PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN IPA MATERI PEMBUATAN MAKANAN PADA TUMBUHAN HIJAU

MELALUI MODEL PAIKEM BAGI SISWA KELAS V

SD NEGERI NGUTER 02 KECAMATAN NGUTER

KABUPATEN SUKOHARJO SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2017 /2018

 

Lilis Murdiyatmi

SD Negeri Nguter 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPA materi pembuatan makanan pada tumbuhan hijau bagi siswa kelas V Semester I tahun pelajaran 20172018 di SD Negeri Nguter 02 Kecamatan Nguter Sukoharjo melalui model pembelajaran Paikem. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan di SD Negeri Nguter 02Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo pada semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 selama 5 (lima) bulan. Subjek penelitian adalah siswa kelas V di SD Negeri Nguter 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 yang terdiri dari 23 orang siswa. Objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran IPA materi pembuatan makanan pada tumbuhan hijau melalui model pembelajaran Paikem.. Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan ini pada intinya mengacu pada desain penelitian yang digunakan, yaitu: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) observasi; dan 4) refleksi hasil tindakan. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam selama tiga siklus ini, dapat ditarik simpulan bahwa melalui Penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran Paikem dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi pembuatan makanan pada tumbuhan hijau bagi siswa kelas           V SD Negeri Nguter 02 Nguter Sukoharjo semester 1 tahun pelajaran 2017/2018. Peningkatan dari kondisi awal ke siklus II, nilai rata-rata hasil belajar siswa kondisi awal 63,91 menjadi 77,82 meningkat sebanyak 13,91. Persentase tuntas belajar klasikal pada kondisi awal 39,13% menjadi 100% meningkat sebanyak 60,87%

Kata Kunci: Paikem, Hasil belajar IPA, Pembuatan makanan pada tumbuhan hijau

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Menurut peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 menetapkan bahwa Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. Pada proses pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung agar siswa mengetahui alam sekitar secara ilmiah. Diman ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, 2) Benda / materi, 3) Energi dan perubahannya, 4) Bumi dan alam semesta. (KTSP 2006)

Pembelajaran yang efektif dan bermakna akan berlangsung apabila dapat memberikan keberhasilan bagi siswa maupun guru itu sendiri. Hal ini betul-betul terjadi karena seorang guru akan memperoleh kepuasan apabila telah melaksanakan tugas mengajar dengan baik dan akan dapat tercapai hasil belajar secara optimal, apabila proses pembelajaran yang berlangsung mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik. Namun kenyataan di lapangan proses pembelajaran masih cenderung menggunakan cara-cara tradisional dengan model pembelajaran konvensional, yang memfokuskan pada pemberian informasi dan pengetahuan kepada siswa dalam mentransfer pengetahuan sebanyak mungkin.

Dengan kondisi pembelajaran yang seperti ini tentu tidak akan efektif dan pada akhirnya hasil dari proses pembelajaran tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh guru. Proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat aktif, baik secara fisik dan mental, penuh konsentrasi sehingga hasil belajar akan sesuai dengan KKM yang telah ditentukan sebelumnya, bahkan melampaui.

Dari tes hasil belajar yang dilakukan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi pembuatan makanan pada tumbuhan hijau pada siswa kelas V SDN Nguter 02 semester I Tahun Pelajaran 2017/2018 diperoleh hasil belajar yang kurang memuaskan, yaitu dari 23 siswa kelas V yang mengalami ketidaktuntasan belajar sebanyak 14 siswa (60,87%) sisanya 9 siswa telah mengalami ketuntasan belajar yaitu 39,13. Nilai terendah yang didapatkan siswa yaitu 23 dan nilai tertinggi 80, dengan rata-rata kelas 63,91. Siswa yang mendapatkan nilai di bawah rata-rata kelas sebanyak 14 siswa dan yang mendapatkan nilai di atas nilai rata-rata kelas sebanyak 9 siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang “Peningkatan Hasil Belajar IPA materi pembuatan makanan pada tumbuhan hijau melalui model pembelajaran Paikem Siswa Kelas V SD Negeri Nguter 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dibuat rumusan masalah yaitu:

“Apakah melalui model pembelajaran Paikem dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA materi pembuatan makanan pada tumbuhan hijau Siswa Kelas V semester 1 SDN Nguter 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk meningkatkan peningkatan hasil belajar IPA materi pembuatan makanan pada tumbuhan hijau melalui model pembelajaran PAIKEM Siswa Kelas V SDN Nguter 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018.

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran PAIKEM

PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan (Depdiknas, 2003).

Menurut Muhibbin Syah dan Kariadinata (2009: 1), PAIKEM dapat didefinisikan sebagai: pendekatan mengajar (approach to teaching) yang digunakan bersama metode tertentu dan pelbagai media pengajaran yang disertai penataan lingkungan sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dengan demikian, para siswa merasa tertarik dan mudah menyerap pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan. Selain itu, PAIKEM juga memungkinkan siwa melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan sikap, pemahaman, dan keterampilannya sendiri dalam arti tidak semata-mata “disuapi” guru. Di antara metode-metode mengajar yang amat mungkin digunakan untuk mengimplementasikan PAIKEM, ialah: 1) metode ceramah plus, 2) metode diskusi; 3) metode demonstrasi; 4) metode role-play; dan 5) metode simulasi.

Berdasarkan hasil pengembangan beberapa penjelasan di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) salah satu metode pembelajaran berbasis lingkungan. Metode ini mampu melibatkan siswa secara langsung dengan berbagai pengenalan terhadap lingkungan. Dengan demikian selama dalam proses pembelajaran akan mengajak siswa lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Hasil Belajar IPA

Kata pembelajaran menurut Sagala (2004: 45) adalah terjemahan dari “Instruction“ yang banyak digunakan dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media seperti bahan cetak atau program televisi, gambar, audio dan lainnya.

Dimyati dan Mudjiono (2009: 297) menyatakan bahwa “Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa berjalan secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar, lalu menurut pendapat Bruner (Schunk, 2010: 14) “Pembelajaran adalah guru harus memahami hakekat materi pembelajaran yang diajarkan sebagai suatu ajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa dalam memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan berfikir siswa berjalan dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru “.

Pembelajaran menurut Schunk (2010: 3) didefinisikan sebagai “… an enduring change in behavior, or in the capacity to behave in a given fashion, which results from practice or other forms of experience”. Pengertian tersebut mengandung adanya implikasi bahwa proses pembelajaran mencakup “acquiring and modifying knowledge, skills, strategies, beliefs, attitudes, and behaviors.”

Pengertian lain tentang pembelajaran dikemukakan oleh Sahabuddin (2007: 13) yang mendefinisikan pembelajaran sebagai sistem kegiatan untuk membimbing atau merangsang belajar anak mengerti dan membimbing anak sebagai individu dan sebagai kelompok dengan maksud terpenuhinya kelengkapan pengalaman belajar yang memungkinkan setiap anak dapat berkembang terus secara teratur mencapai kedewasaannya. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses tersebut mencakup adanya aktivitas “acquiring and modifying knowledge, skills, strategies, beliefs, attitudes, and behaviors.”

Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya tahu”. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti ”pengetahuan”. Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA) (Djojosoediro, 2008: 3).

IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah.

Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah (Muslichah, 2006: 25).

Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitanya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu mengutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran tersebut. Guru berkewajiban untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA. Tujuan ini tidak terlepas dari hakikat IPA sebagai produk, proses dan sikap ilmiah. Oleh sebab itu, pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat.

Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup pemahaman konsep dalam Kurikulum KTSP relatif sama jika dibandingkan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang sebelumnya digunakan. Secara terperinci lingkup materi yang terdapat dalam Kurikulum KTSP adalah: (1) makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. (2) benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. (3) energi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. (4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Dengan demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kedua aspek tersebut saling berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk memperoleh pemahaman atau penemuan konsep IPA.

Hipotesis Tindakan

Sebagai jawaban sementara atas hasil tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat diajukan suatu hipotesa sebagai berikut:

Melalui model pembelajaran Paikem dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA materi Pembuatan makanan pada tumbuhan hijau Siswa Kelas V semester 1 SDN Nguter 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2017/2018. Waktu penelitian dilaksanakan selama 5 (tiga) bulan, yaitu dari bulan Juli 2017 hingga bulan November 2017. Adapun jadwal waktu penelitian terbagi dalam tabel berikut.

Pelaksanaan Tindakan Kelas ini dilakukan di SD Negeri Nguter 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo pada siswa kelas V semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 mata pelajaran IPA materi pembuatan makanan pada tumbuhan hijau

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi pembuatan makanan pada tumbuhan hijau yang dilaksanakan oleh guru dan siswa kelas V SD Negeri Nguter 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo, dengan menggunakan metode ceramah, mengamati dan menyimak materi yang dijelaskan oleh guru, dilanjutkan tugas mandiri. Sehingga membuat siswa merasa jenuh dan tidak menarik untuk mengikuti pembelajaran.

Kondisi awal tindakan merupakan hasil refleksi terhadap pencarian fakta tentang pembelajaran IPA konsep “konsep pembuatan makanan pada tumbuhan hijau” pada siswa kelas V Semester 1 SD Negeri Nguter 02 Kecamatan Nguter Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018. Data refleksi diperoleh dari pengamatan terhadap hasil tes belajar siswa sebelum dilakukan tindakan pembelajaran dengan model pembelajaran Paikem atau hasil ulangan harian.

Hasil tes diperoleh dari nilai ulangan harian yang diperoleh dari 23 orang siswa kelas V Semester 1 SD Negeri Nguter 02 Kecamatan Nguter Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018. Berdasarkan nilai ulangan harian, dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh adalah sebesar 50, nilai tertinggi sebesar 80, dan nilai rata-rata kelas diperoleh sebesar 63,91. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 63,91 < KKM yang ditetapkan, yaitu sebesar 70,00. Atas dasar hal tersebut, maka siswa kelas V Semester 1 SD Negeri Nguter 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018 secara klasikal belum mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran IPA materi Pembuatan makanan pada tumbuahan hijau.

Ditinjau dari tingkat ketuntasan belajar, dari 23 siswa yang ada, jumlah siswa yang sudah memperoleh nilai > KKM baru mencapai 9 orang siswa (39,19%). Sisanya sebanyak 14 orang siswa (60,87%) belum mencapai batas tuntas. Dengan demikian, secara klasikal siswa kelas V Semester 1 SD Negeri Nguter 02 Kecamatan Nguter kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018 belum mencapai batas tuntas penguasaan penuh secara klasikal yang dipersyaratkan> 80.00%.

Deskripsi Tindakan Siklus I

Observasi dilakukan untuk mengetahui perilaku kelas dan dampak proses yang dihasilkan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran dilakukan. Hasil tes menunjukkan bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 60, nilai tertinggi sebesar 90, dan nilai rata-rata sebesar 70,00. Mengingat nilai rata-rata yang diperoleh siswa sudah sesuai KKM sebesar 70.00 maka siswa kelas V Semester 1 SD Negeri Nguter 02 Nguter Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018 secara klasikal dapat dikatakan sudah mencapai ketuntasan belajar. Adapun nilai ketuntasan pada siklus I dapat disajikan pada tabel dan diagram, sebagai berikut

Tabel 5 Nilai Ulangan Harian dan Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I

No.

Ketuntasan

Jumlah

%

1.

Tuntas

13

56,52%

2.

Tidak Tuntas

10

43,48%

Jumlah

23

100%

Nilai Rata-rata

70,00

Nilai Terendah

60

Nilai Tertinggi

90

 

Ditinjau dari ketuntasan belajar, hasil tes akhir tindakan Siklus I menunjukkan bahwa jumlah siswa yang sudah memperoleh nilai > KKM adalah sebanyak 13 orang siswa (56,52%).Sisanya sebanyak 10 orang siswa (43,48%) masih belum mencapai ketuntasan

Deskripsi Tindakan Siklus II

Observasi dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil tes akhir tindakan Siklus II dapat diketahui bahwa terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 70, nilai tertinggi sebesar 100, dan nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 77,82 Mengingat nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa > KKM yang ditetapkan sebesar 70.00, maka siswa kelas V Semester I SD Negeri Nguter 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018 secara klasikal sudah dianggap mencapai ketuntasan belajar.

Ditinjau dari tingkat ketuntasan belajar siswa, jumlah siswa sudah seluruhnya mencapai batas tuntas minimal dengan nilai >70.00 yaitu sebanyak 23 orang siswa atau 100%. Atas dasar hal tersebut, maka tingkat penguasaan penuh secara klasikal sebesar 80% sudah tercapai. Data tingkat ketuntasan belajar siswa pada tindakan pembelajaran Siklus II dapat disajikan pada tabel berikut

 

Tabel 6 Nilai Ulangan Harian dan Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II

No.

Ketuntasan

Jumlah

%

1.

Tuntas

23

100%

2.

Tidak Tuntas

0

0%

Jumlah

23

100%

Nilai Rata-rata

77,82

Nilai Terendah

70

Nilai Tertinggi

100

 

Berdasarkan tabel dan diagram di atas terlihat nilai siswa yang mencapai KKM atau tuntas ada 23 siswa dari 23 siswa. Prosentase ketuntasan belajar sebesar 100%, hal ini menunjukkan adanya peningkatan penguasaan materi dari perbaikan pembelajaran siklus I dibanding siklus II.

Prosentase ketuntasan belajar sebesar 100%, hal ini menunjukkan adanya peningkatan penguasaan materi dari perbaikan pembelajaran siklus II dibanding kondisi awal dan siklus I

Pembahasan Tiap Siklus

Hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa ”Pembelajaran dengan model pembealjaran Paikem dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi pembuatan makanan pada tumbuhan hijau bagi siswa Kelas V Semester 1 SD Negeri Nguter 02 Kecamatan Nguter Sukoharjo tahun Pelajaran 2017/2018” terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.

Pada kondisi awal, hasil belajar siswa cukup rendah. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai rata-rata hasil belajar sebesar 63,91 dan tingkat ketuntasan belajar sebesar 39,13%. Kondisi tersebut diindikasikan disebabkan karena proses pembelajaran yang kurang mampu mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran cenderung bersifat teacher-centered dan didominasi guru.

Guna mengatasi hal tersebut maka guru berupaya melakukan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran dengan Paikem. Model pembelajaran dengan Paikem merupakan suatu model pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif dalam membangun pengetahuan mereka melalui proses mencari dan menemukan. Penggunaan metode ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk menemukan dan mengkonstruksi pengetahuan mereka tentang suatu konsep.

Upaya perbaikan yang dilakukan guru cukup berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan, yaitu dari 63,91 pada kondisi awal menjadi 70,00. Tingkat ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 39,13% pada kondisi awal menjadi 56,52% pada tindakan Siklus I.

Peningkatan tersebut dipandang belum optimal, karena tingkat penguasaan penuh secara klasikal > 80%. Berpijak dari kondisi tersebut maka dilakukan perbaikan pembelajaran pada tindakan Siklus II. Perbaikan yang dilakukan guru pada tindakan Siklus II adalah dengan memberikan contoh sehingga anak dapat bersikap ilmiah. Langkah ini dimaksudkan untuk meningkatkan aktivitas siswa agar lebih aktif berinteraksi dan bersikap ilmiah dalam pembelajaran.

Tindakan perbaikan yang dilakukan guru tersebut cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai-rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 63,91 pada tindakan kondisi awal, meningkat menjadi 77,82 pada tindakan Siklus II meningkat sebesar 13,91. Adapun ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 39,13% pada tindakan Siklus I, meningkat menjadi 100% pada tindakan Siklus II terjadi peningkatan sebesar 60,87% dari kondisi awal sampai siklus II

Data perkembangan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus II dapat disajikan ke dalam tabel berikut.

Tabel 7 Daftar Nilai Siswa Kondisi Awal Hingga Tindakan Pembelajaran Siklus II

Uraian

Kondisi Awal

Siklus I

Siklus II

TUNTAS

9

13

23

BELUM TUNTAS

14

10

0

JUMLAH

1470

1610

1790

RATA-RATA

63,91

70,00

77,82

NILAI TERENDAH

50

60

70

NILAI TERTINGGI

80

90

90

 

Dari tabel dan diagram diatas Tindakan perbaikan yang dilakukan guru tersebut cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai-rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 63,91 pada tindakan kondisi awal, meningkat menjadi 77,82 pada tindakan Siklus II meningkat sebesar 13,91 Adapun ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 39,14% pada tindakan Siklus I, meningkat menjadi 100% pada tindakan Siklus II terjadi peningkatan sebesar 60,87% dari kondisi awal sampai siklus II

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil dari tindakan kelas yang dilakukan dalam 2 siklus, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

“Melalui model pembelajaran Paikem dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA pada materi Pembuatan Makanan pada Tumbuhan Hijau Siswa Kelas V semester 1 SDN Nguter 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo”

Hasil tes siswa rata-rata pada kondisi awal sebesar 63,91 pada siklus I sebesar 70,00 dan pada siklus II sebesar 77,82. Sedangkan presentase siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal sebesar 39,13%, siklus I sebesar 56,52% dan siklus II sebesar 100%. Jadi terdapat peningkatan rata-rata dan presentase siswa yang telah mencapai KKM dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 13,91 dan peningkatan ketuntasan sebesar 60,87% dari kondisi awal sampai pada akhir siklus II

 

 

Saran

Saran yang dapat peneliti sampaikan setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran sebagai berikut:

Bagi Siswa

Sebaiknya siswa aktif dan meningkatkan kerjasama dalam proses pembelajaran

Bagi guru

Diharapkan guru dalam penelitian tindakan kelas dengan model pembelajaran yang berbeda sehingga memberikan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dalam penelitian tindakan kelas.

Bagi Sekolah

Diharapkan sekolah mencetak iklim pembelajaran yang kondusif serta memfasilitasi sarana dan prasarana

DAFTAR PUSTAKA

Anni, Catharina Tri. 2005. Psikologi Pendidikan. Semarang: UPT MKK UNNES.

Asy’ari, Muslichah. 2011. HakekatPembelajaran IPA di SD. Jakarta:BumiAksara

Depdiknas. 2003. Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar Melalui Pendekatan PAKEM, Kontekstual, dan Kecakapan Hidup. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Djojosoediro. 2012. Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta:BumiAksara.

Iskandar, Yul. 2004. Tes, Bakat, Minat, Sikap dan Personality MMPI-DG, Jakarta: Yayasan Darma Graha.

Piaget,Jean and Barbel Inhelder. 2008. Psikologi Anak Terj.Miftahul Jannah. Yogyakarata: pustaka Pelajar

Sahabuddin. 2007. Belajar Dan Pembelajaran. Makassar: Badan Penerbit UNM.

Schunk. Dale. H. 2010. Learning Theories. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Sutratinah Tirtonegoro. 2001.Penelitian Hasil Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Syah, Muhibbin dan Rahayu Kariadinata. 2009. Bahan Pelatihan: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM). Bandung: PLPG UIN Sunan Gunung Jati Bandung.

Syaiful Sagala. 2004. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Taslimuharrom. 2008. Metodologi PAKEM. Artikel Pendidikan [On-line] htttp://id.wordpress.com/tag/artikel-pendidikan / di akses tanggal 15 April 2008.

Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.