Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Make a Match
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IX A
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH SMPN 2 BRINGIN KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/ 2016
Sri Luwarningsih
SMPN 2 Bringin Kabupaten Semarang
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peningkatan hasil belajar melalui model pembelajaran make a match. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan subjek siswa kelas IXA SMPN 2 Bringin. Prosedur penelitian tindakan kelas ini ditempuh dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan 2 kali pertemuan. Setiap siklus terdapat empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes yang diberikan di setiap akhir siklus, metode observasi. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan hasil belajar. Rata-rata prasiklus 51,53 meningkat pada siklus I dengan rata-rata 72,73 dan meningkat pada siklus II dengan rata-rata 87,88. Seluruh siswa mengalami ketuntasan belajar. Berdasarkan hasil penelitian siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.
Kata kunci: Hasil belajar, make a match
Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, dan ekonomi. Puskur (Kasim, 2008:4).
Pembelajaran geografi adalah bagian dari pembelajaran IPS yang memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dengan wilayah-wilayah. Salah satu materi geografi yang harus dikuasai siswa pada kelas IX semester II adalah materi tentang benua dan samudera. Kemampuan siswa dalam memahami materi ini umumya rendah. Rendahnya pemahaman siswa ini disebabkan oleh kurangnya motivasi siswa dalam memahami letak astronomis, luas, batas dan karakteristik benua dan samudra dengan melihat dalam peta. Hal ini disebabkan karena pada materi ini siswa harus menguasai kemampuan yang tingkat kesulitanya tinggi. Disamping itu cakupan materi pada kompetensi dasar ini juga cukup banyak, dibandingkan dengan kompetensi yang lainnya.
Kondisi ini menyebabkan nilai yang diperoleh sebagian besar siswa pada ulangan harian berada di bawah KKM. Dari total siswa di kelas IX A sejumlah 33 siswa, jumlah siswa yang mendapatkan nilai memenuhi KKM hanya 51,52%.
Melihat kondisi ini penulis menganggap perlu untuk menemukan model pembelajaran yang bisa membuat siswa lebih mudah dalam menguasai materi Benua dan Samudera sehingga siswa bisa meningkatkan hasil belajarnya.
Kajian Teori
Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang terus menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas. Hal itu berdasarkan pada asumsi bahwa sepanjang kehidupanya, manusia akan selalu dihadapkan masalah atau tujuan yang ingin dicapainya.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar di bagi tiga macam yakni: (a) Ketrampilan dan kebiasaan (b), pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar. Tiga ranah pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu: kognitif, afektif dan psikomotor.
Hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Hasil belajar diartikan sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai-nilai kecakapan. Menurut Tirtonegoro (2001: 43) prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran dan penilaian usaha belajar, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun simbol pada periode tertentu, misalnya tiap semester hasil prestasi siswa dinyatakan dalam bentuk raport.
Lebih lanjut Nurkancana dan Sunartana (1992) mengatakan prestasi belajar bisa juga disebut kecakapan aktual yang diperoleh seseorang setelah belajar, suatu kecakapan potensial yaitu kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki oleh individu untuk memcapai prestasi. Kecakapan aktual dan kecakapan potensial ini dapat dimasukkan ke dalam suatu istilah yang lebih umum yaitu kemampuan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh siswa setelah siswa mendapatkan kecakapan nyata (actual) bukan kecakapan potensial.
Model Pembelajaran Make a Match
Model pembelajaran make a match (mencari pasangan) merupakan model pembelajaran aktif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Model make a match sebagai metode mencari pasangan. Pengembang model ini adalah Lorry Curran, tahun 1994. Model make a match adalah metode pembelajaran aktif untuk mendalami atau melatih materi yang telah dipelajari. Setiap siswa menerima satu kartu. Kartu itu bisa berisi pertanyaan, bisa berisi jawaban. Selanjutnya mereka mencari pasangan yang cocok sesuai dengan kartu yang dipegang. Model PAKEM yaitu pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang mengutamakan kerjasama dan kecepatan diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran make a match merupakan strategi yang cukup menyenangkan yangdigunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya.Namun demikian materi barupun tetap bisa diajarkan menggunakan model pembelajaran make a match, dengan catatan peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan.
Kerangka Berpikir
Kurangnya pemahaman materi yang disampaikan oleh guru pada peserta didik adalah bukti nyata kurang tercapainya tujuan pembelajaran pada mapel IPS tentang materi Benua dan Samudra. Peserta didik terutama siswa kelas IX A belum menguasai materi dikarenakan materi yang disampaikan oleh guru monoton dan ceramah, selain itu guru belum menggunakan model pembelajaran sehingga siswa kurang memahami materi tersebut.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka saat pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan tipe make a match. Dengan menggunakan model pembelajaran make a match diharapkan materi lebih mudah dipahami oleh siswa sehingga siswa bisa meningkatkan hasil belajar.
Metodologi Penelitian
Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini penulis lakukan di Kelas IXA SMP Negeri 2 Bringin. Pelaksanaan Penelitian ini direncanakan pada semester II tahun pelajaran 2015/2016 dari bulan Januari sampai bulan Mei 2016.
Subjek Penelitian dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX A SMP Negeri 2 Bringin. Jumlah Siswa 33 orang terdiri dari 16 siswa laki- laki dan 17 siswa perempuan.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari:
Siswa
Siswa sebagai subjek dalam penelitian yang sekaligus sebagai sumber data yang berupa hasil belajar,aktivitas selama pembelajaran berlangsung dan respon atau tanggapan terhadap penerapan model pembelajaran make a match saat proses pembelajaran berlangsung.
Guru
Dalam penelitian tindakan kelas ini yang bertindak sebagai peneliti adalah guru sendiri. Data yang dapat diperoleh dari guru adalah aktivitas guru dalam mengimplemantasikan model pembelajaran make amatch pada materi Benua dan Samudra.
Observer
Bertindak sebagai observer dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kolabolator yaitu guru mata pelajaran IPS SMP Negeri 2 Bringin.Observer mencatat semua kejadian yang ada dalam proses pembelajaran dalam lembar pengamatan (observasi) yang sudah disediakan.
Analisis Data
Data yang terkumpul yang berupa hasil tes dalam penelitian tindakan kelas ini dianalisis menggunakan deskriptif komparatif, yaitu dengan membandingkan dan memaparkan data hasil belajar siswa antara setiap siklus.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Prasiklus
Data hasil belajar siswa pada pembelajaran pra siklus:
Tabel 1. Nilai Hasil Belajar siswa Prasiklus
No |
Aspek |
Nilai Prasiklus |
1. |
Rata-rata Klasikal |
64,09 |
2. |
Siswa tuntas |
17 |
3. |
Siswa tidak tuntas |
16 |
4. |
Prosentase Ketuntasan (%) |
51,53 |
Siklus I
Data hasil belajar siswa diperoleh data nilai pada pembelajaran siklus 1 sebagai berikut:
Tabel 2. Nilai Hasil Belajar Siklus I
No |
Aspek |
Nilai Siklus I |
1. |
Rata-rata Klasikal |
71,66 |
2. |
Siswa tuntas |
24 |
3. |
Siswa tidak tuntas |
9 |
4. |
Prosentase Ketuntasan (%) |
72,73 |
|
|
|
Siklus II
Data hasil belajar siswa diperoleh data nilai pada pembelajaran siklus II sebagai berikut:
Tabel 3. Nilai Hasil Belajar Siklus II
No |
Aspek |
Nilai Siklus II |
1. |
Rata-rata Klasikal |
80,15 |
2. |
Siswa tuntas |
29 |
3. |
Siswa tidak tuntas |
4 |
4. |
Prosentase Ketuntasan (%) |
87,88 |
Pembahasan
Dari data hasil belajar siswa pada pembelajaran prasiklus, siklus 1, dan siklus II, diketahui adanya peningkatan hasil belajar sebagaimana terdapat pada tabel berikut ini:
Tabel 4. Nilai Hasil Pembelajaran Prasiklus, Siklus I, Siklus II
No |
Aspek |
Nilai |
|||
Prasiklus |
Siklus I |
Siklus II |
|||
1. |
|
64,09 |
71,66 |
80,15 |
|
2. |
Siswa tuntas |
17 |
24 |
29 |
|
3. |
Siswa tidak tuntas |
16 |
9 |
4 |
|
4. |
Prosentase Ketuntasan (%) |
51,53 |
72,73 |
87,88 |
Dari tabel tersebut terlihat ada peningkatan rata-rata hasil belajar siswa sebesar 16,06% dan peningkatan prosentase ketuntasan sebesar 36,35%.
Penutup
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa melalui Model Pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar materi Benua dan Samudra pada siswa kelas IX A semester II di SMP Negeri 2 Bringin tahun pelajaran 2015//2016. Hasil belajar prasiklus 51,53 meningkat pada siklus I dengan rata-rata 72,73 dan meningkat pada siklus II dengan rata-rata 87,88. Seluruh siswa mengalami ketuntasan belajar.
Saran
Saran dari penelitian ini dikemukakan sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Guru dapat menerapkan model pembelajaran Make a Match dalam kegiatan pembelajaran.
2. Bagi Sekolah
Sekolah dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan referensi dalam model pembelajaran.
3. Bagi Peneliti lain
Peneliti dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian baru.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Moedjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka cipta.
Henny Ambarwati. Penerapan Model Pembelajaran Make A Match Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Siswa SMA Kristen Satya Wacana Salatiga Semester Gasal Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Salatiga; FKIP Universitas Kristen Satya Wacana.
Nurkancana dan Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Bandung: Usaha Nasional
Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Leraning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Uno, Hamzah B. dan Nurdin Mohamad. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara