Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Dengan Metode STAD
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR
BAHASA INDONESIA MATERI CERITA FANTASI
DENGAN METODE STAD PADA PESERTA DIDIK KELAS VII C SEMESTER 1 (GANJIL) TAHUN PELAJARAN 2019/2020
SMP NEGERI 1 NGRAMPAL KABUPATEN SRAGEN
Murti Haju Triastuti
Guru SMP Negeri 1 Ngrampal
ABSTRAK
Keaktifan dan hasil belajar bahasa Indonesia materi cerita fantasi siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 Ngrampal rendah. Salah satu penyebabnya adalah penerapan metode pembelajaran yang masih konvensional, yaitu ceramah. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar bahasa Indonesia materi cerita fantasi melalui penerapan metode STAD pada peserta didik kelas VII C SMP N 1 Ngrampal Kabupaten Sragen semester I tahun pelajaran 2019/2020. Metode pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode STAD. Metode STAD merupakan pendekatan cooperative learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi di antara peserta didik untuk saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada peserta didik setiap minggu mengunakan presentasi verbal atau teks. Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini yaitu terjadi peningkatan keaktifan dan hasil belajar peserta didik. Rata-rata keaktifan belajar peserta didik meningkat dari 49,38% pada kondisi awal menjadi 71,25% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 81,88% pada siklus II. Peningkatan hasil belajar ditandai dengan peningkatan nilai rata-rata peserta didik untuk tes pengetahuan dari 65,31 dengan ketuntasan 40,63% siklus I, meningkat menjadi menjadi 77,50 dengan ketuntasan 65,63% pada siklus I. Hasil belajar pada materi cerita fantasi semakin meningkat pada siklus II, yaitu nilai rata-rata kelas menjadi 87,81 dengan jumlah peserta didik yang tuntas 29 orang atau 90,63%. Kesimpulan: penerapan metode STAD dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar bahasa Indonesia materi cerita fantasi peserta didik VII C SMP Negeri 1 Ngrampal Kabupaten Sragen pada semester I tahun pelajaran 2019/2020.
Kata Kunci : Metode STAD, Keaktifan Belajar, Hasil Belajar, dan cerita fantasi.
PENDAHULUAN
Salah satu bidang aktivitas dan materi pengajaran bahasa Indonesia di SMP kelas VII ialah menulis teks cerita fantasi. Dalam cerita fantasi terdapat keajaiban, keanehan, kemisteriusan, dan bersifat supranatural yang tidak dijumpai dalam dunia nyata. Dunia fantasi atau dunia khayal yang dimiliki peserta didik berbeda-beda sesuai imajinasinya. Oleh karena itu, cerita fantasi dipilih guna meningkatkan daya imajinasinya yang dituangkan melalui tulisan.
Tujuan pembelajaran menulis cerita fantasi akan dapat tercapai apabila peserta didik aktif dalam pembelajaran. Mereka dapat mengikuti pembelajaran dengan aktif dan menyusun cerita fantasi dengan baik. Selain itu mereka diharapkan dapat menuangkan ide kreatifitas dan imajinasi dalam bentuk tulisan. Hal ini akan terwujud dengan diimbangi penerapan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru menarik perhatian peserta didik.
Berdasarkan pengamatan pembelajaran menulis cerita fantasi di kelas VII C SMP N 1 Ngrampal mengalami beberapa masalah. Berdasarkan analisis kondisi awal, keaktifan belajar peserta didik masih rendah. Peserta didik yang perhatian terhadap penjelasan guru sebanyak 21 peserta didik atau 65,63%, aktif kerja sama antara peserta didik dalam kelompok sebanyak 13 peserta didik atau 40,63%, kemampuan peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya sendiri sebanyak 9 peserta didik atau 28,13%, keberanian peserta didik dalam mengemukakan pertanyaan 15 peserta didik atau 46,88%, dan mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat 21 peserta didik atau 65,63%. Dari indikator tersebut, rata-rata persentase keaktifan peserta didik adalah 49,38%, sedangkan yang lainnya belum aktif. Peserta didik tidak aktif ini dapat dilihat dari sikap dan perilaku mereka saat pembelajaran. Mereka terlihat saat pembelajaran banyak peserta didik yang mengantuk, gaduh, mengganggu teman, tidak mau menulis, dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Peserta didik yang tidak mau menulis beralasan sulit berimajinasi dan sulit mengungkapkan ide dalam bentuk kata-kata. Mereka merasa bingung memulai tulisan dari mana.
Rendahnya keaktifan peserta didik dalam pembelajaran di atas berdampak negatif terhadap hasil belajar peserta didik. Berdasarkan hasil tugas menulis cerita fantasi, peserta didik yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) menulis cerita fantasi, yaitu 76 hanya 14 peserta didik (43,75%) dari 32 peserta didik, sedangkan 18 peserta didik (56,25%) yang lain belum mencapai KKM. Dari 18 peserta didik yang rendah nilainya, mereka adalah peserta didik yang memiliki keaktifan rendah dan mereka yang belum dapat menuliskan gagasan dalam bentuk teks. Hal ini juga diperkuat dengan rerata nilai ulangan 67,97, nilai tertinggi 90, dan nilai terendah 35.
Salah satu cara untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik adalah dengan menerapkan metode STAD. Metode STAD merupakan pendekatan cooperative learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi di antara peserta didik untuk saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada peserta didik setiap minggu mengunakan presentasi verbal atau teks.
Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana (Slavin, 2008: 143). Peserta didik ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian peserta didik bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Di dalam tim itu, peserta didik dapat berkreasi menulis cerita fantasi. Akhirnya seluruh peserta didik dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.
Berdasarkan penjelasan tersebut, diharapkan penerapan metode STAD dapat meningkatan kekatifan dan hasil belajar menulis cerita fantasi peserta didik kelas VII C SMP N 1 Ngrampal Semester I tahun pelajaran 2019/2020.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Keaktifan belajar peserta didik merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2016: 98). Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktifitas, baik aktifitas fisik maupun psikis. Aktifitas fisik adalah peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik yang memiliki aktifitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak–banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran.
Keaktifan peserta didik dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam proses pembelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aktif berarti giat (bekerja, berusaha). Keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan di mana peserta didik dapat aktif. Rousseau (dalam Sardiman, 2016: 95) menyatakan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktifitas proses pembelajaran tidak akan terjadi. Thorndike mengemukakan keaktifan belajar peserta didik dalam belajar dengan hukum “law of exercise”-nya menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan dan Mc Keachie (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 45) menyatakan berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan “manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu”. Segala pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknik.
Dapat disimpulkan bahwa keaktifan peserta didik dalam belajar merupakan segala kegiatan yang bersifat fisik maupun non fisik peserta didik dalam proses kegiatan belajar mengajar yang optimal sehingga dapat menciptakan suasana kelas menjadi kondusif.
Indikator keaktifan belajar merupakan aspek-aspek yang dapat diamati dalam diri peserta didik berkaitan dengan keaktifan belajar peserta didik tersebut. Menurut Sudjana (2004: 72), mengemukakan keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dalam: 1) Perhatian peserta didik terhadap penjelasan guru (awal, inti, akhir) 2) Kerja sama antara peserta didik dalam kelompok. 3) Kemampuan peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya sendiri. 4) Keberanian peserta didik dalam mengemukakan pertanyaan. 5) Memberikan pendapat atau gagasan yang cemerlang. 6) Saling membantu dalam menyelesaikan masalah dalam diskusi kelompok. 7) Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat.
Penelitian ini menggunakan lima indikator, yaitu dilihat dalam: 1) Perhatian peserta didik terhadap penjelasan guru (awal, inti, akhir) 2) Kerja sama antara peserta didik dalam kelompok. 3) Kemampuan peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya sendiri. 4) Keberanian peserta didik dalam mengemukakan pertanyaan. 5) Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat. Kelima indikator tersebut yang berhubungan dengan aspek peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dengan metode STAD. Indikator-indikator tersebut digunakan untuk menilai sejauh mana peningkatan hasil belajar menulis cerita fantasi.
Belajar merupakan kegiatan berproses dan fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 10) hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh peserta didik menjadi acuan untuk melihat penguasaan peserta didik dalam menerima materi pelajaran.
Salah satu bentuk hasil belajar adalah menulis cerita fantasi. Menurut Keraf (2000: 15), menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide atau gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampainya, sejalan dengan itu Semi (2007: 14), mengatakan “menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambanglambang tulisan. Menulis memang merupakan suatu proses aktif-kreatif dalam menuangkan suatu ide atau gagasan ke dalam media bahasa”.
Cerita fantasi merupakan salah satu genre cerita yang sangat penting untuk melatih kreativitas dan cerita fantasi termasuk ke dalam teks narasi bersifat yang fiktif atau fiksi. Narasi adalah cerita. Cerita ini berdasarkan pada urutan-urutan suatu kejadian atau peristiwa. Dalam kejadian itu ada tokoh dan tokoh ini mengalami atau menghadapi suatu konflik atau tikaian. Menurut Harsiati (2017: 44), “Cerita fantasi merupakan salah satu genre cerita yang sangat penting untuk melatih kreativitas dan cerita fantasi termasuk ke dalam teks narasi bersifat yang fiktif atau fiksi”.
Cerita merupakan suatu organisasi yang didukung oleh berbagai unsur yang terjalin satu sama lain sehingga terbentuk sebuah cerita. Menurut Rusyana (2006: 65) unsur yang membangun cerita fantasi antara lain tema, alur atau plot, penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat.
Struktur cerita narasi yaitu orientasi. Bagian orientasi dijelaskan sebagai awal cerita yang berisi pengenalan tokoh, latar tempat dan waktu, dan awalan masuk ke tahap komplikasi. Orientasi merupakan awal dari sebuah cerita yang biasanya berisi dengan perkenalan tokohtokoh dalam cerita yang akan dibaca atau diperdengarkan.
Struktur kedua adalah komplikasi. Bagian tengah atau komplikasi dalam suatu cerita fiksi bertugas mengembangkan konflik. Tokoh utama menemui gangguan-gangguan, halangan-halangan yang memisahkan serta menjauhkan dia dari tujuannya. Struktur yang ketiga adalah resolusi. Resolusi adalah bagian akhir suatu fiksi. Disinilah sang pengarang memberikan pemecahan masalah dari semua peristiwa yang terjadi. Resolusi akhir dari komplikasi-komplikasi alur, sesuatu yang memberi pemecehan terhadap alur. Kadang-kadang, tetapi tidak selalu, resolusi ini bersamaan posisinya dengan klimas. Resolusi juga dapat dikatakan penyelesaian dari evaluasi. Biasanya resolusi sangat dinanti-nanti oleh pembaca. Karena, pada struktur ini pengarang memberikan solusi mengenai permasalahan yang dialami seorang tokoh atau pelaku dalam cerita.
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 2008: 143) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.
Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana (Slavin, 2008: 143). Peserta didik ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian peserta didik bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh peserta didik dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.
Setiap pembelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi kelas, yang meliputi pendahuluan, pengembangan, petunjuk praktis, aktivitas kelompok, dan kuis.
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, hipotesis penelitian ini sebagai berikut.
- Penerapan metode STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar bahasa Indonesia materi cerita fantasi bagi peserta didik kelas VII C SMP N 1 Ngrampal Kabupaten Sragen semester I tahun pelajaran 2019/2020.
- Penerapan metode STAD dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia materi cerita fantasi bagi peserta didik kelas VII C SMP N 1 Ngrampal Kabupaten Sragen semester I tahun pelajaran 2019/2020.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di kelas VII C SMP N 1 Ngrampal, Sragen, yang beralamat di Jalan P. Mangkubumi No. 2 Ngrampal, Kab. Sragen. Dipilihnya kelas ini sebagai tempat penelitian adalah karena keaktifan dan hasil belajar peserta didik masih rendah sehingga dibutuhkan tindakan perbaikan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar membaca. Selain itu, penulis juga mengajar di kelas ini.Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2019/2020. Penelitian ini dimulai bulan Juli 2019 hingga bulan November 2019.
Subjek dalam penelitian ini ialah seluruh peserta didik kelas VII C SMP Negeri 1 Ngrampal tahun pelajaran 2019/2020. Jumlah peserta didik kelas VII C sebanyak 32 anak, dengan rincian jumlah peserta didik laki-laki 18 dan peserta didik perempuan 14. Objek dalam penelitian ini adalah keaktifan, hasil belajar bahasa Indonesia materi cerita fantasi, dan penerapan metode STAD.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa informasi tentang keaktifan peserta didik dan peran guru selama proses pembelajaran materi cerita fantasi. Data kemampuan peserta didik dalam memahami materi cerita fantasi diperoleh dari nilai peserta didik dari aspek pengetahuan dan keterampilan materi cerita fantasi.
Data penelitian diperoleh dari hasil penilaian pengetahuan dan keterampilan. Data tes diperoleh melalui instrumen tes berupa mengerjakan soal tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar pada siklus I dan siklus II. Data non-tes berupa aktivitas peserta didik selama mengikuti pembelajaran direkam atau diamati melalui kegiatan observasi.
Untuk menjamin validitas data dan pertanggungjawaban yang dapat dijadikan dasar yang kuat untuk menarik kesimpulan, maka yang digunakan untuk memeriksa validitas data yaitu, hasil belajar dengan validitas isi dan keaktifan dengan teknik trianggulasi.
Arikunto (2013: 137) mengatakan bahwa mekanisme kerja pelaksanaan PTK diwujudkan dalam bentuk siklus yang tercakup dalam empat kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Untuk lebih jelasnya prosedur yang ditempuh dalam melaksanakan penelitian ini dapat dilihat pada skema prosedur penelitian.
Berdasarkan uraian teknik analisis data, penelitian yang berhasil ialah penelitian yang hasilnya sama atau lebih dari indikator yang telah ditentukan. Penelitian ini dianggap berhasil bila hasil dari pembelajaran mampu mencapai indikator sebagai berikut.
- Keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia materi cerita fantasi setelah pembelajaran menggunakan metode STAD mencapai 80%;
- Nilai rata-rata ulangan harian (post tes) bahasa Indonesia materi cerita fantasi setelah pembelajaran menggunakan metode STAD mencapai 75;
- Nilai pengetahuan bahasa Indonesia materi cerita fantasi setelah pembelajaran menggunakan metode STAD yang > 75 mencapai 80%.
Hasil Penelitian dan Pambahasan
Peningkatan Keaktifan Belajar
Setelah dilaksanakan kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia materi teks cerita fantasi dengan metode STAD, terjadi peningkatan keaktifan belajar dari kondisi awal ke siklus II. Berikut penjelasannya.
- Pada aspek pertama, perhatian peserta didik terhadap penjelasan guru pada kondisi awal berjumlah 21 atau 65,63%. Jumlah ini bertambah menjadi 23 atau 71,88% pada siklus I. Pada siklus II, terjadi peningkatan jumlah peserta didik yang perhatian pada penjelasan guru, yaitu 27 atau 84,38%.
- Pada aspek kedua, kerja sama antara peserta didik dalam kelompok pada kondisi awal berjumlah 13 atau 40,63% meningkat pada siklus I menjadi 22 atau 68,75%. Jumlah ini meningkat lagi pada siklus II, yaitu 28 atau 87,50%.
- Pada aspek ketiga, kemampuan peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya sendiri mengalami peningkatan dari kondisi awal berjumlah 9 atau 28,13% meningkat menjadi 26 atau 81,25% dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 30 atau 93,75%.
- Pada aspek keempat, keberanian peserta didik dalam mengemukakan pertanyaan mengalami peningkatan dari kondisi awal 15 atau 46,88% meningkat menjadi 18 atau 56,25% dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 20 atau 62,50%.
- Pada aspek kelima, jumlah peserta didik yang mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat meningkat dari 21 atau 65,63% pada kondisi awal menjadi 25 atau 78,13% pada siklus I. Peningkatan kembali terjadi pada siklus II menjadi 26 atau 81,25%.
- Rata-rata keaktifan belajar peserta didik meningkat dari 49,38% pada kondisi awal menjadi 71,25% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 81,88% pada siklus II. Berikut tabel peningkatan keaktifan dari kondisi awal ke siklus II.
Tabel 1 Data Peningkatan Keaktifan Belajar Peserta Didik
No | Aspek Yang Diuji | Jlh Data | Kondisi Awal | Siklus I | Siklus II | |||
Jlh | Persen-tase | Jlh | Persen-tase | Jlh | Persen
tase |
|||
1 | Perhatian peserta didik terhadap penjelasan guru | 32 | 21 | 65,63 | 23 | 71,88 | 27 | 84,38 |
2 | Kerja sama antara peserta didik dalam kelompok | 32 | 13 | 40,63 | 22 | 68,75 | 28 | 87,50 |
3 | Kemampuan peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya sendiri | 32 | 9 | 28,13 | 26 | 81,25 | 30 | 93,75 |
4 | Keberanian peserta didik dalam mengemukakan pertanyaan | 32 | 15 | 46,88 | 18 | 56,25 | 20 | 62,50 |
5 | Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat | 32 | 21 | 65,63 | 25 | 78,13 | 26 | 81,25 |
Jumlah | 79 | 246,88 | 114 | 356,25 | 131 | 409,38 | ||
Rata-rata Kekatifan Belajar | 15,80 | 49,38 | 22,80 | 71,25 | 26,20 | 81,88 |
Berdasarkan tabel keaktifan belajar peserta didik di atas menunjukkan makin meningkat dari kondisi awal ke kondisi akhir. Peningkatan rata-rata keaktifan belajar dari kondisi awal ke siklus I mencapai 21,87% dan peningkatan dari siklus I ke siklus II mencapai 10,63%. Pada siklus II rata-rata keaktifan belajar peserta didik mencapai 81,88%. Pencapaian pada siklus II tersebut sudah menunjukkan angka yang melampaui batas minimal pada indikator keberhasilan sebesar 80,00%. Dengan demikian dapat disimpulkan sementara bahwa penerapan metode STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar materi cerita fantasi pada peserta didik kelas VII C SMP Negeri 1 Ngrampal Kabupaten Sragen Semester I tahun pelajaran 2019/2020.
Peningkatan Kinerja Guru
Selama proses penelitian, kinerja guru dari kondisi awal sampai siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut terjadi pada setiap aspek, yaitu pembukaan, inti, dan penutup. Berikut penjelasannya.
- Selama proses pembelajaran pada bagian pembukaan, kinerja guru mengalami peningkatan dari rata-rata 70,80 dengan kriteria cukup meningkat menjadi 83,20 dengan kriteria baik pada siklus I. Kinerja guru meningkat lagi pada siklus II menjadi 86,40 dengan kriteria sangat baik.
- Pada bagian inti dalam kegiatan pembelajaran, kinerja guru mengalami peningkatan dari rata-rata 72,67 dengan kriteria cukup meningkat menjadi 79,44 dengan kriteria baik pada siklus I. Kinerja guru meningkat lagi pada siklus II menjadi 86,44 dengan kriteria sangat baik.
- Pada bagian penutup dalam kegiatan pembelajaran, kinerja guru mengalami peningkatan dari rata-rata 67,75 dengan kriteria cukup pada kondisi awal meningkat menjadi 78,75 dengan kriteria baik pada siklus I. Kinerja guru meningkat lagi pada siklus II menjadi 86,25 dengan kriteria sangat baik.
- Rata-rata kinerja guru meningkat dari kondisi awal, yaitu 71,06 dengan kriteria cukup meningkat menjadi 80,33 dengan kriteria baik pada siklus I. Rata-rata kinerja guru meningkat pada siklus II menjadi 86,39 dengan kriteria sangat baik. Berikut tabel peningkatan kinerja guru dari kondisi awal ke siklus II.
Tabel 2 Data Peningkatan Kinerja Guru dari Kondisi Awal ke Siklus II
No | Aspek yang diamati | Hasil Pengamatan | Ket | ||
Kondisi Awal | Siklus I | Siklus II | |||
1 | Kegitan Pembukaan | 70,80 | 83,20 | 86,40 | Meningkat |
Cukup | Baik | Sangat Baik | |||
2 | Kegiatan Inti | 72,67 | 79,44 | 86,44 | Meningkat |
Cukup | Baik | Sangat Baik | |||
3 | Kegiatan Penutup | 67,75 | 78,75 | 86,25 | Meningkat |
Cukup | Baik | Sangat Baik | |||
4 | Rata-rata | 71,06 | 80,33 | 86,39 | Meningkat |
Cukup | Baik | Sangat Baik |
Dari tabel tersebut menunjukkan kinerja guru mengalami peningkatan dari kondisi awal sampai ke siklus II, dari cukup menjadi sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa metode STAD dapat meningkatkan kinerja guru.
PeningkatanHasil Belajar
Hasil belajar bahasa Indonesia materi cerita fantasi dengan metode STAD dapat diperoleh dari hasil tes dan tes unjuk kerja. Data hasil belajar kompetensi pengetahuan diambil dari tes, sedangkan data hasil belajar kompetensi ketermpilan diperoleh dari tes unjuk kinerja. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dapat dilihat pada lampiran.
Nilai hasil belajar peserta didik pelajaran bahasa Indonesia materi cerita fantasi semakin meningkat. Pada kondisi awal, hasil belajar peserta didik materi cerita fantasi rendah. Nilai rata-rata peserta didik untuk tes pengetahuan hanya 65,31 dan nilai rata-rata tes keterampilan hanya 65,83. Nilai rata-rata di bawah KKM tersebut, diiringi dengan jumlah peserta didik yang tuntas hanya 13 orang untuk tes pengetahuan dan 14 orang untuk tes keterampilan. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 77,50 untuk tes pengetahuan dengan jumlah peserta didik yang tuntas mencapai 21 orang atau 65,63%. Sedangkan untuk tes keterampilan, nilai rata-rata mencapai 76,67 dengan jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 23 orang atau 71,88%. Hasil belajar pada materi cerita fantasi semakin meningkat pada siklus II. Untuk tes pengetahuan, nilai rata-rata kelas menjadi 87,81 dengan jumlah peserta didik yang tuntas 29 orang atau 90,63%. Sedangkan untuk tes keterampilan, nilai rata-rata mencapai 82,50 dengan jumlah peserta didik yang tuntas 29 orang atau 90,63%. Peningkatan hasil belajar materi cerita fantasi kondisi awal, dibandingkan dengan hasil belajar siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4 Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik
NO | KETERA-NGAN | KONDISI AWAL | SIKLUS I | SIKLUS II | |||||||||
PENGETAHUAN | KETERAMPILAN | PENGETAHUAN | KETERAMPILAN | PENGETAHUAN | KETERAMPILAN | ||||||||
∑ | % | ∑ | % | ∑ | % | ∑ | % | ∑ | % | ∑ | % | ||
1 | Nilai tertinggi | 100 | 87,50 | 100 | 87,50 | 100 | 87,50 | ||||||
2 | Nilai terendah | 30 | 37,50 | 50 | 62,50 | 60 | 62,50 | ||||||
3 | Rata-rata | 65,31 | 65,83 | 77,50 | 76,67 | 87,81 | 82,50 | ||||||
4 | Jumlah yang tuntas | 13 | 14 | 21 | 23 | 29 | 29 | ||||||
5 | Persentase ketuntasan | 40,63% | 43,75% | 65,63% | 71,88% | 90,63% | 90,63% | ||||||
Jumlah tidak tuntas | 19 | 18 | 11 | 9 | 3 | 3 | |||||||
6 | Persentase tidak tuntas | 59,38% | 56,25% | 34,38% | 28,13% | 9,38% | 9,38% |
Kesimpulan sementara yang dapat diperoleh dari hasil analisis data tersebut adalah bahwa kegiatan pembelajaran dengan penerapan metode STAD ternyata cukup efektif terhadap peningkatan keaktifan dan hasil belajar peserta didik. Berdasarkan simpulan sementara pada siklus I dan II bahwa hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini, yakni dengan penerapan metode STAD dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar bahasa Indonesia materi cerita fantasi bagi peserta didik kelas VII C SMP Negeri 1 Ngrampal Kabupaten Sragen Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020, dapat diterima.
Penutup
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia materi cerita fantasi dengan metode STAD, dapat disimpulkan sebagai berikut.
- Terdapat peningkatan keaktifan peserta didik pada pembelajaran bahasa Indonesia materi cerita fantasi bagi peserta didik kelas VII C SMP Negeri 1 Ngrampal Kabupaten Sragen pada semester I tahun pelajaran 2019/2020 dengan rata-rata keaktifan belajar peserta didik meningkat dari 49,38% pada kondisi awal menjadi 71,25% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 81,88% pada siklus II. Peningkatan keaktifan belajar peserta didik, ditandai kondisi peserta didik yang semula kurang aktif kemudian dengan penerapan metode STAD peserta didik semakin aktif dan penuh perhatian terhadap penjelasan guru, kerja sama dalam kelompok, kemampuan mengemukakan pendapat, keberanian bertanya, dan keaktifan mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat.
- Terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran bahasa Indonesia materi cerita fantasi peserta didik kelas VII C SMP Negeri 1 Ngrampal Kabupaten Sragen pada semester I tahun pelajaran 2019/2020 dengan nilai rata-rata peserta didik untuk tes pengetahuan hanya 65,31 dan nilai rata-rata tes keterampilan hanya 65,83. Nilai rata-rata di bawah KKM tersebut, diiringi dengan jumlah peserta didik yang tuntas hanya 13 orang untuk tes pengetahuan dan 14 orang untuk tes keterampilan. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 77,50 untuk tes pengetahuan dengan jumlah peserta didik yang tuntas mencapai 21 orang atau 65,63%. Sedangkan untuk tes keterampilan, nilai rata-rata mencapai 76,67 dengan jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 23 orang atau 71,88%. Hasil belajar pada materi cerita fantasi semakin meningkat pada siklus II. Untuk tes pengetahuan, nilai rata-rata kelas menjadi 87,81 dengan jumlah peserta didik yang tuntas 29 orang atau 90,63%. Sedangkan untuk tes keterampilan, nilai rata-rata mencapai 82,50 dengan jumlah peserta didik yang tuntas 29 orang atau 90,63%. Hal itu berarti bahwa pembelajaran dengan penerapan metode STAD dapat berhasil efektif dan efesien meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia materi cerita fantasi.
- Berdasarkan simpulan di atas dapat disarankan kepada peserta didik sebaiknya meningkatkan keaktifan belajar materi cerita fantasi agar hasil belajar mereka meningkat. Kepada teman sejawat dapat meningkatkan wawasan penerapan pembelajaran yang inovatif. Selain itu, teman sejawat juga dapat menerapkan metode STAD untuk pembelajaran cerita fantasi. Untuk mendukung proses belajar mengajar dengan menggunakan metode STAD diharapkan sekolah menyediakan fasilitas pendukung seperti bahan dan sumber bacaan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Keraf, Gorys. 2000. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Rusyana, Y. 2006. Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV. Dipenogoro.
Sardiman A.M. 2016. Interaksi dan Keaktifan Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Semi, M. Atar. 2007. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik (Penerjemah: Nurulita). Bandung: Nusa Media.
Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.