PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT)

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOLABORATIF

DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS 4 SD

Doli Triono

Suhandi Astuti

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar – FKIP Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRAK

Penelitin ini berangkat dari dari kondisi keterampilan kolaboratif siswa kelas 4 SD St.Theresia Marsudirini 77 Salatiga masih rendah yang berdampak pada hasil belajar yang rendah pula.Berdasarkan latar belakang tersebut tujuan dilakukannya penelitian ini ialah meningkatkan keterampilan kolaboratif dan hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT). Jenis penelitian yang digunakan adalah PTK yang dilakukan dalam II Siklus. Intrument pengumpulan data diantaranya tes yang berupa soal tes untuk mengukur tingkat ketercapaian hasil belajar dan non tes berupa rubrik penilaian tugas umtuk mengukur tingkat keterampilan kolaboratif siswa. analisi data pada penelitian ialah analisis deskriptif komparatif. Tingkat keterampilan kolaboratif dan hasil belajar pada pra siklus diantaranya keterampilan kolaboratif pada kategori tinggi 13% kategori sedang 27% dan kategori rendah 60% sehingga berdampak pada hasil belajar dengan presentase 42% mencapai ketuntasan dan 58% belum mencapai ketuntasan. Setelah dilakukan penelitian tahap Siklus I keterampilan kolaboratif siswa meningkat menjadi 33% berada pada kategori tinggi, 56% pada kategori sedang 5% pada kategori rendah, hasil belajar siswa 67% sudah mencapai ketuntasan dan 33% belum mencapai ketuntasan. Pada Siklus II meningkat lebih signifikan yaitu 76% dari keseluruhan siswa tingkat keterampilan kolaboratif berada pada kategori tinggi dan 24% ada kategori sedang, hasil belajar siswa juga terlihat mencapai ketuntasan 87% dan 13% siswa belum mencapai ketutasan

Kata Kunci: Teams Games Tournaments (TGT), Keterampilan Kolaboratif dan Hasil Belajar

 

PENDAHULUAN

Permendikbud No 21 Tahun 2016 tentang standar isi muatan matematika pada SD menunjukkan sikap positif bermatematika yaitu logis, kritis, cermat dan teliti, jujur, bertanggung jawab, serta kemampuan bekerjasama, dan tidak mudah menyerah dan putus asa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, sebagai wujud implementasi kebiasaan dalam inkuiri daneksplorasi matematika. Sedangkan Menurut Susanto (2013: 183) Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di taman kanak-kanak secara informal.

Fathani (2008: 75) Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai setiap manusia, terutama oleh siswa sekolah. Sebab, ternyata Matematika tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Matematika selalu mengalami perkembangan yang berbanding lurus dengan kemajuan sains dan teknologi. Disebut sebagai ilmu dasar, tentu setiap orang harus mampu memahami dan menguasainya, terutama untuk siswa sekolah. Dalam usia sekolah, siswa lebih mudah dan mampu untuk menyerap banyak ilmu.

Penguasaan Matematika bukan saja sebagai tuntutan sekolah namun lebih. Matematika selalu perkembangan dan kemajuan yang sejalan dengan sains dan teknologi. Jika tak dapat menguasai matematika maka akan tertinggal dengan sains dan teknologi tersebut.Menurut Ibrahim & suparni (2012:5) matematika merupakan ilmu tentang pola dan hubungan, sebab dalam matematika sering dicari keseragaman seperti keterurutan, dan keterkaitan pola dari sekumpulan konsep- konsep tertentu atau model-model yang merupakan representasinya, sehingga dapat dibuat generalisasinya untuk selanjutnya dibuktikan kebenarannya secaradeduktif.

Berdasarkan pendapat diatas dapat penulis simpulkan kembali bahwa mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dijenjang sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas bahkan diperguruan tinggi, selain itu juga matematika adalah ilmu dasar dimana siswa dituntut bisa dalam mengemukakan ide, gagasan berpikir logis dan kritis serta dapat mengemukakan gagasan melalui simbol, tabel diagram untuk memperjelas keadaan ataupun masalah.

Pembelajaran dengan menggunakan model atau metode yang tepat akan memberikan keterampilan kolaboratif yang baik serta motivasi yang tinggi bagi siswa. Dalam meningkatkan keterampilan tersebut selain guru harus kreatif juga dituntut pula adanya partisipasi aktif dari siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga suasana kelas perlu dirancang dengan baik sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Siswa dapat belajar untuk bekerjasama di dalam kelas dan akan lebih mudah bagi mereka untuk berinteraksi secara positif dengan siswa yang berbeda pola pikirnya, memerlukan pembelajaran bekerjasama, saling membina, belajar dan berubah bersama, serta maju bersama pula.

Pembelajaran kolaboratif Warsono dan Hariyanto (2012: 66) membuktikan bahwa siswa akan belajar dengan lebih baik jika mereka secara aktif terlibat pada proses pembelajaran dalam suatu kelompok-kelompok kecil. siswa yang bekerja di dalam kelompok-kelompok kecil cendrung belajar lebih banyak tentang materi ajar dan mengingatnya lebih lama dibandingkan jika materi ajar tersebut dihadirkan di dalam bentuk lain, misalya di dalam bentuk ceramah dan tanpa memandang bahan ajarnya. Di lanjutkan dengan pendapat Barkey,Cross dan Major (2014: 8), yang mengatakan bahwa kolaboratif cocok untuk pembelajaran kritis, kolaboratif menghindari ketergantungan pelajar terhadap pengajar yang berperan sebagai pemegang otoritas, baik subjek yang diajarkan maupun proses belajar. Pengajar tidak boleh menjadi pemantau proses belajar, sebaliknya pengajar diharuskan mampu menjadi anggota, seperti halnya pelajar, dari sebuah komunitas yang tengah mencari pengetahuan.

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kalaboratif adalah pembelajaran yang melibatkan sejumlah siswa didalam suatu kelompok untuk membangunkan pengetahuan dan pencapaian tujuan pembelajaran bersama melalui interaksi sosial dibawah bimbingan pendidik baik didalam maupun diluar kelas, sehingga terjadi pembelajaran yang penuh makna dan siswa akan saling menghargai kontribusi semua anggota kelompoknya.

Hakikat pembelajaran matematika yang ideal merupakan proses belajar mengajar yang bukan hanya terfokus terhadap hasil yang dicapai. Melainkan bagaiman proses pembelajaran yang dapat memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu beserta dapat memberikan perubahan perilaku dan mampu mengaplikasikannya didalam kehidupan mereka sehari-hari. Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika maka guru harus mengupayakan agar senua siswa mengerti dan memahami materi yang diajarkan daripada harus mengejar target kurikulum tanpa dibarengi dengan pemahaman materi.Guru diharuskan mampu menghilangkan persepsi siswa bahwa pelajaran matematika itu sulit dan mampu mengusahakan agar siswa memiliki pengelaman bahwa belajar matematika itu mudah dan menyenangkan. Untuk menciptakan suasana dan kondisi yang efektif didalam proses pembelajaran dibutuhkan faktor-faktor pendukung tertentu seperti lingkungan belajar, keahlian guru dalam mengajar, pasilitas dan sarana yang memadai serta adanya kerjasama antara guru dan siswa. Selain keadaan tersebut, didalam pembelajaran matematika yang ideal juga terdapat siswa yang aktif, kreatif, dan memiliki minat serta perhatian yang tinggi untuk mengikuti proses pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut dapat dijelaskan bahwa proses mengorientasikan siswa sangat diperlukan didalam pembelajaran kolaboratif, karena hal seperti itu berguna untuk memperkenalkan siswa terhadap metode pembelajaran baru yang belum diketahui oleh siswa sebelumnya, agar penerapan proses pembelajaran kalaboratif di dalam kelas dapat berjalan dengan baik.Pada pembelajaran yang terjadi di kelas 4 di SD St. Theresia Marsudirini 77 Salatiga pada siswa kelas 4 guru menggunakan metode ceramah dengan kurangnya pemberian motivasi kepada siswa untuk aktif bertanya dan mengemukakan pendapat ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.

Model dalam pembelajaran yang digunakan kurang menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih mudah merasa jenuh, malas, mengantuk dan tidak konsentrasi dalam belajar siswa belum dapat menggunakan seluruh waktu dalam menyelesaikan tugas dengan bekerja sama dalam kelompoknya selanjutnya siswa tidak menunjukkan sikap memiliki tanggung jawab dalam membantu kerja kelompok tidak menghormati teman yang lain pada saat temannya berpendapat siswa belum dapat bekerja sebagai satu tim baik demi mencapai tujuan utama menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Hal tersebut terjadi dikarenakan guru belum mendesain pembelajaran yang membuat siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada SD St. Theresia Marsudirini 77 Salatiga, keterampilan kolaboratif siswa kelas 4 menunjukan 6 siswa atau 13% dari jumlah siswa dalam kategori tinggi, 12 siswa atau 27% dari jumlah siswa dalam kategori sedang, 27 siswa atau 60% dari jumlah siswa dalam kategori rendah

Hal ini berdampak pada hasil belajar siswa yang relatif rendah dan belum mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) dimana setiap siswa harus memperoleh nilai yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 70 dan dari 45 siswa kelas 4 SD St Theresia Marsudirini 77 Salatiga data yang didapat hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika yang menunjukan 26 siswa atau 58% siswa yang tidak tuntas dan 19 siswa atau 42% siswa tuntas diatas KKM.

Berdasarkaan data yang diperoleh peneliti dari observasi maka diburtuhkan suatau tindakan berupa pelaksanaan suatu tindakan untuk meningkatkan keterampilan kolaboratif dan hasil belajar Matematika Siswa Kelas 4.Keterampilan didalam belajar mengajar merupakan keterampilan yang paling penting didalam membangun pengetahuan diri sendiri.Didalam karakter ini siswa menunjukan kemampuannya dalam bekerjasama secara berkelompok, kemudian berdaptasi di dalam berbagai peran dan tanggung jawab, bekerja secara produktif dengan teman lainnya, menempatkan empati pada tempat, menghormati prespektif berbeda, siswa juga menjalankan tanggung jawab pribadinya. Pembelajaran secara berkelompok, kooperatif melatih siswa untuk berkolaborasi dan bekerjasama dengan teman kelompoknya. Hal ini juga penting untuk melatih siswa dalam mengendalikan ego dan emosinya. Dengan demikian dengan kolaborasi akat menciptakan kebersamaan antar siswa, rasa memiliki tanggung jawab, dan kepedulian antar anggota. Kolaboratif menjadi kata yang lebih disukai sebagai istilah akademik untuk keterampilan dan hasil belajar siswa dari proses kerja sama.

Kolaboratif dapat membangun keterampilan komunikasi yang efektif dengan menempatkannya pada bagian interpersonal siswa. Kolaborasi adalah tentang belajar merancang dan bekerja sama, mempertimbangkan perspektif yang berbeda dan berpartisipasi dalam pembahasan topik tertentu dengan memberikan kontribusi, mendengarkan dan mendukung yang lain. (Greenstern dalam Sitti Saenab, Sitti Rahma Yunus,Andi Nurul Virninda, 2012: 46). Kolaboratif dapat membangun keterampilan komunikasi yang efektif dengan menempatkannya pada bagian hubungan interpersonal antara siswa.

Kolaboratif adalah tentang belajar merancang dan bekerja sama, mempertimbangkan perspektif yang berbeda dan berpartisipasi dalam pembahasan topik tertentu dan dengan memberikan kontribusi, mendengarkan serta mendukung yang lain. Kolaboratif berlangsung ketika anggota dari kelompok sudah pasti tidak mampu mengerjakan pekerjaan secara individu. Kolaboratif juga tentang mengenali dan menilai konstribusi masing-masing individu dalam produktifitas dan pengembangan kerja tim. Keterampilan kolaboratif yang dalam penelitian ini dijadikan sebagai salah satu tolak ukur keterampilan abad 21. Yang ingin diukur dan ditingkatkan memiliki 4 indikator yang berkaitan dengan sintaks pembelajaran Teams Games Tournament. Keempat indikator tersebut yaitu meliputi indikator bekerja secara produktif; menunjukkan sikap hormat; berkompromi; dan indikator berbagi tanggung jawab yang diadaptasi dari Greenstern (dalam Yossie Ulfa Nuzalifa dan Eko Sri Sulasmi, 2019: 63). Keempat indikator tersebut juga menjadi karakteristik dalam mengukur keterampilan siswa

Hasil belajar menurut Susanto (2013: 5) berpendapat hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Oleh karena itu hasil belajar dapat diartikan bahwa anak mencapai hasil belajar jika anak telah mencapai tujuan pembelajaran sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku siswa. Purwanto (2013:46) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut lagi Purwanto menyatakan bahwa macam-macam hasil belajar meliputi pemahaman konsep aspek kogntif, keterampilan proses aspek psikomotorik dan sikap siswa aspek afektif.

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Dimyati dan Mudjiono (2013: 3) Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja (Suprijono, 2012: 7). Perubahan yang dihasilkan siswa ini secara menyeluruh dalam setiap aspek. Tidak hanya dalam bidang ketrampilan saja namun setiap bidangnya juga dapat mempengaruhi hasil belajar dari siswa. Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang bersifat internal mapun eksternal.Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Proses belajar ini ini dapat menghasilkan suatu pengetahuan dan memberikan suatu perubahan bagi siswa. Bentuk perubahan dari hasil belajar yang didapat ini merupakan suatu tujuan dari kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan. Hasil belajar merupakan pengukuran dari penilaian kegiatan belajar atau proses belajar yang dinyatakan dalam symbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu menurut Majid (2014: 28)Bloom (Suprijono, 2012: 6), mengatakan hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif meliputi: knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk, bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif meliputi: receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Sedangkan domain psikomotor meliputi keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial dan intelektual.

Penggunaan model pembelajaran atau pemilihan model pembelajaran yang menarik agar dapat memicu siswa untuk ikut serta secara aktif dalam kegiatan pembelajaran yaitu model pembelajaran aktif. Pada dasarnya pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Di mana siswa di ajak untuk turut serta dalam proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Model pembelajaran pembelajaran aktif yang dapat mengatasi permasalahan tersebut yaitu model pembelajaran koopratif tipe Teams Games Tournaments. Menurut Isjoni (2010: 83) model pembelajaran koopratif tipe Teams Games Tournaments adalah yang menempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda.

Slavin dalam Miftahul Huda (2012: 68) mengemukakan Jika model pembelajaran koopratif tidak dirancang dengan baik maka pembelajaran koopratif akan bisa berdampak munculnya beberapa siswa yang tidak bertanggung jawab pada tugas kelompoknya, selain itu juga beberapa siswa yang dianggap tidak mampu akan cendrung diabaikan oleh anggota kelompok lainnya. Untuk menghindari dampak tersebut guru selaku pengguna model pembelajaran koopratif tipe Teams Games Tournaments yang berisi game akademik mampu mendorong semua kelompok untuk terlibat dalam pengerjaan tugas kelompoknya. Didalam Teams Games Tournaments setiap siswa ditempatkan dalam satu kelompok rendah yang terdiri dari 3 orang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi, (Miftahul Huda, 2012: 116). Melalui model pembelajaran tersebut siswa yang berkemampuan rendah dapat berperan aktif didalam pembelajaran melalui diskusi kelompoknya.

Model pembelajaran Teams Games Tournaments merupakan salah satu desain pembelajaran yang inovatif yang dapat digunakan oleh guru untuk mendesain pembelajaran, karena model dan pendekatan ini dapat melatih siswa untuk bekerja berkolaborasi untuk memecahkan sebuah masalah dalam diskusi kelompok. Kegiatan belajar dengan model Teams Games Tournaments akan membuat siswa lebih tertantang belajar didalam kelompok, menumbuhkan rasa peduli terhadap oranglain terutama teman yang belum paham, maka akan diajari supaya dapat memahami materi, adanya game berupa tanya jawab adalah suatu ukuran siswa dalam memahami materi pembelajaran. Melalui model pembelajaran Teams Games Tournaments diharapkan siswa lebih terbuka dalam menyampaikan pendapat terhadap masalah yang ditemukan dalam topik pembelajaran, siswa dapat terlibat aktif dalam bermain game, sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar matematika sebagai wujud dari pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. TGT merupakan turnamen akademik, dan menggunakankuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka, (Slavin, 2015: 163)sedangkan menurut Shoimin (2014: 203)

Rusman (2014: 224) mendefinisikan Teams Games Tournament adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda.Dari pendapat para ahli diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran Teams Game Tournament merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang berisi turnamen akademik dengan melibatkan aktivitas seluruh siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda. Dan juga suatu model pembelajaran koopratif dimana bagiannya terdiri dari penyampaian materi secara klasikal, pengelompokan, permainan, turnamen, dan penghargaan kelompok. Model pembelajaran Teams Game Tournament akan dapat menambah motivasi, rasa percaya diri, toleransi, kerjasama dan juga pemahaman materi siswa.

Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui peningkatan keterampilan kolaboratif dan hasil belajar melalui model Teams Games Tournaments siswa kelas 4 SD St.Theresia Marsudirini 77 Salatiga Tahun Pelajaran 2019/2020.Berdasarkan tujuan pelaksanaan penelitian yang telah disusun maka hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah Penerapan model Team Game Tournament dapat menigkatkan keterampilan kolaboratif dan hasil belajar pada kelas 4 SD St. Theresia Marsudirini 77 Salatiga,

METODE

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penelitian ini berdasarkan pada siklus, satu siklus dilaksanankan dua kali pertemuan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 3 tahap, yaitu: 1) tahap perencanaan tindakan (Planning) 2) tahap pelaksanaan tindakan (Action) dan obervasi (observation), serta 3) tahap refleksi. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan kolaboratif dan hasil belajar matematika siswa kelas 4 melalui penggunaan model Teams Games Tournaments. Penelitian dilaksanakan di SD St.Theresia Marsudirini 77 Salatiga Tahun Pelajaran 2019/2020. Subjek penelitian yaitu siswa kelas 4 berjumlah 45 siswayang terdiri dari 28 orang laki-laki dan 17 sisanya perempuan,Teknik pengambilan data yaitu observasi angket dan test pilihan ganda. teknik analisis data berupa teknik analisis deskriptif kuantitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pra siklus pembelajaran matematika kelas 4 di SD St. Theresia Marsudirini 77 Kota Salatiga semester I tahun pelajaran 2019/2020, permasalahan pembelajaran yang terjadi bukan merupakan acuan dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta perangkat pembelajaran secara tertulis untuk 2 kali pertemuan dengan mengacu pada silabus sekolah, Materi yang ada pada buku, rupa-rupanya mengacu KD 3.2 Memahami cara mengubah berbagai bentuk pecahan 4.2. Menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan membadingkan dan mengurutkan pecahan. Sebelum diberikan tindakan, penulis terlebih dahulu melakukan observasi terhadap siswa dan guru kelas 4 di SD St. Theresia Marsudirini 77Salatiga. Pada tahap ini, penulis juga melakukan wawancara dengan guru terkait pembelajaran matematika pada materi pecahan. Hasilnya ditemukan bahwa siswa kurang dibiasakan untuk bekerjasama dalam jumlah 4-5 orang saat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini ditunjukkan dari sebagian besar siswa lebih bersifat individual dalam proses belajar ataupun saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Pada kondisi awal terdapat 6 siswa yang memiliki keterampilan kolaboratif pada kategori tinggi, sedangkan 12 siswa memiliki keterampilan kolaboratif pada kategori sedang, 27siswa memiliki keterampilan kolaboratif pada kategori rendah. Pada kondisi pra siklus hanya terdapat 6 siswa yang memiliki keterampilan kolaboratif belajar matematika siswa pada kategori tinggi. Pengukuran hasil belajar siswa di kelas 4 SD St. Theresia Marsudirini 77Salatiga diperoleh dari hasil belajar yang diperoleh semua siswa kelas 4 pada pra siklus belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM ≥70. Hasil belajar siswa kelas 4 SD St. Theresia Marsudirini 77Salatiga sebelum dilakukan tindakan masih banyak siswa yang hasilbelajarnya belum mencapai kriteria ketuntasanminimal yakni 70.

Sebelum dilakukan tindakan dari jumlah siswa 45 hanya ada 19 siswa atau 42% yang tuntas dan 26 siswa atau 58% belum tuntas. Sebelum diadakan tindakan nilai tertinggi adalah 85 dan nilai terendah adalah 45 dan nilai rata-rata adalah 65.

Analisis Hasil Belajar Siklus I

Pada penelitian ini data akan dianalisis dengan dua tahapan yaitu analisis ketuntasan dan analisis komparatif. Data yang dianalisis adalah data pada hasil angket dan belajar matematika materi pecahan siswa kelas 4 SD St. Theresia Marsudirini 77 semester I tahun ajaran 2019/2020. Analisis ketuntasan tiap siklus dalam tabel ketuntasan diolah dengan membandingkan data mentah dengan skor

Pada siklus I terdapat 15 siswa yang memiliki keterampilan berkolaboratif pada kategori tinggi, sedangkan 25 siswa memiliki keterampilan berkolaboratif pada kategori sedang, 5 siswa memiliki keterampilan berkolaboratif pada kategori rendah. Pada kondisi siklus I hanya terdapat 15 siswa yang memiliki keterampilan berkolaboratif pada kategori tinggi. Pengukuran hasil belajar siswa di kelas 4 SD St. Theresia Marsudirini 77diperoleh dari hasil belajar yang diperoleh semua siswa kelas 4 pada siklus I belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM ≥70. Hasil belajar siswa kelas 4 SD St. Theresia Marsudirini 77 setelah dilakukan tindakan masih banyak siswayang hasil belajarnya belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yakni 70.

Berdasarkan tabel 1.4 di atas, dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan tindakan dari jumlah siswa 45 hanya ada 30 siswa atau 67% yang tuntas dan 15 siswa atau 33% belum tuntas. Sebelum diadakan tindakan nilai tertinggi adalah 90 dan nilai terendah adalah 45 dan nilai rata-rata adalah 71. Hasil refleksi ini akan dijadikan sebagai acuan untuk diperbaiki pada Siklus II agar pembelajaran dapat berjalan secara maksimal dan indikator kerja yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Analisis Hasil Belajar Siklus II

Pada penelitian ini data akan dianalisis dengan dua tahapan yaitu analisis ketuntasan dan analisis komparatif. Data yang dianalisis adalah data pada hasil angket dan belajar matematika materi pecahan siswa kelas 4SD St. Theresia Marsudirini 77 semester I tahun ajaran 2019/2020. Analisis ketuntasan tiap siklus dalam tabel ketuntasan diolah dengan membandingkan data mentah dengan skor KKM untuk mata pelajaran matematika.

Hasil yang dipaparkan pada tabel 1.3 di atas, dapat diketahui bahwa pada siklus II terdapat 34 siswa yang memiliki keterampilan kolaboratif pada kategori tinggi, sedangkan 11 siswa memiliki keterampilan kolaboratif pada kategori sedang, 0 siswa memiliki keterampilan kolaboratif pada kategori rendah. Pada kondisi siklus II hanya terdapat 34 siswa yang memiliki keterampilan kolaboratif pada kategori tinggi. Pengukuran hasil belajar siswa di kelas 4 SD St. Theresia Marsudirini 77 diperoleh dari hasil belajar yang diperoleh semua siswa kelas 4 pada siklus II belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM ≥70. Hasil belajar siswa kelas 4 SD St. Theresia Marsudirini 77 setelah dilakukan tindakan masih banyak siswa yang hasil belajarnya belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yakni 70.

Sebelum dilakukan tindakan dari jumlah siswa 45 hanya ada 39 siswa atau 87% yang tuntas dan 6 siswa atau 13% belum tuntas. Sebelum diadakan tindakan nilai tertinggi adalah 95 dan nilai terendah adalah 65 dan nilai rata-rata adalah 87.

Analisis Komparatif Keterampilan Kolaboratif

Keterampilan kolaboratif siswa dengan menerapakan model Teams Games Tournament (TGT) selama proses pembelajaran Matematika materi pecahan pada setiap siklusnya menunjukkan adanya peningkatan. Langkah awal untuk mengetahui keterampilan kolaboratif siswa dilakukan pada pra siklus guna mengetahui tindakan yang akan diberikan. Kemudian dilakukan siklus I dan siklus II untuk mengetahui capaian siswa selama menggunakan model Teams Games Tournament (TGT).

Dari pra siklus sampai pelaksanan siklus II terjadi peningkatan terhadap keterampilan kolaboratif siswa. Pada pra siklus, siswa yang berada dalam kategori tinggi sebanyak 6 siswa atau 13% dari jumlah siswa. Kemudian setelah dilakukan siklus I, siswa yang berada pada kategori tinggi meningkat menjadi 15 siswa atau 33% selanjutnya meningkat menjadi 9 siswa atau 20%. Persentase ini meningkat kembali pada siklus II sebesar 13% atau 6 siswa sehingga didapati siswa yang berada dalam kategori tinggi sebanyak 39 siswa dengan persentase sebesar 76%. Selanjutnya siswa yang berada dalam kategori sedang pada pra siklus menunjukkan persentase sebesar 27% atau 12 siswa dalam kategori sedang. Setelah dilakukan siklus I, persentase ini meningkat sebesar 56% atau 25 siswa dalam kategori sedang sehingga persentasenya menjadi 29%. Kemudian, siswa yang berada dalam kategori rendah yang ditunjukkan pada pra siklus menunjukkan persentase yang cukup banyak yaitu 60% dengan jumlah 27 siswa. Setelah dilakukan siklus I, persentase ini menurun sebesar 11% atau 5 siswa dalam kategori sedang. Setelah dilakukan siklus II jumlah siswa dalam kategori rendah menurun menjadi 0 siswa dengan persentase sebesar 0%. Hasil ini terus menunjukkan perubahan yang baik, dimana pada siklus II sudah tidak ada lagi siswa yang berada dalam kategori rendah pada keterampilan kolaboratif.

Analisis Komparatif Ketuntasan Belajar

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan model Teams Games Tournament (TGT) pada mata pelajaran Matematika terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada perbandingan nilai pra siklus, siklus I dan siklus II tabel 1.8 berikut:

Tabel 1.8Perbandingan Hasil Belajar Matematika Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

No Kriteria Pra siklus Siklus I Siklus II
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
1 Tuntas 19 42% 30 67% 39 87%
2 Tidak tuntas 26 58% 15 33% 6 13%
Jumlah 45 100% 45 100% 45 100%
Nilai tertinggi 85 90 95
Nilai terendah 45 45 65
Nilai Rata-rata 65 71 80

 

Tabel 1.8 dapat dilihat adanya peningkatan jumlah ketuntasan hasil belajar siswa. yang semula pada pra siklus sebelum diadakannya tindakan, ketuntasan siswa hanya mencapai 42%, setelah digunakan model Teams Games Tournament (TGT) meningkan menjadi 67% kemudian setelah tindakan dilakukan dalam 2 siklus hasil belajar siswa meningkat lagi mencapai 87% dari jumlah keseluruhan siswa.

Peningkatan nilai tertinggi dan nilai terendah pada setiap siklus selalu meningkat. Pada pra siklus nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 45 dan nilai rata-rata 65, setelah dilakukan tindakan pada siklus II nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 45 dan nilai rata-rata 71, pada siklus II nilai tertinggi 95 dan nilai terendah adalah 65 dan nilai rata-rata 80.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Suharni (2017) Meneliti tentang Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V B SDN 07 Baruga Kendari.Fida Rahmantika Hadi (2017) Meneliti tentang Penerapan Model TGT (Teams Games Tournament) DalamPembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan HasilBelajar Siswa Kelas V SDN Taman 3 Madiun.

Gusti Ayu Kade Emi Saptayanti (2016) Meneliti tentang Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Terhadap Hasil Belajar Matematika.Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Gusti Ayu Kade Emi Saptayanti menunjukan pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Terhadap Hasil Belajar Matematika kelas V SD Gugus Singasari Kecamatan Pekutatan, temuan penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keterampilan kolaboratif dan hasil belajar matematika.

Nelli Ma’rifat Sanusi, (2014) Meneliti tentang Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada Pokok Bahasan Pecahan. Anggy Giri Prawiyogi. (2016) Meneliti tentang Penerapan Model Type Tim Games Tournament (TGT)Untuk Meningkatkan Pemecahan Masalah MatematikaSiswa Di Sekolah Dasar.Qurrota Ayun, (2017) Meneliti tentang Penerapan Metode Pembelajaran Teams Games Tournament Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Matematika Siswa kelas VII F SMP N 3 Banguntapan. Agata Elok Febriliana. (2016) Meneliti tentang Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Team Game Tournament (TGT). Imam Winaryo (2018) Meneliti tentang Penerapan Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournaments(TGT) Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP Pada Topik Bilangan Bulat. Meina Noriyana (2013) Meneliti tentang Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Segi Empat di Kelas VII A SMPN 3 Paringin.

Yunita Nurmilasari, (2015) Meningkatkan hasil belajar matematika dengan model kooperatif tipe TGT di kelas IV SDN Paraksari. Sri Wilujeng(2012) Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Teams Games Tournament (TGT. Salma Drayatun. (2017)Meneliti tentang Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Motivasi belajar Siswa Kelas VIID SMP Negeri 1 Kokop.

Selain mendukung lima hasil penelitian sebelumnya, hasil penelitian ini juga mendukung pernyataan teoritis tentang model Teams Games Tournament (TGT)merupakan turnamen akademik, dan menggunakankuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka, (Slavin, 2015:163)sedangkan menurut Shoimin (2014:203) Teams Games Tournament (TGT) adalah model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.

Keunggulan model ini membuat siswa cerdas dan menonjol dalam mengikuti pembelajaran, tetapi siswa yang berkemampuan lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan penting dalam kelompoknya selain itu juga akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai sesama anggota keompoknya sehingga lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Karena dalam pembelajaran ini, guru menyajikan sebuah penghargaan pada siswa dan kelompok terbaik dan siswa akan menjadi lebih senang dalam mengikuti pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa turnamen.Akan tetapi penggunaan model model Teams Games Tournament (TGT) ini juga memiliki kelemahan, diantaranya adalah tidak semua siswa ikut serta menyumbangkan pendapatnya kemudian waktu untuk proses pembelajaran karena pembelajaran membutuhkan waktu yang lama selanjutnya terjadinya kegaduhan kalau guru tidak dapat mengelola kelas situasi tersebut dapat diminimalisir dengan cara guru benar-benar memaksimalkan waktu belajar yang tersedia semaksimal mungkin. Jadi guru harus fokus membimbing siswa untuk berdiskusi. Ini dapat dilakukan dengan cara guru berkeliling kelas.Model pembelajaran Teams Game Tournament akan dapat menambah motivasi, rasa percaya diri, toleransi, kerjasama dan juga pemahaman materi siswa.Hal ini yang menjadikan keterampilan kolaboratif dan hasil belajar matematika siswa dikelas 4 SD St. Theresia Marsudirini 77 pada materi pecahan menjadi meningkat.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Teams Games Tournament (TGT) telah berhasil meningkatkan ketrampilan kolaborasi dan hasil belajar matematika siswa pada materi pecahan pada siswa kelas 4di SD St. Theresia Marsudirini 77 Kota Salatiga semester I Tahun 2019/2020.Hal ini ditunjukkan dengan perbandingan ketrampilan kolaborasi pra siklus, siswa yang berada dalam kategori tinggi sebanyak 6 siswa atau 13% dari jumlah siswa. Kemudian setelah dilakukan siklus I, siswa yang berada pada kategori tinggi meningkat menjadi 15 siswa atau 33% selanjutnya meningkat menjadi 9 siswa atau 20%. Persentase ini meningkat kembali pada siklus II sebesar 13% atau 6 siswa sehingga didapati siswa yang berada dalam kategori tinggi sebanyak 39 siswa dengan persentase sebesar 76%. Selanjutnya siswa yang berada dalam kategori sedang pada pra siklus menunjukkan persentase sebesar 27% atau 12 siswa dalam kategori sedang. Setelah dilakukan siklus I, persentase ini meningkat sebesar 56% atau 25 siswa dalam kategori sedang sehingga persentasenya menjadi 29%. Kemudian, siswa yang berada dalam kategori rendah yang ditunjukkan pada pra siklus menunjukkan persentase yang cukup banyak yaitu 60% dengan jumlah 27 siswa.

Setelah dilakukan siklus I, persentase ini menurun sebesar 11% atau 5 siswa dalam kategori sedang. Setelah dilakukan siklus II jumlah siswa dalam kategori rendah menurun menjadi 0 siswa dengan persentase sebesar 0%. Hasil ini terus menunjukkan perubahan yang baik, dimana pada siklus II sudah tidak ada lagi siswa yang berada dalam kategori rendah pada keterampilan kolaboratif. dan hasil belajar matematika berdasarkan ketuntasan belajar dengan KKM ≥70.

Hasil analisis diketahui bahwa dari 45siswa yang tuntas sebelum tindakan adalah 19 siswa (42%). Setelah diberikan tindakan pada siklus I terjadi peningkatan jumlah ketuntasan siswa menjadi 30siswa (67%). Setelah diberikan tindakan pada siklus II, terjadi lagi peningkatan jumlah ketuntasan menjadi 39siswa (87%). siswa yang belum tuntas sebelum diberikan tindakan adalah 26 siswa (58%). Setelah diberikan tindakan pada siklus I, berkurang menjadi 15siswa (33%). Setelah dilaksanakan lagi tindakan pada siklus II, menjadi 6siswa (13%) yang belum tuntas. Penggunakan model Teams Games Tournament (TGT) dalam kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 4 SD di SD St. Theresia Marsudirini 77 Kota Salatiga semester I tahun pelajaran 2019/2020 yaitu dengan menerapkan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran secara urut.

Pembelajaran menggunakan model Teams Games Tournament (TGT) salah sutu model pembelajaran kooperatif yang berisi turnamen akademik dengan melibatkan aktivitas seluruh siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda. Dan juga suatu model pembelajaran koopratif dimana bagiannya terdiri dari penyampaian materi secara klasikal, pengelompokan, permainan, turnamen, dan penghargaan kelompok. Model pembelajaran Teams Game Tournament akan dapat menambah motivasi, rasa percaya diri, toleransi, kerjasama dan juga pemahaman materi siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Agata Elok Febriliana-2016. penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Team Game Tournament (TGT)pada Pokok Bahasan Pengukuran Luas Bangun Datar untuk MeningkatkanAktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Katolik “ST. Petrus”Banyuwangi. jurnal edukasi 2016, III(3): 38-42

Agung Tri Wibowo.2013.Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TipeSTAD Untuk Meningkatkan Kemampuan Menjumlah dan MengurangiPecahanSiswa Kelas V SD Negeri Gilirejo 3Kabupaten Sragen TahunAjaran 2010/2011. Skripsi. Mahasiswa S1 FKIP UNS.

Agus Suprijono. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ai Solihah.2016.Pengaruh Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Matematika Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: 2527-967X,45-53

Anggy Giri Prawiyogi,2016.Penerapan Model Type Tim Games Tournament (TGT)Untuk Meningkatkan Pemecahan Masalah MatematikaSiswa Di Sekolah Dasar. Jurnal Sekolah Dasar, ISSN 2528-2883 Vol. 1 No. 1 Sept 2016,38-48

Apriono, D.2009.Implementasi Collaborative Learning dalam Meningkatkan Pemikiran Kritis Mahapeserta didik.Jurnal Prospektus UNIROW Tuban, 7 (1), 13-20.

Aris, Shoimin. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Aris, Shoimin. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Barkey, Elizabert E., Patricia Cross & Claire Howel Major.2012.Collaborative Learning Techniques: Teknik-teknik Pembelajaran Kolaboratif. Bandung: Nusa Media

Diah Megasari Tyasning. Penerapan Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments) Dilengkapi Lks Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Materi Minyak Bumi Pada Siswa Kelas X-4 Sma Batik 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/ 2012. Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 1(1)Tahun 2012 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret 26-33

Dimayanti,Mudjiono.2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Fathani, Abdul Halim.2008. Matematika Hakikat & Logika. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Fida Rahmantika Hadi.2017.Penerapan Model TGT (Teams Games Tournament) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Taman 3 Madiun. Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD) Vol. 1 No. 2 Juli 2017, 18-25

Gusti Ayu Kade Emi Saptayanti.2016.Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Terhadap Hasil Belajar Matematika. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016.1-11

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning, Metode, Teknik, Struktur dan Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ibrahim dan Suparni.2012.Pembelajaran Matematika Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: SUKA-PRESS.

Imam Winaryo.2018. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournaments (Tgt) Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Smp Pada Topik Bilangan Bulat.JPPM Vol. 11 No. 2 (2018).105-118

Ina Kristiana2016, Pengaruh Model Pembelajaran Tgt Menggunakan Media Puzzle Terhadap Keaktifan Dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Pada Materi Sistem Ekskresi. Bioma, Vol. 6,(2), Oktober 2017,78-92

Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Komunikasi antar PesertaDidik. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Meina Noriyana Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Segi Empat Di Kelas VII A Smpn 3 Paringin. QUANTUM, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, Vol.4, No.1, April 2013, hlm. 79-84 79

Nelli Ma’rifat Sanusi Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada Pokok Bahasan Pecahan.JKPM, VOLUME 1(2), SEPTEMBER 2014 ISSN: 2339-2444,17-23

Permendikbud. 2016. Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Qurrota Ayun,2017.Penerapan Metode Pembelajaran Teams Games Tournament Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Matematika Siswa.Prosiding Seminar Nasional Etnomatnesia ISBN: 978-602-6258-07-6. 1026-1033

Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Salma Drayatun.2017.Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipetgt Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Motivasibelajar Siswa Kelas Viid Smp Negeri 1 Kokop. Jurnal Pena Sains Vol. 4, No. 1, April 2017 p-ISSN: 2407-2311= e-ISSN: 2527-7634.74-79

Slavin Robert E. 2015. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media

Slavin, Robert E. (2015).Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Suharni.2017.Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V B SDN 07 Baruga Kendari. Jurnal Wakapendik Vol 2(4). 2017,1-7

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ujiati Cahyaningsih.2017.Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD.Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3(1) 1-5 Edisi Januari 2017 ISSN: 2442-74

Warsono dan Hariyanto.2014.Pembelajaran Aktif: Teori dan Asesmen. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Yossie Ulfa Nuzalifa dan Eko Sri Sulasmi,2019. Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Berbasis Leeson Study Sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Kolaborasi Mahasiswa Program Study Pendididkan Di Universitas Negeri Malang. Jurnal Pendidikan dan Sains STKIP Asy -Syafi’iyah Internasional Medan (JPS) Vol 1(01). 2019,59-65