PENINGKATAN HOTS SISWA KELAS 4

MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN

MATEMATIKA REALISTIK

PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

Nisaul Fadzla

Krisma Widi Wardani

PGSD Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Higher Order Thinking Skills (HOTS) siswa kelas 4 pada mata pelajaran matematika dengan menggunakan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR). Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), peningkatan HOTS diukur dengan membandingkan hasil kuesioner pada tiap siklus. Kuesioner ini terdiri dari 5 aspek pertanyaan yaitu: apakah siswa dapat menganalisis masalah yang diberikan, membuat pertanyaan, menanggapi pendapat dari siswa lain, melakukan percobaan serta membuat atau menciptakan karya sesuai dengan materi. Pengumpulan data juga dilakukan melalui lembar observasi, dengan aspek yang diamati adalah kegiatan siswa selama mengikuti pembelajaran dikelas sesuai dengan langkah-langkah Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR). Dalam proses pembelajaran di siklus akhir nampak bahwa siswa mampu memecahkan masalah dengan cara masing-masing, siswa juga lebih aktif bertanya dan berpendapat serta siswa mampu bekerja sama dalam kelompok dan menyimpulkan apa yang telah dipelajari. Hasil dari kuesioner HOTS penelitian ini menunjukkan pada siklus I skor terendah adalah 18 dan skor tertinggi 54 dengan rata-rata 32.26 termasuk dalam kategori cukup. sedangkan pada siklus II, skor kuesioner HOTS terendah adalah 36 dan skor tertinggi 67 dengan rata-rata 50,68 masuk dalam kategori tinggi. Pada siklus I terdapat 2 siswa dengan skor kategori rendah, 12 siswa dengan skor kategori cukup, 5 siswa dengan skor kategori tinggi dan tidak ada siswa yang masuk dalam kategoi sangat tinggi. Pada siklus II meningkat menjadi tidak ada siswa dengan skor kategori rendah, 4 siswa dengan skor kategori cukup, 10 siswa dengan skor kategori tinggi dan 5 siswa dengan skor kategori sangat tinggi. Berdasarkan data tersebut, terlihat kenaikan skor yang signifikan. Selisih kenaikan skor tertinggi dari siklus I kesiklus II mencapai 13 poin. Selisih skor terendah dari siklus I ke siklus II mencapai 18 poin. Demikian juga selisih rata-rata terpaut jauh yaitu 18,42 poin. Peningkatan skor rata-rata Higher Order Thingking Skills (HOTS) mencapai 30%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dapat meningkatkan Higher Order Thinking Skills (HOTS) siswa kelas 4 SDN 1 Wonokerso.

Kata kunci: PTK, Higher Order Thinking Skills, Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik

 

PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi siswa sekolah dasar hingga sekolah menengah. Bagi siswa SD Matematika dianggap sulit dan menakutkan, sebab salah satu karakteristik matematika mempunyai objek yang bersifat abstrak. Disisi lain matematika diberikan kepada siswa SD untuk membekali siswa agar mampu berpikir secara kritis, logis dan kreatif (Adams & Hamm, 2010). Sering pula dijumpai dalam pembelajaran di kelas Guru dalam menyampaikan materi pelajaran matematika belum memberikan contoh konkrit matematika yang berhubungan dengan kegiatan dan permasalahan sehari-hari siswa yang memungkinkan siswa dapat menjadi lebih paham dan belajar dari persoalan yang sering mereka hadapi. Dengan memberikan contoh langsung melalui video atau pembelajaran berbantuan audio visual membantu siswa untuk lebih memahami pembelajaran dan terbukti meningkatkan keterampilan berfikir kritis siswa (Vera dan Wardani, 2018:43). Contoh konkrit matematika sangat erat kaitannya dengan kegiatan sehari-hari antara lain seperti dalam kegiatan jual-beli di pasar maupun di warung-warung kecil. Selain itu, siswa juga sering menggunakan matematika ketika menciptakan permainan. Untuk itu, guru harus dapat menghadirkan pembelajaran matematika menjadi pembelajaran yang lebih nyata untuk kebermanfaatan dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil observasi awal terhadap pembelajaran di SDN 1 Wonokerso menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran matematika guru tidak hanya menggunakan metode ceramah akan tetapi guru juga telah menggunakan media pembelajaran dalam menyampaikan pembelajarannya. Namun guru dalam memberikan contoh pada saat menyampaikan materi masih belum menunjukkan contoh-contohnya secara konkrit kepada siswa. Dalam pembelajaran kebanyakan siswa cenderung pasif dan belum terampil dalam mengerjakan sesuatu yang baru jika belum dicontohkan oleh guru, hal ini nampak pada saat Guru memberi pertanyaan dan masyoritas siswa diam tidak menjawab, hanya ada 2-3 siswa yang aktif menjawab, disisi lain siswa nampak seperti mendengarkan penjelasan guru serta mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru. Hal ini menyebabkan pembelajaran kurang maksimal karena siswa lebih suka bertanya jawaban-jawaban soal kepada teman sehingga ini mempengaruhi cara berpikir siswa.

Kecenderungan siswa mendapatkan jawaban secara langsung dari teman bukan dari proses berfikir sendiri membuat siswa tidak mengalami perkembangan ketrampilan berfikir. Sementara siswa diharapkan mampu mencapai tuntutan keterampilan berpikir tingkat tinggi, dimana menurut Krathwohl dalam Lewy, dkk (2009:16), menyatakan bahwa indicator untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi (1) menganalisis, dalam hal ini siswa dapat menganalisis informasi, membedakan faktor penyebab akibat dan mengidentifikasi/merumuskan pertanyaan (2) mengevaluasi, mengevaluasi ini berupa memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan serta membuat hipotesis, mengkritik dan menerima juga menolak pernyataan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan (3) mengkreasi, dengan mengkreasi ini siswa dapat menciptakan hal yang baru.

Kemampuan awal siswa dalam ketrampilan berfikir tingkat tinggi atau Higher Order Thingking Skills (HOTS) siswa kelas 4 dapat dikatakan kurang maksimal karena masih banyak siswa yang memiliki ketrampilan berpikir tingkat tinggi kategori cukup. Siswa yang masuk dalam HOTS kategori rendah sebanyak 2 siswa (11%), sebanyak 14 siswa (73%) memiliki kemampuan HOTS dalam kategori cukup dan sebanyak 3 siswa (16%) yang memiliki kemampuan HOTS dalam kategori tinggi. Permasalahan pembelajaran matematika seperti di atas di mana pembelajaran tersebut kurang bermakna dan berdampak pada cara berpikir siswa dan hasil belajar yang belum memuaskan perlu mendapatkan perhatian untuk segera diatasi.

Penggunaan model pembelajaran yang tepat bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran sehingga siswa dapat meningkatkan cara berpikir yang optimal. Untuk mengatasi hal ini guru dapat menggunakan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR). Dengan menerapkan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan cara berpikir siswa karena dalam proses belajar guru memberikan contoh-contoh konkrit dengan menghubungkan materi pembelajaran dengan kegiatan sehari-hari. Langkah-langkah Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik menurut Saleh (2012:49), berdasarkan karakteristik dan prinsip PMR, langkah pendekatan matematika realistik dalam pembelajaran matematika dapat dirumuskan sebagai berikut: Langkah pertama, guru mengkondisikan kelas agar menjadi kondusif. Kedua guru menyampaikan dan menjelaskan masalah kontekstual. Ketiga siswa memecahkan masalah kontekstual baik secara individual atau kelompok, siswa memecahkan masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri dibawah bimbingan guru atau tidak. Keempat membuat kesimpulan dari diskusi kelompok atau hasil diskusi kelas.Kelima konfirmasi dan tugas-tugas.

Pembelajaran matematika realistik memiliki karakteristik dan prinsip yang memungkinkan siswa dapat berkembang secara optimal, adanya masalah kontekstual yang dapat mengaitkan konsep matematika dengan kehidupan nyata.

KAJIAN TEORI

Kemampuan berpikir tingkat tinggi/Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah proses berpikir yang menuntut siswa untuk dapat memanipulasi informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang memberi mereka pengertian dan implikasi baru. (Gunawan, 2012:171) Dari pengertian tersebut guru harus dapat membimbing serta mendidik siswa untuk mampu mengembangkan cara berpikir dalam pembelajaran matematika melalui suatu pendekatan yang sesuai dengan karakteristik siswa.

Beberapa ahli lain juga menuturkan pengertian Higher Order Thinking Skills (HOTS) seperti yang dikemukakan Kuswana (2012:200) Berpikir kritis dan kreatif saling ketergantungan, seperti juga kriteria dan nilai-nilai, nalar dan emosi. Hal tersebut dapat meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif siswa melalui penalaran dan emosi siswa atau sesuai dengan karakteristik siswa. Penelitian lain menurut Ernawati (2017:196-197), berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan cara berpikir yang menuntut siswa untuk dapat memaknai hakikat dari yang terkandung didalamnya dengan analisis, sintesis dan mengasosiasi sehingga dapat menarik kesimpulan untuk menciptakan ide kreatif dan produktif

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah kemampuan berpikir yang menuntut siswa untuk lebih kritis dalam memecahkan masalah seperti dalam menganalisis dan mengevaluasi masalah serta lebih kreatif dalam mengkreasi atau menciptakan ide baru.

Dalam peningkatan Higher Order Thinking Skills (HOTS) dapat mengggunakan Pendekatan Matematika Realistik dalam pembelajaran.Pendekatan Matematika Reaistik ini pertama kali diterapkan dan dikembangkan di Belanda sejak tahun 1971 oleh Fruedenthal Institute. Ardana (2007) mengatakan bahwa matematisasi horizontal merujuk pada proses transformasi masalah yang dinyatakan dalam bahasa sehari-hari ke bahasa matematika atau yang berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa. Sedangkan matematiasi vertical adalah proses dalam matematika itu sendiri dengan kata lain proses matematisasi vertical menghasilkan konsep, prinsip, model matematis baru dari pengetahuan matematika.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa peningkatan HOTS siswa kelas 4 SDN 1 Wonokerso yang semula dapat dilakukan dengan menerapkan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik yang dalam pembelajaran guru menyampaikan materi pelajaran dengan menghubungkannya dengan kegiatan sehari-hari. Selain itu guru juga harus menggunakan media yang cocok dengan materi serta berkaitan dengan kegiatan siswa sehari-hari.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sukidin (2012:82) menyatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk penelitian yang dilakukan oleh guru untuk memecahkan masalah dalam proses mengajar serta memperbaiki pengajaran dengan cara praktis. Penelitian ini dilaksanakan dengan subjek kelas 4 SDN 1 Wonokerso tahun ajaran 2018/2019 dengan jumlah 19 siswa. Dalam perencanaan pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti terdapat 2 siklus. Rangakian pelaksanaan pada siklus I meliputi kegiatan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi, kemudian dilanjutkan pada siklus II dengan rangkaian kegiatan revisi siklus I, Perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes dan non tes. Sebagaimana teknik tes merupakan lembar soal yang dikerjakan oleh siswa.Lembar soal yang digunakan berupa soal uraian yang memuat indicator pembelajaran. Teknik ini bertujuan untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa. Sedangkan non tes merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati aktivitas guru menggunakan lembar observasi guru dan mengamati aktivitas siswa menggunakan angket Higher Order Thinking Skills (HOTS) serta lembar observasi siswa. Angket HOTS ini memuat indikator penilaian HOTS sebagai alat mengukur HOTS pada siswa yang dalam pelaksaannya dengan mengamati kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung.

Lembar observasi diberikan untuk mengevaluasi jalannya pembelajaran sehingga hasil penilaian yang diperoleh dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menyimpulkan hasil pembelajaran tersebut (Arikunto, 2010:272).

Sugiyono (2010:203) juga berpendapat bahwa observasi dilakukan untuk memberikan penilaian yang berkaitan dengan perilaku manusia, cara kerja, dan gejala-gejala alam, namun sugiyono menambahkan observasi ini dapat dilakukan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dalam hal ini, observasi dapat dilakukan pada SDN 1 Wonokerso karena jumlah responden tidak terlalu besar.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian dengan dua siklus yang dilakukan untuk memenuhi tujuan penelitian yaitu untuk meningkatan Higher Order Thinking Skills (HOTS) dengan menerapkan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik. Dalam peningkatan HOTS ini dapat dilihat dari perolehan skor yang diperoleh siswa melalui angket yang pada angket tersebut terdapat 3 indikator yang digunakan untuk mengukur HOTS diantaranya menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi yang setiap butirnya akan mendapat skor antara 1 sampai 4. Dan dengan rentang skor 0-18 dalam kategori rendah, 19-36 dalam kategori cukup, 37-54 dalam kategori tinggi dan 55-72 dalam kategori sangat tinggi. Peningkatan HOTS dapat dilihat dari peningkatan skor dari pra siklus diperoleh skor tertinggi 36 dan skor terendah 18, pada siklus I skor tertinggi 54 dan skor terendah 18, pada siklus II skor tertinggi 67 dan skor terendah 36. Berdasarkan data tersebut, selisih kenaikan skor tertinggi dari pra siklus ke siklus I mencapai 18 poin. Selisih siklus I ke siklus II mencapai 13 poin. Sedangkan selisih skor terendah dari pra siklus ke siklus I tidak mengalami perubahan. Dan selisih dari siklus I ke siklus II mencapai 13 poin. Selain selisih skor tertinggi dan terendah, juga terjadi peningkatan pada kategori Higher Order Thingking Skills (HOTS). Peningkatan HOTS yang paling terlihat adalah pada kategori tinggi dari pra siklus sebanyak 3 siswa (16%), siklus I sebanyak 5 siswa (26%) dan siklus II sebanyak 10 siswa (53%). Dalam hal ini siswa yang mencapai kategori tinggi dalam kemampuan HOTS tidak menguasai ketiga indikator yang digunakan sebagai alat ukur. Indikator yang banyak dikuasai siswa yaitu menganalisis. Siswa dapat menganalisis dan menyelesaikan soal baik dari penjelasan yang disampaikan oleh guru maupun secara mandiri.

Kegiatan tersebut menghasilkan data pelaksanaan siklus I dan siklus II sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Frekkuensi Perbandingan Kategorisasi Higher Order Thinking Skills (HOTS) siswa kelas 4 SDN 1 Wonokerso

Kategorisasi Pra Siklus Siklus I Siklus II
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
HOTS Kategori Sangat Tinggi 0 0% 0 0% 5 26%
HOTS Kategori Tinggi 3 16% 5 26% 10 53%
HOTS Kategori Cukup 14 73% 12 63% 4 21%
HOTS Kategori Rendah 2 11% 2 11% 0 0%
Skor Terendah 18 18 36
Skor Tertinggi 36 54 67
Rata-rata Skor Kelas 25,64 32.26 50.68

 

Pembahasan

Temuan hasil penelitian dan keberhasilan penelitian ini terjadi oleh karena langkah-langkah Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) menurut Saleh (2012:49), yaitu pengkondisian kelas, penyampaian dan penjelasan masalah, pemecahan masalah, membuat kesimpulan dan refleksi tugas-tugas. Hal ini dilakukan secara konsisten pada siklus II. Tahap pengkondisian kelas, guru berperan sebagai fasilitator dan selama pembelajaran berlangsung guru menciptakan suasana yang kondusif agar siswa dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal. Pada tahap penyampaian dan penjelasan masalah, guru menjelaskan materi diagram dengan mengkaitkannya dalam kegiatan sehari-hari kemudian siswa memperhatikan ketika guru menjelaskan dan siswa diharapkan mampu memahami serta menganalisis materi karena siswa akan mengerjakan soal-soal berdasarkan penjelasan dari guru. Pada tahap pemecahan masalah, dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru seperti mengubah data ke dalam bentuk diagram dan membuat diagram sesuai dengan kreativitas siswa. Siswa juga mampu bekerja secara kelompok, dengan bekerja sama siswa dapat memahami materi lebih dalam karena dalam bekerja kelompok tidak ada rasa malu untuk bertanya dengan teman yang lain. Pada tahap membuat kesimpulan, siswa dapat membuat kesimpulan dari materi diagram sesuai dengan apa yang didapatkan ketika pembelajaran berlangsung. Pada tahap refleksi, refleksi ini dilakukan untuk memperkuat pemahaman siswa dan keterampilan yang berkaitan dengan materi diagram. Sama halnya dengan keberhasilan dalam peningkatan HOTS disebabkan oleh keberhasilan dengan menerapkan PMR. Konsep HOTS seperti yang sudah dipaparkan pada bagian pendahuluan, merupakan tingkatan berpikir seseorang untuk memecahkan masalah.

Hasil penelitian telah melengkapi penelitan yang sudah terlaksana yang sebelumnyasperti penelitian yang berjudul “Pengembangan Kemampuan Berpikir Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Melalui Pembelajaran Matematika Realistik” yang dilakukan oleh Siti Mufidah dan Ariyadi Wijaya tujuan penelitian ini yaitu: mendeskripsikan penerapan Pensekatan Matematika Realistik dapat mengembangkan berpikir tingkat tinggi pada siswa.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Higher Order Thinking Skills dan hasil belajar siswa kelas 4 di SDN 1 Wonokerso.Karena dalam proses pembelajaran, siswa dituntut untuk menyelesaikan masalah kontekstual baik secara mandiri maupun secara kelompok dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS). Penelitian sebelumnya dengan judul “Pendekatan Matematika Realistik (PMR) untuk Meningkatkan kemampuan Brfikir Siswa di Tingkat Sekolah Dasar” dilakukan oleh Evi Soviawati yang bertujuan meningkatkan cara berpikir siswa sekolah dasar dengan menerapkan Pendekatan Matematika Realistik.

Keunggulan yang terdapat pada penelitian ini yaitu penerapan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dengan memilih materi statistika (diagram batang dan garis) kelas 4 untuk meningkatkan Higher Order Thinking Skills dan hasil belajar siswa. Pengukuran Higher Order Thinking Skills (HOTS) menggunakan angket HOTS dengan cara mengukurnya dengan mengamati aktivitas siswa secara langsung. Sedangkan untuk pengukuran hasil belajar siswa digunakan soal berbentuk uraian dengan cara menghitungnya melalui pencapaian nilai diatas KKM. Setelah diterapkannya Pendekatan Matematika Realistik (PMR) kemampuan Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada siswa kelas 4 mengalami peningkatan, ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang berpikir tingkat tinggi dalam mengikuti pembelajaran. kenaikan Higher Order Thinking Skills (HOTS) berimbas pada hasil belajar siswa yang juga mengalami peningkatan, hal ini ditunjukkan dengan peningkatan jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM. Selain itu pada proses pembelajaran siswa dapat menyelesaikan masalah kontekstual, berdiskusi kelompok dan menyimpulkan masalah yang termuat dalam pembelajaran.

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dikelas 4 SDN 1 Wonokerso menunjukkan peningkatan Higher Order Thingking Sills (HOTS) siswa dengan menerapkan Pendektan Pembelajaran Matematika Realistik.

Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik dapat mempengaruhi dalam peningkatan Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada siswa. Hal ini ditunjukkan pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa lebih aktif, mampu menganalisis serta menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru, siswa juga lebih percaya diri dalam menyampaikan pendapat serta memberikan apresiasi terhadap karya temannya. Siswa dapat bekerja sama dalam kelompok dengan baik dan sesuai dengan panduan yang disampaikan oleh guru.

Saran

Guru diharapkan dapat menggunakan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) karena terbukti pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan Higher Order Thingking Skills (HOTS) siswa yang berdampak pada hasil belajar siswa pada matematika khususnya materi diagram. Guru juga harus memahami karakteristik dari masing-masing siswa agar dapat dengan mudah ketika membagi kelompok serta dalam mengerjakan secara kelompok tidak menyebebkan kelas menjadai ramai atau kurang kondusif.

DAFTAR PUSTAKA

Adams, D., & Hamm, M. (2010). Demystify Math, Science, and Technology: Creativity, Innovation, and Problem Solving. Plymouth: Rowman & Littlefield Publisher, Inc.

Amelia,M.A (2017). Analisis soal tes hasil belajar higher order thinking skills (HOTS) matematika materi pecahan untuk kelas V sekolah dasar.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Astuti,M.S.Y. (2008). Pengembangan perangkat Pembelajaran Matematika Realistik dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika siswa sekolah dasar di Kecamatan Rendang.

Ernawati, L. (2017). Pengembangan Higher Order Thingking (HOT) melalui Pembelajaran Mind Bangking dalan pendidikan Agama Islam. PROCEEDINft.

Hidayati, A.U. (2017). Melatih keterampilan berpikir tinggi dalam Pembelajaran matematika pada siswa sekolah dsar.jurnal pendidikan dasar dan pembelajaran dasar, 4 (2).

Jailani J, Novi, D. W (2017).Pengaruh pendekatan matematika realistik terhadapmotivasi dan prestasi belajar siswa SD.

Karim, A. (2011). Penerapan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa sekolah dasar. Jurnal Pendidikan, 1(1), 21-32.

Kartika, F dan Maulana M. (2016). Meningkatkan kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematis siswa sd kelas v melalui pendekatan matematika realistik.

Kuswana, Wowo Sunaryo. 2012. Taksonomi Berpikir. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mufidah.S dan Ariyadi Wijaya.(2017). Pengembangan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Melalui Pembelajaran Matematika Realistik.

Paloloang, B., Saharah dan I.Nyoman M (2012). Penerapan Pendekatan Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar SiswaKelas 1SD Integral Rahmatullah Tolitoli Pada Materi Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan.

Putra, G.F (2016). Pengaruh model pembelajaran reflektif dengan pendekatan matematika realistik bernuansa keislaman terhadap kemampuan komunikasi matematis.

Putri, R.I.I.(2012). Pembelajaran Materi Bangun Datar melalui Cerita menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Di Sekolah Dasar.

Rahmawati, F. (2013).Pengaruh Pendekatan Pendidikan Realistik Matematika dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Prosiding SEMIRATA 20131(1).

Setiani, F.(2011). Melakukan penelitian tentang pengembangan asesmen alternatif dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik di sekolah dasar.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Soviawati.E. (2011).Pendekatan Matematika Realistik (PMR) untuk Meningkatkan kemampuan berpikir siswa di tingkat sekolah dasar.

Vera, K., & Wardani, K. W. (2018). Peningkatan keterampilan berfikir kritis melalui model problem based learning berbantuan audio visual pada siswa kelas IV SD. Jurnal Riset Teknologi dan Inovasi Pendidikan, 1(2), 33-45.