PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING DI KELAS VI SD NEGERI 4 PADAS KECAMATAN KEDUNGJATI

KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER1 TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Ris Wahyudi

SD Negeri 4 Padas Kecamatan Kedungjati Grobogan

 

ABSTRAK

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil siswa dengan menggunakan model discovery learning pada siswa kelas VI semester 1 SD Negeri 4 Padas tahun pelajaran 2018/2019. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri 4 Padas, sedangkan data dalam penelitian ini adalah cara merespon siswa kelas VI SD Negeri 4 Padas yang terdiri atas 1 kelas dengan jumlah siswa 29 anak. Teknik penggumpulan data diambil dengan menggunakan model observasi, catatan lapangan, tes, dan dokumentasi. Analisis data dari penelitian ini dengan cara deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menganalisis data perkembangan siswa dari siklus I sampai siklus II dilengkapi dengan analisis hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa sebelum tindakan nilai rata-rata siswa sebesar 64 dan nilai rata-rata siklus I meningkat menjadi 74, nilai rata-rata siklus II meningkat menjadi 85. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model discovery learning dapat hasil belajar siswa.

 Kata kunci: Model discovery learning, hasil belajar siswa, SDN 4 Padas

 

Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam era globalisasi. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menuntut peningkatan mutu pendidikan agar siswa sebagai subyek pendidikan dapat mengikuti kemajuan tersebut, Khususnya Pembelajaran matematika tentang pecahan membantu untuk memahami dunia sekitarnya. Oleh karena itu sejak berpuluh puluh tahun yang lalu sampai sekarang, dimasukan dalam kurikulum sekolah dasar .

Siswa baru mampu mempelajari hal-hal yang sifatnya masih kongkret sedangkan matematika terdapat hal-hal yang sifatnya masih abstrak. Menurut Hudoyo (1990:3) Matematika berkenaan dengan gagasan-gagasan, aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Menurut Bruner dalam Hudoyo (1990:48) belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu.

Hasil belajar matematika di SD Negeri 4 Padas yang diikuti oleh 16 siswa dengan rata-rata 60. Siswa yang tuntas ada 3 siswa atau 18,75% dan yang belum tuntas ada 13 siswa atau 81,25%. Hal ini menunjukkan bahwa pelajaran matematika sebagai mata pelajaran yang sukar.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan diperoleh data bahwa siswa mengganggap pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang sukar. Hal ini dapat dilihat setiap kali siswa diberi soal masih mengalami kesulitan. Akibatnya siswa menjadi malas belajar mata pelajaran matematika. Rendahnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhinya. Selama ini pembelajaran menggunakan model ceramah yang menyebabkan komunikasi satu arah. Siswa cenderung pasif hanya mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskan oleh guru, guru selalu memberikan kesempatan kepada siswa bertanya, namun demikian sedikit siswa yang mengajukan pertanyaan.

Guru harus mampu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran dan mampu menyajikan model pembelajaran yang menarik. Penggunaan bermacam-macam model di sekolah masih sangat terbatas. Dalam berbagai macam model mengajar banyak menyajikan sejumlah usaha yang dapat diterapkan oleh guru dalam merancang lingkungan pembelajaran agar siswa lebih tertarik dan aktif.

Untuk meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka perlu memilih model pembelajaran yang lebih bervariasi dengan mengikutsertakan peran aktif siswa. Suasana juga semakin akrab dan menyenangkan sehingga akan membangkitkan minat dan meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika. Salah satu model pembelajaran yang memenuhi kriteria diatas adalah penggunaan discovery learning.

Discovery learning adalah model mengajar yang mengatur pengajaran sedemikan rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan; sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dengan discovery learning ini pada akhirnya dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas. Melatih keterampilan kognitif siswa dengan cara menemukan dan memecahkan masalah yang ditemui dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

Untuk itu agar permasalahan tidak berlarut-larut maka diadakan Penelitian Tindakan Kelas. PTK ini dengan mengunakan model discovery learning untuk memberikan pandangan yang berbeda terhadap para siswa supaya lebih menarik minat, menghilangkan rasa takut terhadap matematika.

Kajian Teori

Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas perlu adanya perencanaan yang matang agar proses transfer ilmu dapat berjalan dengan baik. Untuk itu perlu adanya persiapan, memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Selain model sebenarnya juga dibutuhkan peraga agar lebih menarik. Dalam penelitian ini proses pembelajaran yang dilaksankan dengan menggunakan suatu model yang menarik, menantang, dan membuat kreatif dan aktif siswanya, model tersebut yaitu discovery learning.

Pengertian Discovery learning

Menurut Ruseffendi (2006:329) model discovery learning adalah suatu model mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tanpa pemberitahuan langsung baik sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Pada dasarnya, pengetahuan yang diperoleh dalam discovery learning bukanlah hal yang benar-benar baru dalam dunia matematika. Pengetahuan tersebut merupakan pengetahuan yang telah ditemukan oleh matematikawan terdahulu. Akan tetapi, bagi siswa pengetahuan tersebut merupakam hal yang baru, artinya siswa baru memperoleh pengetahuan tersebut ketika melakukan pembelajaran discovery learning. Menurut Castronova (2002), melalui discovery learning siswa belajar untuk menemukan pola dalam situasi yang konkret dan abstrak. Siswa juga dituntut untuk dapat membuat suatu kesimpulan dari data-data serta fakta-fakta yang ia peroleh ketika melakukan suatu penemuan. Kedua hal tersebut merupakan aspek utama dalam kompetensi penalaran induktif yang dapat bermanfaat untuk memungkinkan meningkatkan presatsi belajar siswa.

Tujuan dari discovery learning antara lain adalah:

a.       Siswa akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik

b.       Membantu dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi – situasi proses belajar yang baru.

c.        Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.

d.       Mendorong siswa untuk berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesis sendiri. Di dalam proses belajar melalui “discovery-inquiry”, tugas kegiatannya dibuat “open-ended” sehingga siswa menjadi bebas untuk mengembangkan hipotesis-hipotesisnya sendiri.

e.        Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.

Hasil belajar siswa

Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar juga diartikan sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilainilai kecakapan. Menurut Nurkancana dan Sunartana (1992) prestasi belajar bisa juga disebut kecakapan aktual (actual ability) yang diperoleh seseorang setelah belajar, suatu kecakapan potensial (potensial ability) yaitu kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki oleh individu untuk memcapai prestasi.

Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar juga diartikan sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai – nilai kecakapan. Menurut Tirtonegoro (2001: 43) prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran dan penilaian usaha belajar, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun simbol pada periode tertentu, misalnya tiap semester hasil prestasi siswa dinyatakan dalam bentuk raport.

Lebih lanjut Nurkancana dan Sunartana (1992) mengatakan prestasi belajar bisa juga disebut kecakapan aktual (actual ability) yang diperoleh seseorang setelah belajar, suatu kecakapan potensial (potensial ability) yaitu kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki oleh individu untuk memcapai prestasi. Kecakapan aktual dan kecakapan potensial ini dapat dimasukkan kedalam suatu istilah yang lebih umum yaitu kemampuan (ability).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh siswa setelah siswa yang bersangkutan dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kecakapan nyata (actual) bukan kecakapan potensial. Menurut Nila Parta prestasi siswa pada mata pelajaran matematika dipengaruhi oleh faktor dalam diri siswa yang belajar yang meliputi IQ, motivasi, minat, bakat, kesehatan dan faktor luar siswa yang belajar yang meliputi guru pengajar, materi ajar, latihan, sarana kelengkapan belajar siswa, tempat di sekolah atau di rumah serta di lingkungan sosial siswa.

Prestasi belajar ini dapat dilihat secara nyata berupa skor atau nilai setelah mengerjakan suatu tes. Tes yang digunakan untuk menentukan prestasi belajar merupakan suatu alat untuk mengukur aspekaspek tertentu dari siswa misalnya pengetahuan, pemahaman atau aplikasi suatu konsep.

Pembelajaran Matematika

 Dalam (Wikipedia: 2007) Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.

Dimyati dan Mudjiono (1999: 202) mengemukakan bahwa, ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses kegiatan yang semula belum mengerti kemudian menjadi mengerti atas apa yang telah dipelajari dan dalam proses belajar melibatkan tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dimana ketiganya saling berkaitan dan saling membantu dalam proses belajar dan sangat berperan penting.

MODEL PENELITIAN

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas VI SD Negeri 4 Padas Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan pada semester 1 tahun pelajaran 2018/2019. Jumlah siswa kelas VI adalah sebanyak 16 siswa yang terdiri 7 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki. Waktu pelaksanaan penelitian pada semester 1 Tahun pelajaran 2018/2019, mulai bulan Juli Oktober 2018. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik diskriptif kualitatif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Persiklus

Berdasarkan hasil observasi awal dan dialog awal dengan rekan guru dan kepala sekolah, terlihat bahwa pembelajaran matematika belum dapat dilaksanakan dengan baik sehingga prestasi belajar yang dicapai siswa belum optimal. Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik yaitu dengan model discovery learning.

Pelaksana tindakan penelitian adalah peneliti yang bertindak sebagai guru, sedangkan pengamatan selama tindakan penelitian dilakukan peneliti yang didampingi oleh salah satu guru SD Negeri 4 Padas.

Tindakan Kelas Prasiklus

Model pembelajaran yang digunakan pada prasiklus adalah model discovery learning. Materi ajar yang disampaikan ádalah pokok bahasan Pecahan. Alokasi waktunya 1 kali pertemuan dengan 3 jam pelajaran @ 35 menit dan didistribusikan kedalam satu rencana pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan prasiklus selama 1 pertemuan tanggal 14 Agustus 2018. Selain melaksanakan tindakan peneliti juga mengadakan observasi dan monitoring selama pembelajaran berlangsung.

Hasil Tindakan prasiklus, kebanyakan siswa masih belum dapat menentukan konsep-konsep yang relevan. Jadi masih perlu bimbingan untuk bekerjasama dengan anggota kelompoknya. Setelah semua kegiatan selesai dilakukan peneliti meminta perwakilan siswa untuk maju kedepan mengerjakan hasil pekerjaan kelompok dengan model diskusi learning yang telah dilaksanakannya. Suasana kelas menjadi gaduh dan ramai karena beberapa siswa mulai saling menunjuk teman mereka yang dianggap pandai dan berani.

Setelah melihat hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Padas Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan peneliti akan melakukan penelitian lagi dengan melaksanakan siklus I untuk meningkatkan prestasi siswa dalam proses pembelajaran matematika dan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Padas Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan.

Refleksi terhadap tindakan kelas prasiklus

Kegiatan refleksi ini untuk mengetahui hasil obeservasi tindakan kelas yang telah dilakukan. Dari kegiatan refleksi ini diperoleh beberapa hal yang dapat dicatat sebagai masukan untuk perbaikan pada tindakan selanjutnya, yaitu:

(1). Pembelajaran masih didominasi oleh peneliti

(2). Kebanyakan dari siswa tidak berani bertanya walaupun belum jelas.

(3). Keadaan kelas masih gaduh saat pelajaran berlangsung

(4). Kerjasama antar anggota kelompok hasih kurang

(5). Pemahaman siswa masih rendah, hal ini dapat di lihat ketika peneliti bertanya pada siswa apakah sudah jelas atau belum, siswa meminta peneliti mengulang penjelasan lagi.

(6). Masih banyak siswa yang tidak memperhatikan pada saat diterangkan.

Evaluasi terhadap tindakan kelas prasiklus

Hasil observasi dan refleksi pada tindakan kelas prasiklus di evaluasi peneliti bersama rekan guru. Evaluasi tersebut diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang ada pada pra siklus. Hasil evaluasi tersebut adalah:

(1). Perlu adanya komunikasi yang ramah dan multiarah

(2). Guru harus membimbing siswa secara menyeluruh.

(3). Sebelum pembelajaran, guru hendaknya lebih menjelaskan tujuan dari kegiatan yang akan dilakukan.

(4). Guru sesering mungkin memotivasi aktivitas belajar siswa.

(5). Guru harus mampu mengendalikan kelas.

(6). Alokasi waktu yang direncanakan harus dilaksanakan seefektif mungkin.

Tindakan Kelas Siklus I

Tindakan kelas siklus I dilaksanakan selama 2 pertemuan mulai tanggal 21 dan 23 Agustus 2018. Selain melaksanakan tindakan peneliti juga mengadakan observasi dan monitoring selama pembelajaran berlangsung.

Proses pembelajaran dimulai dengan menyampaikan tujuan dan motivasi. Peneliti kemudian memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi. Setelah itu peneliti menjelaskan tentang model baru yang akan diterapkan dalam pembelajaran matematika yaitu dengan model discovery learning dari materi yang akan dipelajari. Peneliti kemudian menerangkan bagaimana belajar dengan model discovery learning.

Setelah memperoleh nilai kemudian menganalisis dan membuat tabel perolehan nilai perbaikan pembelajaran, kemudian peneliti membuat grafik untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan media gambar nyata melalui model bervariasi.

 Setelah melihat hasil prestasi belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Padas Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan penelitian akan melakukan penelitian lagi dengan melaksanakan siklus II untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran matematika dan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Padas Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan.

Data tentang Pengamatan

Refleksi terhadap tindakan kelas siklus I

Kegiatan refleksi ini untuk mengetahui hasil obeservasi tindakan kelas yang telah dilakukan. Dari kegiatan refleksi ini diperoleh beberapa hal yang dapat dicatat sebagai masukan untuk perbaikan pada tindakan selanjutnya, yaitu:

a.      Pembelajaran masih didominasi oleh peneliti

b.      Kebanyakan siswa kurang berani bertanya walaupun belum jelas. Siswa yang aktif bertanya merupakan siswa yang memperoleh peringkat dalam kelas.

c.      Keadaan kelas masih gaduh saat pelajaran berlangsung

d.      Kerjasama antar anggota kelompok hasih kurang dan proses pembelajaran masih cenderung bersikap individualis antar anggota kelompok.

e.      Pemahaman siswa masih rendah, hal ini dapat di lihat ketika peneliti bertanya pada siswa apakah sudah jelas atau belum, siswa meminta peneliti mengulang penjelasan lagi.

f.       Siswa yang tidak memperhatikan pada saat diterangkan mulai berkurang.

Evaluasi terhadap tindakan kelas siklus I

Hasil observasi dan refleksi pada tindakan kelas siklus I di evaluasi peneliti bersama rekan guru . Evaluasi tersebut diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang ada pada siklus I. Hasil evaluasi tersebut adalah:

a.     Perlu adanya komunikasi yang ramah, terbuka, dan komunikatif untuk memberikan kesan bersahabat dan tidak menakutkan agar prestasi belajar siswa dapat meningkat.

b.     Guru harus membimbing siswa secara menyeluruh.

c.     Sebelum pembelajaran, guru hendaknya lebih menjelaskan tujuan dari kegiatan yang akan dilakukan.

d.     Guru sesering mungkin memotivasi aktivitas belajar siswa.

e.     Guru harus mampu mengendalikan kelas.

f.      Alokasi waktu yang direncanakan harus dilaksanakan seefektif mungkin.

Revisi Terencana Tindakan Kelas Siklus I

Berdasarkan hasil refleksi terhadap tindakan kelas siklus I, maka rencana tindakan kelas siklus I perlu direvisi dan hasilnya akan digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan tindakan kelas siklus II, berbagai revisi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a.     dalam setiap pertemuan, pengajar perlu mengoptimalkan persepsi untuk memberikan motivasi baik secara individual maupun klasikal.

b.     Pembuatan skenario pembelajaran diupayakan lebih menarik minat siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan senang dan gembira, sehingga prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika bisa meningkat.

c.     Pembelajaran harus berpusat pada siswa

d.     Guru harus lebih banyak menerapkan pembelajaran dengan model discovery learning.

e.     Pengoptimalan pembelajaran dengan model discovery learning pada materi pecahan.

     

Tindakan Kelas Siklus II

Tindakan kelas siklus II dilaksanakan pada tanggal 28 dan 30 Agustus 2018. Dalam penelitian ini yang melakukan tindakan adalah peneliti sendiri yang bertindak sebagai guru sekaligus melakukan pengamatan terhadap tindakan belajar siswa yang didampingi salah satu guru SD Negeri 4 Padas.

Hasil tindakan kelas siklus II, prestasi belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Padas pada siklus II ini mengalami peningkatan yang baik dari nilai rata-rata kelas pada siklus I yang hanya 66,47 kemudian meningkat di siklus II yaitu menjadi 75,29. Peningkatan prestasi ini juga didukung oleh keaktifan siswa dan sudah mulai pahamnya siswa dengan model discovery learning. Pada siklus II ini sudah banyak siswa yang mendapatkan nilai diatas nilai KKM yaitu nilai diatas 70.

Selanjutnya dari tabel hasil belajar I dan siklus II, peneliti membuat grafik untuk mengetahui perbandingan peningkatan pemahaman dan hasil belajar siswa melalui prosentase ketuntasan.

Data tentang Pengamatan

Pada saat peneliti menyampaikan materi pembelajaran dan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran, observasi telah melakukan pengamatan. Pengamatan difokuskan pada aktivitas guru, siswa dan pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Dalam pengamatan diperoleh bahwa guru telah menyampaikan apersepsi. Interaksi dengan siswa bagus, kemudian penyampaian tujuan perbaikan juga baik, model yang digunakan, kemudian sudah ada pembahasan untuk soal-soal evaluasi guru juga sangat menguasai materi dan penerapan gambar konkrit yang digunakan. Sedangkan untuk siswa, antusias belajar pada siklus II lebih baik dari sebelumnya, terlihat dari keberanian siswa bertanya, pada saat pembelajaran keaktifan murid, selain itu kerja sama teman juga sangat erat.

Refleksi tindakan kelas siklus II

Kegiatan refleksi ini untuk mengetahui hasil observasi tindakan kelas siklus II. Refleksi dilakukan bersama rekan guru dengan peneliti. Ada beberapa hal yang diperoleh dari kegiatan refleksi sebagai masukan perbaikan proses pembelajaran, yaitu:

(1)   Pembelajaran siklus II lebih baik jika dibandingkan dengan pembelajaran tindakan kelas siklus I.

(2)   Kemandirian siswa dalam mengerjakan soal dengan model discovery learning mulai meningkat.

(3)   Keberanian siswa untuk mengeluarkan gagasan dan mengajukan pertanyaan mulai meningkat.

(4)   Pemusatan perhatian siswa dalam pembelajaran sudah meningkat.

(5)   Bimbingan peneliti kepada siswa lebih menyeluruh. Hal ini membuat siswa merasa diperhatikan dan tidak dibeda-bedakan.

(6)   Alokasi waktu dalam pembelajaran dengan model discovery learning sudah efektif.

(7)   Kesadaran siswa untuk berinteraksi dengan anggota kelompok sudah mulai nampak.

Evaluasi tindakan kelas siklus II

Hasil observasi dan refleksi pada tindakan kelas siklus II dievaluasi bersama rekan guru peneliti. Di sini diperoleh tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti yang sesuai dengan harapan yaitu:

a.     Keaktifan siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan yang memuaskan dan siswa tidak takut lagi dalam mengemukakan pendapat.

b.     Minat siswa dalam mengikuti pelajaran meningkat dapat dilihat dari hasil observasi aspek afektif siswa.

c.     Hasil prestasi belajar siswa mengalami peningkatan yang sangat berarti, ini terlihat pada hasil nilai siklus yang semakin meningkat.

d.     Pembelajaran dengan model discovery learning secara benar dan optimal dapat meningkatkan keaktifan siswa dan hasil prestasi belajar siswa serta dapat menumbuhkan rasa solidaritas antar teman.

Berdasarkan pembelajaran secara keseluruhan dari tindakan kelas siklus I sampai berakhirnya siklus II, usaha untuk mengatasi permasalahan yaitu rendahnya prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan baik.

 

Pembahasan

Pembahasan terhadap permasalahan penelitian maupun hipotesis tindakan berdasarkan analisis data kualitatif hasil penelitian dari kolaboratif antara peneliti dan tanggapan guru sejawat yang terlibat dalam kegiatan ini, serta profil kelas sebelum dan sesudah penelitian yang dibuat oleh peneliti yang melakukan tindakan kerja kolaborasi dimulai dari: (1) dialog awal, (2) perencanaan tindakan, (3) pelaksanaan tindakan. Hasilnya yaitu proses pembelajaran dengan model discovery learning dan hasil penelitian yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti, guru sejawat dan kepala sekolah menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model discovery learning dalam kelompok telah memberikan dorongan kepada guru. Mengembangkan model pembelajaran baru yang inovatif dalam melakukan pembelajaran yang mengikutsertakan siswa sehingga dalama proses pembelajaran tidak berpusat pada guru dan siswa juga bisa bersosialisasi dengan siswa yang lainya.

Pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning dalam kelompok ini meminta siswa aktif berinteraksi dengan sesama temannya sehingga mereka lebih memahami materi dan terlibat langsung dalam proses pembelajran ini dan mengalami langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Berkaitan dengan kemampuan matematika siswa, dengan adanya model discovery learning dalam kelompok ini secara berlahan-lahan kemampuan siswa dalam menguasai materi yang diajarkan oleh guru mengalami peningkatan disetiap tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti, siswa menjadi semakin “mampu” dalam arti siswa benar-benar memahami pengetahuan yang diberikan oleh guru sehingga prestasi belajar dapat meningkat.

Melalui model discovery learning ini dapat meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika, sedangkan guru kelas VI melakukan pembenahan pelaksanaan tindakan pada saat proses pembelajaran. Pembenahan tindakan tersebut adalah dengan mengaktifkan siswa.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning, yaitu sebagai berikut:

Kelebihan

a.   Siswa lebih mudah memahami pelajaran karena pelajaran dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa dan terlibat secara langsung.

b.   Siswa lebih tertarik mengikuti pelajaran karena dengan penerapan model discovery learning pembelajaran dikelas lebih bervariasi.

c.    Pembelajaran dengan model discovery learning membuat siswa lebih aktif.

d.   Siswa dapat mengetahui informasiinformasi yang baru.

Kekurangan

a.   Dalam pembelajaran dengan model discovery learning membutuhkan strategi yang terencana dan guru harus mampu sebagai fasilitator yang handal.

 b. Guru harus mencari kejadian-kejadian sehari-hari yang berhubungan dengan pelajaran.

Secara keseluruhan penerapan pembelajaran dengan model discovery learning berpengaruh positif baik terhadap proses pembelajaran. Peningkatan prestasi belajar yang dicapai siswa juga baik karena selain membantu mengaktifkan siswa juga dapat meningkatkan pemahaman yang dimiliki oleh siswa, sehingga meningkatkan prestasi belajar matematika.

Pembahasan Siklus I

Sebelum program perbaikan pembelajaran dilaksanakan siswa kurang memahami kompetensi dasar yang disajikan, karena peneliti dalam proses pembelajaran masih konseptual dan kurang memberikan pertanyaan tentang materi menceritakan kembali peristiwa penting yang dialami sendiri di lingkungan keluarga kepada siswa yang akibatnya siswa kurang termotivasi terhadap kegiatan terhadap kompetensi dasar tersebut. Hal itulah yang mendorong peneliti untuk melakukan proses perbaikan pembelajaran pada Siklus I.

Pada Siklus I fokus perbaikan pembelajaran terletak pada penggunaan media / alat peraga gambar dan dengan model ceramah dan tanya jawab sehingga hasilnya hanya sedikit mengalami perbaikan karena siswa yang mendapat nilai 70 ke atas hanya 10 siswa, namun itu sudah mengalami peningkatan karena sebelumnya hanya 3 siswa dari jumlah 16 siswa. Jadi pada Siklus I prosentase ketuntasan siswa baru 18,75%, sehingga hasil tersebut belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Pembahasan Siklus II

Setelah mengadakan diskusi dengan teman sejawat juga berdasarkan hasil observasi maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran Siklus II. Pada proses pembelajaran Siklus II ini materi pembelajaran memfokuskan pada penggunaan alat peraga gambar dan pemilihan model demonstrasi dan diskusi secara optimal akhirnya dapat menumbuhkan daya kreativitas siswa dalam kegiatan proses pembelajaran serta pemahaman tentang materi pokok pembelajaran.

Kemudian setelah perbaikan pembelajaran Siklus II diadakan evaluasi ternyata hasil yang dicapai sangat menggembirakan oleh peniliti, karena siswa yang memperoleh nilai di atas 70 semakin meningkat, semula hanya 10 siswa dengan ketuntasan 62,50% menjadi 15 siswa yang memperoleh nilai di atas 70 dengan ketuntasan 93,75%.

Melihat nilai ketuntasan ini berarti hasil yang dicapai pada proses perbaikan pembelajaran Siklus II sudah mencapai target yang sudah direncanakan.

Simpulan

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas VI SD Negeri 4 Padas ini dengan menggunakan dua siklus. Siklus dalam penelitian ini terdapat tiga tahap tindakan, yaitu tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaa tindakan, tahap hasil tindakan dan di dalam tahap hasil tindakan terdapat hasil observasi dan monitoring tindakan, refleksi tindakan, evaluasi tindakan dan revisi terencana tindakan.

Simpulan secara singkat tentang penelitian ini adalah adanya peningkatan prestasi belajar dengan model discovery learning. Dan dengan adanya peningkatan prestasi belajar siswa didalamnya juga terdapat peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan model discovery learning. Hal tersebut terefleksi dari beberapa indikator sebagai berikut:

1.    Siswa terlihat tertarik dan antusias dengan adanya model pembelajaran baru yang diterapkan di kelas.

2.    Siswa terlihat memperhatikan pelajaran yang disampaikan oleh guru, dan tidak ada siswa yang ramai sendiri dan semua mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru bersama dengan kelompoknya.

3.    Selama proses pembelajaran berlangsung siswa terlihat aktif dan antusias mengikuti pelajaran dan mengerjakan tugas.

4.    Peningkatan prestasi belajar siswa juga terlihat yaitu dengan nilai rata-rata awal 60,00 kemudian nilai rata-rata meningkat seiring dengan dilaksanakan siklus I menjadi 64,67 adanya pelaksanaan siklus II terlihat peningkatan nilai rata-rata 75,79.

5.    Selain adanya peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan model discovery learning ini juga terdapat peningkatan keaktifan siswa. Siswa yang semula malu untuk bertanya setelah dilaksakan model discovery learning menjadi berani bertanya, siswa yang semula enggan mengerjakan soal bersama kelompoknya menjadi lebih bisa bersosialisasi dengan kelompoknya, siswa yang dulunya enggan maju ke depan kelas dan maju ke depan kelas hanya pada saat ditunjuk guru sekarang berlomba-lomba untuk maju ke depan mengerjakan soal.

Saran

Untuk ikut menyumbang pemikiran dalam meningkatkan prestasi belajar siswa maka disampaikan saran-saran sebagai berikut:

Bagi guru

1.       Guru dapat menerapkan model discovery learning dalam pembelajaran matematika sebagai alternatif pembelajaran agar siswa tidak jenuh serta melatih belajar aktif pada siswa seperti dalam kurikulum KTSP

2.       Guru sebaiknya menggali lebih banyak alternatif model pembelajar baru sehingga siswa tidak jenuh pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Bagi sekolah

b.       Melatih guru agar kompetensinya lebih meningkat sesuai dengan KTSP

c.        Menyediakan sarana dan prasarana yang dapat memperlancar proses pembelajaran.

Bagi penelitian berikutnya, hasil ini dapat menjadi bahan referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan model discovery learning dalan lingkup yang lebih luas.

Daftar Pustaka

Dimyati dan Moedjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

http://karwono.wordpress.com/2008/02/27/artikel-penelitian-tindakan-kelas-classroom-action-research/.

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/02/penelitian-tindakan-kelas-definisi.html

Margono, 2004, Metodologi Penelitian, Rineka Cipta: Jakarta.

Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung: Raja Grafindo Persada.

Suhardjono. 2006. Penelitian Tindakan Kelas sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Bumi Aksara.