PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN MATERI KONSTITUSI YANG PERNAH DIGUNAKAN DI INDONESIA
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN MATERI KONSTITUSI
YANG PERNAH DIGUNAKAN DI INDONESIA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION)
PADA SISWA KELAS VIII B SEMESTER GASAL
SMP NEGERI 2 SIDOHARJO SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Eny Arin Dwi Astuti
Guru PKn SMP Negeri 2 Sidoharjo, Sragen
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini berdasarkan permasalahan: (a) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar PKn dengan diterapkannya model kooperatif tipe STAD? (b) Bagaimanakah proses pelaksanaan model kooperatif terhadap keaktifan belajar PKn? Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar PKn setelah diterapkannya model kooperatif. (b) Untuk mengetahui proses keaktifan siswa dalam belajar PKn setelah diterapkannya model kooperatif. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: rancangan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Sidoharjo Sragen, Tahun pelajaran 2012/2013. Data yang diperoleh berupa hasil tes, dan hasil pengamatan proses belajar mengajar. Dari hasil analisis didapatkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I, sebesar 76.83 %, pada siklus II menjadi 79.67 %. Sementara itu dari hasil analisis juga didapatkan bahwa persentase ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan, yaitu siklus I (73.33%), siklus II (93.33%). Simpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Sidoharjo, Sragen, serta dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran PKn.
Kata kunci: Hasil belajar PKn, model pembelajaran kooperatif tipe STAD
PENDAHULUAN
Pemerintah pada tahun 2006 memberlakukan KTSP atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang disusun dan dikembangkan berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah efektif dan berprestasi. KTSP juga dapat dikatakan sebagai paradigma baru pengembangan kurikulum yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan dalam rangka mengefektifkan proses pembelajaran di sekolah. Menurut Isjoni, “ada tiga komponen yang perlu disoroti dalam pembaharuan pendidikan, yaitu pembaha-ruan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan efektifitas metode pembelajaran” (2011:13)
Sesuai dengan pendapat Isjoni, maka dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang diajarkan serta dengan tingkat usia anak didik. Belajar aktif adalah salah satu solusi yang dapat diterapkan dalam proses belajar Pendidikan Kewarganegaraan.
Untuk mewujudkan apa yang diamanatkan oleh UU No. 20 tahun 2003, guru memiliki peranan sangat penting dalam menentukan kualitas pengajaran di sekolah. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kegiatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas kegiatan pembela-jaran di sekolah.
Menurut Mulyasa “pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik” (2006:255). Dengan demikian aktifitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswalah yang seharusnya aktif, sebab siswa sebagai subjek didik adalah yang merencanakan, dan ia sendiri yang melaksanakan belajar.
Pada kenyataannya di sekolah-sekolah seringkali guru yang aktif dan siswa tidak aktif. Demikian juga dalam proses pembelajaran PKn di Kelas VIII B SMP Negeri 2 Sidoharjo Sragen, dijumpai situasi di mana saat guru menerangkan, siswa terlihat diam dan mendengarkan. Para siswa jarang mengajukan pertanyaan, walaupun guru sering meminta agar siswa bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas, atau kurang paham. Pada saat siswa diberikan pertanyaan kebanyakan siswa tidak bisa menjawab, sehingga pembelajaran cenderung kurang bergairah
Permasalahan tersebut bukan semata-mata dari pihak siswa saja, tetapi juga dari pihak guru yang kurang peka terhadap situasi kelas. Guru kurang memberi motivasi siswa untuk belajar, terlalu banyak memposisikan siswa sebagai pendengar dan pembelajaran yang monoton, sehingga kurang menarik semangat siswa.
Upaya mengatasi persoalan yang dihadapi di Kelas VIII B SMP Negeri 2 Sidoharjo Sragen, dalam rangka meningkatkan hasil belajar PKn, maka diperlukan suatu model atau cara menyampaikan materi pelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi dan keaktifan belajar siswa, guru dituntut untuk mampu menggunakan inovasi dalam menentukan model pembelajaran karena pemilihan model pembelajaran yang tidak tepat akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran itu sendiri. Salah satu model penyampaian materi dalam pembelajaran PKn adalah dengan model Cooperative Learning.
Dalam Cooperatihe Learning atau pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi tipe yang dapat diterapkan diantaranya adalah 1) Student Teams Achievement Division, 2) Jigsaw, 3) Teams Games Tournament, 4) Group Ivestigation. Dari beberapa tipe pembelajaran kooperatif tersebut, tipe yang dipilih peneliti adalah tipe STAD.
Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achieevement Division (STAD) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif sederhana. Kooperatif tipe STAD menekankan adanya aktifitas dan interaksi diantara siswa untuk saling membantu dan saling memotivasi dalam menguasai materi pembelajaran. Menurut Slavin (2005: 143) “Pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui lima komponen, yang meliputi 1) Presentasi kelas atau penyajian materi, 2) pembentuk tim, 3) kuis atau tes individual, 4) skor kemajuan individu, dan 5) rekoqnisi tim atau pemberian penghargaan kelompok”.
Dengan melaksanakan pembelajar–an Student Teams Achievement Division (STAD) diharapkan dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa, sehingga hasil belajar PKn meningkat.
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut a). Apakah terjadi peningkatan hasil belajar PKn dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Sidoharjo Sragen, tahun pelajaran 2012/2013? b). Bagaimanakah proses pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam upaya meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Sidoharjo, Sragen tahun pelajaran 2012/2013?
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan a). untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan hasil belajar PKn setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Sidoharjo Sragen tahun pelajaran 2012/2013? b). untuk mengetahui proses pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam uapaya meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Sidoharjo Sragen tahun pelajaran 2012/2013.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mendorong siswa lebih aktif dalam mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar sehingga lebih mudah memahami materi yang sedang dipelajari dan memberi sumbangan pemikiran bagi guru, khususnya guru PKn bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Hakekat PKn
Mata Pelajaran Pendidikan Kewar-ganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. (Permendiknas No. 22 tahun 2006).
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta antikorupsi, Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya, Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. (Permendiknas No. 22 tahun 2006).
Pembelajaran kooperatif tipe STAD
Student Teams Achienement Division (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. STAD dikembangkan oleh Robert Salvin dan teman-temannya di universitas John Hopkin. “STAD merupakan tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktifitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal” (Isjoni, 2011:74). Menurut Slavin (2005: 143) “Pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui lima komponen, yang meliputi 1) Presentasi kelas atau penyajian materi, 2) pembentuk tim, 3) kuis atau tes individual, 4) skor kemajuan individu, dan 5) rekoqnisi tim atau pemberian penghargaan kelompok”.
Pada komponen presentasi kelas atau tahap penyajian materi, Guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari, dalam penelitian ini materinya konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia. Dilanjutkan dengan memberikan persepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap materi prasyarat yang telah dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan materi yang telah dimiliki.
Mengenai teknik penyajian materi pelajaran dapat dilakukan secara klasikal di kelas atau melalui audiovisual. Lama penyajian dan harus berapa kali dipresentasikan tergantung pada banyak sedikitnya materi yang akan dipelajari.
Dalam mengembangkan materi pembelajaran perlu ditekankan hal-hal sebagai berikut, 1) mengembangkan materi pelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok, 2) menekankan bahwa belajar adalah memahami makna, bukan hafalan, 3) memberi umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol pemahaman siswa, 4) memberikan penjelasan mengapa jawaban itu benar atau salah, dan 5) beralih kepada materi selanjutnya apabila siswa telah memahami permasalahan yang ada (Isjoni, 2011:75).
Pada komponen pembentukan tim atau kelompok, guru membagi siswa dalam kelas menjadi kelompok-kelompok kecil, masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang. Pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling membantu memberikan penyelesai–an agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas. Pada akhir diskusi disusun dalam satu lembar sebagai hasil kerja kelompok dan dikumpulkan. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.
Tahap kuis atau tes individual dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai. Dalam penelitian ini tes dilaksanakan pada setiap akhir siklus, dengan soal bentuk pilihan ganda, sebanyak 20 butir soal. Waktu yang digunakan untuk tes dibatasi. Skor perolehan individu ini didata dan diarsipkan, yang akan digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok.
Tahap selanjutnya adalah skor kemajuan individu. Skor tes individual dihitung berdasarkan skor awal, yang dalam penelitian ini didasarkan pada nilai ulangan kompetensi dasar I. Berdasarkan skor awal setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes individu yang diperolehnya. Perhitungan perkembangan skor individu dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai kemampuannya.
Tahap terakhir adalah rekoqnisi tim atau pemberian penghargaan kelompok. Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing perkembangan individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok super.
Kerangka Berpikir
Kondisi Awal
Dalam pembelajaran guru belum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sehingga hasil belajar PKn siswa rendah. Adapun nilai siswa Kelas VIII B sebelum dilakukan penelitian, jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 20 siswa (66.67%), yang tuntas 10 siswa (33.33 %). Dari 20 siswa yang belum tuntas, 3 siswa (10%) mendapatkan nilai sangat rendah, yaitu 60. Jumlah siswa Kelas VIII B sebanyak 30 siswa terdiri 16 siswa putra dan 14 siswa putri, nilai tertinggi 85 sedangkan nilai terendah 60. Skor tercapai diperoleh sebanyak 2.130 berarti nilai rata-rata kelas 71% dinyatakan belum tuntas secara klasikal.
Tindakan.
Pada siklus I, guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Standar Kompetensi Konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Kompetensi Dasar 2, penyimpangan-penyimpangan terhadap konstitusi. Kelas VIII B dengan jumlah siswa 30 siswa, dibagi menjadi 6 kelompok kecil, masing-masing beranggotakan 5 siswa. Tiap-tiap kelompok diberi tugas materi diskusi yang sudah disiapkan oleh guru.
Pada siklus II, setelah mengalami revisi tindakan dari siklus I, pada siklus II guru tetap menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Standar Kompetensi Konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Kompetensi Dasar 3, yaitu hasil-hasil perubahan terhadap UUD 1945. Kelas VIII B dengan jumlah siswa 30 siswa, dibagi menjadi 6 kelompok kecil, masing-masing beranggotakan 5 siswa. Dengan pengalaman pada siklus I, tiap-tiap kelompok diberi kebebasan mencari materi diskusi sendiri, dan kemudian materi tersebut didiskusikan oleh kelompok lain.
Kondisi Akhir.
Diduga melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan pada kedua siklus tersebut, hasil belajar PKn standar kompetensi konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia dapat meningkat.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul Peningkatan hasil belajar PKn materi Konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) pada siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Sidoharjo Sragen tahun pelajaran 2012/2013 yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: ” Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD hasil belajar PKn siswa Kelas VIII B Semester Gasal SMP Negeri 2 Sidoharjo Sragen tahun pelajaran 2012/2013 dapat meningkat“.
METODOLOGI PENELITIAN
Subjek penelitian
Subjek Penelitian adalah guru (peneliti) dan siswa kelas VIII B Semester Gasal SMP Negeri 2 Sidoharjo Sragen yang terdiri dari 16 siswa putra dan 14 siswa putri, sedang objek tindakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar PKn yang masih rendah.
Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Sidoharjo Sragen tahun pelajaran 2012/2013.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September sampai bulan Nopember 2012, semester gasal. Alasan memilih waktu tersebut adalah bertepatan dengan waktu pembelajaran materi yang diteliti. Adapun materi yang diteliti adalah standar kompetensi memahami berbagai konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia. Jadwal penelitian lihat Tabel 2.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN.
Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dan teman sejawat pada proses pembelajaran siklus I diperoleh hasil sebagai berikut. Dalam proses pembelajaran siswa sudah aktif mendengarkan dan mencatat hal-hal penting yang disampaikan guru. Namun dalam keberanian bertanya kepada guru belum nampak, siswa masih malu dan ragu menanyakan materi yang belum dipahami. Dalam kerja kelompok masih banyak anggota kelompok yang kurang kompak, karena merasa tidak cocok dengan proses pembentukan kelompok berdasarkan nilai ulangan. Ketidakkompakan ini nampak jelas sekali, jika satu kelompok terdiri dari siswa putra dan putri. Dalam presentasi hasil kerja kelompok di depan kelas, hampir tidak ada yang mau tampil, baru setelah guru memberikan pengarahan dan dorongan ada salah satu kelompok yang berani mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Keberanian kelompok ini memicu keberanian kelompok lain untuk tampil pada pertemuan ke dua.
Pengamatan yang dilakukan peneliti dan teman sejawat memuat 10 indikator/kriteria. Adapun rata-rata hasil pengamatan keaktifan siswa pada siklus I sebesar 74.495, termasuk kategori belum aktif.
Berdasarkan hasil tes individu yang dilakukan pada akhir siklus I, diperoleh data sebagai berikut:
No. |
Uraian |
Jumlah |
% |
1 |
Peserta Ulangan |
30 |
100 |
2 |
Siswa tuntas |
22 |
73.33 |
3 |
Siswa belum tuntas |
8 |
26.67 |
4 |
Skore ideal |
3.000 |
100 |
5 |
Skor Tercapai |
2.305 |
76.83 |
Hasil refleksi siswa yang dilaksanakan pada akhir siklus dengan cara mengisi angket, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa merasa senang dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Siswa merasa senang dengan belajar aktif dalam kelompok-kelompok kecil, walaupun belum berani menyajikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.
Siklus II
Kesimpulan dari hasil pengamatan pada siklus II adalah proses pembelajaran pada siklus II lebih baik dari proses pembelajaran pada siklus I. Dalam proses pembelajaran siswa lebih aktif mendengarkan dan mencatat hal-hal penting yang disampaikan guru. Keberanian bertanya kepada guru sudah nampak, siswa tidak malu dan ragu menanyakan materi yang belum dipahami. Kelompok kerja pada siklus II masih sama dengan kelompok pada siklus I. Dalam kerja kelompok kekompakan anggota kelompok sudah muncul. Anggota kelompok yang belum memahami materi sudah berani bertanya pada temannya yang sudah memahami materi. Masing-masing anggota kelompok saling mengisi satu dengan yang lain, sehingga diskusi kelompok berjalan dengan lancar. Masing-masing kelompok sudah berani bersaing untuk menjadi kelompok yang terbaik. Dalam presentasi hasil kerja kelompok di depan kelas, semua kelompok berani tampil. Keberanian menanggapi presentasi kelompok lain juga sudah lebih baik.
Berdasarkan pengamatan, diperoleh data yang dikategorikan kurang baik pada siklus I, sudah diperbaiki, sehingga secara keseluruhan keaktifan siswa nilai rata-rata 85.59. Dengan nilai tersebut, secara klasikal keaktifan siswa termasuk kategori aktif.
Berdasarkan hasil tes individu yang dilakukan pada akhir siklus II, diperoleh data sebagai berikut:
No |
Uraian |
Jumlah |
% |
1 |
Jumlah siswa |
30 |
100 |
2 |
Siswa tuntas |
28 |
93.33 |
3 |
Siswa belum tuntas |
2 |
6.67 |
4 |
Skor ideal |
3.000 |
100 |
5 |
Skor Tercapai |
2.390 |
79.67 |
Hasil refleksi siswa sangat menggembirakan. Sebagian besar siswa merasa senang dengan penampilan guru saat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Siswa merasa senang dengan belajar aktif dalam kelompok-kelompok kecil. Siswa merasa dengan tipe STAD materi yang disampaikan mudah dipahami. Siswa sudah berani menyajikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas dan sudah berani memberi tanggapan pada saat kelompok lain mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
PEMBAHASAN
Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu pada hari Jumat, 28 September dan 5 Oktober 2012. Materi pada siklus I menggunakan standar kompetensi memahami berbagai konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia dengan kompetensi dasar 2, menganalisis penyimpangan-penyimpangan terhadap konstitusi yang berlaku di Indonesia. Tujuan pembelajaran pada pertemuan pertama adalah setelah mengikuti pembelajaran siswa dapat menyebutkan contoh-contoh penyimpangan terhadap konstitusi pada awal kemerdekaan dan masa orde lama. Tujuan pembelajaran pada pertemuan ke dua siswa dapat menyebutkan contoh-contoh penyimpangan terhadap konstitusi pada masa orde baru dan masa reformasi.
Dalam proses pembelajaran pertemuan pertama, siswa sudah aktif mendengarkan dan mencatat hal-hal penting yang disampaikan guru. Namun dalam keberanian bertanya kepada guru belum nampak, siswa masih malu dan ragu menanyakan materi yang belum dipahami. Dalam kerja kelompok masih banyak anggota kelompok yang kurang kompak, karena merasa tidak cocok dengan proses pembentukan kelompok berdasarkan nilai ulangan. Ketidakkompakan ini nampak jelas sekali, jika satu kelompok terdiri dari siswa putra dan putri. Dalam presentasi hasil kerja kelompok di depan kelas, hampir tidak ada yang mau tampil, baru setelah guru memberikan pengarahan dan dorongan ada salah satu kelompok yang berani mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Dalam pertemuan kedua keberanian bertanya kepada guru sudah mulai muncul, siswa tidak ragu-ragu lagi bertanya tentang materi yang belum dipahami. Dalam kerja kelompok juga sudah ada peningkatan kekompakan, sehingga diskusi dan kerjasama berjalan lancar. Keberanian mempresentasikan hasil kerja kelmpok di depan kelas juga meningkat.
Pada akhir siklus, siswa diberi blangko angket refleksi. Mula-mula siswa bingung bagaimana cara mengisi blangko angket refleksi tersebut. Dengan bimbingan guru siswa dapat memahami apa yang harus diisikan dalam angket refleksi. Pada akhir siklus siswa juga diminta mengerjakan tes tertulis yang telah disiapkan guru.
Berdasarkan pengamatan dan hasil tes pada siklus I, diperoleh data keaktifan siswa rata-rata 74.495, masih masuk kategori belum aktif. Sementara dari hasil tes diperoleh data dari 30 siswa yang tuntas belajar sebanyak 22 siswa dan yang belum tuntas belajar sebanyak 8 siswa. Rata-rata nilai 76.83, dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 65.
Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan, karena model pembelajaran tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.
Hasil refleksi siswa yang dilaksanakan pada akhir siklus dengan cara mengisi angket, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa merasa senang dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Siswa merasa senang dengan belajar aktif dalam kelompok-kelompok kecil, walaupun belum berani menyajikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.
Kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 19 dan 26 Oktober 2012 di Kelas VIII B dengan jumlah siswa 30 siswa. Materi pada siklus II menggunakan standar kompetensi memahami berbagai konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia dengan kompetensi dasar 3, menganalisis hasil-hasil perubahan terhadap konstitusi. Tujuan pembelajaran pada pertemuan pertama adalah setelah mengikuti pembelajaran siswa dapat menyebutkan contoh-contoh hasil perubahan terhadap konstitusi pada perubahan tahap 1 dan tahap 2. Tujuan pembelajaran pada pertemuan ke dua siswa dapat menyebut-kan contoh-contoh hasil perubahan terhadap konstitusi pada perubahan tahap 3 dan tahap 4.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dan teman sejawat pada proses pembelajaran siklus II diperoleh kesimpulan proses pembelajaran siklus II lebih baik dari siklus I. Dalam proses pembelajaran siswa lebih aktif mendengarkan dan mencatat hal-hal penting yang disampaikan guru. Keberanian bertanya kepada guru sudah nampak, siswa tidak malu dan ragu menanyakan materi yang belum dipahami. Kelompok kerja pada siklus II masih sama dengan kelompok pada siklus I. Dalam kerja kelompok kekompakan anggota kelompok sudah muncul. Anggota kelompok yang belum memahami materi sudah berani bertanya pada temannya yang sudah memahami materi. Masing-masing anggota kelompok saling mengisi satu dengan yang lain, sehingga diskusi kelompok berjalan dengan lancar. Masing-masing kelompok sudah berani bersaing untuk menjadi kelompok yang terbaik. Dalam presentasi hasil kerja kelompok di depan kelas, semua kelompok berani tampil. Keberanian menanggapi presentasi kelompok lain juga sudah lebih baik.
Berdasarkan pengamatan, diper-oleh data yang dikategorikan kurang baik pada siklus I, sudah diperbaiki, sehingga secara keseluruhan keaktifan siswa nilai 85.59. Dengan nilai tersebut, secara klasikal keaktifan siswa termasuk kategori aktif. Berdasarkan hasil tes individu, diperoleh data dari jumlah 30 siswa, siswa yang tuntas belajar sebanyak 28 (93.33 %), belum tuntas 2 siswa (6.67 %). Secara klasikal dapat dikatakan bahwa kelas VIII B telah tuntas belajar, karena rata-rata ketuntasan sudah diatas 85%. Rata-rata nilai 79.67 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 70.
Hasil refleksi siswa yang dilak-sanakan pada akhir siklus dengan cara mengisi angket, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa merasa senang dengan penampilan guru saat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Siswa merasa senang dengan belajar aktif dalam kelompok-kelompok kecil. Siswa lebih berani bertanya kepada teman-temannya dari pada bertanya kepada guru. Materi yang diajarkan teman-temannya dirasakan lebih mudah dipahami. Siswa merasa dengan tipe STAD materi yang disampaikan mudah dipahami. Siswa sudah berani menyajikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas dan sudah berani memberi tanggapan pada saat kelompok lain mempresentasikan hasil kerja kelompok-nya.
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan hipotesis yang berbunyi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD hasil belajar PKn siswa Kelas VIII B Semester Gasal SMP Negeri 2 Sidoharjo Sragen tahun pelajaran 2012/2013 dapat meningkat terbukti kebenarannya.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama dua siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (73.33%), dan siklus II (93.33%), serta peningkatan hasil belajar siswa, yaitu siklus I sebesar 76.83 menjadi 79.67 pada siklus II.
Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh, agar proses belajar mengajar PKn lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran bahwa untuk melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses belajar mengajar sehingga memperoleh hasil yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.
Depdiknas. 2006. Permendiknas No. 22 tahun 2006 Standar Isi.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Putra.
Isjoni. 2011. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar Peserta didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mardapi, Djemari. 2008. Teknik Penyususnan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta: Mintra Cendekia Press.
Mulyasa, 2006, 255. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, suatu panduan praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning, teori, riset dan praktik. Bandung: Nusa Media.
Thoifuri, 2008:55. Menjadi Guru Inisiator. Semarang: RaSAIL Media Group.
Widyantini, 2008. Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Matematika.
…… http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/.