Peningkatan Hasil Belajar Tematik
PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DENGAN METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS II
SD NEGERI PULOREJO 01 KECAMATAN WINONG KABUPATEN PATI
Kemini
SD Negeri Pulorejo 01 Kecamatan Winong Kabupaten Pati
ABSTRACT
This research aims to find out whether the application of experimental methods can improve the outcome of thematic learning IPA with the material influences the position of the Sun against the byangan at grade II semester I SD Negeri Pulorejo 01 Sub Winong Pati. This type of research is research action class. Subjects are examined is the grade II semester I SD Negeri Pulorejo 01 Sub Winong Pati year 2013/2014. Model of the PTK used Kemmis and Target model with two cycles and steps starting from the planning, implementation and observation, and reflection. Analytical techniques used Statistics task force that the distribution frequency, and maximum-minimum score and percentage. The results showed that the application of the cooperative learning model with experimental methods can improve the outcome of thematic learning IPA with the material influences the position of the Sun against the shadows on the grade II semester I SD Negeri Pulorejo 01 Sub Winong Pati. It appears on (1) the number of students who completed the study of cooperative learning model before the application of the experimental method is 54%, after applying the experimental method in the cycle I amounted to 79% and in cycle II of 93% i.e. ketuntasan increase occurred by 25% and 14%. (2) the average class Score in the study of cooperative learning model before applying with the method of experiment of 74, after applying the learning model kooperatih with experimental methods on the cycle I of 88 and on cycle II by 90 so the increase in the average value of kelas14 and 2 (3) minimum and maximum score Score in the study before applying the experimental method is 40 and 100, after learning model cooperative menerapakan with experimental methods on the cycle I was 60 and 100 and on cycle II is 70 and 100. This means a minimal score increase. So the application of cooperative learning model with experimental methods can increase the liveliness and thematic study results of the IPA on a grade II semesetr I SD Negeri Pulorejo 01 Sub Winong Pati.
Keywords: results of experimental Method, berlajar. Cooperative Learning Model
PENDAHULUAN
Pembelajaran tematik merupakan pendekatan belajar yang melibatkan bebe-rapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Keterpaduan pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum dan aspek kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran tematik diberikan pada siswa sekolah dasar awal (kelas 1, 2 dan 3) karena pada umumnya pada tahap itu anak-anak melihat segala sesuatu sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik), dimana perkembangan fisiknya tidak pernah dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial dan emosional.
Pendidikan sains atau mata pela-jaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mem-punyai tujun umum yaitu menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep sains yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Materi sains sangat kompleks, jadi dalam penyampaian kepada peserta didik tidak cukup hanya dengan cerita atau ceramah saja, tetapi sangat diperlukan suatu metodedan model pembelajaran tertentu di dalam penyampaiannya. De-ngan maksud materi dapat sampai dan mengena pada peserta didik sesuai tujuan pengajaran dan kompetensi dasarnya. Di samping itu peserta didik dapat aktif mengikuti pembelajaran sehingga tidak membosankan bagi peserta didik.
Menurut Piaget dalam Dahar (1996), mengungkapkan bahwa belajar sains merupakan proses konstruktif yang menghendaki partisipasi aktif dari peserta didik. Dalam belajar peserta didik membangun pengetahuannya sendiri dan memperoleh banyak pengetahuan di luar sekolah. Dan menurut Bell (1993:16) agar pengetahuan peserta didik yang diperoleh dari luar sekolah dipertimbangkan sebagai pengetahuan awal dalam sasaran pembela-jaran untuk menghindari miskonsepsi. Joyce, et al, (1992) juga mengungkapkan bahwa model pembelajaran sebagai suatu rencana atau kerangka yang dapat diguna-kan untuk merancang mekanisme penga-jaran yang bermakna. Jenis program pem-belajaran yang diterapkan mempengaruhi pengembangan kemampuan penalaran peserta didik. Komponen utama yang secara langsung membentuk model pem-belajaran adalah materi subjek yang dibahas, guru pengajar, tahap berpikir peserta didik sebagai subjek belajar, pendekatan dan metode, serta alat evaluasi yang digunakan
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model. pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampil-an dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran IPA saat ini masih banyak menerapkan paradigma pengajaran (teaching) bahwa pendidikan hanya terjadi disekolah, dimana sudah ada guru yang mengajar. Guru sebagai satu-satunya nara sumber yang akan menstranfer ilmu dan sebagai satu-satunya penyaji materi artinya guru menjelaskan materi kepada peserta didik, sedangkan peserta didik menyimak dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Guru memberikan informasi dengan berpedoman pada buku dalam menyajikan materi, guru tidak melibatkan peran aktif siswa.
Fakta dilapangan masih banyak ditemukan pembelajaran IPA di SD yang blum melibatkan peserta didik secara aktif, peserta didik hanya pasif mendengarkan ceramah guru, pemahaman materi kurang, sehingga hasil belajar siswa tidak memuas-kan atau tidak sesuai dengan harapan guru.
Demikian juga pembelajaran tematik kelas II di SD Negeri Polorejo 01 Kecamatan Winong Kabupaten Pati pada materi pengaruh posisi matahari terhadap letak bayangan masih ditemukan kendala antara lain keaktifan peserta didik dalam proses belajar masih kurang dan pemahaman konsep posisi matahari dan bayangan kurang sehingga hasil belajar tidak sesuai harapan guru yaitu dari 28 peserta didik yang mendapat nilai diatas KKM hanya 15 siswa atau 54 %, sedangkan 13 siswa atau 46 % lainnya nilainya masih dibawah KKM atau belum tuntas.
Kesenjangan itulah yang melatar belakangi penelitian tindakan kelas ini, sehingga diharapkan penggunaan metode eksperimen dan model pembelajaran ko-operatif pada pembelajaran tematik materi pengaruh matahari terhadap letak baying-an di SD N Pulurejo 01 Kecamatan Winong Kabupaten Pati, dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas penulis menganalisa permasalahan yang terjadi dan berusaha menemukan penyebab dan akar timbulnya masalah. Mengapa peserta didik tidak aktif dalam melakukan pembelajaran, mengapa pema-haman materi peserta didik kurang sehing-ga nilai yang diperoleh tidak memuaskan.
Berdasarkan hasil diskusi dengan teman, penulis dapat menemukan faktor penyebab timbulnya permasalahan. Faktor-faktor tersebut diantaranya: Guru kurang menguasai materi dengan baik, sehingga anakpun kurang maksimal dalam menerima materi Perilaku guru dalam mengajar kurang baik, agak arogan dan mudah emosi sehingga peserta didik tidak tertarik pada figur guru seperti itu Guru belum melakukan pembelajaran tematik secara menyeluruh atau terkadang masih lupa mengaitkan dengan mata pelajaran lain serta lupa menyinggung lingkup tema Guru belum menggunakan metode dan model pembelajaran yang sesuai dengan materi atau pembelajaran kurang bervariasi Guru belum memanfaatkan alat peraga dan media pembelajaran secara maksimal Perilaku belajar peserta didik kurang baik masih suka ribut, cenderung pasif dan bermalas-malasan.
Berdasarkan analisis masalah di atas maka penulis memberikan alternatif dan prioritas pemecahan masalah sebagai berikut: Guru harus menguasai materi secara mendalam (maksimal) agar dapat menumbuhkan rasa percaya diri yang tinggi Mengubah perilaku guru yaitu mengarah ke hal yang positif, terbuka, dan lebih sabar menghadapi peserta didik karena guru adalah taladan dan model bagi peserta didik. Dalam pembelajaran kelas rendah harus berdasar tema dan ada jalinan antara mata pelajaran satu dan mata pelajaran yang lain (saling dikaitkan) Menggunakan metode dan model pembe-lajaran yang sesuai atau tepat agar pembe-lajaran lebih bervariaif dan tidak membo-sankan Pemanfaatan alat peraga dan media pembelajaran secara maksimal agar peserta didik aktif dapat terlibat dalam kegiatan belajar itu sehingga terhindar dari gejala verbalisme. Menanamkan disiplin atau pembiasaan peserta didik agar tertib, aktif (tidak malas) dan tidak ribut saat pembelajaran berlangsung
Dari beberapa alternatif pemecah-an masalah diatas dapat diambil prioritas pemecahan masalah yaitu pembelajaran tematik tentang pengaruh matahari dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif melalui metode eksperimen agar siswa bisa aktif dalam kelompoknya dan bisa melakukan percobaan secara langsung sehingga diharapkan pemahaman materi lebih mendalam sehingga hasil belajar siswa juga meningkat.
Rumusan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini adalah: “Apakah melalui model pembelajaran kooperatif dengan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas II di SD Negeri Pulorejo 01 Kecamatan Winong Kabupaten Pati ?”
Secara umum tujuan penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) dengan mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk mata pelajaran IPA (Tematik).
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan khusus dari penelitian perbaik-an pembelajaran yang dilakukan di kelas II SD N Pulorejo 01 Kecamatan Winong Kabupaten Pati adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik tentang pengaruh matahari dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif melalui metode eksperimen.
Sebagai tenaga pendidik yang dituntut profesional dalam menjalankan tugasnya maka hasil penelitian ini sangat besar manfaatnya bagi peserta didik maupun bagi rekan rekan guru yang lain dalam satu profesi serta bermanfaat bagi sekolah sebagai lembaga institusi. Manfaat yang diharapkan adalah: Peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran Suasana belajar lebih menyenangkan, peserta didik tidak lekas bosan Materi dapat sampai dan dipahami oleh ke peserta didik Hasil belajar peserta didik dapat meningkat atau tercapainya hasil belajar yang maksimal
KAJIAN PUSTAKA
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dalam buku Pedoman Penggunaan Buku Kit IPA di Sekolah Dasar (1994), dalam sambutannya mengatakan bahwa: untuk mengajarkan IPA di SD perlu digunakan alat peraga praktek dan lingkungan agar proses belajar mengajar IPA dapat berjalan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Dalam buku tersebut juga diungkapkan pengajaran IPA yang baik memang tidak cukup hanya bersumber pada buku. Pengajaran itu harus dilengkapi dengan alat praktek serta dihubungkan dengan lingkungan alam, sehingga dapat mendorong anak-anak untuk mengem-bangkan dasar-dasar pengetahuan, ke-trampilan, dan sikap yang berguna untuk melanjutkan studi maupun untuk hidup dalam masyarakat.
Hakekat sains atau IPA adalah produk, proses dan penerapannya (tekno-logi), termasuk sikap dan nilai yang ada didalamnya. Produk sains yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip, hokum, dan teori dapat dicapai melalui penggunaan proses sains yaitu melalui metode-metode sains (scientific methods), bekerja ilmiah (scien-tific inkuiri) (Rustaman dkk, 2011).
Rustaman dkk (2011), juga mengungkapkan bahwa karakteristik mata pelajaran IPA perlu diperhatikan dalam menyusun pembelajaraan terpadu. IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitarnyayang diperoleh dari pengalaman melalui serang-kaian proses ilmiah seperti penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan.
Menurut Piaget dan Dahar (1996), belajar sains merupakan proses konstruktif yang menghendaki partisipasi aktif dari siswa, sehingga peran guru berubah dari sumber dan pemberi informasi menjadi pendiagnosis dan fasilitator belajar siswa.
Pendekatan holistik atau terpadu dalam pembelajaran, dilhami oleh Psikologi Gestalt yang dipelopori oleh Werteimer, Koffa dan Kohler. Aplikasi pendekatan Holistik menurut Woolfolk, A. (1993) dalam pembelajaran disekolah dasar, adalah sebagai berikut: Wawasan pengetahuan yang mendalam (insight) Pebelajaran yang bermakna (meaningful learning) Perilaku bertujuan (purposive behavior) Prinsip ruang hidup (life space) Transfer dalam pembelajaran
Sesuai dengan perkembangan fisik dan mental siswa SD kelas 1,2, dan 3, pembelajaran pada tahap ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung pada siswa, pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, menjadikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran bersifat fleksibel, hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai minat dan kebutuhan siswa (Hilda K. & Margaretha S.Y, 2007).
Sedangkan menurut Piaget, siswa usia SD (7 – 11 tahun) perkembangan berpikirnya berada pada tahap operasional konkrit. Anak pada tahap ini memerlukan pengalaman fisik seperti memanipulasi benda-beda konkrit untuk membentuk pengalaman logika berpikirnya. Pada tahap ini siswa sudah dapat berpikir logis tetapi masih memelukan benda-benda konkrit (nyata) yang dapat diotak-atik sesuai dengan keinginannya sehingga dapat dapat memahami konsep-konsep abstrak. Kegiat-an ini dapat membantu perkembangan intelektualnya. Proses pembelajaran de-ngan memberi kesempatan pada siswa untuk memanipulai benda konkrit da mengeksplorasi informasi (hand on activities) sangat penting untuk membantu proses berfikir.
Melalui pembelajaran tematik, siswa mengalami proses pembelajaran yang mencakup jalinan materi dari 5 mta pelajaran yaitu mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, Pengetahuan alam, pengetahua Sosial dan Seni Budaya. Pada pembelajaran tematik guru membimbing siswa secara individual maupun klasikal untuk mencurahkan gagasan mengenai topik yang akan dipelajari (proses eksplorasi) melalui tema yang diangkat dari kehidupan sehari-hari sehingga menaarik untuk memicu minat belajar siswa. Tujuan dari tema adalah memahami berbagai mata pelajarn, konsep, ketrampilan yang dapat dijadikan alat dan wahana untuk mempelajari dan menjelajahi tema yang dipelajari (Hilda K. & Margaretha S.Y., 2007).
Benyamin S. Bloom dalam W. Gulo (2004:50), menyatakan bahwa hasil belajar dibagi menjadi tiga klasifikasi yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Klasifikasi kognitif berhubungan dengan pengetahuan, penge-nalan, ketrampila serta kemampuan inte-lektual. Klasifikasi afektif berhubungan dengan sikap, nilai perkembangan moral dan keyakinan. Klasifikasi psikomotor berhubungan dengan ketramilan motorik. Sedangkan Udin S. Winataputra (2004:26), menyatakan bahwa hasil belajar berupa perubahan perilaku atau tingkah laku seseorang yang belajar perubahan perilaku.
Makmun (1995), mengemukakan 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa disekolah yaitu: Faktor input (masukan) meliputi: raw input yaitu masukan dasar yang menggambarkan kondisi individual anak dengan segala karakteristik fisik dan psikis yang dimiliki-nya, instrumental input (masukan instru-mental) yang mencakup guru, kurikulum, materi dan metode, sarana dan fasilitas, dan environmental input (masukan dari lingkungan) yang mencakup lingkungan fisik, geografis, social, dan lingkungan budaya. Faktor proses menggambarkan bagaimana ketiga input tersebut saling berinteraksi satu sama lain terhadap aktivitas belajar anak Faktor output adalah perubahan tingkah laku yang diharapkan terjadi pada anak setelah anak melakukan aktivitas belajar.
Sedangkan Natawidjaja (1984), mengemukakan lima unsur yang mempengaruhi kegiatan belajar siswa di sekolah, yaitu unsur tujuan, pribadi siswa, bahan pelajaran, perlakuan guru, dan fasilitas. Kegiatan belajar siswa merupakan perpaduan dari unsur – unsur tersebut. Keberhasilan belajar mungkin akan kurang, jika salah satu dari unsur itu tidak memadai keadaannya.
Abin Syamsudin (2000) mendefini-sikan belajar adalah proses mengalami sesuatu untuk menghasilkan perubahan tingkah laku dan pribadi. Jadi untuk berubah seseorang atau anak harus mengalami sesuatu terlebih dahulu. Sedangkan Santrock and Yusen (1994) menegaskan definisi belajar “learning is defined as a relatively permanent change in behavior that occurs through experience” perubahan tingkah laku yang relative permanen yang terjadi karena pengalaman.
Briggs (dalam Sugandi 2006:6) mengatakan bahwa pembelajaran atau instruction adalah seperangkat peristiwa (events) yang mempengaruhi si belajar sedimikian rupa sehingga si belajar memperoleh kemudahan. Pembelajaran terjemahan dari kata “instruction” yang berarti.
Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani (2005), model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru adalah model pembelajar-an kooperatif
Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembe-lajaran yang lain. Tujuan model pembela-jaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keteram-pilan sosial.
Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut: Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengeta-hui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta memper-tanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Menurut Mulyani S. dan Johar P. (2001), metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan memperaga-kan dan mempertunjukkan pada siswa suatu proses situasi atau benda yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sederhana ataupun tiruan. Mulyani S. dan Johar P. (2001) juga mengungkapkan bahwa pembelajaran aktif merupakan sesuatu yang harus nampak di kelas, proses pembelajaran yang benar semestinya berorientasi pada siswa. Metode demonstrasi dapat mengembang-kan aspek kemampuan siswa yang meliputi asspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Metode eksperimen dapat diguna-kan dalam pembelajaran Sains yang sesuai dengan pola pembelajaran aktif karena: Membuat siswa aktif mencari bahan untuk menyelesaikan tugas Meningkatkan keterlibatan sosio emosional dan intelektual siswa dalam belajar Meningkatkan perhatian terhadap proses pembelajaran
Sedangkan menurut Sumantri, dkk (2001), seorang guru perlu memahami prinsip-prinsip dan faktor- faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan suatu media. Adapun prinsip-prinsip pemilihan media tersebut, yaitu: Media harus berdasarkan tujuan pengajaran dan bahan pengajaran yang akan disampaikan. Media harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik. Media harus disesuaikan dengan kemampuan guru, baik dalam pengadaannya dan penggunaannya. Media harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi atau pada waktu, tempat dan situasi yang tepat. Media harus memahami karakteristik dari media itu sendiri.
Suasana lebih nyaman ketika pagi atau sore hari. Di pagi dan sore panas matahari terasa hangat. Berbeda dengan siang hari. Di siang hari panas matahari terasa menyengat. Panas matahari yang menyengat membuat badan cepat lelah dan kulit terasa kering. Perubahan kedudukan matahari menyebabkan panas matahari terasa berbeda saat pagi, siang atau sore hari (Karli, 2007).
Posisi matahari berubah-ubah. Po-sisi matahari mempengaruhi bayangan benda. Bayangan benda tampak gelap. Bayangannya dapat dilihat di tanah (Purwati, 2008).
Matahari terbit menjelang pagi. Pada pagi hari posisi matahari disebelah timur. Bayangan terbentuk disebelah barat. Bayangan terlihat panjang bahkan lebih panjang dari bendanya. Semakin siang kenampakan matahari bergerak naik. Bayangan yang terbentuk makin pendek. Pada jam 12 siang kenampakan matahari tepat diatas. Bayang-bayang yang terben-tuk saat itu paling pendek dan berada tepat dibawah benda. Pada sore hari, kenampakan matahari ada di barat. Bayangan terbentuk di timur. Saat itu bayangan tampak lebih panjang. Makin sore bayangan makin panjang. Bayangan menghilang saat matahari terbenam (Haryanto, 2007). Karli (2007), mengemu-kakan bentuk dan kedudukan bayang-bayang selalu berubah karena kedudukan matahari selalu berubah.
Pada zaman dahulu, jam belum dibuat seperti sekarang. Orang mengetahui waktu dari bayangan dari matahari. Pagi hari ditunjukkan oleh bayangan panjang dibarat. Tengah hari ditunjukkan oleh bayangan terpendek. Sore hari ditunukkan oleh bayangan panjang di timur. Cara mengamati waktu seperti itu disebut jam matahari (Haryanto, 2007).
Pembelajaran awal sebelum guru menggunakan model pembelajaran koope-ratif (tanpa melakukan eksperimen) masih banyak ditemukan peserta didik yang kurang aktif dan 46 % dari siswa hasil belajarnya masih di bawah KKM. Sebagai solusinya, perlu diadakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas menggunakan model kooperatif melalui metode eksperimen.
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah “diduga penggunaan model kooperatif melalui metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik tentang pengaruh matahari kelas II SD Negeri Pulorejo 01 Kecamatan Winong Kabupaten Pati”
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 mengalami peningkatan, pening-katan ini tampak pada: Pelaksanaan pembelajaran menerapkan model koopera-tif yaitu pelaksanaan pembelajaran dibagi secara kelompok yang anggotanya hetero-gen melalui metode eksperimen Penerapan Pelaksanaan pembelajaran paikem Mencip-takan pembelajaran yang dinamis dan bermakna sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran ada hubungan timbal balik Menerapkan pembelajaran tematik yang terpadu dan holistik (utuh)
Akan tetapi pada siklus 1 masih ditemukan kendala yaitu pembelajaran paikem menuntut ketersediaan sarana prasarana dan kerjasama yang baik dengan semua pihak. Dari masalah tersebut peneliti melakukan perbaikan dalam pemanfaatan alat peraga yang menarik bagi anak usia 7-9 tahun yaitu menggantikan peraga botol air mineral bekas dengan boneka mainan anak yang dibawa anak masing-masing dari rumah sehingga diharapkan pembelajaran lebih menyenangkan.
Pelaksanaan pembelajaran IPA tematik pada siklus 2 semakin meningkat hal ini tampak pada suasana pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan serta anak memperoleh pengalaman baru yang tidak terlupakan. Sehingga pembelajaran sudah berhasil dan tidak perlu dilanjutkan ke siklus brikutnya.
No |
Nilai |
Pra Siklus |
Siklus 1 |
Siklus 2 |
|||
F |
P (%) |
F |
P (%) |
F |
P (%) |
||
1 |
0 |
– |
– |
– |
– |
– |
– |
2 |
10 |
– |
– |
– |
– |
– |
– |
3 |
20 |
– |
– |
– |
|
– |
|
4 |
30 |
– |
– |
– |
– |
– |
– |
5 |
40 |
1 |
4% |
– |
– |
– |
– |
6 |
50 |
4 |
14% |
– |
– |
– |
– |
7 |
60 |
3 |
11% |
3 |
11% |
– |
– |
8 |
70 |
5 |
17% |
3 |
11% |
2 |
7% |
9 |
80 |
7 |
25% |
3 |
11% |
7 |
25% |
10 |
90 |
7 |
25% |
8 |
28% |
7 |
25% |
11 |
100 |
1 |
4% |
11 |
39% |
12 |
43% |
Jumlah |
28 |
100% |
28 |
100% |
28 |
100% |
Dari tabel diatas terlihat jelas adanya peningkatan hasil belajar dari tiap siklusnya. Dari tabel tersebut peserta didik yang mendapat nilai diatas 80 pada pra siklus berjumlah 15, siklus 1 berjumlah 22 dan pada siklus 2 berjumlah 26 dari 28 peserta didik. Keberhasilan tersebut karena adanya perbaikan pembelajaran pada semua aspek yaitu perbaikan aktivitas guru, perbaikan aktivitas peserta didik dan perbaikan pelaksanaan pembelajaran se-hingga dapat meningkatkan hasil belajar. Dengan demikian tujuan pembelajaran se-suai indikator tercapai dan tujuan perbaikan juga talah tercapai.
Peningkatan hasil belajar juga dapat dijelaskan melalui tabel berikut ini:
No |
Tahap |
KKM |
Nilai Tertinggi |
Nilai Terendah |
Rata-rata |
T % |
BT % |
1 |
Pra siklus |
80 |
100 |
40 |
74 |
54 |
46 |
2 |
Siklus 1 |
80 |
100 |
60 |
88 |
79 |
21
|
3 |
Siklus 2 |
80 |
100 |
70 |
90 |
93 |
7 |
Berdasarkan tabel diatas tampak jelas bahwa ada peningkatan hasil belajar dalam tiap siklusnya. Hal tersebut ditunjukkan dari pra siklus peserta didik yang nilainya di atas 80 atau telah tuntas KKM hanya 54 % kemudian siklus 1 meningkat menjadi 79 % dan siklus 2 meningkat lagi menjadi 93 %. Peningkatan hasil belajar berdasarkan ketuntasan KKM dapat digambarkan secara jelas dalam diagram berikut ini:
Keberhasilan tersebut dapat terca-pai karena adanya perbaikan pembelajaran yaitu pemilihan model dan metode yang tepat pada pembelajaran IPA tematik kelas II pada materi pengaruh posisi matahari terhadap letak bayangan yaitu mengguna-kan model pembelajaran kooperatif melalui metode eksperimen.
Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menye-lesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran se-dangkan metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan memperaga-kan dan mempertunjukkan pada siswa suatu proses situasi atau benda yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sederhana ataupun tiruan. Sehingga peserta didik dapat bekerja sama dalam melakukan eksperimen dan dapat memperagakan dan melihat sendiri secara langsung dimana letak bayangan dan bagaimana bayangan terbentuk dari posisi matahari yang seolah-olah berpindah-pindah. Model pembelajaran kooperatif melalui metode eksperimen telah membuktikan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi pengaruh posisi matahari terhadap letak bayangan.
SIMPULAN DAN SARAN
Dari penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan pada siswa kelas II SD Negeri Pati Pylorejo 01 Kecamatan Winong Kabupaten Pati, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Penggunaan model kooperatif melalui metode eksperi-men dalam pembelajaran tematik IPA pada materi pengaruh posisi matahari terhadap posisi bayangan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas II SD Negeri Pulorejo Kecamatan Winong Kabupaten Pati. Pembelajaran melalui metode eksperimen peserta didik lebih kritis, aktif dan kreatif. Dengan bereksperimen, pemahaman peserta didik mengenai materi lebih mendalam dan merupakan sebuah pengalaman yang tidak mudah terlupakan bagi peserta didik. Penggunaan model kooperatif dapat meningkatkan kerjasama untuk meningkatkan ketrampilan.
Setelah mengadakan penelitian tin-dakan kelas maka disarankan pada: Guru perlu merancang pembelajaran dengan sebaik-baiknya dengan menggunakan strategi (model dan metode) yang tepat sesuai dengan kondisi dan situasi siswa yang akan diberi pelajaran. Guru harus nenerapkan pembelajaran tematik yang terpadu dan holistik (utuh) pada siswa usia 7 sampai 9 tahun karena sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, serta perkembangan berpikirnya berada pada tahap operasional konkrit. Guru harus dapat menciptakan pembelajaran yang dinamis dan bermakna sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran ada hubungan timbal balik Guru harus menerapkan pembelajaran paikem Guru harus meman-faatkan alat peraga secara maksimal dalam pembelajaran Guru harus memberikan motivasi setiap saat, agar siswa berani mengungkapkan pendapat Guru harus memberikan kesempatan siswa untuk bertanya, sehingga terjalin komunikasi yang baik antara guru dan peserta didik
DAFTAR PUSTAKA
Bell. 1993. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka
Bloon S.Benyamin. 2004. Pemantapan kemampuan Profesional . Jakarta. Universitas Terbuka.
Briggs. 2006. Dasar-dasar dan Proses pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka
Eggen dan Kauchak. 2005. Model pembelajaran Inovatif. Jakarta. Dikti Dikdasmen
Piaget.1996. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hilda K. 2007. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka.
Makmun 1995. Strategi pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka
Mulyani S. dan Johar P. 2001. Strategi pembelajaran.Jakarta: Dikti. Dikdasmen
Natawidjaja; 1984. Strategi pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka
Nur. 2000. Model-model pembelajaran inovatif. Jakarta: Dikti Dikdasmen.
Rustaman. 2011. Pembelajaran IPA SD.Jakarta: Universita Terbuka.
Syamsudin Abin. 2000. Strategi Pembelajaran SD. Jakarta. Universitas Terbuka
Suyitno, Amin (2007). Dasar-Dasar Dan Proses Pembelajaran IPA Semarang: PMIPA UNNES
Wardani.I.G.A.K (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka
Woolfolk, A. 1993.Pengembangan Kurikulum dan Pe,mbelajaran . Jakarta. Universitas Terbuka.