Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN PKn MATERI SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI NGUTER 02
KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO
SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2016 /2017
Suwarni
SD Negeri Nguter 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran PKn materi Sistem Pemerintahan Pusat bagi siswa kelas IV Semester II tahun pelajaran 2016/2017 di SD Negeri Nguter 02 Kecamatan Nguter Sukoharjo melalui model pembelajaran Numberd Head Together (NHT) Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan di SD Negeri Nguter 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo pada semester II tahun pelajaran 2017/2018 selama 5 (lima) bulan. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV di SD Negeri Nguter 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester II tahun pelajaran 2017/2018 yang terdiri dari 13 orang siswa. Objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran PKn materi sistem Pemerintahan Pusat melalui model pembelajaran Numberd Head Together (NHT). Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan ini pada intinya mengacu pada desain penelitian yang digunakan, yaitu: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) observasi; dan 4) refleksi hasil tindakan. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam selama tiga siklus ini, dapat ditarik simpulan bahwa melalui Penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran Numberd Head Together (NHT) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran PKn materi Sistem Pemerintahan Pusat bagi siswa kelas IV SD Negeri Nguter 02 Nguter Sukoharjo semester II tahun pelajaran 2016/2017. Peningkatan dari kondisi awal ke siklus II, nilai rata-rata hasil belajar siswa kondisi awal 69,61 menjadi 88,07 meningkat sebanyak 18,46. Persentase tuntas belajar klasikal pada kondisi awal 38,46% menjadi 100% meningkat sebanyak 61,54%
Kata Kunci: Numberd Head Together (NHT), Hasil belajar PKn, Sistem Pemerintahan Pusat
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Tuntutan Kriteria Ketuntasan Minimal pada mata pelajaran PKn untuk SD/MI saat ini merupakan salah satu tantangan yang diperoleh guru. Diakui ataupun tidak tantangan tersebut harus diterima dan dilaksanakan dengan sebaik mungkin. Pembelajaran PKn di kelas IV sudah mencakup materi yang sangat kompleks. sehingga siswa dan guru dituntut untuk dapat berfikir efektif dan efisien. Materi pembelajaran yang disampaikan dalam pembelajaran memaksa siswa untuk dapat berfikir dan berlogika secara penuh.
Kenyataan hasil belajar yang dilakukan pada mata pelajaran PKn materi Sistem Pemerintahan Pusat pada siswa kelas IV SDN Nguter 02 semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017 diperoleh hasil belajar yang kurang memuaskan, yaitu dari 13 siswa kelas IV yang mengalami ketidaktuntasan belajar sebanyak 8 siswa (61,54%) sisanya 5 siswa telah mengalami ketuntasan belajar yaitu 38,46%. Nilai terendah yang didapatkan siswa yaitu 60 dan nilai tertinggi 85, dengan rata-rata kelas 69,61. Siswa yang mendapatkan nilai di bawah rata-rata kelas sebanyak 5 siswa dan yang mendapatkan nilai di atas nilai rata-rata kelas sebanyak 8 siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Peningkatan Hasil Belajar PKn materi Sistem Pemerintahan Pusat melalui model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Number Head Together Siswa Kelas IV SD Negeri Nguter 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017â€.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dibuat rumusan masalah yaitu: “Apakah melalui model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PKn materi Sistem Pemerintahan Pusat Siswa Kelas IV semester 2 SDN Nguter 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo ?“
Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk meningkatkan hasil belajar PKn materi Sistem Pemerintahan Pusat melalui model pembelajaran Coopertive Learning Tipe Numbered Head Together Siswa Kelas IV SDN Nguter 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian bagi siswa memperoleh pengalaman belajar aktif dalam suasana yang menyenangkan serta melatih kerjasama siswa. Manfaat bagi guru
Bagi guru
sebagai sarana untuk belajar dalam penelitian tindakan kelas dengan metode yang berbeda sehingga memberikan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dalam penelitian tindakan kelas. Manfaat bagi sekolah memberikan sumbangan yang berarti bagi sekolah dalam rangka perbaikan system pembelajaran
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SD
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya Bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa baik sebagai individu, masyarakat, warga negara dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku tersebut adalah seperti yang tercantum di dalam penjelasan Undang-Undang tentang Pendidikan Nasional pasal 39 ayat (2) yaitu perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perlaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung persatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan., perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan perorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran, pendapat atau kepentingan diatas melalui musyawarah dan mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pembelajaran Kooperatif
Pengertian Pembelajaran Kooperatif dapat dipahami dari arti kata kooperatif yang mempunyai arti “bersifat kerja sama†atau “bersedia membantu†(Depdiknas, 2008). Jadi pengertian Pembelajaran Kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil (umumnya terdiri dari 4-5 orang siswa) dengan keang -gotaan yang heterogen (tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan suku/ras berbeda) (Arends, 2012). Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Oleh karena itu, Pembelajaran Kooperatif perlu dikembangkan karena pada saat penerapan Pembelajaran Kooperatif siswa berlatih berbagai keterampilan kooperatif (keterampilan sosial) sesuai dengan tuntutan kompetensi pada Kurikulum 2013 yaitu kompetensi sikap sosial, selain kompetensi sikap spiritual, pengetahuan, dan keterampilan.
Menurut Lie 2002 dalam Sukarmin, (2002:2) ada Lima unsur Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning yaitu:1)Saling ketergantungan positif; 2)Tanggung jawab perseorangan; 2)Tatap muka; 3)Komunikasi antar anggota; 4)Evaluasi proses kelompok (Lie, 2002).Sedangkan menurut Lundgren (Sukarmin, 2002:2), Unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan pada diri siswa agar Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning lebih efektif adalah sebagai berikut: 1)Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersamaâ€; 2)Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi; 3)Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama; 4)Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara anggota kelompok; 5)Para siswa akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok; 6)Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar; 7)Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sementara itu, menurut Nur (2001:3) pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:1)Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya; 2)Kelompok dibentukdari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah; 3)Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku,dan jenis kelamin yang berbeda-beda; 3)Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Berdasarkan hasil penelitian (Slavin, 1995) Pembelajaran Kooperatif mempunyai manfaat antara lain: (1) meningkatkan pencurahan waktu pada tugas; (2) meningkatkan rasa harga diri; (3) memperbaiki sikap terhadap mata pelajaran, guru, dan sekolah; (4) memperbaiki kehadiran; (5) saling memahami adanya perbedaan individu; (6) mengurangi konflik antar pribadi; (7) mengurangi sikap apatis; (8) memperdalam pemahaman; (9) meningkatkan motivasi; (10) meningkatkan hasil bel ajar; dan (11) memperbesar retensi. Selain itu, Woolfolk (2010) menya takan bahwa pembelajaran kooperatif meningkatkan kemampuan me mandang dunia dari cara pandang orang lain, hubungan lebih baik an tara kelompok etnis yang berbeda di sekolah atau di kelas, rasa percaya diri, penerimaan yang lebih besar terhadap siswa cacat dan berkemam puan rendah. Interaksi dengan teman sebaya yang amat disukai siswa menjadi bagian dari proses belajar. Kebutuhan untuk diterima dalam kelompoknya cenderung lebih dipenuhi.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together
Teknik belajar mengajar Kepala Bernomor (Numbered Heads) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Tehnik ini memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, tehnik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Tehnik ini bisa digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Hasil Belajar PKn
Kata pembelajaran menurut Sagala (2004: 45) adalah terjemahan dari “Instruction“ yang banyak digunakan dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media seperti bahan cetak atau program televisi, gambar, audio dan lainnya.
Dimyati dan Mudjiono (2009: 297) menyatakan bahwa “Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa berjalan secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar, lalu menurut pendapat Bruner (Schunk, 2010: 14) “Pembelajaran adalah guru harus memahami hakekat materi pembelajaran yang diajarkan sebagai suatu ajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa dalam memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan berfikir siswa berjalan dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru “.
Pembelajaran menurut Schunk (2010: 3) didefinisikan sebagai “… an enduring change in behavior, or in the capacity to behave in a given fashion, which results from practice or other forms of experienceâ€. Pengertian tersebut mengandung adanya implikasi bahwa proses pembelajaran mencakup “acquiring and modifying knowledge, skills, strategies, beliefs, attitudes, and behaviors.â€
Pengertian lain tentang pembelajaran dikemukakan oleh Sahabuddin (2007: 13) yang mendefinisikan pembelajaran sebagai sistem kegiatan untuk membimbing atau merangsang belajar anak mengerti dan membimbing anak sebagai individu dan sebagai kelompok dengan maksud terpenuhinya kelengkapan pengalaman belajar yang memungkinkan setiap anak dapat berkembang terus secara teratur mencapai kedewasaannya. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses tersebut mencakup adanya aktivitas “acquiring and modifying knowledge, skills, strategies, beliefs, attitudes, and behaviors.â€
Kerangka Berpikir
Pembelajaran PKn bagi siswa kelas IV Sekolah Dasar sudah mencakup materi yang luas. Dalam pelaksanaannya guru dalam menyampaikan materi masih menggunakan teknik tradisional, sehingga siswa kurang tertarik. Hasil belajar siswa yang terhiting kurang bisa jadi dilator belakangi oleh hal tersebut.
Dalam pembelajaran PKn, keterlibatan siwa dalam memahami konsep sangat diperlukan. Salah satu model pembelajaran yang ikut melibatkan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran adalah model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together. Prinsip-prinsip dan ciri-ciri pembelajaran Cooperative Learning menjadikan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Hal ini pada gilirannya dapat mendorong siswa untuk lebih terlibat secara aktif dalam pembelajaran yang bermuara pada meningkatnya penguasaan konsep pada siswa.
Hipotesis Tindakan
Sebagai jawaban sementara atas hasil tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat diajukan suatu hipotesa sebagai berikut:
Melalui model pembelajaran Coopeartive Learning tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PKn materi Pemerintahan Pusat Siswa Kelas IV semester 2 SDN Nguter 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2016/2017. Waktu penelitian dilaksanakan selama 5 (lima) bulan, yaitu dari bulan Januari 2017 hingga bulan Mei 2017. Pelaksanaan Tindakan Kelas ini dilakukan di SD Negeri Nguter 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo pada siswa kelas IV semester 2 tahun pelajaran 2016/2017 mata pelajaran Pkn materi Sistem pemerintahan pusat.
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Nguter 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017 yang terdiri atas 13 orang siswa.
Sumber data penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data-data yang diperoleh dari sumber pertama. Data primer yang digunakan adalah hasil wawancara dan observasi terhadap siswa kelas IV SD Negeri Nguter 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017 sedangkan data sekunder berupa dokumentasi foto dan hasil tes (kegiatan PBM dari prasiklus, siklus I dan siklus II). Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan, tes dan dokumen. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi metode dan triangulasi data.
Indikator Keberhasilan
Model pembelajaran Numbred Head Together (NHT) dikatakan mampu meningkatkan hasil belajar Pkn materi sistem pemerintahan pusat pada siswa kelas IV SDN Nguter 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017, jika indikator keberhasilan pembelajaran tercapai. Indikator keberhasilan antara lain: Persentase tuntas belajar secara klasikal ≥ 75% (minimal 80% siswa memperoleh nilai diatas KKm atau ≥ 75) dan Nilai rata-rata di kelas ≥ 75.
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Arikunto (2003:83) mengemukakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu: 1) Perencanaan (planning); 2) Tindakan (acting); 3) Pengamatan (observing); dan 4) Refleksi (reflecting).
Desain penelitian yang peneliti lakukan merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dan tiap-tiap siklus berisi empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa â€Pembelajaran dengan model pembelajaran Numberd Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn materi sistem pemerintahan pusat bagi siswa Kelas IV Semester II SD Negeri Nguter 02 Kecamatan Nguter Sukoharjo tahun Pelajaran 2016/2017†terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.
Pada kondisi awal, hasil belajar siswa cukup rendah. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai rata-rata hasil belajar sebesar 69,61 dan tingkat ketuntasan belajar sebesar 38,46%. Kondisi tersebut diindikasikan disebabkan karena proses pembelajaran yang kurang mampu mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran cenderung bersifat teacher-centered dan didominasi guru.
Guna mengatasi hal tersebut maka guru berupaya melakukan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran dengan Numberd Head Together (NHT). Model pembelajaran dengan Numberd Head Together (NHT) merupakan suatu model pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif dalam membangun pengetahuan mereka melalui proses mencari dan menemukan. Penggunaan metode ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk menemukan dan mengkonstruksi pengetahuan mereka tentang suatu konsep.
Upaya perbaikan yang dilakukan guru cukup berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan, yaitu dari 69,61 pada kondisi awal menjadi 75,76. Tingkat ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 38,46% pada kondisi awal menjadi 69,23% pada tindakan Siklus I.
Peningkatan tersebut dipandang belum optimal, karena tingkat penguasaan penuh secara klasikal > 80%. Berpijak dari kondisi tersebut maka dilakukan perbaikan pembelajaran pada tindakan Siklus II. Perbaikan yang dilakukan guru pada tindakan Siklus II adalah dengan memberikan contoh sehingga anak dapat bersikap ilmiah. Langkah ini dimaksudkan untuk meningkatkan aktivitas siswa agar lebih aktif berinteraksi dan bersikap ilmiah dalam pembelajaran.
Tindakan perbaikan yang dilakukan guru tersebut cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai-rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 69,61 pada tindakan kondisi awal, meningkat menjadi 88,07 pada tindakan Siklus II meningkat sebesar 18,46. Adapun ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 69,23% pada tindakan Siklus I, meningkat menjadi 100% pada tindakan Siklus II, terjadi peningkatan sebesar 61,54% dari kondisi awal sampai siklus II
Data perkembangan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus II dapat disajikan ke dalam tabel berikut.
. Tabel Daftar Nilai Siswa Kondisi Awal Hingga Tindakan Pembelajaran Siklus II
Uraian |
Kondisi Awal |
Siklus I |
Siklus II |
TUNTAS |
5 |
9 |
13 |
BELUM TUNTAS |
8 |
4 |
0 |
JUMLAH |
905 |
985 |
1145 |
RATA-RATA |
69,61 |
75,76 |
88,07 |
NILAI TERENDAH |
60 |
70 |
75 |
NILAI TERTINGGI |
85 |
90 |
100 |
Dari tabel dan diagram diatas Tindakan perbaikan yang dilakukan guru tersebut cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai-rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 69,61 pada tindakan kondisi awal, meningkat menjadi 75,76 pada tindakan Siklus II meningkat sebesar 18,46 Adapun ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 38,46% pada tindakan Siklus awal , meningkat menjadi 100% pada tindakan Siklus II terjadi peningkatan sebesar 61,54% dari kondisi awal sampai siklus II
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil dari tindakan kelas yang dilakukan dalam 2 siklus, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
“Melalui model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Pkn pada materi sistem pemerintahan pusat Siswa Kelas IV semester II SDN Nguter 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjoâ€
Hasil tes siswa rata-rata pada kondisi awal sebesar 69,61 pada siklus I sebesar 75,76 dan pada siklus II sebesar 88,07. Sedangkan presentase siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal sebesar 38,46%, siklus I sebesar 69,23% dan siklus II sebesar 100%. Jadi terdapat peningkatan rata-rata dan presentase siswa yang telah mencapai KKM dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 18,46 dan peningkatan ketuntasan sebesar 61,54% dari kondisi awal sampai pada akhir siklus II
Saran
Saran yang dapat peneliti sampaikan setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran sebagai berikut:
Bagi Siswa
Sebaiknya siswa aktif dan meningkatkan kerjasama dalam proses pembelajaran
Bagi guru
Diharapkan guru dalam penelitian tindakan kelas dengan model pembelajaran yang berbeda sehingga memberikan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dalam penelitian tindakan kelas.
Bagi Sekolah
Diharapkan sekolah mencetak iklim pembelajaran yang kondusif serta memfasilitasi sarana dan prasarana
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, 2013. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta
Arends, 2012 Learning To Teach. New York. McGrawhill Education
Depdiknas, 2008 Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke Empat. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama
Ibrahim, dkk.2000 Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa Press
Lie 2002, Cooperative Learning Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang ruang kelas. Jakarta: Grasindo
Mudjiono,2009. Belajar Pembelajaran. Jakarta: Rieneka Cipta
Moleong, 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosdakarya Bandung
Nur 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rieneka Cipta
Rahayu,online 2006 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together. Diakses 10/5/2017
Sagala,2004. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Sahabuddin,2007. Mengajar dan Belajar. Makassar: Badan Penerbit UNM
Tryana, 2008. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together. Online. Diakses 10/5/2017