PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS

MATERI KERAGAMAN KENAMPAKAN ALAM

DAN BUATAN

SERTA PEMBAGIAN WILAYAH WAKTU

DI INDONESIA MELALUI PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STAD DI KELAS V

SD NEGERI SITIREJO KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA

SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Gunawan

Guru Pengampu Mapel IPS Kelas V di SD Negeri Sitirejo

Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora

ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini adalah bahwa IPS merupakan pelajaran yang sulit dan terlalu luas. Banyak siswa yang menganggap materi IPS adalah materi hafalan yang membosankan. Lebih-lebih jika dalam pembelajaran guru lebih banyak pada penjelasan atau ceramah. Maka tidak heran jika hasil belajar menjadi rendah. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa sebagai akibat penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPS pada materi keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia.

Metodologi penelitian yang digunakan meliputi setting tempat dan waktu, yaitu di SD Negeri Sitirejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan subyek penelitian seluruh siswa kelas V yaitu 25 siswa yang terdiri dari 12 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki, sekaligus sebagai sumber data primer. Sedangkan sumber data sekunder berasal dari temuan dan catatan selama pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan melalui dua tahap yaitu siklus I dan siklus II. Untuk teknik pengumpulan data digunakan teknik tes berupa berupa tes tertulis melalui alat pengumpulan data berupa materi soal tes. Selanjutnya untuk menjaga validitas hasil penelitian maka data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan metode pengumpulan dan pengolahan data dengan analisis data komparatif, yaitu membandingkan hasil antara siklus I dan siklus II dan temuan selama pelaksanaan penelitian yang selanjutnya dibahas bersama dengan teman sejawat yang bertindak sebagai observer.

Hasil penelitian menunjukan siswa yang telah tuntas (memenuhi KKM 70) pada kondisi awal 24%, siklus I 40%, siklus II 84%. Rata-rata kelas pada kondisi awal 57,00, siklus I 64,07 dan pada siklus II mengalami kenaikan menjadi 74,93. Dari 5 kelompok diskusi ada 3 kelompok mendapat penghargaan dengan kriteria Super team, 2 kelompok (40%) dengan kriteria Great team. Hasil analisis pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas tersebut terbukti bahwa teknik pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi Keragaman Kenampakan Alam dan Buatan serta Pembagian Wilayah Waktu melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas V SD Negeri Sitirejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013. Secara teoritis dan empirik penelitian yang dilaksanakan dapat dipertanggungjawab-kan karena pelaksanaan penelitian telah berdasar pada kajian teori maupun metodologi penelitian.

Kata kunci: Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, STAD

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan adanya IPS, para siswa diharapkan memiliki dasar-dasar pengetahuan tentang sosiologi, ekonomi, antropologi, geografi, psikologi sosial, dan ilmu politik. Di samping itu pula, dengan mempelajari IPS siswa akan dibekali norma, nilai, bahasa, dan seni yang menjadi komponen kehidupan bermasyarakat. Dengan dasar itulah, maka IPS merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang harus diajarkan di sekolah dasar.

Materi pembelajaran tentang fakta dalam mata pelajaran IPS sangat penting. Selain sebagai dasar pengetahuan, fakta juga mendasari tentang konsep, prosedur, maupun nilai dan sikap. Akan tetapi, bagi siswa sekolah dasar, IPS merupakan mata pelajaran yang sulit dan terlalu luas. Banyak siswa yang menganggap materi IPS adalah materi hafalan yang membosankan. Maka tidak mengherankan jika prestasi belajar IPS banyak rendah.

Selama ini guru mengajar lebih banyak pada penjelasan atau ceramah. Guru menjadi pusat informasi satu-satunya di kelas. Aktifitas guru lebih dominan dan siswa hanya menerima informasi, kemudian menghafalkan, mencatat, dan mengerjakan soal-soal tes. Dari segi siswa, mereka kurang antusias dalam menerima pembelajaran. Ada siswa yang bicara dengan teman sebangkunya, ada yang meletakan kepala di bangku, dan ada pula yang bermain-main sendiri ketika guru menerangkan. Siswa merasa bosan terhadap pembelajaran yang dilakukan guru.

Dari diskusi dengan teman sejawat, diperoleh kesimpulan bahwa kegagalan dalam pembelajaran tersebut disebabkan karena guru tidak pernah menggunakan model pembelajaran yang tepat dan menyenangkan anak. Pembelajaran yang menyenangkan akan menyebabkan siswa terlibat secara aktif. Siswa yang terlibat secara aktif dalam membahas materi yang dipelajari maka hasilnya akan terkesan. Dengan demikian pemahaman terhadap materi yang dipelajari sangat kuat. Oleh karena itu, guru dituntut untuk menerapkan model-model pembelajaran yang menyenangkan. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa adalah kooperatif tipe STAD. Model pembelajaran ini memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kegembiraan dalam proses belajar mengajar. Di samping itu pula, pembelajaran kelompok dalam STAD diharapkan mampu menghilangkan sifat egoisme siswa. Dengan suasana yang menyenangkan diharapkan prestasi belajar siswa meningkat.

Berpijak dari latar belakang tersebut, peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul ”Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Keragaman Kenampakan Alam dan Buatan serta Pembagian Wilayah Waktu Di Indonesia melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas V SD Negeri Sitirejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi dan analisa permasalahan yang diuraikan sebelumnya, maka dirumuskan permasalahan, yaitu “Apakah pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi Keragaman Kenampakan Alam dan Buatan serta Pembagian Wilayah Waktu di Indonesia pada siswa Kelas V SD Negeri Sitirejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013?”

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa sebagai akibat dari penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPS pada materi Keragaman Kenampakan Alam dan Buatan serta Pembagian Wilayah Waktu di Indonesia.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Kajian Teori

1. Hasil Belajar

Menurut Purwadarminta (1993:700) dijelaskan bahwa hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dsb). Hasan (1982:38) menyatakan bahwa hasil belajar adalah pencapaian hasil (tujuan) setelah berusaha dan derajat keberhasilan yang dicapai dalam suatu tugas.

Menurut Benjamin S. Bloom dalam Sudjana (2001:22) hasil belajar meliputi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari penerimaan jawaban atau reaksi dan penilaian. Sedangkan ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan atau kemampuan bertindak.

2. Pembelajaran IPS

IPS merupakan mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya mengintegrasikan bidang-bidang ilmu sosial dan humaniora (Sumaatmadja, 2003:19). Bidang ilmu sosial antara lain meliputi sosiologi, ekonomi, psikologi sosial, antropologi, geografi, dan ilmu politik. Sedangkan humaniora meliputi norma, nilai, bahasa, dan seni yang menjadi komponen kehidupan bermasyarakat.

Tujuan IPS sebagaimana disebutkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan /KTSP (2006:375) adalah: 1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, 2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, memecahkan masalah, 3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, 4) memiliki kemampuan komunikasi, bekerja sama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat local, nasional dan global. Dengan demikian dengan mempelajari IPS siswa dapat menjadi warga negara yang berkemampuan sosial. Di samping itu, dengan mempelajari IPS kita menjadi yakin akan kehidupan kita sendiri di tengah-tengah kekuatan fisik dan sosial.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif mengacu pada suatu ragam metode-metode pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam suatu kelompok kecil untuk saling membantu mempelajari isi materi. Pada pembelajaran kooperatif, siswa-siswa diharapkan membantu siswa lainnya untuk berdiskusi dan berargumentasi untuk menerima pengetahuan dan mengisi kesenjangan pemahaman. Pembelajaran kooperatif sangat penting untuk dikembangkan. Hasil penelitian menunjukan adanya berbagai keunggulan dalam pembelajaran kooperatif. Keunggulan-keunggulan pembela-jaran kooperatif menurut Nurhadi (2003:63) antara lain: 1) mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati, 2) memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial, 3) memungkinkan para siswa belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan, 4) menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri, meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Dalam pembelajaran tipe STAD berlaku bahwa keberhasilan tim hanya dapat dicapai apabila seluruh anggota tim belajar tentang tujuan-tujuan yang sedang dipelajarinya. Tugas siswa bukan hanya melakukan sesuatu sebagai sebuah tim tetapi juga belajar sesuatu sebagai sebuah tim. Kerja tim tersebut belum dianggap berhasil bila seluruh anggota tim belum tuntas menguasai bahan yang dipelajari.

Ada lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kelima komponen tersebut adalah presentasi kelas, kerja tim, kuis, skor perbaikan individu, dan penghargaan tim. Sedangkan langkah-langkah dalam dalam pembelajaran STAD meliputi persiapan materi, penyajian materi, kegiatan kelompok, dan evaluasi.

5. Teknik Pembelajaran Mind Mapping

Mind Mapping menurut Tony Buzan (dalam Purwoko, 2000:4) adalah cara mencatat yang kreatif, efektif dan secara harfiah akan menentukan pikiran-pikiran kita. Menurut Bobbi de Porter dan Mike Hernacki (dalam Abdurrahman 2006:113) Mind Mapping adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual prasarana grafis lainnya, untuk membentuk kesan.

Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran konvensional memungkinkan pembelajaran menjadi kurang terstruktur, alokasi waktu dan kegiatan pembelajaran kurang terorganisir sehingga pusat informasi adalah guru, siswa pasif, komunikasi satu arah, dan banyak siswa egois. Akibat dari kondisi ini adalah pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi juga rendah yang mengakibatkan hasil belajar rendah.

Setelah diketahui penyebab rendahnya hasil belajar IPS, maka peneliti mengambil langkah-langkah serta tindakan. Tindakan yang dilakukan peneliti adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk memperbaiki proses pembelajaran. Adapun pelaksanaannya dilakukan dalam dua siklus disertai dengan kegiatan observasi. Terjadilah komunikasi antar siswa, sehingga siswa menjadi aktif dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dengan mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilannya. Dengan meningkatnya aktivitas dan respon siswa dalam proses pembelajaran maka hasil belajar siswa meningkat.

Hipotesis Penelitian

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi Keragaman Kenampakan Alam dan Buatan serta Pembagian Wilayah Waktu di Indonesia pada siswa Kelas V SD Negeri Sitirejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di I SD Negeri Sitirejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora. Waktu penelitian yaitu pada semester 1 tahun pelajaran 2012/2013 tepatnya bulan September-Desember 2012. Sedangkan pelaksanaan pembelajaran dilakukan pada tanggal 27 September dan 4 Oktober 2012.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V di SD Negeri Sitirejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 25siswa terdiri dari 12 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki.

Sumber Data dan Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa. Oleh karena itu data utama bersumber dari siswa. Sebagai data pendukung juga diperlukan sumber data dari guru menyampaikan tujuan dan motivasi, menjelaskan materi, memberikan bimbingan dalam team dan memberikan penghargaan pada tiap individu, serta dokumentasi yang digunakan untuk mengetahui hasil tes tiap siklus.

Teknik Pengumpulan Data

1. Pada penelitian ini tes yang digunakan berupa soal pilihan ganda dan uraian.

2. Observasi dalam penelitian ini hanya sebagai pendukung yang digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilaksanakan bersama guru kelas V secara kolaboratif.

3. Catatan lapangan dalam penelitian ini digunakan untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung yang bertujuan untuk memperkuat data.

Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1) minimal 72% siswa dapat mencapai KKM 70, 2) rata-rata kelas mencapai 70, 3) prestasi dari 50% jumlah kelompok diskusi berada pada kriteria Superteam.

HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Dalam pembelajaran awal atau pra siklus untuk materi keragaman kenampakan alam dan buatan di Indonesia belum menggunakan pendekatan kooperatif tipe STAD. Sesuai dengan data hasil belajar dari 25 siswa yang sudah mencapai KKM 6 siswa atau 24%. Jumlah siswa yang belum tuntas masih sangat tinggi yaitu 76% atau 19 siswa.

Dilihat dari kriteria prestasi, pada kondisi awal siswa yang masuk kriteria kurang sekali ada 3, kriteria kurang 4 siswa, cukup 14 siswa dan baik 6 siswa. Kondisi ini sebenarnya disebabkan guru mengajar lebih banyak pada penjelasan atau ceramah. Aktifitas guru lebih dominan dan siswa hanya menerima informasi, kemudian menghafalkan, mencatat dan mengerjakan soal-soal tes.

Dari segi siswa, mereka kurang antusias dalam menerima pembelajaran. Ada siswa yang bicara dengan teman sebangkunya, ada yang meletakan kepala di bangku, dan ada pula yang bermain-main sendiri ketika guru menerangkan. Siswa merasa bosan terhadap pembelajaran yang dilakukan guru.

Deskripsi Siklus I

Kelebihan pada siklus I adalah: a) setiap siswa terhadap pembelajaran yang diberikan karena termotivasi oleh penghargaan kelompok, b) keaktivan tiap orang meningkat karena memiliki tanggung jawab untuk menyumbangkan skor pada kelompoknya, c) kepedulian untuk membantu teman yang kesulitan sudah mulai tampak, d) siswa lebih mandiri dan kreatif mencari sumber belajar/informasi berkaitan dengan materi, e) hasil belajar sudah meningkat.

Kekurangan pada siklus I adalah: a) rata-rata nilai kelas belum mencapai target yang diinginkan yaitu 70,00, b) dari kelima kelompok baru satu yang dapat memperoleh kriteria Superteam, c) masih ada siswa yang egois atau tidak mau membantu temannya yang kesulitan, d) siswa yang mempunyai kemampuan kurang masih belum berani minta bantuan temannya yang lebih pandai, e) masih ada siswa yang kurang bisa bersosialisasi dengan anggota kelompoknya, f) pembimbingan kelompok oleh guru belum merata, g) reward atau penghargaan berupa permen kurang menarik dan kurang bermanfaat bagi siswa.

Deskripsi Siklus II

Kelebihan pada siklus II adalah: a) rata-rata kelas sudah melampaui target yang ditetapkan (70) menjadi 74,93, b) 3 dari 5 kelompok atau 60% kelompok sudah berada pada kriteria superteam, c) siswa semakin tertarik terhadap pembelajaran yang diberikan karena termotivasi oleh penghargaan kelompok yang lebih bagus, d) keaktifan tiap siswa semakin meningkat karena ingin menyumbangkan skor pada kelompoknya, e) kepedulian untuk membantu teman yang kesulitan semakin baik, f) kelompok yang memerlukan bimbingan semakin sedikit.

Kekurangan pada siklus I adalah: a) masih ada siswa yang egois dan tidak mau membantu temannya yang kesulitan walaupn hanya sedikit, b) bagi anak yang memiliki kemampuan lebih cenderung bosan bila soal-soal dalam LKS sama dengan siklus I.

Pembahasan

Kelas V Sekolah Dasar secara rasional seharusnya sudah mengenal dan memahami konsep dan fakta yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, khususnya pada IPS materi keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia.

Setelah diadakan penelitian tindakan, diperoleh hasil analisis data hasil belajar pada kondisi awal, siklus I dan siklus II. Pada kondisi awal, rata-rata kelas 57,00 dan pada siklus I meningkat menjadi 64,07. Siswa yang telah tuntas (memenuhi KKM) naik sebesar 16% yaitu dari 24% menjadi 40% atau 6 siswa menjadi 10 siswa. Sedangkan siswa yang belum tuntas berkurang 16% yaitu dari 76% menjadi 60% atau dari 19 siswa menjadi 15 siswa. Pada siklus II rata-rata kelas naik lagi menjadi 74,93. Siswa yang telah tuntas juga naik 40% menjadi 84% atau 10 siswa menjadi 21 siswa. Sedangkan siswa yang belum tuntas tinggal 4 siswa atau 16%.

Kenaikan juga terjadi pada kinerja kelompok. Pada siklus I jumlah kelompok super team hanya satu sedangkan pada siklus II menjadi tiga kelompok. Kelompok yang termasuk great team, pada siklus I dan II sama jumlahnya, yaitu ada dua kelompok. Untuk kelompok yang termasuk good team pada siklus I ada dua kelompok sedangkan pada siklus II tidak ada. Jumlah skor keseluruhan pada siklus I adalah 106 dengan rata-rata 21,2, sedangkan pada siklus II jumlah skor 126 dengan skor rata-rata 25,2. Dapat dikatakan bahwa ada peningkatan skor yang diperoleh kelompok dari tes I dan tes II.

Terjadinya peningkatan hasil belajar, ketuntasan belajar dan skor peroleh kelompok dikarenakan pendekatan kooperatf tipe STAD selain mampu meningkatkan pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan juga mampu memberik dorongan dan bimbingan guru agar yang pandai menghilangkan sifat egoism membawa pengaruh positif terhadap keberhasilan setiap individu.

Pada dasarnya siswa sangat senang menerima poin atas kemajuan yang telah mereka perbuat. Melalui poin kemajuan memungkinkan siswa berprestasi rendah termotivasi untuk memperbaiki prestasinya karena ingin menyumbangkan sesuatu yang terbaik pada kelompoknya. Di sini akan tumbuh pemahaman bagaimana suatu tin harus bekerja (Slavin,2008:148).

Oleh karena itu, pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menjadi salah satu alternatif pembelajaran inovatif karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sekaligus dapat meningkatkan kemampuan afektif dan psikomotorik siswa melalui bekerja kelompok serta melakukan aktivitas-aktivitas yang mendukung belajar siswa (Slavin, 2008:237).

PENUTUP

Simpulan

1. Siswa yang telah tuntas (memenuhi KKM 70) pada kondisi awal 6 siswa atau 24% naik menjadi 10 siswa atau 40% pada siklus I, dan naik lagi menjadi 21 siswa atau 84% pada siklus II. Sedangkan siswa yang belum tuntas berkurang dari 76% menjadi 60% dan pada siklus II tinggal 16% atau 4 siswa.

2. Pada kondisi awal, rata-rata kelas 57,00 naik menjadi 64,07 pada siklus I, dan pada siklus II mengalami kenaikan menjadi 74,93.

Saran

1. Peneliti harus benar-benar menguasai karakteristik pembelajaran kooperatif tipe STAD sehingga proses belajar mengajar akan berjalan lancar.

2. Mengingat kompleksitas yang ada dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD guru lain hendaknya membantu kegiatan belajar mengajar bilamana diperlukan.

3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menuntut siswa tidak egois. Oleh karena itu, bagi siswa yang merasa lebih pandai harus bersedia membimbing siswa yang kurang pandai.

4. Kepala sekolah hendaknya memfasilitasi pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD misalnya dengan penyediaan buku-buku penunjang secara lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no. 22 tahun 2006, tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: depdiknas.

Hasan, fuad. 1981. Kamus Istilah Psikologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ischak. 2004. Pendidikan IPS di Sekolah Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Larasati, N. S., Riska. 2005. Analisis Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Pengaruhnya terhadap Upaya Peningkatan Hasil Belajar Akuntansi dalam Pokok Bahasan Pencatatan Transaksi Perusahaan Dagang Mata Pelajaran Akuntansi pada Siswa Kelas II Semester I SMU Negeri 7 Purworejo. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

Karyono. 2009. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Variasi Permainan “Ultawan” untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS di Kelas V SD Negeri Wedung 3 Kecamatan Wedung Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2008/2009. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Mulyono, 1995. Pengertian dan Karakteristik IPS. Jakarta: P3C.

Nurhadi dan Gerard senduk. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: universitas negeri malang.

Poerwadarminta, W. J. S. 1993. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Purwanto, Ngalim. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sardjono. 2008. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Materi Peninggalah Sejarah di Lingkungan Setempat Melalui model STAD dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas IV SD Negeri Wonosari Kecamatan Sine Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2008/2009. Penelitian Tindakan Kelas. Ngawi: Universitas Suryo.

Slavin, Robert E. 1994. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice (Second Edition). London: Allyand Bacon.

———– 2008. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Suharsimi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Suryabrata. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

Sumaatmaja, Nursid. 2003. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka.

Winkel, W. S. 1984. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

———– 2008. Model Pembelajaran Efektif Cooperative Learning. Materi Penataran. Semarang. LPMP Jawa Tengah.