PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI BANGUN DATAR

MELALUI PENGGUNAAN MEDIA SEDOTAN BEKAS

PADA SISWA KELAS IV SDN 2 KEDUNGWARU

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Murni

SDN 2 Kedungwaru Kecamatan Kunduran

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar Matematika tentang bangun datar melalui penerapan media sedotan bekas pada siswa kelas IV SDN 2 Kedungwaru tahun pelajaran 2018/2019. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDN 2 Kedungwaru Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora dengan jumlah siswa 19 siswa. Jenis penelitian yang digunakan dalam penilitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan pelaksanaan tindakan sebanyak 2 siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan nontes. Pengumpulan data dengan teknik tes diambil dari hasil ulangan harian yang dilakukan pada akhir siklus. Adapun teknik nontes datanya diambil dari lembar observasi, dokumen foto pembelajaran dan catatan lapangan. Pelaksanaan tindakan pada setiap siklus dibagi dalam empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data hasil penelitian yang diperoleh pada pembelajaran pra siklus, aktivitas belajar siswa pra siklus yaitu 1,80 (45,39%) dan nilai rata-rata ulangan hariannya adalah 48,42. Dari KKM yang ditetapkan yaitu 70,00 jumlah siswa yang mampu mencapai KKM sebanyak 2 siswa (10,53%) dan 17 siswa (89,47%) masih dibawah KKM. Nilai tererndah ulangan harian 30 dan nilai tertinggi 70. Pada siklus I aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 2,90 (73,03%) dan nilai rata-rata ulangan harian 67,37. Jumlah siswa yang mampu mencapai KKM pada siklus I menjadi 10 siswa (52,63%) dan 9 siswa (47,37%) masih dibawah KKM. Pada Siklus II aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 3,03 (75,66%) dan nilai rata-rata ulangan harian menjadi 78,42. Jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus II adalah 18 siswa (94,74%) dan 1 siswa (5,26%) masih dibawah KKM. Nilai terendah meningkat menjadi 60 sementara nilai tertinggi menjadi 100. Jadi dapat disimpulkan penerapan media sedotan bekas dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi bangun datar di kelas IV SDN 02 Kedungwaru Tahun ajaran 2018/2019. Rata-rata hasil belajar siswa awal sebelum dilakukan tindakan sebesar 48,42 menjadi 78,42 pada siklus II.

Kata Kunci: hasil belajar, media sedotan bekas, matematika.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem).

Adapun tujuan mata pelajaran matematika menurut Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah matematika; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika dengan benar; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2007: 417).

Matematika sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Secara tidak sadar masyarakat selalu memakai prinsip matematika dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, matematika harus diterapkan dan ajarkan mulai sejak dini yaitu melalui pembelajaran. Wijaya (2012: 31) menjelaskan bahwa suatu pengetahuan akan menjadi bermakna bagi siswa jika proses belajar melibatkan masalah realistik atau dilaksanakan dalam dan dengan suatu konteks. Menurut Suyatno dalam Saondi (2008: 33) penyampaian guru dalam pengajaran matematika cenderung bersifat monoton, hampir tanpa variasi kreatif, saat siswa diberi pertanyaan ada saja alasan yang mereka kemukakan bahwa matematika itu sulit dan mereka tidak mampu menjawab pertanyaan.

Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan hasil nilai tes di SDN 2 Kedungwaru bahwa data yang diperoleh dari 19 siswa menunjukkan sebanyak 52,63% siswa berada di bawah KKM. Sebanyak 10 siswa mendapatkan nilai dibawah nilai 70, sedangkan 47,37% atau sebanyak 9 siswa yang lain sudah memenuhi KKM. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan adanya perbaikan dalam proses pembelajaran agar hasil belajar matematika di kelas IV SDN 2 Kedungwaru meningkat. Berdasarkan hasil belajar siswa dapat dilihat bahwa tujuan pembelajaran belum mencapai target yang diinginkan. Permasalahan pembelajaran matematika yang ditemukan di kelas IV SD Negeri 2 Kedungwaru, yaitu guru kurang memberikan variasi dalam pembelajaran, seperti model pembelajaran yang digunakan masih konvensional dan berpusat pada guru, sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan kurang memanfaatkan media pembelajaran. Dalam pembelajaran matematika guru lebih menekankan pada latihan, dan penghafalan rumus, siswa diberi latihan soal secara individual terus menerus dalam pembelajaran sehingga menimbulkan kejenuhan pada siswa sehingga akan membuat siswa menjadi bosan dan tidak semangat untuk belajar. Selain itu, media yang digunakan hanya papan tulis saja, guru jarang menggunakan media yang lain sehingga kurang menarik.

Alternatif pemecahan masalah dari permasalahan diatas yaitu dengan menerapkan suatu media pembelajaran yang bisa membuat siswa mudah dalam memahami konsep matematika dengan cara mengkonkretkan suatu pemecahan permasalahan matematika yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga siswa dapat dengan mudah memahami konsep tersebut. Siswa SD akan lebih suka dan bertambah semangat belajarnya apabila dalam pembelajaran juga menggunakan media pembelajaran atau alat bantu dalam pembelajaran. Media yang digunakan dalam penelitian ini berupa media yang berasal dari sedotan bekas.

Media sedotan bekas ini termasuk dalam media manipulatif, dalam pembelajaran matematika media ini juga dapat meningkatkan kualitas belajar siswa, hal ini dapat dibuktikan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Muhibin (2012).

Dari ulasan latar belakang tersebut, maka dilakukan suatu penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Materi Bangun Datar Melalui Media Sedotan Bekas Pada Siswa Kelas 4 SDN 2 Kedungwaru Tahun Ajaran 2018/2019”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“ Apakah melalui media sedotan bekas mampu meningkatkan hasil belajar materi bangun datar pada siswa kelas 4 SDN 2 Kedungwaru tahun ajaran 2018/2019?”.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui media sedotan bekas di kelas IV SDN 2 Kedungwaru. Tujuan khusus yang hendak dicapai dari tujuan umum di atas dapat dirinci sebagai berikut:

a.     Untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui media sedotan bekas di kelas IV SD Negeri 2 Kedungwaru.

b.     Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bangun datar melalui media sedotan bekas di kelas IV SD Negeri 02 Kedungwaru.

Manfaat

Manfaat Teoritis

1.     Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berhubungan dengan Penelitian Tindakan kelas (PTK) dalam mata pelajaran matematika melalui media sedotan bekas.

2.     Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi untuk penelitian- penelitian berikutnya yang relevan.

Manfaat Praktis

Bagi siswa

a)    Menambah pengalaman belajar siswa tentang materi geometri.

b)    Memotivasi siswa untuk belajar karena pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.

c)     Mempermudah siswa untuk memahami materigeometri.

Bagi Guru

a)    Guru dapat melakukan inovasi pembelajaran.

b)    Guru akan terlatih untuk mengembangkan secara kreatif kurikulum di kelas atau sekolah.

c)     Guru mampu memecahkan permasalahan pembelajaran yang muncul.

d)    Jika penelitian ini berhasil, maka guru akan lebih berminat melakukan perbaikan kegiatan belajar mengajarnya dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

KAJIAN PUSTAKA

Hakekat Belajar

Belajar merupakan suatu unsur yang penting dalam dunia pendidikan karena pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa akan belajar untuk memahami suatu materi yang disampaikan oleh guru. Menurut Anni (2007: 2) Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dikerjakan. Hamalik (2009: 37) menyatakan belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Konsep tentang belajar telah banyak didefinisikan oleh para ahli menurut Rifai dan Anni (2009: 82) diantaranya adalah:

a.     Gagne dan Berliner (1983) yang menyatakan belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.

b.     Morgan et. Al (1986) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktek atau pengalaman.

c.     Slavin (1994) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.

d.     Gagne (1977) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu.

Dari berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh adanya pengalaman individu dalam mencapai tujuan tertentu dan bersifat relatif permanen.

Hakekat Pembelajaran

Belajar dan pembelajaran, keduanya merupakan suatu aktivitas yang saling berkaitan erat. Perhatian seorang peserta didik dalam pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya rangsangan yang berasal dari luar, oleh karena itu seorang pendidik harus mampu menarik perhatian peserta didik agar mampu berkonsentrasi penuh sehingga aktivitas belajar menjadi lebih optimal dan peserta didik dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal (Rifai dan Anni, 2009: 191).

Pembelajaran merupakan seperangkat peristiwa (events) yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan (Briggs dalam Rifai dan Anni, 2009: 191). Menurut Sudjana (2009: 72) kegiatan belajar mengajar mengacu kepada hal-hal yang berhubungan dengan cara guru menjelaskan bahan kepada siswa sehingga kegiatan ini erat kaitannya dengan metode mengajar. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pembelajaran menekankan pada proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Dari berbagai pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang menekankan pada suatu upaya untuk mempengaruhi siswa agar dapat memusatkan perhatian sehingga siswa dapat memperoleh kemudahan dalam belajar.

 

 

Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Oleh karena itu, apabila peserta didik mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep (Rifai dan Anni, 2009: 85). Dimyati dan Mudjiono, (2002: 250-251) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan hasil proses belajar. Hasil belajar dapat dipandang dari dua sisi, yaitu hasil belajar dari sisi siswa merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum mengajar, sementara dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian belajar (Uno, 2008: 21).

Hasil belajar siswa merupakan suatu hal penting karena dari hasil belajar itulah dapat dilihat seberapa besar kemajuan belajar dari siswa tersebut. Setiap proses belajar mengajar, keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa, disamping juga diukur dari prosesnya (Sudjana, 2009: 45). Poerwantidkk (2008: 6-16) berpendapat bahwa nilai ketuntasan merupakan nilai yang menggambarkan proporsi dan kualifikasi penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah dikontrakkan dalam pembelajaran. Nilai ketuntasan merupakan suatu tolok ukur yang bisa digunakan untuk melihat seberapa besar tingkat keberhasilan suatu pembelajaran dilihat dari presentase ketuntasan belajar secara klasikal.

Memperhatikan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa adalah suatu pencapaian siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajari untuk melihat sejauh mana kemampuan siswa dalam menguasai bahan pelajaran itu.

Bloom dalam Rifai dan Anni (2009: 86) menyampaikan tiga taksonomi dalam ranah belajar, yaitu:

Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan kemampuan, dan kemahiran intelektual. Hasil revisi taksonomi bloom dijabarkan oleh Anderson dan Krathwool dalam Kwartolo (2012: 70-71) yaitu mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan menciptakan (C6).

Ranah Afektif

Ranah afektif berkaitan erat dengan perasaan, sikap, minat dan nilai. Kategori tujuan peserta didikan afektif adalah penerimaan, penanggapan, penilaian, dan pengorganisasian.

Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti kemampuan motorik dan syaraf, memanipulasi obyek, dan koordinasi syaraf. Kategori tujuan peserta didikan psikomotorik adalah persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian, dan kreativitas.

Hakikat Matematika

Secara etimologi, istilah mathematics (Inggris) atau mathematic/wiskunde (Belanda) berasal dari perkataan latin mathematica, yang berasal dari Yunani, mathematike yang berarti “relating to learning”. Perkataan itu mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science) (Suherman dkk, 2003: 15). Bourne dalam Fathani (2009: 24) mengatakan matematika sebagai konstruktivisme sosial dengan penekanannya pada pelajar yang secara aktif mengkonstruksi ilmu pengetahuan dengan berinteraksi dengan lingkungannya.

Soedjadi (2000: 11) mendefinisikan matematika menjadi beberapa pengertian, diantaranya matematika adalah pengetahuan tentang: (1) eksak dan terorganisasi secara sistematik; (2) bilangan dan kalkulasi; (3) penalaran logik; (4) fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk; (5) struktur-struktur yang logik; (6) aturan-aturan yang ketat.

Berikut ini adalah beberapa definisi matematika menurut para ahli dalam Suherman dkk (2003: 16): Russefendi (1980) matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. Johnson dan Rising (1972) mengatakan matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, dan matematika adalah bahasa simbol mengenai ide yang cermat, jelas dan akurat. James dan James (1976) mendefinisikan matematika sebagai ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep, yang berhubungan satu dengan lainnya. Kline (1973) mengatakan matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Dari berbagai pendapat dari para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika dan penalaran tentang konsep bilangan dan prosedur operasional yang digunakan untuk memecahkan permasalahan mengenai bilangan.

Media Pembelajaran

Dalam pembelajaran matematika SD, agar bahan pengajaran disampaikan menjadi lebih mudah dipahami siswa, diperlukan alat bantu pembelajaran yang disebut media. Media pembelajaran matematika SD adalah alat bantu pembelajaran yang digunakan untuk menampilkan, mempresentasikan, menyajikan atau menjelaskan bahan pelajaran kepada peserta didik yang mana alat-alat itu sendiri bukan merupakan bagian dari pelajaran yang diberikan.

Media adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dikatakan media pembelajaran bila segala sesuatu tersebut membawakan pesan untuk suatu tujuan pembelajaran (Anitah, 2009: 5). Media berfungsi untuk tujuan istruksi di mana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan peserta didik baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi (Sukiman, 2012: 40). Secara garis besar, media pembelajaran dibagi menjadi 4 macam, yaitu media visual, media audio, media audio-visual dan multimedia. Media objek merupakan media tiga dimensi yang menyampaikan informasi tidak dalam bentuk penyajian, melainkan melalui ciri fisiknya sendiri seperti ukuran, bentuknya, beratnya, susunannya, warnanya, fungsinya dan sebagainya (Susilana dan Riyana, 2009: 23). Menurut Asyhar (2012: 32) media mempunyai fungsi manipulatif, yaitu kemampuan media dalam menampilkan kembali suatu benda/peristiwa dengan berbagai cara, sesuai kondisi, situasi, tujuan dan sasarannya.

Media Sedotan Bekas

Secara etimologi sedotan berasal dari bahasa jawa yang memiliki arti sebuah tabung yang dimaksudkan untuk mentransfer minuman dari wadah ke mulut peminum, dengan penerapan kekuatan mengisap. Sedotan berasal dari bahan plastik tipis. Media sedotan bekas ini digunakan karena mudah di dapat dalam lingkungan sekitar kita. Dalam pembelajaran matematika siswa membutuhkan suatu media yang konkret dan mudah dipahami agar materi yang disampaikan dapat di pahami siswa dengan benar. Oleh karena itu, sedotan bekas digunakan untuk memanipulasi materi yang akan disampaikan dengan alasan sedotan bekas mudah dibentuk dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan yaitu materi bangun datar.

Kerangka Berpikir

Sebelum adanya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di kelas IV SD Negeri 2 Kedungwaru tahun ajaran 2018/2019, model pembelajaran yang digunakan oleh guru masih konvensional dan berpusat pada guru, sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Guru jarang menyampaikan materi dengan menggunakan situasi nyata pada awal pembelajaran, dalam hal ini adalah permasalahan kontekstual (contextual problem).

Guru menekankan pada pendekatan mekanistik yaitu pendekatan pembelajaran matematika yang lebih menekankan pada latihan, dan penghafalan rumus, siswa diberi drill soal secara individual terus menerus dalam pembelajaran sehingga menimbulkan kejenuhan pada siswa. Hal inilah yang menyebabkan siswa terbiasa mengerjakan soal sendiri, sehingga siswa yang belum menguasai konsep akan merasa kesulitan untuk mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Pada saat pembelajaran berlangsung, media yang digunakan hanya papan tulis saja, guru jarang menggunakan media yang lain sehingga kurang menarik. Ketiadaan media dan alat peraga dalam pembelajaran membuat siswa kesulitan dalam memahami konsep matematika secara abstrak. Data yang diperoleh dari hasil evaluasi mata pelajaran matematika siswa kelas IV SD Negeri 02 Kedungwaru yang berjumlah 19 siswa menunjukkan sebanyak 89,47% siswa berada di bawah KKM. Sebanyak 17 siswa mendapatkan nilai dibawah nilai 70, sedangkan 10,53% atau sebanyak 2 siswa yang lain sudah memenuhi KKM. Setelah diberikan tindakan dengan menerapkan media sedotan bekas pada pembelajaran matematika materi bangun datar , kondisi akhir yang diharapkan adalah hasil belajar siswa dapat meningkat.

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan media sedotan bekas dapat meningkatkan hasil belajar materi bangun datar pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Kedungwaru Kecamatan Kunduran.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 2 Kedungwaru Kecamatan Kunduran. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 2 Kedungwaru pada tanggal 14, 15, 21, dan 22 November 2018.

Subjek dan Objek Penelitian

Siswa kelas IV SDN 2 Kedungwaru Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2018/2019 berjumlah 19 siswa yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Subjek penelitian ini di fokuskan untuk 10 siswa. Sebagai objek dari penelitian yang dilakukan saat ini adalah hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui media sedotan bekas.

Sumber Data

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan beberapa data yang bersumber dari dokumen daftar nilai, lembar observasi, dan hasil ulangan harian pada Siklus I dan Siklus II. Data yang diperoleh dari sumber data di atas dibedakan menjadi dua jenis data yaitu:

Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah nilai hasil belajar siswa yang dapat dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif berupa hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 02 Kedungwaru yang di ambil dengan cara memberikan evaluasi pada setiap akhir siklus.

Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran(kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang baru (afektif), aktivitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar, dapat dianalisis secara kualitatif (Arikunto, 2011:131). Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika melalui media sedotan bekas.

Teknik Dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

Teknik Tes

Tes merupakan seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu (Poerwanti, 2008: 1.5). Tes dalam penelitian ini menggunakan tes tertulis yang digunakan untuk mengukur dan memberi angka pekerjaan siswa dari hasil belajar siswa dalam penguasaan materi yang dijarkan oleh guru.

Teknik Non Tes

Teknik non tes dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi menggunakan lembar observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi.

Observasi

Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika materi bangun datar melalui media sedotan bekas.

Catatan Lapangan

Menurut Moeloeng dalam (Wardhani, 2012: 12) catatan lapangan diartikan sebagai coretan seperlunya yang sangat dipersingkat, berisi kata-kata inti, frase, pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan, mungkin gambar, sketsa, sosiogram dan lain-lain. Catatan itu berguna sebagai alat perantara antara apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dicium, dan diraba dengan catatan sebenarnya dalam bentuk catatan lapangan. Dalam penelitian ini catatan lapangan berasal dari catatan selama proses pembelajaran berupa data aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika materi bangun datar melalui media sedotan bekas.

Dokumentasi

Metode dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh dalam observasi. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa daftar kelompok siswa dan daftar nilai siswa. Untuk memberikan gambaran mengenai kegiatan kelompok siswa dan menggambarkan suasana kelas ketika aktivitas belajar berlangsung digunakan dokumen berupa foto dan video.

Validasi Data

Sebuah data dikatakan valid apabila tes yang dilakukan mampu mengukur apa yang hendak diukur. Data aktivitas belajar pada pembelajaran Siklus I dan Siklus II dikumpulkan dengan mempersiapkan lembar pengamatan. Untuk data hasil belajar pada Siklus I dan Siklus II dikumpulkan dengan melaksanakan tes formatif di akhir setiap siklus. Agar data yang diperoleh mempunyai tingkat validitas tinggi, sebelum menyusun butir soal untuk tes formatif Siklus I dan Siklus II perlu disusun kisi-kisi soal.

Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif:

Analisis Data Kuantitatif

Data kuatitatif berupa hasil belajar untuk mengukur kemampuan kognitif. Dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dengan menentukan mean. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan PAP atau Pendekatan Acuan Patokan. Pendekatan PAP dipilih apabila berkeinginan membandingkan skor siswa dengan suatu nilai standar yang telah ditentukan berdasarkan skor teoritis, yaitu skor maksimal apabila menjawab benar semua butir soal dalam suatu perangkat tes (Poerwanti, 2008: 6.13).

Adapun langlah-langkah Penilaian Acuan Patokan (PAP) akan dijabarkan sebagai berikut:

1.     Menentukan Skor Berdasar Proporsi

Keterangan:

B = Banyaknya butir yang dijawab benar

St = Skor teoritis (banyaknya butir soal pada pilihan ganda, jumlah skor seluruhnya).

N = Nilai

 

2.     Menentukan batas minimal nilai ketuntasan

Nilai ketuntasan adalah nilai yang menggambarkan proporsi dan kualifikasi penguasaan peserta didik terhadap kompotensi yang telah dikontrakkan dalam pembelajaran (Poerwanti dkk, 2008: 6.13). Dalam penelitian ini hasil penghitungan dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu kategori tuntas dan kategori tidak tuntas.

Data Kualitatif

Data kualitatif ini diperoleh dari pengolahan data yang didapat dari instrumen pengamatan aktivitas siswa. Dalam penelitian ini, data kualitatif akan diambil dari data hasil observasi aktivitas siswa, penentuan skornya menggunakan interval lima kelas. Skala Likert digunakan untuk menentukan rentang nilai. Skala Likert menggunakan lima kategori, yaitu 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju dan 5 = sangat setuju (Suliyanto, 2011: 52). Lima kategori tersebut kemudian diubah sesuai dengan kebutuhan penskoran dalam penelitian ini, yaitu 1 = sangat kurang, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 = baik, 5 = sangat baik.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus. Masing-masing siklus terdapat 4 tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pra Siklus

Sebelum melakukan tindakan, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi untuk mengetahui kondisi awal sebelum dilakukan suatu tindakan. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa di kelas IV SDN 2 Kedungwaru peneliti menemui beberapa permasalahan yaitu siswa belum siap dalam mengikuti pelajaran, siswa kurang menanggapi apersepsi yang diberikan guru, masih banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru terkait materi yang disampaikan, siswa tertarik untuk memperhatikan media pembelajaran yang berupa gambar tetapi tidak aktif dalam pembelajaran, serta hanya sedikit siswa yang bisa mengerjakan LKS atau soal evaluasi yang diberikan guru.

Dari hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pada pembelajaran pra siklus di atas, diperoleh skor rata-rata 1,80 dengan persentase 45,39%. Selain aktivitas siswa peneliti juga melakukan ulangan harian atau evaluasi pra siklus. Setelah dilakukan ulangan harian pada pembelajaran pra siklus, hasil belajar yang diraih siswa dapat dideskripsikan bahwa rata-rata nilai yaitu 48,42 dengan jumlah siswa yang meraih skor 30 sebanyak 4 anak, 40 sebanyak 2 anak, 50 sebanyak 8 anak, 60 sebanyak 3 anak, dan 70 sebanyak 2 anak. Persentase nilai rata-rata ulangan harian siswa yang nilainya dibawah 70 adalah 89,47% siswa (17 siswa), dan 10,53% atau sebanyak 2 siswa yang lain sudah diatas 70. Berdasarkan hasil belajar siswa pada pra siklus menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran belum dapat tercapai secara maksimal, oleh karena itu dilakukan penelitian lagi dengan menerapkan suatu treatment yang berupa penggunaan media pembelajaran di kelas IV SDN 2 Kedungwaru.

 

Siklus I

Pelaksanaan Sikus I adalah tanggal 14 dan 15 November 2018. Penelitian ini dilakukan selama 6 x 35 menit (2 x pertemuan). Pada pelaksanaan siklus I ini menerapkan media pembelajaran berupa sedotan bekas. Kegiatan inti pada siklus I ini yaitu siswa berdiskusi dengan kelompok tentang materi keliling segitiga dan jajargenjang dengan menggunakan dan bereksplorasi media sedotan bekas. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran Matematika melalui penerapan media sedotan bekas siklus I di atas, diperoleh skor rata-rata 2,90 dengan persentase 73,03%. Hasil belajar yang diraih siswa pada siklus I yaitu jumlah siswa yang meraih skor 50 sebanyak 1 anak, 60 sebanyak 5 anak, 70 sebanyak 7 anak, 80 sebanyak 4 anak dan 90 sebanyak 2 anak. Nilai rata-rata ulangan harian adalah 67,37. Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 10 anak (52,63%) dan yang tidak tuntas belajar adalah 9 anak (47,37%). Berdasarkan data tersebut nilai rata-rata ulangan evaluasi siklus I dan persentase ketuntasan kurang dari 70, sehingga perlu dilakukan tindakan pada siklus II.

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika materi bangun datar dengan media sedotan bekas mendapatkan skor rata-rata 2,90 dengan kriteria baik. Pada siklus I, masih banyak siswa yang belum aktif bertanya dan mencari berbagai cara pengerjaan dengan menggunakan media manipulatif. Ketika diskusi berlangsung, banyak siswa yang berebut memanipulasi media manipulatif karena keterbatasan jumlah media manipulatif dalam setiap kelompok. Siswa belum mencatat hal-hal yang dianggap penting karena waktu mereka banyak tersita untuk berebut memanipulasi media sedotan bekas.

Siklus II

Pelaksanaan tindakan di kelas IV SDN 02 Kedungwaru pada siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan yaitu pada tanggal 21 dan 22 November 2018. Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini didasarkan pada hasil refleksi pada siklus I. Pada siklus II peneliti juga menggunakan media sedotan bekas namun jumlah media sedotan bekas diperbanyak agar siswa dapat fokus untuk bereksplorasi dengan media sedotan bekas dan agar siswa tidak saling berebut agar dapat mengefisiensi waktu. Pada siklus II ini materi yang di bahas adalah luas segitiga dan jajargenjang (pertemuan I tentang luas segitiga dan pertemuan kedua tentang luas jajargenjang).

Dari hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran Matematika melalui penerapan media sedotan bekas siklus II di atas, diperoleh skor rata-rata 3,03 dengan persentase 75,66%. Pada siklus II aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. Pada siklus II siswa sudah beradaptasi dengan pembelajaran kelompok. Jumlah media sedotan bekas bertambah, sehingga setiap siswa mendapatkan satu media dalam kelompok dan bebas bereksplorasi tanpa saling berebut. Adanya kerjasama dalam kelompok untuk mengerjakan tugas dan memanipulasi media sedotan bekas dengan baik menyebabkan jumlah siswa yang berbuat gaduh menjadi berkurang. hasil belajar yang diraih siswa dapat dideskripsikan jumlah siswa yang meraih skor 60 sebanyak 1 anak, 70 sebanyak 8 anak, 80 sebanyak 5 anak, 90 sebanyak 3 anak dan 100 sebanyak 2 anak. Nilai rata-rata ulangan harian adalah 78,42. Pada siklus II jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 18 anak (94,74%) dan yang tidak tuntas belajar adalah 1 anak (5,26%). Hasil tersebut sudah sesuai dengan persentase ketuntasan minimal siswa, sehingga penelitian ini hanya sampai pada siklus II.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas IV SDN 02 Kedungwaru melalui penerapan media sedotan bekas dengan dalam pembelajaran matematika tentang bangun datar untuk meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa penerapan media sedotan bekas dalam pembelajaran matematika tentang bangun datar untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 02 Kedungwaru. Hasil belajar siswa meningkat setiap siklusnya dari kondisi awal nilai rata-rata ulangan harian 48,42 menjadi 78,42 pada kondisi akhir, meningkat 33,0.

Saran

Kepada Guru

Disarankan kepada guru untuk lebih pandai memilih media pembelajaran sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan. Pemilihan media juga harus dipilih yang menarik minat siswa untuk belajar.

Kepada Siswa

Siswa hendaknya lebih aktif dalam pembelajaran dan mempersiapkan diri semaksimal mungkin sehingga dalam proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan menyenangkan. Persiapan siswa dilakukan sebelum proses pembelajaran dengan belajar sesuai materi yang akan disampaikan guru.

Kepada Sekolah

Kepala sekolah hendaknya memberikan apresiasi positif kepada guru yang melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Nyimas dkk.2007.Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Anitah, Sri.2009.Media Pembelajaran.Surakarta: UNS PRESS.

Anni, Tri Catharina.2007.Psikologi Belajar. Semarang: UNNES PRESS.

Arikunto, Suharsimi. dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Asyhar, Rayanda.2012.Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran.Jakarta: Referensi.

Aqib, Zainal. 2007.Penelitian Tindakan Kelas Untuk SD. Bandung: Yrama Widya.

Depdiknas.2004. Peningkatan Kualitas Pembelajaran.Jakarta:Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

            .2007b.Standar Isi.Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Dimyati dan Mudjiono.2009.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rinneka Cipta.