bersama teman sejawat melakukan penelitian tindakan kelasdengan tujuan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi mendeskripsikan pengertian organisasi bagi siswa kelas V SD negeri 4 Bucu tahun pelajaran 2015/2016 melalui penerapan model pembelajaran STAD. Hasil belajar siswa selama tindakan sebagai berikut. peningkatan hasil belajar dari siklusi ke siklus II yaitu nilai rata-rata meningkat dari 79 menjadi 87 dengan persentase ketuntasan dari siklus I 67% menjadi 93% di siklus II. Dengann demikian dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 4 Bucu materi mendeskripsikan pengertian organisasi. Sehingga dapat disarankan bagi guru untuk melakukan perbaikan pembelajaran melalui PTK melalui penerapan model pembelajaran STAD pada mata pelajaran lain dan pada kelas lain juga agar hasil peneltian ini menjadi lebih baik.
Kata kunci: hasil belajar, Model Pembelajaran STAD
PENDAHULUAN
Dalam pembelajaran guru selalu dihadapkan pada problema atau tantangan dalam memberikan materi pelajaran kepada siswa. Suatu kenyataan bahwa di kelas terjadi keanekaragaman kemampuan siswa. Keanekaragaman kemampuan itulah akan membuat tingkat penguasaan belajar yang berbeda antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Pembelajaran yang menjadikan anak hanya duduk, dengar, dan mencatat bukan lagi pola pembelajaran yang dapat memberdayakan anak pada masa-masa datang yang penuh tantangan. Pola pembelajaran bukan lagi berangkat dari guru sebagai subjek, melainkan siswa sebagai subjeknya.
Masalah utama dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ialah penggunaan metode atau model pembelajaran dalam menyampaikan materi pelajaran secara tepat, yang memenuhi muatan tatanan nilai, agar dapat diinternalisasikan pada diri siswa serta mengimplementasikan hakekat pendidikan nilai dalam kehidupan sehari-hari-belum memenuhi harapan seperti yang diinginkan.Oleh karena itu guru dituntut tidak hanya menguasai materi pelajaran saja, tetapi guru dituntut untuk mampu menilai kinerjanya sendiri. Sehingga seorang guru akan tahu tugas di dalam kelasnya yaitu membantu membimbing siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran di kelas V tentang Mendeskripsikan pengertian organisasi , peneliti telah melaksanakan tugas dengan semaksimal mungkin. Namun hasil yang diperoleh dari studi awal masih kurang memuaskan. Terlebih dari jumlah siswa yang mengikuti tes 14 siswa namun hanya 7 siswa yang dapat mencapai tingkat pemahaman 70% ke atas. Selama proses pembelajaran berlangsung, banyak siswa yang masih terlihat bingung dan tidak dapat menerima pelajaran dengan baik. Berulang kali guru menjelaskan namun hanya ada beberapa siswa yang mau mengajukan pertanyaan.
Sehubungan dengan hal kasus pembelajaran di atas maka penulis minta bantuan kepada teman sejawat untuk berdiskusi mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi selama pembelajaran, yaitu: 1. Siswa kurang semangat dalam pembelajaran, siswa kurang percaya diri terhadap hasil kerjanya, siswa kurang berperan aktif ketika belajar berkelompok, hasil belajar siswa cenderung rendah.
Melalui refleksi diri dan diskusi dengan teman sejawat dapat diketahui bahwa kemungkinan penyebab rendahnya minat belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan rendahnya tingkat penguasaan materi terhadap materi yang diajarkan sehingga mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa adalah guru menerapkan metode konvensional, guru lebih banyak berceramah atau aktif daripada siswa, guru cenderung monoton dalam menjelaskan materi, guru tidak menerapkan metode yang menyenangkan.
Tindakan alternatif yang dipilih penulis bersama teman sejawat adalah penerapan model pembelajaran STAD dengan tujuan dapat memunculkan faktor internal siswa sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa terutama pembelajaran PKn materi pengertian organisasi. Sehingga diperoleh fokus penelitin tindakan kelas pada peningkatan hasil belajaran pendidikan kewarganegaraan materi pengertian organisasi siswa kelas V semestaer 2 SD negeri 4 Bucu kecamatan Kembang Kabupaten Jepara Tahun pelajaran 2015/2016.
Berdasarkan masalah-masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah a) Apakah penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi Mendeskripsikan pengertian organisasi?, b) bagaimanakah cara meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn materi pengertian organisasi bagi siswa kelas V SD Negeri 4 Bucu melalui penerapan model pembelajaran STAD?
Tujuan peneliti a) dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan materi pengertian organisasi, b) meningkatkan hasil belajar pembelajaran PKn materi pengertian organisasi melalui penrapan model pembelajaran STAD pada siswa kelas V SD negeri 4 Bucu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, a) sebagai bahan untuk Penelitian Tindakan Kelas berikutnya dan sebagai referensi, b) membantu rekan guru memperbaiki kinerjanya dan mengembangkan diri secara professional, c) meningkatkan rasa percaya diri dalam pembelajaran. Bagi Siswa, a) memperbaiki cara belajar siswa, b) meningkatkan hasil belajar siswa, c) menumbuhkan sikap kritis terhadap belajarnya. Bagi Sekolah,a) meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan, b) meningkatkan hasil kelulusan yang berkualitas, c) menumbuhkan iklim kerja sama yang kondusif.
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pendidikan Kewarganegaraan
Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) berubah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan dalam Kurikulum 2004 disebut sebagai mata pelajaran Kewarganegaraan (Citizenship). Mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial kultur, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Fungsinya adalah sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil, berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945 (Balitbang, 2002: 7).
Dalam kurikulum 2004 (Depdiknas, 2003) telah menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter seperti yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. (sumber: http: // nurrohmahblogger .blogspot .co .id /2014 /01/ pembelajaran-pendidikan kewarganegaraan.)
Hasil Belajar
Hasil belajar berupa diri siswa perubahan pikiran atau tingkah lakunya, baik yang berupa pengetahuan, keterampilan motorik atau penguasaan nilai-nilai (sikap). Menurut para ahli psikologi, tidak semua perubahan perilaku dapat digolongkan ke dalam hasil belajar. Perubahan perilaku karena kematangan tidak dapat dikatakan sebagai hasil belajar. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar adalah perubahan yang dihasilkan dari pengalaman dimana proses mental dan emosional itu terjadi. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam ranah Pengetahuan (Kognitif), Keterampilam motorik (Psikomotorik), dan Penguasaan nilai-nilai sikap (Afektif).
Secara garis besar klasifikasi hasil belajar terbagi menjadi 3 ranah (Benyamin S. Bloom Ranah Kognitif yang dikutip oleh Nana Sudjana, 1991: 22) yaitu: Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek, yaitu: pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, Ranah Psikomotorik Ranah analisis, sintesis, dan evaluasi. psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan Ranah Afektif
Model Pembelajaran STAD
Model pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran kooperatif. Semua model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatifsiswa didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
Tujuan model pembelajaran kooperaif adalah prestasi belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
Menurut wina (2008:242) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil,yaitu antara 3-4 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik,jenis kelamin,ras atau suku yang berbeda (heterogen)
Johnson (dalam Etin Solihatin,2005:4 ) menyatakan bahwa:pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama.
Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri atas laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui diskusi dan kuis.
Sintaks model Pembelajaran STAD dalam Chotimah (2007) antara lain:
a. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.
b. Guru menyajikan pelajaran.
c. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok
d. Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada anggota kelompok lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
e. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu.
f. Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki nilai/poin
g. Guru memberikan evaluasi.
h. Penutup.
Dalam STAD, penghargaan kelompok didasarkan atas skor yang didapatkan oleh kelompok dan skor kelompok ini diperoleh dari peningkatan individu dalam setiap kuis. Sumbangan poin peningkatan siswa terhadap kelompoknya. Skor kelompok untuk setiap kelompok didasarkan pada sumbangan poin peningkatan yang diperoleh oleh setiap anggota kelompok yaitu dengan menjumlah seluruh poin peningkatan anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok
Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran Tipe STAD
Kelebihan model pembelajaran Kooperatif STAD Menurut DaV dson (dalam Nurasma,2006:26): a) Meningkatkan kecakapan individu, b) Meningkatkan kecakapan kelompok, c) Meningkatkan komitmen, d) Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya, e) Tidak bersifat kompetitif, f) Tidak memiliki rasa dendam
Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD menurut Slavin (dalam Nurasma 2006:2007 )yaitu: a) Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang, b) Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan.
Kerangka Berpikir
Kondisi awal, guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas belum menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas. Dengan demikian hasil belajar siswa masih rendah. Dengan kondisi awal seperti itu, guru kemudian melakukan tindakan, yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas.
Tindakan guru tersebut dilakukan dalam bentuk siklus-siklus. Penulis menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas tetapi tidak melalui bimbingan guru. Guru hanya sekedar menjelaskan saja. Siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif STAD pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan guru ikut memberikan bimbingan kepada seluruh siswa dalam masing-masing kelompok. Dengan alur siklus tersebut di atas, diharapkan hasil belajar siswa dalam materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat meningkat. Inilah kondisi akhir yang diharapkan.
Berdasarkan kajian teori skema dan uraian kerangka berpikir tersebut, diduga melalui model pembelajaran kooperatif STADdalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat meningkatan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan dengan konsep dasar Mendeskripsikan pengertian organisasi .
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan sebagai beriku; a. Penerapan model pembelajaran kooperatif STAD dalam materi pokok mendeskripsikan pengertian organisasi akan meningkatkan hasil belajar siswa. b. Penerapan model pembelajaran kooperatif STAD akan menarik minat siswa dan menimbulkan rasa ingin tahu. c. Siswa akan merespon positif terhadap implementasi model pembelajaran STAD pada materi pokok mendeskripsikan pengertian organisasi .
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Subyek Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 4 Bucu Kecamatan Kembang Kabuapten Jepara dengan jumlah siswa terdiri dari 8 siswa putra dan 6 siswa putri. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 4 Bucu dengan alamat Jl. Telkom Bucu Km 06, Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara, tahun pelajaran 2015/2016 yang dimulai bulan januari sampai maret pada pembelajaran Pendidikan kKewarganegaraan
Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini meliputi: 1) data tes formatif pada siklus 1 dan 2, 2) data observasi proses pembelajaran serta data observasi aktivitas belajar siswa.
Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
Jenis data yang ada dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa proses pembelajaran dan rekaman aktifitas siswa, sedangkan data kuantitatif berupa hasil-hasil pembelajaran yang berupa nilai tes formatif dan observasi kemunculan indikator keaktifan belajar siswa.
Pengumpulan data-data tersebut dilakukan melalui alat pengumpul data yang berupa tes formatif dan check list, tes tertulis untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap konsep pembelajaran, sedangkan chek list untuk mengamati aktifitas siswa selama proses pembelajaran. Aktifitas siswa ditunjukkan observer.
Analisa data dilakukan berdasarkan data tes tertulis dari kondisi awal sampai dua siklus perbaikan pembelajaran dan kemudian diolah secara deskriptif, kuantitatif, dan deskriptif kualitatif. Informasi tentang observator (Pengamat) dengan kemunculan indikator keaktifan belajar. Untuk pengumpulan data-data tersebut peneliti dibantu oleh teman sejawat
Indikator Keberhasilan
Kriteria Keberhasilan Indikator yang digunakan peneliti untuk mengukur peningkatan keaktifan belajar siswa adalah keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi. Kriteria siswa dinyatakan tuntas belajar jika telah mencapai tingkat penguasaan materi 70% ke atas atau pencapaian nilai di atas 70. Keberhasilan perbaikan pembelajaran dengan kriteria sebagai berikut: a. Proses perbaikan pembelajara (peningkatan respon siswa) dinyatakan berhasil jika 80% lebih dari jumlah siswa terlibat aktif selama proses pembelajaran berlangsung. b. Proses perbaikan pembelajaran (peningkatan penguasaan materi pelajaran pada siswa) dinayatakan berhasil jika sekurang-kurangnya 80% dari jumlah siswa tuntas dalam belajar.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Hasil temuan penulis pada hasil belajar pembelajaran pendidikan kewarganegaraan siswa kelas V SD Negeri 4 Bucu tahun pelajaran 2015/2016 semester 2 masih rendah. Siswa menganggap PKn adalah mata pelajaran yang sulit, banyak hafalan, banyak catatan, dan membosankan. Penyebab ini tak lepas dari peran guru sebagai fasilitator pembelajaran yang belum menarik perhatian siswa dalam belajar. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.1 rekapitulasi Hasil Analisis Tes Formatif Prasiklus
Nilai |
Banyak Siswa |
Jumlah Nilai |
Tuntas |
% |
belum tuntas |
% |
Rata-rata |
KKM |
100 |
0 |
940 |
7 |
50 |
7 |
50 |
67 |
70 |
80 |
7 |
|||||||
60 |
5 |
|||||||
40 |
2 |
Berdasarkan hasil tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata materi PKn hanya 67 dengan ketuntasan belajar siswa 50%. Siswa yang tuntas 7 siswa, sedangkan siswa yang belum tuntas 7 siswa.
Deskripsi Siklus I
Pada tindakan siklus I guru mempersiapkan skenario pembelajaran berbasis model pembelajaran STAD, instrumen penelitian, mempersiapkan sumber dan alat yang akan digunakan. Pelaksanaan tindakan guru membentuk kelompok secara heterogen, setiap kelompok ada 3-4 siswa. Berdasarkan hasil temuan observer ditemukan bahwa aktivitas siswa dalam bertanya, membuat soal, dan kerjasama masih rendah, yaitu dengan skor 2. Sehingga persentase aktivitas belajar siswa hanya mencapai 54% masih belum memenuhi kriteria indikator keberhasilan dalam penelitian ini.
Tabel 4.2 Hasil Analisis Tes Formatif siklus I
Nilai |
Banyak Siswa |
Jumlah Nilai |
Tuntas |
% |
belum tuntas |
% |
Rata-rata |
KKM |
100 |
3 |
1100 |
10 |
71 |
4 |
29 |
79 |
70 |
80 |
7 |
|||||||
60 |
3 |
|||||||
40 |
0 |
Berdasarkan tabel 4.2 di atas terllihat jumlah siswa tuntas 10 siswa, yang belum tuntas 4 siswa dengan persentase ketuntasan 71%. Peningkatan ini dimungkinkan karena siswa mulai aktif dalam pembelajaran walaupun kurang maksimal.
Berdasarkan hasil refleksi penulis dan teman sejawat munculnya kelemahan-kelemahn ini dikarenakan perbandingan siswa dalam kelompok kurang merata antara siswa yang aktif,pandai dan siswa yang pasif dan kurang pandai. Oleh karena itu penulis akan mengubah kelompok dengan membagi siswa aktif dan pandai secara merata. Selain itu, pembuatan soal /kuis akan dilakukan oleh siswa dengan bimbingan dan arahan dari penulis, hal ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
Deskripsi Siklus II
Tahap perencanaan dan persiapan pada tindakan 2 ini hampir sama pada tindakan 1 yang membedakan tindakan 2 adalah pelaksanaan tindakan dengan mengubah kelompok yaitu pembagian secara merata siswa yang aktif dan pandai. Berdasarkan hasil temuan dan refleksi selesai tindakan diketahui adanya peningkatan keaktifan siswa yang semula 54% menjadi 70%. Peningkatan ini karena siswa termotivasi untuk berkompetisi dalam menjawab kuis/soal dari kelompok lain, dan berkeasi agar kelompok lain tidak dapat menjawab soal/kuis yang diajukan.
Tabel 4.3 Hasil Analisis tes formatif Siklus II
Nilai |
Banyak Siswa |
Jumlah Nilai |
Tuntas |
% |
belum tuntas |
% |
Rata-rata |
KKM |
100 |
6 |
1220 |
13 |
93 |
1 |
7 |
87 |
70 |
80 |
7 |
|||||||
60 |
1 |
|||||||
40 |
0 |
Dari tabel 4.3 terlihat adanya peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I 67 menjadi 87, siswa tuntas 13 belum tuntas 1 siswa dengan persentase ketuntasan 93%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada pemmberian tindakan 2 telah memenuhi indikator keberhasilan dalam penelitian sehingga penelitian tindakan kelas akan berakhir pada siklus 2.
Adanya peningkatan pada kemampuan belajar siswa. Pada siklus I tingkat ketuntasan mencapai 71% dan pada siklus II mencapai 93%. Peningkatan dengan menerapkan model pembelajaran koopertaif tipe STAD pada pembelajaran PKn ini menunjukkan keberhasilan ketepatan pemilihan strategi pembelajaran sehingga hal seperti ini perlu adanya pengembangan pada strategi dena metode secara tepat pada setiap pembelajaran yang dilakukan pendidik kepada peserta didik,sehingga tidak hanya nilai akademik yang meningkat tetapi juga perubahan perilaku pembelajaran untuk ke depan lebih baik.
Pembahasan
Berdasarkan hasil pembahasan tersebut dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran STAD sesuai dengan pendapat Sutarno (2008) bahwa PKN mempunyai sifat pegetahun deklaratif maupun pengetahuan procedural.
Tindakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan kelas yang dilakukan selama 2 siklus dapat dismpulkan sebagai berikut. Pada pelaksanaan prasiklus hasilbelajar siswa pada tingkat ketuntasan hanya mencapai 50% dari 14 siswa sedangkan 50% belum tuntas, dan nilai rata-rata pada prasiklus ini adalah 67 pada siklus I hasil belajar siswa dengan ketuntasan 71% dari 14 siswayang tidak tuntas 29%, dengan nilai rata-rata 79. Pada siklus II ketuntasan 93% dari 14 siswa yang belum tuntas 7%, dengan nilai rata-rata 87. Peningkatan hasil belajar dikarenakan peningkatan pemahaman materi siswa, pembelajaran yang menyenangkan, kreatif dan siswa aktif dapat meningkatkan pemahaman siswa terhaadap suatu materi.
Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pokok bahasan Mendeskripsikan pengertian organisasi menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD sangat mendukung dalam meningkatkan ketuntasan siswa, hasil belajar, dan kreatifitas siswa. Penguasaan materi pelajaran mudah dan cepat dikuasai anak sehingga prestasi belajar meningkat.
Dalam hal ini, penerapan model pembelajaran kooperatif STAD pada perbaikan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pokok bahasan Mendeskripsikan pengertian organisasi dikatakan sangat tepat pada sasaran dan berpengaruh besar dalam diri siswa. Mencermati proses perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan di atas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD mengalami peningkatan yang cukup menyenangkan. Namun bagi siswa yang belum tuntas belajarnya merupakan bahan pemikiran bagi guru untuk perbaikan selanjutnya.
Sedangkan pada keaktifan siswa pada siklus I 60 ke siklus II 80%. Dalam proses belajar mengajar guru sebagai pelaksana pengajaran harus dapat menciptakan kondisi yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Dengan demikian diharapkan terjadi interaksi antara guru dan siswa yang pada umumnya akan merasa mendapat motivasi yang tinggi apabila guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Selain itu siswa akan lebih memahami dan mengerti konsep-konsep fisika secara benar.
Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara konsisten baik bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, dan resistensi (daya lekat) terhadap materi pelajaran menjadi lebih panjang (Ellyana, 2007). Pembelajaan kooperatif yang dikemas dalam kegiatan pembelajaran yang bervariasi dengan model STAD dapat menumbuhkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Pengajaran fisika yang disajikan dengan model pembelajaran STAD memungkinkan untuk memberikan pengalaman-pengalaman sosial sebab mereka akan bertanggung jawab pada diri sendiri dan anggota kelompoknya. Keberhasilan anggota kelompok merupakan tugas bersama.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan uraian kondisi awal sampai dengan pemberian tindakan selama 2 siklus maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1) melalui penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar PKn materi mendeskripsikan pengertian organisasi bagi siswa kelas V SD Negeri 4 Bucu semester 2 tahun pelajaran 2015/2016, 2) melalui penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar PKn materi mendeskripsikan pengertian organisasi bagi siswa kelas V SD Negeri 4 Bucu semester 2 tahun pelajaran 2015/2016
Saran
Saran untuk tindak lanjut karena waktu yang singkat atau kemampuan yang sangat terbatas, maka perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas ini masih banyak kekurangan ataupun kesalahan sehingga hasilnya kurang memuaskan. Oleh karena itu kami sarankan kepada peneliti selanjutnya agar pelaksanaan perbaikan pembelajaran diawali dengan persiapan yang matang dan penggunaan waktu yang cukup sehingga hasilnya memuaskan sesuai dengan harapan.
Mengingat metode yang peneliti terapkan dalam perbaikan pembelajaran ini dapat mendorong siswa lebih aktif, lebih semangat, lebih bergairah dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, maka bagi sekolah yang karakteristiknya relatif sama, kiranya dapat menerapkan strategi pembelajaran yang serupa untuk dapat meningkatkan partisipasi siswa menjadi lebih aktif lagi.
Dengan pengalaman Model pembelajaran kooperatif STAD merupakan salah satu model nyata siswa, menambah kemampuan, pembelajaran yang dapat membantu guru meningkatkan materi ajar berkomunikasi, berinteraksi dengan belajar antar komponen. Untuk itu model pembelajaran ini perlu dicobakan pada mata pelajaran yang lain dan di kelas lain.
DAFTAR PUSTAKA
Bellen, S. 1999, Manajemen Berbasis Sekolah, Paket Fasilitator Unesco-Unicef Depdikbud. Jakarta.
Durin, N. 2010. Model Pembelajaran Mandiri Banyumas Mitra Mas 1999/2000 Pedoman Pembuatan Alat Peraga, Depdiknas. Jakarta.
Mikarsa, Hera Lestari dkk. 2009. Pendidikan Anak di SD. Jakarta; Universitas Terbuka.
Ristata, Rusna dan Prayitno. 2010. Panduan Penulisan Laporan Perbaikan Pembelajaran (Penelitian Tindakan Kelas). Purwokerto; UPBJJ – UT.
Setiawan, Denny, dkk. 2010 Komputer dan Media Pembelajaran. Jakarta; Universitas Terbuka.
Suciati, dkk. 2010. Belajar dan Pembelajaran 2. Jakarta; Universitas Terbuka.
Suprayekti, dkk. 2009. Pembaharuan Pembelajaran di SD. Jakarta; Universitas Terbuka.
Samsudin Abin, Nandang Budiman. 2010. Profesi Keguruan 5. Jakarta; Universitas Jakarta.
Â
Winataputra, Udin S. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta; Universitas Terbuka.