Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Dengan Pendekatan Saintifik Melalui Snowball Drilling
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA
MATERI SISTEM REPRODUKSI PADA MANUSIA
DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK MELALUI SNOWBALL DRILLING
Sarwo Sukono
SMP Negeri 6 Salatiga
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA materi Sistem Reproduksi Pada Manusia bagi peserta didik kelas IX G SMPN 6 Salatiga tahun pelajaran 2019/2020. Proses pembelajaran dilakukan dengan pendekatan saintific melalui Snowball Drilling. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut: tahap I pengamatan gambar yang telah disajikan; tahap II menanya tentang hasil pengamatan gambar tersebut; tahap III mengumpulkan data ; tahap IV adalah presentasi hasil kerja kelompok dan tahap V adalah menyimpulkan. Berdasarkan analisis data, ternyata penerapan dengan pendekatan saintific melalui Snowball Drilling dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA materi Sistem Reproduksi Pada Manusia. Data kondisi awal keaktifan sebelum menerapkan pendekatam saintific melalui Snowball Drilling adalah keaktifan rendah dan pada kondisi siklus II diperoleh data keaktifan yang tinggi sedangkan data hasil belajar pada kondisi awal rata – rata nilai 57 setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I meningkat menjadi 70.48 atau mengalami kenaikan 13,48%, pada siklus II mencapai nilai rata – rata 75,55 jika dibandingkan dengan nilai pada kondisi awal mengalami kenaikan sebesar 18,55%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan saintific melalui Snowball Drilling sangat efektif dan efisien, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu alternatif bagi teman – teman guru dalam menyampaikan materi pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA.
Kata Kunci: Saintific,Hasil belajar IPA, Keaktifan, Snowball Drilling
PENDAHULUAN
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) mencakup materi Fisika, Biologi dan Kimia sehingga dalam penyajiannya memerlukan suatu keahlian dari masing-masing guru dalam membimbing peserta didik. Kenyataan yang ada di lapangan khususnya di kelas IX G SMP Negeri 6 Salatiga semester genap Tahun pelajaran 2019/2020 bahwa hasil belajar peserta didik mata pelajaran IPA belum memuaskan karena berdasarkan pengamatan keaktifan peserta didik masih rendah dan nilai hasil belajar dari 31 anak ternyata hanya 5 anak yang dapat menuntaskan kompetensi dasar sebelumnya dengan kriteria ketuntasan minimal 75, Sehingga kalau dipersentase hanya 16,2% peserta didik yang tuntas dan 83.8% peserta didik lainnya belum tuntas.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas guru melakukan penelitian tindakan kelas dalam rangka peningkatan keaktifan dan hasil belajar IPA materi Sistem Reproduksi pada manusia bagi peserta didik kelas IX G SMP Negeri 6 Salatiga dengan pendekatan saintific melaui Snowball Drilling. Dengan melakukan penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA serta dapat dihasilkan lulusan peserta didik yang cerdas dan kopetitif sejalan dengan visi dan misi sekolah SMP Negeri 6 Salatiga.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi pertanyaan pokok yang hendak dipecahkan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana peningkatan keaktifan belajar IPA materi Sistem Reproduksi pada Manusia bagi siswa kelas IX G SMP Negeri 6 Salatiga Tahun Pelajaran 2019/2020 dengan menerapkan pendekatan saintific melalui Snowball Drilling ?; (2) Seberapa besar Peningkatan hasil belajar IPA materi Sistem Reproduksi pada Manusia bagi siswa kelas IX G SMP Negeri 6 Salatiga pada Tahun Pelajaran 2019/2020. dengan menerapkan pendekatan saintific melalui Snowball Drilling ?
KAJIAN PUSTAKA
Keaktifan Belajar
Keaktifan belajar merupakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya proses interaksi yang baik dengan peserta didik, agar mereka dapat melakukan berbagai aktivitas belajar dengan efektif. Dalam menciptakan interaksi yang baik diperlukan profesionalisme dan tanggung jawab yang tinggi dari guru dalam usaha untuk membangkitkan serta mengembangkan keaktifan belajar peserta didik. Sebab segala keaktifan peserta didik dalam belajar sangat menentukan bagi keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Guru harus mampu melibatkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran secara optimal. Menurut Rusman (2011: 323) pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalm berbagai aktifitas pembelajaran, sehingga siswa mampu mengaktualisasikan kemampuannya di dalam dan diluar kelas. Beberapa bentuk upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan keaktifan belajar peserta didik dalam mata pelajaran adalah di antaranya dengan meningkatkan minat peserta didik, membangkitkan motivasi peserta didik, menerapkan prinsip individualitas peserta, serta menggunakan media dalam pembelajaran. Perbedaan-perbedaan individu peserta didik dalam aktivitas belajarnya, terbagi dalam empat hal, yaitu “1) Waktu dan irama perkembangan, 2) Motif, intelegensi dan emosi, 3) Kecepatan belajar atau menangkap pelajaran, 4) Pembawaan dan lingkungan.” Perbedaan-perbedaan ini menyebabkan hasil belajar peserta didik berbeda-beda dan waktu yang diperlukan untuk memahami pelajaran yang ditentukan akan berbeda pula. Tidak terkecuali dalam pelajaran, perbedaan-perbedaan tersebut juga sangat mempengaruhi aktivitas peserta didik dalam belajar. Mengingat adanya perbedaan-perbedaan tersebut, guru harus mengerti tentang adanya keragaman adanya ciri-ciri peserta didik, baik di dalam menyiapkan dan menyajikan pelajaran maupun dalam memberikan tugas-tugas.
Hasil Belajar
Belajar adalah suatu proses mental yang mengarah pada penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebiasaan atau sikap yang diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku. Sedangkan hasil belajar merupakan suatu perubahan yang dicapai dengan proses usaha yang dilakukan seseorang dalam interaksinya antar pengalaman dengan lingkungannya. Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Peserta didik harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri, peserta didik perlu dibiasakan memecahkan masalah dan menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan lingkungannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa lingkungan sangat penting pengaruhnya terhadap pemerolehan peserta didik akan pelajaran yang sedang dipelajarinya. Belajar pada hakikatnya adalah suatu interaksi antara individu dan lingkungan. Menurut Slameta ((2003: 3), perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali sifat maupun jenisnya. Karena itu, sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.
Pendekatan Saintific
Menurut Barringer, et al. dalam Yunus Abidin. (2014: 125) menjelaskan bahwa pembelajaran proses saintific merupakan pembelajaran yang menuntut siswa berpikir secara sistimatis dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat. Berkaitan dengan hal tersbut, pembelajaran ini akan melibatkan peserta didik dalam kegiatan memecahkan masalah yang kompleks melalui kegiatan curah gagasan, berpikir kreatif, melakukan aktifitas penelitian, dan membangun konseptualisasi pengetahuan.
Pada penerapan kurikulum 2013 di sekolah, guru diharapkan menggunakan pendekatan saintific (pendekatan ilmiah) karena dengan pendekatan ini hasil belajar peserta didik lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan tradisional. Pendekatan saintific ini disebut juga pendekatan 5M, yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan menyajikan (mempublikasikan).
Snowball Drilling
Snowball drilling dikembangkan untuk menguatkan pengetahuan yang diperoleh peserta didik. Pada snowball drilling guru sebagai fasilitator dan siswa sebagai subjek, sehingga pola interaksi yang terjadi adalah antara guru dan siswa, serta siswa dengan siswa.
Dalam penerapan Snowball Drilling, peran guru adalah mempersiapkan paket soal-soal dan lembar skoring (penilaian) yang dibagikan kepada siswa serta menggelindingkan bola salju berupa soal latihan dengan cara menunjuk/mengundi untuk mendapatkan seorang siswa yang akan menjawab soal nomor satu. Jika siswa yang mendapat giliran pertama menjawab soal nomor tersebut langsung menjawab benar maka siswa itu diberi kesempatan menunjuk salah satu temannya menjawab soal nomor berikutnya yaitu soal nomor dua. Seandainya, siswa yang pertama mendapat kesempatan menjawab soal nomor satu gagal maka siswa itu diharuskan menjawab soal berikutnya dan seterusnya hingga siswa tersebut berhasil menjawab benar item soal pada suatu nomor soal tertentu. Jika mencermati mekanisme metode snowball drilling terlihat bahwa metode itu menuntut perhatian tinggi dari siswa. Seorang siswa pada suatu giliran menjawab soal-soal yang belum terjawab benar pada putaran sebelumnya dapat membuat kesalahan yang sama seperti yang dilakukan temannya pada putaran sebelumnya. Kesalahan tidak akan terulang jika siswa itu memperhatikan teman-temannya yang menjawab soal pada putaran sebelumnya.
Sehubungan dengan penjelasan diatas maka penggunaan Snowball Drilling dalam pembelajaran IPA sangatlah sesuai untuk alternative kegiatan belajar sehari – hari. Berikut adalah langkah-langkah untuk pembelajaran dalam pembelajaran IPA: 1. Pendahuluan: merupakan kegiatan awal untuk mendapatkan kegiatan belajar secara efektif, misalnya: a. memeriksa kehadiran peserta didik; b. Menumbuhkan kesiapan belajar peserta didik, misalnya: membimbing peserta didik dalam mempersiapkan buku sebagai sumber belajar dalam melaksanakan kegiatan belajar; c. Menciptakan suasana belajar yang yang kondusif.; 2. Kegitan inti: merupakan kegiatan yang meliputi: a. Mengamati yaitu membaca ,Mendengar, menyimak, melihat segala atau tanpa alat ;b. Menanya yaitu membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui; c. Mengumpulkan informasi yaitu mengumpulkan data melalui angket. d. Mengasosiasikan yaitu mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data membuat kategori; e. Mengkomunikasikan yaitu menyajikan laporan dalam laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan.; 3. Kegiatan Penutup: a. Bersama-sama dengan peserta didik menbuat rangkuman atau simpulan pelajaran; b. Melakukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; c. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran ; d. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, program pengayaan memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; e. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
KERANGKA BERPIKIR
Hasil pengamatan kondisi awal menunjukkan ulangan harian dengan rata – rata masih rendah di kelas IX G dari 31 anak hanya 5 anak yang tuntas dengan KKM 75 atau hanya 16,2% saja yang dapat tuntas, sedang 26 anak lainya atau 83.8% belum tuntas. Hal ini disebabkan karena guru kurang bervariasi dalam menggunakan model pembelajaran yang digunakan. Maka dari itu peneliti mencoba untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang pada proses pembelajaran sebelumnya menggunakan media LCD dan CD pembelajaran dengan model pembelajaran CTL, sedangkan pada penelitian ini menerapkan pendekatan saintific melalui Snowball Drilling yang dalam pelaksanaannya peneliti menggunakan dua siklus yaitu: (1) peserta didik dibagi menjadi 8 kelompok dengan rincian setiap kelompok terdiri dari 4 anak (kelompok kecil) dan (2) peserta didik dibagi menjadi 4 kelompok dengan rincian setiap kelompok terdiri dari 8 anak (kelompok besar)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMP N 6 Salatiga. SMP N 6 Salatiga memiliki 24 rombongan belajar, dimana peneliti mengajar mata pelajaran IPA kelas IX pada tahun pelajaran 2019/2020.
Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah peserta didik kelas IXG SMP N 6 Salatiga pada semester genap tahun pelajaran 2019/2020 dengan jumlah siswa 31 orang yang terdiri dari 18 peserta didik putri dan 13 peserta didik putra dengan tingkat kecerdasan yang berbeda-beda dan latar belakang pendidikan orang tua, serta tingkat ekonomi yang berbeda pula.
Sebagai obyek penelitian dalam tindakan ini adalah meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik dengan pendekatan Saintific melalui Snowball Drilling. Diharapkan pendekatan Saintific melalui Snowball Drilling ini akan dapat digunakan untuk membuat peserta didik menjadi lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang memuaskan sesuai yang diharapkan
Sumber data penelitian tindakan kelas ini, diperoleh dari (1) Data diperoleh dari peserta didik, berupa: hasil tes harian peserta didik, tiap siklus memerlukan satu tes harian dan hasil pengamatan kerja peserta didik secara berkelompok. (2) Data diperoleh dari guru, berupa hasil diskusi dengan kolaborator yang dituangkan dalam tahap refleksi pada tiap-tiap siklus. Data- data yang diperlukan untuk penelitian tindakan kelas ini adalah: (1) Data kondisi awal peserta didik sebelum dilakukan tindakan kelas baik keaktifan maupun hasil belajar. (2) Data hasil tindakan untuk silkus I baik keaktifan maupun hasil belajar peserta didik (3) Data hasil tindakan untuk siklus II baik keaktifan maupun hasil belajar peserta didik.
Ada 2 teknik pengumpulan data pada penelitian tindakan kelas ini yaitu (a) Teknik non tes menggunakan lembar pengamatan untuk mengetahui Keaktifan peserta didik dalam kerja kelompok dan berkomunikasi selama proses pembelajaran (b) Teknik tes yaitu menggunakan tes tertulis dengan bentuk pilihan ganda untuk mengetahui hasil belajar pengetahuan peserta didik pada masing-masing siklus. Adapun alat yang digunakan dalam pengumpulan data untuk teknik non tes yaitu melalui lembar pengamatan dengan dokumen daftar nilai, sedangkan alat penilaian yang digunakan untuk pengumpulan data teknik tes adalah butir soal yang dibuat oleh guru. Butir soal disesuaikan dengan kisi-kisi soal materi ekosistem. Kisi-kisi soal dibuat dengan tujuan agar cakupan materi tercapai dan butir soal menyebar, sehingga soal dapat sesuai dengan indikator pencapaian.
Analisa data dilakukan melalui 2 teknik yaitu:(1) dari hasil pengamatan atau observasi dan (2) dari hasil penilaian tes tertulis. Analisa data pada penelitian ini adalah diskriptif komparatif, data keaktifan peserta didik dilakukan dengan cara membandingkan hasil observasi antara kondisi awal dengan siklus I, membandingkan hasil observasi anatara siklus I dan siklus II dan membandingkan hasil observasi antara kondisi awal dengan siklus II. Begitu juga pada teknik penilaian tes tertulis,yaitu membandingkan hasil belajar kondisi awal dengan siklis I, membandingkan hasil belajar siklus I dan siklus II, serta menbandingkan hasil belajar antara kondisi awal dengan siklus II. Pada kondisi awal hasil observasi didapat dari hasil pengamatan dalam melakukan mengikuti pembelajaran materi kemagnetan , dan hasil belajar didapat dari rata-rata nilai tes harian materi kemagnetan yang penyajiannya menggunakan media LCD dan CD pembelajaran dengan pendekatan Saintific. Nilai tes harian tersebut dijabarkan dalam nilai rata-rata, nilai maksimal dan nilai minimal. Siklus I hasil pengamatan diperoleh dari keaktifan kerja kelompok masing-masing peserta didik melalui penerapan pendekatan saintific melalui Snowball Drilling kelompok kecilr (satu kelompok terdiri dari 4 orang siswa) sedangkan hasil belajar didapat dari nilai tes harian kemudian dibandingkan dengan kondisi awal dan siklus II. Untuk kelompok besar (satu kelompok terdiri dari 8 orang peserta didik), nilai hasil belajar diperoleh dari nilai tes harian yang dibandingkan dengan kondisi awal dan siklus I. Analisa hasil belajar peserta didik ini dipakai sebagai indikator untuk mengetahui berhasil atau tidaknya tindakan ini, dan dipakai sebagai acuan tindakan berikutnya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA
Diskripsi Kondisi Awal
Pengamatan atau observasi keaktifan belajar IPA dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar-mengajar. Kriteria keaktifan belajar mata pelajaran IPA untuk SMP N 6 Salatiga tahun pelajaran 2019/2020 adalah: memperoleh nilai sangat baik (SB) apabila memperoleh skor 88 – 100; nilai baik (B) apabila memperoleh skor 76 – 87; dan nilai cukup (C) apabila memperoleh skor 61 – 75; sedangkan nilai kurang apabila memperoleh skor kurang dari 60. Dari hasil pengamatan atau observasi keaktifan belajar IPA selama proses belajar mengajar pada materi sebelumnya diperoleh hasil pengamatan yaitu: nilai sangat baik (SB) sebanyak 4 peserta didik atau 12,9%; nilai baik (B) sebanyak 7 peserta didik atau 22,6% dan nilai cukup (C) sebanyak 20 peserta didik atau 64,85%. Dari hasil pengamatan tersebut peserta didik dikatakan berhasil jika nilainya mencapai minimal baik(B). Jadi baru ada 11 peserta didik atau 35,5% yang berhasil mencapai batas ketuntasan minimal berarti dapat disimpulkan untuk keaktifan belajar IPA pada kondisi awal masih rendah.
Adapun data hasil belajar IPA pada kondisi awal adalah sebagai berikut: nilai rata-rata hasil belajar IPA adalah 57 dan ketuntasan belajar mencapai 16,2% atau ada 5 peserta didik dari 31 peserta didik sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada kondisi awal secara klasikal peserta didik belum tuntas belajar, karena peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 75 hanya sebesar 16,2% lebih kecil dari prosentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu 75%. Pencapaian hasil belajar peserta didik dapat dilihat dari nilai terendah, nilai tertinggi dan nilai rata-rata pada tes harian kondisi awal, , hal ini nampak pada tabel 1.
Tabel 1. Nilai Tes Kondisi Awal | ||
NO. | PENCAPAIAN | NILAI |
1 | Nilai terendah | 40 |
2 | Nilai tertinggi | 74 |
3 | Nilai rata-rata | 57 |
Diskripsi Hasil Siklus I
Dari pengamatan keaktifan belajar IPA oleh observer teman sejawat selama proses belajar mengajar diperoleh hasil pengamatan: Peserta didik yang memperoleh predikat sangat baik (SB) sebanyak 5 anak atau (16,12%) ; dan peserta didik yang memperoleh predikat baik (B) sebanyak 14 anak atau (45,16%) ; sedangkan yang memperoleh predikat cukup (C) sebanyak 12 anak atau (38,72%). Dari hasil pengamatan tersebut peserta didik dikatakan tuntas jika nilainya mencapai minimal baik (B). Jadi ada 19 peserta didik yang berhasil mencapai batas minimal atau 61,29% dan ada 12 peserta didik yang belum mencapai batas ketuntasan minimal atau 38,70%. Karena yang mencapai nilai minimal (B) ada 19 peserta didik atau 61,29% berarti dapat disimpulkan untuk keaktifan belajar IPA pada siklus 1 agak tinggi.
Data hasil belajar IPA materi Sitem Reproduksi Manusia Pada siklus 1 adalah sebagai berikut: diperoleh nilai rata-rata hasil belajar adalah 70,48 dan ketuntasan belajar mencapai 25,80% atau ada 8 peserta didik dari 31 peserta didik sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukan bahwa pada siklus 1 secara klasikal peserta didik belum tuntas belajar, karena peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 75 hanya sebesar 25,80% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu 75%. Tetapi hasil belajar peserta didik terlihat dari kondisi awal rata-rata 57 ke siklus 1 rata-rata prestasi naik menjadi 70,48 jadi terdapat kenaikan persentase ketuntasan yaitu dari 16,2% menjadi 25,80% ada kenaikan 9,6%
Tabel 2. Nilai Siklus I
No. | Uraian | Nilai |
1. | Nilai terendah | 56 |
2. | Nilai tertinggi | 85 |
3. | Nilai rata-rata | 70,48 |
Tabel 3. Perbandingan Keaktifan peserta didik pada kondisi awal dan siklus I
No | Kondisi awal | Siklus I |
1 | Masih banyak peserta didik pasif | Peserta didik pasif agak banyak |
2 | Sebagian besar peserta didik kurang termotivasi dalam belajar | Sebagian peserta didik kurang termotivasi dalam belajar |
3 | Aktifitas peserta didik dalam belajar masih rendah | Aktifitas peserta didik dalam belajar agak tinggi |
Tabel 4. Nilai ulangan harian Kondisi awal dan Siklus I
No | UH Kondisi awal | UH Siklus I | Refleksi |
1 | Nilai terendah 40 | Nilai terendah 56 | Nilai minimum naik 16 |
2 | Nilai tertinggi 74 | Nilai tertinggi 85 | Nilai maksimum naik 11 |
3 | Nilai rata-rata 57 | Nilai rata-rata 70,48 | Nilai rata – rata naik 13.48 |
Diskripsi Hasil Siklus II
Dari pengamatan keaktifan belajar oleh kolaborator selama proses belajar mengajar pada siklus 2 diperoleh hasil pengamatan yaitu: Peserta didik yang memeperoleh predikat sangat baik (SB) sebanyak 2 anak atau (6,45%) ; dan peserta didik yang memperoleh predikat baik (B) sebanyak 24 anak atau (77,41%), sedangkan peserta didik yang memperoleh predikat cukup(C) sebanyak 5 anak atau (16,12%). Dari hasil pengamatan tersebut peserta didik dikatakan berhasil jika nilainya mencapai minimal baik. Jadi terdapat 26 peserta didik yang berhasil mencapai 83.87% dan 7 peserta didik lainnya atau 16,12% belum mencapai batas ketuntasan minimal. Karena data menunujukkan bahwa peserta didik yang mencapai nilai minimal baik (B) ada 26 anak atau 83,87% berarti dapat disimpulkan untuk keaktifan belajar pada siklus 2 tinggi. Hasil pengamatan keaktifan siswa dalam belajar materi Sistem Reproduksi pada Manusia pada siklus II ini, ada peningkatan yang pada tindakan siklus I ada 61,29% anak yang masih terlihat kurang aktif ternyata dengan tindakan siklkus II ini sebagian besar atau 83,87% anak menjadi aktif mengikuti pembelajaran. Hal ini dikarenakan jumlah anggota untuk tiap kelompok terdiri dari 8 anak. Bila dipersentasi hanya 16,12% peserta didik yang kelihatan kurang maksimal dalam mengikuti pembelajaran.
Data hasil belajar pada siklus 2 adalah sebagai berikut: diperoleh nilai rata-rata hasil belajar 75,55 dan ketuntasan belajar mencapai 70,97% atau 22 peserta didik dari 31 peserta didik sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menujukkan bahwa pada siklus 2 secara klasikal peserta didik sudah tuntas belajar karena peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 75 sudah sebesar 70,97% sesuai dengan persentase ketuntasan yang dikehendaki. Hasil belajar IPA materi Sistem Reproduksi pada Manusia bagi siswa kelas IX G SMP N 6 Salatiga pada semester genap tahun pelajaran 2019/2020 dari siklus 1 rata-rata 70,48 ke silkus 2 rata-rata prestasi 75,55 berarti ada peningkatan. Pengamatan hasil belajar setelah menerapkan pendekatan saintific melalui Snowball Drilling kelompok besar, diperoleh nilai tes harian Siklus II. Dimana pada siklus II nilai terendah 66,0, nilai tertinggi 85,0 dan nilai rata-rata-rata 75,55, hal ini nampak pada tabel 5.
Tabel 5. Nilai Siklus II
No. | Uraian | Nilai |
1. | Nilai terendah | 66 |
2. | Nilai tertinggi | 85 |
3. | Nilai rata-rata | 75,55 |
Tabel 6. Perbandingan Keaktifan Peserta Didik pada siklus I dan siklus II
No | Siklus I | Siklus II |
1 | Peserta didik yang pasif agak banyak | Peserta didk yang pasif sedikit |
2 | Sebagian besar peserta didik kurang termotivasi dalam belajar | Sebagian kecil peserta didik kurang termotivasi dalam belajar |
3 | Aktifitas peserta didik dalam belajar agak tinggi | Aktifitas peserta didik dalam belajar tinggi |
Tabel 7. Nilai ulangan harian Siklus I dan Siklus II
No | UH Siklus I | UH Siklus II | Refleksi |
1 | Nilai terendah 56 | Nilai terendah 66 | Nilai minimum naik 10 |
2 | Nilai tertinggi 85 | Nilai tertinggi 85 | Nilai maksimum tetap |
3 | Nilai rata-rata 70.48 | Nilai rata-rata 75,55 | Nilai rata – rata naik 5.07 |
Pembahasan
Data keaktifan yang diperoleh pada kondisi awal terlihat masih rendah tetapi pada siklus I dan siklus II terdapat peningkatan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran. Untuk memperjelas pernyataan tersebut dapat diamati pada tabel 10 berikut ini.
Tabel 8. Perbandingan keaktifan peserta didik pada kondisi awal, siklus I, siklus II
No | Kondisi Awal | Siklus I | Siklus II |
1
|
Masih banyak peserta didik yang pasif | Peserta didik yang pasif agak banyak | Peserta didk yang pasif sedikit |
2 | Sebagian besar peserta didik kurang termotivasi dalam belajar | Sebagian peserta didik kurang termotivasi dalam belajar | Sebagian kecil peserta didik kurang termotivasi dalam belajar |
3 | Aktifitas peserta didik dalam belajar masih rendah | Aktifitas peserta didik dalam belajar agak tinggi | Aktifitas peserta didik dalam belajar tinggi |
Proses pembelajaran pada penelitian tindakan kelas ini dalam siklus I, dan siklus II perbedaannya terletak pada tindakan guru yaitu, guru menerapkan pendekatan saintific melalui Snowball Drilling kelompok kecil pada siklus I dan pada siklus II menggunakan pendekatan saintific melalui Snowball Drilling kelompok besar. Dari hasil ulangan harian pada kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat lebih jelas untuk diamati dengan tabel 9 berikut ini.
Tabel 9. Perbandingan Nilai rata-rata Kondisi Awal, Siklus I dan siklus II
Kondisi Awal | Siklus I | Siklus II |
Nilai rata-rata 57 | Nilai rata-rata 70,48 | Nilai rata-rata 75,55 |
Nilai hasil belajar peserta didik pada Tabel 9. terlihat nilai rata – rata kondisi awal dibandingkan dengan nilai rata – rata siklus I yaitu dari 57 menjadi 70.48 mengalami kenaikan 13,48, dari nilai rata – rata siklus I dengan nailai rata –rata siklus II yaitu dari 70.48 menjadi 75.55 ada kenaikan 5,07, dan bila dibandingkan antara nilai rata – rata kondisi awal dengan siklus II terdapat kenaiakn 18,35. Hal ini menandakan bahwa penerapan pendekatan saintific melalui Snowball Drilling dengan kelompok besar dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik khususnya hasil belajar IPA materi Sistem Reproduksi pada Manusia
Selain hasil belajar yang meningkat, proses belajarpun berlangsung secara kondusif dan peserta didik sangat termotivasi tidak merasa jenuh sehingga terbentuk konsep diri yang sangat positif pada diri peserta didik.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas IX G SMP Negeri 6 Salatiga Tahun Pelajaran 2019/2020 dapat disimpulkan bahwa:(1) Dengan pendekatan saintific melalui Snowball Drilling kelompok besar dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA materi Sistem Reproduksi pad Manusia bagi peserta didik kelas IX G SMP Negeri 6 Salatiga dari kondisi awal keaktifan rendah menjadi kondisi akhir keaktifan tinggi.: (2). Dengan pendekatan saintific melalui Snowball Drilling kelompok besarl dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi Sistem Reproduksi pada Manusia bagi siswa kelas IX G SMP Negeri 6 Salatiga dari kondisi awal yang rata-rata 57 menjadi kondisi akhir yang rata-rata 75,55 meningkat sebesar 18,35; (3). Dengan pendekatan saintific melalui Snowball Drilling dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA materi Sistem Reproduksi pada Manusia bagi peserta didik kelas IX G SMP Negeri 6 Salatiga tahun 2019/2020
Saran
Kepada para peserta didk diharapkan dapat menjadi peserta didik yang selalu aktif dalam mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintific Snowball Drilling agar diperoleh hasil belajar yang memuaskan dan kepada para guru pengampu mata pelajaran IPA agar mencoba untuk menerapkan Pendekatan Saintific melalui Snowball Drilling agar dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik juga Kepala sekolah diharapkan dukungannya dalam setiap pelaksanaan pembelajaran untuk dapat diperoleh hasil yang maksimal
DAFTAR PUSTAKA
Slameto, 2003, Belajar dan Faktor – faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta
Oemar Hamalik , 2004, Proses belajar mengajar, jakarta: Bumi Aksara
Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional, Jakarta: Dirjen Disdakmen.
Anonim.2008. Model Pembelajaran Efektif Cooperative Learning. Materi Penataran. Semarang LPMP Jawa Tengah..
Hamzah, 2009. Model Strategi Menciptakan Proses Belajar Mengaja yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara
Rusman, 2011, Efektifitas Pembalajaran. Bandung PT Remaja Rosdakarya.
Sholeh Hamid, 2011, Metode Edu Tainment. Jogjakarta DIVA Press
Suyanto dan Asep Jihad, 2013, Guru Profesiaonal, Jakarta, esensi Erlangga Group
Haryono, 2013, Pembelajaran IPA yang Menarik dan Mengasyikan, Yogyakarta: Kepel Press.
Abidin Y, 2014, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013, Bandung: PT Refika Aditama.