PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

MELALUI MEDIA GRAFIS

DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

MATERI TEMPAT HIDUP MAKHLUK HIDUP MATA PELAJARAN IPA

SISWA KELAS II SEMESTER I SD NEGERI 1 PANUNGGALAN

KECAMATAN PULOKULON KABUPATEN GROBOGAN

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Suminem

SD Negeri 1 Panunggalan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan

ABSTRAK

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hasil Belajar Siswa Siswa Melalui Media Grafis dan Model Pembelajaran Kooperatif Materi Tempat Hidup Makhluk Hidup Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas II semester 1 SD Negeri 1 Panunggalan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2016/2017. Hasil perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dalam 2 siklus, dapat disimpulkan bahwa: “Penerapan Media Grafis dan Model Pembelajaran Kooperatif Materi Tempat Hidup Makhluk Hidup Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas II semester 1 SD Negeri 1 Panunggalan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2016/2017“. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan prosentase ketuntasan siswa pada pra siklus dan siklus 1 yaitu 40% meningkat menjadi 53%. Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 prosentasenya meningkat lagi dari 53% dan akhirnya menjadi 93%. Untuk rata – rata hasil belajar pada pra siklus, siklus 1, dan siklus 2 berturut – turut 60, 70, dan 80.

Kata kunci: hasil belajar, media grafis, model pembelajaran kooperatif.

PENDAHULUAN

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga mata pelajaran IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta – fakta, konsep – konsep, ataupun prinsip – prinsip saja. Tetapi merupakan suatu proses penemuan. Dengan belajar IPA diharapkan menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitar.

Pada pembelajaran IPA di SD terdapat beberapa hambatan dan permasalahan. Penyebab tersebut berasal dari siswa, guru serta sarana dan prasarana yang kurang memadai. Ketidakberhasilan siswa dalam pembelajaran IPA dialami oleh siswa kelas II SD Negeri 1 Panunggalan, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan Dari hasil ulangan IPA mengenai tempat hidup makhluk hidup ternyata kurang memuaskan. Dari 30 siswa hanya 12 siswa yang mendapatkan nilai 70 ke atas (Kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran IPA di SD Negeri 1 Panunggalan adalah 70). Bila diprosentase hanya 40% siswa yang mendapat nilai tuntas. Sedangkan 18 siswa lainnya mendapat nilai di bawah 70, bila diprosentase 40% siswa belum mencapai nilai tuntas.

LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Hakikat Pembelajaran IPA di SD

Dalam Depdiknas (2006:484), dikemukakan bahwa pembelajaran IPA bukan hanya sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetap juga merupakan suatu proses penemuan karena dalam pembelajaran IPA dibutuhkan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis melalui kegiatan ilmiah. Melalui pembelajaran IPA diharapkan siswa dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalami tentang alam sekitar.

Media Pembelajaran

Media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan tetapi juga memiliki fungsi sendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi belajar yang lebih efektif. Media pembelajaran sebagai salah satu komponen yang tidak dapat berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi belajar yang diharapkan. Media pembelajaran juga harus relevan dengan tujuan dan isi pembelajaran. Alasan penggunaan media:

a. Proses pembelajaran akan lebih berhasil bila siswa turut aktif dalam pembelajaran. Dengan kata lain, yang menjadi pusat kegiatan pembelajaran bukanlah guru melainkan siswa.

b. Pengetahuan seseorang paling banyak diperoleh secara visual atau melalui indera penglihatan.

c. Pengetahuan yang dapat diingat seseorang antara lain bergantung pada melalui apa ia memperoleh pengetahuannya.

Penggunaan Media Grafis dalam Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Gagne, dalam Widya Iswara LPMP Jateng (2006: 2.3), menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.Sementara itu Briggs, juga dalam Widya Iswara LPMP Jateng (2006: 2.3), berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

Dari kedua pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim (guru) ke penerima (siswa) sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat sehingga proses belajar terjadi.Dalam Widya Iswara LPMP Jateng, (2006: 2.3) dibahas karakteristik beberapa jenis media yang biasa dipakai dalam kegiatan pembelajaran khususnya di Indonesia salah satu diantaranya adalah media grafis (Graphies Media).Banyak jenis media grafis, beberapa di antaranya seperti di bawah ini:

a. Gambar/Foto

Diantara media pembelajaran, gambar/foto adalah media yang paling umum dipakai. Gambar merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana.Oleh karena itu ada pepatah cina yang mengatakan bahwa sebuah gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata.

b. Diagram

Suatu gambar sederhana yang menggunakan garis-garis dan simbol, diagram atau skema menggambarkan struktur dari objeknya secara garis besar, menunjukkan ada antara komponen atau sifat-sifat yang ada disitu..

c. Bagan (Chart)

Seperti halnya media grafis yang lain, bagan atau chart termasuk media visual. Fungsinya yang pokok adalah menyajikan ide-ide atau konsep yang sulit disampaikan secara tertulis/lisan secara visual. Bagan juga mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu presentasi.

d. Poster

Poster tidak hanya untuk menyampaikan kesan-kesan tertentu tetapi mampu pula mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya. Usaha untuk mempengaruhi orang-orang membeli produk baru dari suatu perusahaan, atau menyayangi binatang dapat dituangkan lewat poster. Poster dapat dibuat di atas kertas, kain, batang kayu, seng dan semacamnya.Sedangkan dalam perbaikan pembelajaran ini, media grafis yang peneliti gunakan adalah berupa gambar makhluk hidup dan tempat hidupnya.

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran IPA di SD

Dalam Widya Iswara LPMP Jateng (2006: 4) dinyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif menuntut siswa untuk belajar dalam kelompok, untuk menginvestigasi topik-topik yang kompleks. Model ini beranggapan bahwa kemampuan untuk mengikuti dan menyelesaikan tugas-tugas dalam kelompok sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Melalui Prasetyo (2003: 50), dapat diketahui beberapa pengertian mengenai kerja kelompok, yaitu:

a. Kegiatan kerja kelompok sebagai kegiatan kelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar (R.L. Gilstrap dan W.R. Martin).

b. Kerja kelompok adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran di mana guru (setelah pengelompokan pelajar) menyuruh pelajar mengerjakan tugas tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran (Ulih Bukit Karo Karo).

Melalui Sumiarsih Widya Iswara LPMP Jateng (2007) dapat diketahui bahwa:

a. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif/kerja kelompok , yaitu:

1) Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar kelompok secara kooperatif.

2) Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah secara merata.

3) Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari berbagai ras, suku budaya, jenis kelamin yang berbeda, usahakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari berbagai ras, suku budaya, jenis kelamin yang berbeda pula.

4) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.

b. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif, sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.

2) Membagi siswa dalam kelompok kecil (4 atau 5 orang siswa) secara heterogen.

3) Siswa mengerjakan tugas secara kelompok sesuai dengan permasalahannya.

4) Setelah selesai tiap-tiap kelompok melaporkan hasil pekerjaannya dan kelompok lain menanggapi.

5) Tiap kelompok boleh memperbaiki dan menyempurnakan laporannya.

6) Guru menarik kesimpulan dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok.

Kerangka Berpikir

Berdasar landasan teori tersebut di atas, maka dapat diambil pokok-pokok pikiran sebagai berikut: pembelajaran IPA akan menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan disukai jika dalam pembelajaran guru memanfaatkan media grafis dalam hal ini media gambar tempat hidup makhluk hidup. Dengan begitu anak anak akan lebih menyukai mata pelajaran IPA dimana mereka merasa seolah-olah diberi motivasi yang sangat besar dalam mempelajari materi-materi yang disampaikan,dan akan mempermudah siswa dalam memahaminya, sehingga siswa mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, karena pada intinya tujuan pembelajaran IPA adalah siswa mampu memecahkan masalah/persoalan.

Selain itu dengan memanfaatkan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran IPA dapat membantu siswa yang kurang pandai untuk memahami materi pelajaran dengan bantuan temannya yang lebih pandai. Dengan belajar bersama teman, siswa akan lebih leluasa dalam bertanya tentang materi yang kurang jelas tanpa dibebani rasa takut dan malu.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sementara (hipotesis) sebagai berikut: “Bahwa dengan menggunakan media grafis dan model pembelajaran kooperatif tentang materi pokok tempat hidup makhluk hidup pada pembelajaran IPA di kelas II semester 1 SD Negeri 1 Panunggalan, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2016/2017 hasil belajar siswa akan meningkat.”

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian

Jenis penelitian merupakan metode atau langkah-langkah yang dilakukan dalam suatu penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) berupa tindakan nyata yaitu dengan cara melakukan penilaian kinerja aspek keterampilan mengelola kelas kepada siswa yang ditindaklanjuti dengan penilain untuk memberikan feed back kepada siswa.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruang kelas II SD Negeri 1 Panunggalan, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) materi pokok tempat hidup makhluk hidup semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 dengan diikuti 30 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki – laki dan 12 siswa perempuan. Terdapat banyak perbedaan tentang prestasi belajar siswa. Sebagian anak termasuk cerdas, sedang dan ada pula anak yang prestasinya di bawah rata – rata Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Perbedaan tersebut dikarenakan latar belakang dan kondisi ekonomi yang berbeda. Sebagian besar orang tua siswa hanya lulusan Sekolah Dasar.

Waktu Penelitian

No

Kegiatan

Hari/Tanggal Kegiatan

1.

Kegiatan Prasiklus

3 s/d. 8 Agustus 2016

2.

Penyusunan formulir penilaian

10 Agustus 2016

3.

Penyampaian Kondisi Awal dengan Guru

15 Agustus 2016

4.

Perencanaan siklus 1

18 s/d. 22 Agustus 2016

5.

Pelaksananaan Siklus 1

24 s/d. 29 Agustus 2016

6.

Penyampaian hasil siklus 1, dan pembinaan

5 September 2016

7.

Perencanaan siklus 2

7 s/d. 12 September 2016

8.

Pelaksanaan Siklus 2

14 s/d. 19 September 2016

9.

Penyampaian hasil siklus 2, dan pembinaan

3 Oktober 2016

10.

Perencanaan siklus 3

5 s/d. 10 Oktober 2016

11.

Pelaksanaan Siklus 3

12 s/d. 17 Oktober 2016

12.

Penyampaian hasil siklus 3, dan pembinaan

24 Oktober 2016

13.

Penyusunan Laporan Penelitian

26 Oktober s/d. 30 Nopember 2016

Prosedur penelitan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart y ang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin. Arikunto (2006: 83) mengemukakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa peneltian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, perencanaa atau planning, tindakan atau acting, pengamatan atau observing, refleksi atau reflecting.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA

Deskripsi Data per Siklus

Sebelum melaksanakan perbaikan pembelajaran pada indikator menunjukkan tempat hidup makhluk hidup di kelas II semester I, peneliti memperoleh data nilai tes formatif yang kurang memuaskan, adapun hasil nilai sebelum perbaikan pembelajaran disajikan pada tabel I berikut:

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Sebelum Perbaikan Pembelajaran

No

Indikator

Keterangan

1

2

3

4

5

6

7

8

Nilai terendah

Nilai tertinggi

Jumlah nilai

Nilai rata-rata

Banyak siswa dengan nilai ≤ 55

Prosentase siswa dengan nilai ≤ 70

Banyak siswa dengan nilai 70-100

Prosentase siswa dengan nilai 55-100

30

80

1130

60

18

53%

12

42%

Tabel 2. Hasil Tes Formatif Perbaikan Siklus I

Hasil Tentamen

Banyak Siswa

3040

4150

5160

6170

7180

8190

91100

2

4

8

4

4

6

2

Jumlah

30

Tabel 3. Hasil Tes Formatif Perbaikan Siklus II

Hasil Tentamen

Banyak Siswa

31 – 40

41 – 50

51 – 60

61 – 70

71 – 80

81 – 90

91 – 100

0

0

2

5

15

4

4

Jumlah

30

Tabel 4. Peningkatan Hasil Evaluasi Perbaikan Sebelum pembelajaran, Perbaikan Siklus I, dan Siklus II

No.

Uraian

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Jumlah siswa

%

Jumlah siswa

%

Jumlah siswa

%

1.

2.

Tuntas

Belum tuntas

12

20

40

60

16

14

53

47

28

2

93

7

Pembahasan dari Setiap Siklus

Siklus I

Pada siklus I peneliti memfokuskan pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan media grafis yakni gambar beberapa hewan atau tumbuhan yang hidup atau tumbuh di suatu tempat. Dengan penggunaan media gambar ini membantu siswa untuk lebih memusatkan perhatian selama mendengarkan ataupun menyimak materi yang diberikan.

Adapun faktor yang menjadi penghambat hasil belajar pada siklus I adalah

sebagai berikut:

a. Kurangnya keberanian siswa untuk mengajukan pertanyaan apabila menjumpai kesulitan atas materi yang disampaikan oleh guru.

b. Kurangnya kemampuan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok.

c. Siswa yang pandai cenderung bekerja sendiri apabila diberikan tugas oleh guru.

d. Banyak anak yang hasil belajarnya rendah.

Siklus II

Pada siklus II ini peneliti memfokuskan pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan bagaimana cara bersosialisasi secara baik dan positip dengan sesama teman dalam kelompoknya kemudian memperoleh informasi dari interaksi antara guru dan siswa, dan antara siswa dengan siswa lain. Pertanyaan yang diajukan untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan siswa dan untuk mendorong siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Pertanyaan yang diajukan dapat mempengaruhi jawaban siswa sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Pada perbaikan pembelajaran siklus II diperoleh nilai rata – rata kelas 80 dengan ketuntasan mencapai 93%. Dengan tercapainya tingkat ketuntasan lebih dari 93%, maka perbaikan pembelajaran pada siklus II adalah dapat dikatakan berhasil.

PENUTUP

Simpulan

Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan melalui Penelitian Tindakan Kelas dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan penggunaan media grafis dan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II mata pelajaran IPA materi pokok tempat hidup makhluk hidup di SD Negeri 1 Panunggalan, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2016/2017. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan prosentase ketuntasan siswa pada pra siklus adalah 40%. Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran siklus I dan siklus II prosentasenya meningkat lagi dari 53% dan akhirnya menjadi 93%. Untuk rata-rata hasil belajar pada pra siklus, siklus I, dan siklus II berturut-turut 60, 70, dan 80.

Saran dan tindak lanjut

1. Saran

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat diajukan saran-saran supaya hasil belajar siswa meningkat yaitu guru hendaknya menggunakan media grafis dan model pembelajaran kooperatif untuk materi pokok tempat hidup makhluk hidup pada pembelajaran IPA di SD.

2. Tindak Lanjut

Laporan ini dapat disampaikan oleh peneliti pada Kelompok Kerja Guru (KKG) untuk dijadikan bahan diskusi sebagai pemecahan masalah yang terjadi di setiap Sekolah Dasar (SD).

DAFTAR PUSTAKA

Haryanto. (2007). Sains untuk SD Kelas II. Jakarta: Erlangga.

Wardani, I. G. A. K; Wihardit, K; & Nasoetion, N. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Winataputra, Udin. S. (2004). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Purwanto, Ngalim. (1989). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

Inggridwati, Kurnia. (2007). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Cetakan keempat. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Good, T.L. & Brophy, J.E. Looking in classrooms,(4th edition). New York: Harper & Row, Publisher.

Slavin, R. E. (2nd edition). Cooperative learning, theory, research, and practice. (2nd edition. London: Allyand Bacon.

http://www.pwcs.edu/curriculum/sol/stad.htm.

 

Kemmis, S & Mc Taggart, R. (1992). The Action research planner. Victoria: Deakin University