Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Melalui Metode Active Learning
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI MATERI PERAWATAN JENAZAH MELALUI METODE ACTIVE LEARNING
BAGI SISWA KELAS XI-MIPA 8 SEMESTER GASAL SMA NEGERI 3 PATI
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Sinar
Guru SMA Negeri 3 Pati
ABSTRAK
Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu: Untuk mengetahui melalui penerapan melalui Metode Active Learning meningkatkan keaktifan belajar tentang perawatan jenazah bagi Siswa Kelas XI-MIPA 8 SMA Negeri 3 Pati Semester Gasal Tahun Pelajaran 2017/2018. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar tentang perawatan jenazah melalui penerapan melalui metode active learning bagi Siswa Kelas XI-MIPA 8 SMA Negeri 3 Pati Semester Gasal Tahun Pelajaran 2017/2018. Setting Penelitian Tindakan Kelas dilakukan bulan Juli sampai bulan Desember 2017 di SMA Negeri 3 Pati, Jln. P. Sudirman No. 1 A Pati, dengan subyek siswa XI-MIPA 8 SMA Negeri 3 Pati Semester Gasal Tahun Pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 34 siswa, yang terdiri dari 15 putra dan 19 putri.Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam dua siklus, tiap siklus dua kali pertemuan masing-masing 3 X 45 menit. Pelaksanaan tahap-tahap ini dibagi menjadi 2 siklus dalam penelitian tindakan kelas (Action Research) yaitu siklus I dan II, masing-masing siklus meliputi: Perencanaan (Planning), Pelaksanaan (Acting), Observasi (Observing), dan Refleksi (Reflecting).Kesimpulan dari PTK ini melalui penerapan metode Activ Learning dapat meningkatkan keaktifan belajar dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Perawatan Jenazah siswa kelas XI MIPA-8 SMAN 3 Pati Semester Gasal Tahun 2017/2018 dibuktikan dengan pada kondisi awal siswa aktif 14,7% dan sedang 20,6%, tinggi 20,6 dan tidak aktif 11,7%, siklus I siswa aktif 29,4%, sedang 47%, rendah 32,3%, tidak aktif 14,7%, siklus II keaktifan siswa tinggi 88,2%, dan keaktifan siswa sedang 97%. Hasil belajar siswa kelas XI MIPA-8 SMAN 3 Pati Semester Gasal Tahun 2017/2018menunjukkan peningkatan dari kondisi awal ketuntasan sebanyak 11 siswa (32,35%), siklus I ketuntasan 23 siswa (70,59%) dan siklus II ketuntasan 34 siswa (100%). Dari kondisi awal ke perlakuan tindakan siklus I ada kenaikan sebesar 47% dan dari siklus I ke siklus II ada kenaikan sebesar 67,6%. Saran disampaikan peneliti (1) Guru diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran inovasi karena dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa; (2) Guru seharusnya lebih inovatif memilih dan menggunakan model yang sesuai (3) Siswa belajar tidak hanya dengan menerima materi, tetapi juga mempelajari sebagai proses yang harus dipahami dan diterapkan; (4) Siswa diharapkan dapat belajar dengan aktif untuk meningkatkan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan berfikir kritis.
Kata Kunci : active learning.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemampuan memahami materi perawatan jenazah siswa Kelas XI-MIPA 8 SMA Negeri 3 Pati Tahun Pelajaran 2017/2018 tergolong masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai sebelumnya yang hanya mencapai 32,35 yang tuntas. Pada saat itu guru telah mencoba berbagai cara bagaimana siswa dapat belajar dengan baik. Rendahnya nilai yang diperoleh siswa tersebut kemungkinan besar disebabkan adanya penyampaian guru yang kurang menarik, atau kondisi ruangan yang semakin siang cenderung panas, sehingga daya konsentrasi siswa semakin lama semakin menurun. Apalagi jika dilihat dari proses mengikuti pelajaran di kelas, mereka rata-rata kurang aktif dan kurang semangat.
Sebelum diadakan penelitian ini, guru belum menerapkan metode pembelajaran Active Learning, melainkan masih menggunakan metode-metode yang konvensional, monoton, dan cenderung satu arah. Sehingga guru kurang mampu memahami dampak dari ketidakseriusan siswa mengikuti pelajaran di kelas. Karena keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran masih rendah, dan metode pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat konvensional, maka berdampak pada rendahnya prestasi belajar yang diperoleh siswa. Rendahnya keaktifan mengikuti pelajaran di kelas, banyak disebabkan berbagai faktor antara lain, kondisi kelas yang kurang mendukung, metode pembelajaran kurang menarik, media pembelajaran kurang sesuai dengan materi yang diberikan, dan masih banyak faktor lain yang menjadikan buruknya proses belajaran di kelas, sehingga siswa dalam belajar kurang nyaman.
Solusi yang dapat ditempuh untuk mengatasi hal tersebut di atas, adalah harus mengubah cara mengajarnya, terutama pada penerapan metode yang lebih tepat, lebih menarik, dan menyenangkan, sehingga siswa mampu belajar dengan baik. Adapun metode yang dimaksud adalah penerapan Metode Active Learning dalam pembelajaran di kelas, terutama dalam pembahasan materi perawatan jenazah.
Berdasarkan masalah-masalah di atas, maka peneliti bermaksud meneliti guna menyusun Penelitian Tindakan Kelas, dengan judul Upaya Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Materi Perawatan Jenazah Melalui Metode Active Learning Siswa Kelas XI-MIPA 8 SMA Negeri 3 Pati Semester Gasal Tahun Pelajaran 2017/2018.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah; Apakah melalui penerapan metode Active learning dapat meningkatkan keaktifan belajar bagi Siswa Kelas XI-MIPA 8 SMA Negeri 3 Pati Semester Gasal Tahun Pelajaran 2017/2018 ? Apakah melalui penerapan metode active learning dapat meningkatkan hasil belajar bagi Siswa Kelas XI-MIPA 8 SMA Negeri 3 Pati Semester Gasal Tahun Pelajaran 2017/2018 ?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu: Untuk mengetahui melalui penerapan melalui Metode Active Learning meningkatkan keaktifan belajar tentang perawatan jenazah bagi Siswa Kelas XI-MIPA 8 SMA Negeri 3 Pati Semester Gasal Tahun Pelajaran 2017/2018. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar tentang perawatan jenazah melalui penerapan melalui metode active learning bagi Siswa Kelas XI-MIPA 8 SMA Negeri 3 Pati Semester Gasal Tahun Pelajaran 2017/2018.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Hakekat Keaktifan Belajar
Menurut Sardiman, Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2001: 98). Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah siswa giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasip. Siswa yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak–banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran. Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam proses pembelajaran.
Menurut Nana Sudjana (2010:28) belajar merupakan proses yang aktif, apabila tidak dilibatkan dalam berbagai kegiatan belajar sebagai responsi siswa terhadap stimulus guru, tidak mungkin siswa dapat mencapai hasil yang dikehendaki. Adapun proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa yang bisa dimulai sejak awal dalam segala bentuk pelajaran adalah membentuk kelompok-kelompok belajar, yang mampu mewadai mereka melakukan proses pembelajaran aktif.
Suatu keaktifan belajar mengajar yang mampu memperdayakan siswa di kelas, dapat diukur melalui pengamatan terhadap kegiatan siswa di kelas. Adapun indikator keaktifan belajar ini meliputi; a) Aktif belajar yang terjadi dengan proses mengalami. Artinya melakukan sendiri mengikuti belajar, yang diawali dengan keberanian bertanya, keberanian menjawab pertanyaan teman, keberanian mencoba mempraktekkan materi yang sedang dipelajarinya. Adapun aspek yang dapat dinilai dalam aspek aktif belajar mengalami sendiri, adalah kejelasan dalam mempresentasikan apa yang mereka pelajari saat itu. b) Aktif belajar yang terbentuk dalam transaksi/peristiwa belajar aktif. Maka faktor yang dapat dinilai dari aspek belajar yang terbentuk dalam transaksi/peristiwa belajar aktif dalam penelitian ini adalah ditinjau dari segi kedalaman informasi yang mereka dapatkan ketika belajar. c) Keaktifan belajar terjadi melalui proses mengatasi masalah sehingga terjadi proses pemecahan masalah. Adapun aspek yang dapat dinilai terkait tentang keaktifan belajar terjadi melalui proses mengatasi masalah, adalah kejelasan dalam berdiskusi.
Hakekat Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan prestasi yang dicapai setelah siswa menyelesaikan sejumlah materi pelajaran. Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa (Muhibbin Syah; 2003, 213). Adapun prestasi merupakan hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Dalam proses pembelajaran di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, artinya bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik (Slameto; 2003: 2).
Menurut Benyamin Bloom dalam Sudjana (1990) ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Mengukur keberhasilan siswa khususnya pada materi perawatan jenazah, yang berdimensi kognitif dapat dilakukan dengan berbagai cara baik dengan tes tertulis maupun tes lisan dan perbuatan. Walaupun test lisan dan tes perbuatan kurang mendapat perhatian, menurut Muhibbin Syah (2003: 208) karena pelaksanaannya yang face to face (berhadapan langsung). Dampak negative yang terkadang muncul dalam tes yang face to face, ialah sikap dan perlakukan penguji yang subjektif dan kurang adil, sehingga soal yang diajukan pun tingkat kesukarannya berbeda antara satu dengan yang lainnya. Disatu pihak ada siswa yang diberi soal yang mudah dan terarah (sesuai dengan topik) sedangkan di pihak lain ada pula siswa yang ditanyai masalah yang sukar bahkan terkadang tidak relevan dengan topik.
Jadi yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil seseorang setelah mereka menyelesaikan belajar dari sejumlah mata pelajaran dengan dibuktikan melalui hasil tes yang berbentuk nilai hasil belajar. Penyelesaian belajar ini bisa berbentuk hasil dalam satu sub pokok bahasan, maupun dalam beberapa pokok bahasan yang dilakukan dalam satu test, yang merupakan hasil dari usaha sungguh-sungguh untuk mencapai perubahan prestasi belajar siswa yang dilakukan dengan penuh tanggung jawab.
Metode Pembelajaran aktif (Active Learning)
Pembelajaran aktif (Active Learning) adalah suatu proses pembelajaran dengan maksud untuk memberdayakan peserta didik agar mampu belajar dengan menggunakan berbagai cara/ strategi secara aktif. Pembelajaran aktif (Active Learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang dimiliki.
Dierich dalam Nasution (1995) mengelompokkan aktifitas siswakedalam kategori: Visual Activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities, dan emotional activities.Keaktifan belajar meliputi aktif menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, memperhatikan gambar, diskusi, kerjasama kelompok, interaksi, mengeluarkan pendapat, mengingat, memahami, memecahakan soal dan menganalisis. Aktifitas belajar materi Kelompok Sosail ini terfokus pada diskusi, kerjasama kelompok dan keaktifan.
Banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya, agar memiliki arti yang menyatu pada materi pelajaran itu. Akan tetapi yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya. Beberapa kesalahan tersebut yang sering dilakukan guru antara lain; 1) Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, merupakan asumsi yang sangat keliru, dan menyesatkan tidak hanya bagi guru itu sendiri tetapi juga bagi siswa. 2) Menunggu siswa berperilaku aktif. Pemahaman yang keliru tentang mengajar, bahwa mengajar adalah menyampaikan materi kepada siswa, dan mengajar merupakan memberikan sejumlah pengetahuan kepada siswa. Sehingga tidak sedikit guru mengabaikan perkembangan kepribadian siswa, serta lupa memberikan pujian kepada mereka yang berbuat baik dan tidak membuat masalah. 3) adalah merasa paling pandai. Bentuk kenyataan bahwa kondisi siswa pada umumnya berada di usia relatif lebih muda dari gurunya, sehingga guru merasa bahwa siswa tersebut lebih bodoh atau lebih tidak paham dibandingkan dengan dirinya, atau dicontohkan seperti siswa dipandang sebagai gelas yang perlu diisi air ke dalamnya, dimana gelas yang semula kosong dan perlu peran guru untuk mengisinya.
Proses pembelajaran aktif, terjadi adanya aktivitas berbicara dan mendengar, menulis dan membaca, serta refleksi yang menggiring ke arah pemaknaan mengenai isi pelajaran, ide-ide, dan berbagai hal yang berkaitan dengan satu topik yang sedang dipelajari. Oleh karena itu ada beberapa aktivitas pembelajaran yang terjadi di dalam pembelajaran aktif di antaranya: 1) Pengamatan terhadap beberapa contoh media/tayangan yang memberikan kesempatan pada siswa untuk melihat dan mengetahui. 2) Refleksi yang dilakukan dengan cara mengungkapkan pengalaman kepada teman dan guru yang potensial akan mengundang untuk dialog di dalam kelas sehingga memungkinkan muncul pengalaman atau pengetahuan baru. 3) Pemecahan masalah yang disajikan memungkinkan siswa berada di dalam kondisi semangat yang memuncak. 4) Diskusi melatih siswa untuk menganalisis, menilai, membandingkan, dan memecahkan masalah adalah metode belajar kooperatif dan interaktif.
Penerapan Metode Active Learning
Istilah Active Learning mempunyai konotasi constructivism, yaitu belajar secara aktif dan dikonstruksi dalam konteks sosial. Ide dasarnya adalah bahwa siswa mendapat pengertian dalam belajar melalui interaksi dengan lingkungannya, dan siswa dilibatkan dalam mengkonstruksi pengetahuan mereka. Kelompok konstruktivis menekankan belajar berorientasi pada pemecahan masalah karena dengan demikian siswa aktif melakukan sesuatu sehingga dapat mentransformasi informasi menjadi pengetahuan. Pemahaman seperti ini dibentuk melalui keaktifan bertanya, menjawab pertanyaan teman, aktif menggali referensi dan sebagainya, yang dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok.
Adapun prinsip dalam pembelajaran aktif ini (Sumiati, Asra, 2007: 43) mencakup: a) Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami; b) Belajar merupakan transaksi aktif; c) Belajar secara aktif memerlukan kegiatan yang bersifat vital, sehingga dapat berupaya mencaiap tujuan dan memenuhi kebutuhan pribadinya; d) Belajar terjadi melalui proses mengatasi hambatan sehingga mencapai pemecahan atau tujuan; e) Hanya dengan melalui penyodoran masalah memungkinkan diaktifkannya motivasi dan upaya, sehingga siswa berpengalaman dengan kegiatan yang bertujuan.
Adapun indikator metode active learning meliputi: a) Menyampaikan pendapat; b) Menanggapi pendapat teman; c) Mencari sumber belajar; dan d) Memecahkan masalah (diskusi). Siswa aktif dalam belajar, sering menunjukkan kepekaan terhadap masalah yang timbul di dalam lingkungan mereka, baik dalam interaksi belajar di kelas, maupun dalam pergaulan di sekolah, sehingga akan terbentuk masyarakat atau kelompok ilmiah yang mampu berkembang dari berbagai latar belakangnya.
Materi Perawatan Jenazah
Terkait dengan pengurusan jenazah, hal ini didasarkan kepada Firman Allah SWT dalam QS. At Taubah 9: 84 sebagai berikut:
Artinya:
84. dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam Keadaan fasik.
Ayat ini menegaskan bahwa perawaan jenazah seperti yang dituntunkan Rasulullah Saw adalah dikhususkan untuk jenazah orang islam saja, sedangkan orang munafiqpun tidak diperkenankan untuk merawat jenazah secara Islam. Tegasnya ayat di atas membuktikan bahwa orang yang telah meninggal dunia, akan mendapat penghormatan dari Allah dengan membawa kesucian, mulai dari perawatan mayit sampai ruh kembali kehadapan-Nya.
Kerangka Berpikir
Kondisi awal pembelajaran Perawatan Jenazah guru belum menerapkan metode Active Learning dan hasil belajar yang dicapai masih rendah, selanjutnya guru mengambil tindakan dengan penerapan pembelajaran metode Active Learning yang dilaksanakan melalui dua siklus.
Tindakan pada Siklus I, pembelajaran sudah menerapkan metode Active Learning aktifitas dan hasil belajar peserta didik. Tindakan pada Siklus II, melakukan pembelajaran dengan merevisi penerapan metode Active Learning. Kondisi akhir diduga melalui penerapan metode Active Learning dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa kelas XI MIPA-8 SMAN 3 Pati tahun pelajaran 2017/2018.
Prosedur Tindakan
Prosedur tindakan merupakan langkah-langkah yang dilalui peneliti dalam melakukan penelitian. Langkah pertama adalah menentukan metode penelitian, yaitu metode Penelitian Tindakan Kelas. Langkah kedua yaitu menentukan banyaknya tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu terdapat dua siklus. Tindakan yang dilakukan adalah menerapkan metode Active learning, yaitu; (1) menerapkan metode active learning dengan menggunakan lembar pengamatan, guna memperoleh data tentang peningkatan keaktifan belajar siswa. Dan yang ke (2) dengan menggunakan lembar kerja yang berupa ulangan harian, guna memperoleh data tentang hasil belajar siswa. Adapun langkah ketiga yaitu menentukan tahapan-tahapan dalam setiap siklus. Tahapan setiap siklus mencakup 4 tahapan yaitu;
1) Planning (perencanaan tindakan), yaitu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup.
2) Acting (pelaksanaan tindakan) yaitu melaksanakan tindakan pembelajaran dengan menerapkan metode active learning untuk siklus 1 dan siklus 2.
3) Observing (pengamatan), yaitu kegiatan pengamatan dilakukan terhadap proses pembelajaran, yaitu mengamati perilaku siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, untuk mendapatkan data tentang peningkatan keaktifan belajar siswa.
4) Reflecting (refleksi), cara merefleksi proses pembelajaran adalah dengan melihat dampak penerapan metode active learning terhadap peningkatan keaktifan belajar selama proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.
Dalam melakukan penelitian ini, harus mengikuti model perputaran tindakan yang disebut sebagai siklus dengan empat langkah yaitu; 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan dan 4) refleksi.
Rencana Siklus I
Rencana Siklus I terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. 1) Perencanaan; pada tahap perencanaan ini langkah-langkahnya adalah; a) menyusun RPP, b) mengembangkan scenario model pembelajaran, c) menyusun LOS (Lembar Observasi Siswa), dan d) menyusun test tertulis. 2 ) Pelaksanaan; dengan menerapkan tindakan yang mengacu pada scenario metode active learning, berdasarkan pada refleksi kondisi awal. 3) Observasi; dalam observasi (pengamatan) ini dilakukan terhadap situasi pembelajaran dan keaktifan siswa, dengan melakukan; a) mencatat semua aktivitas siswa pada proses tindakan pada siklus 1, dan mendiskusikan tentang tindakan dengan mencatat kelemahan baik ketidaksesuaian antara scenario dengan respon dari siswa yang mungkin tidak diharapkan, b) mencatat semua aktivitas siswa pada proses tindakan pada siklus 1. 4) Refleksi; dalam refleksi ini dilakukan adalah menganalisis; a) untuk memperoleh gambaran adakah peningkatan keaktifan belajar Siswa setelah melakukan tindakan, hal apa saja yang perlu diperbaiki sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang yang lebih baik. b) untuk memperoleh gambaran bagaimana hasil belajar Siswa setelah melakukan tindakan, hal apa saja yang perlu diperbaiki sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang baik. c) untuk memperoleh gambaran bagaimana dampak dari tindakan yang dilakukan, hal apa saja yang perlu diperbaiki sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang baik.
Rencana Siklus II
Setelah melakukan refleksi tindakan pada siklus 1, maka dilakukan proses tindakan 2 dengan langkah-langkah meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. 1) Perencanaan; dalam perencanaan ini yang dilakukan adalah membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus 1. 2) Pelaksanaan tindakan; dalam kegiatan pada tahap ini yaitu pengembangan rencana tindakan pada siklus 2 dengan melaksanakan tindakan, yaitu melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode active learning pada pokok materi menshalati dan menguburkan jenazah. 3) Observasi (pengamatan); dalam pengamatan ini, peneliti mencatat semua aktivitas siswa pada proses tindakan siklus 2, dan mendiskusikan tentang tindakan yang telah dilakukan dengan mencatat kelemahan baik ketidaksesuaian antara scenario dengan respon dari siswa yang mungkin tidak diharapkan. 4) Refleksi; disini peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan pada siklus 2 dan menganalisis serta membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode active learning dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada materi pokok perawatan jenazah siswa kelas XI Mipa-8 SMA Negeri 3 Pati tahun pelajaran 2017/2018.
Teknik pengumpul data yang digunakan ada dua macam yaitu teknik tes dan teknik non tes. Tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa, yang berupa penilaian tertulis. Sedangkan penilaian nontes digunakan untuk mengumpulkan data tentang perubahan peningkatan keaktifan siswa dalam belajar.
Alat pengumpulan data yang digunakan ada dua macam yaitu instrumen tes untuk soal tes tertulis, guna menilai peningkatan hasil belajar siswa dan instrumen lembar penilaian untuk menilai peningkatan keaktifan belajar siswa, yang berupa lembar penilaian unjuk kerja. Sedangkan instrumen observasi digunakan untuk penilaian sikap pada saat pembelajaran berlangsung.
Hasil Penelitian
Kondisi Awal
Rendahnya kemampuan memahami materi perawatan jenazah dapat dilihat dari cara guru mengajar masih bersifat konvensional, yaitu masih mengandalkan metode ceramah. Rendahnya keaktifan belajar siswa tersebut kemungkinan besar disebabkan adanya penyampaian guru yang kurang menarik, atau kondisi ruangan yang semakin siang cenderung panas, sehingga daya konsentrasi siswa semakin lama semakin menurun. adapun kendala-kendala yang muncul ketika sebelum menerapkan metode active learning, antara lain: a) Siswa merasa asing dan canggung jika diajak berdiskusi. b) Belum terbiasa berlatih untuk berani berpendapat, sehingga cenderung masih pasif. Siswa yang aktif, biasanya ditandai dengan keaktifan dalam bertanya, menjawab, atau mencari solusi lain guna menemukan jawaban yang sedang dibahasnya. c) Masih banyaknya siswa yang kurang memahami bagaimana sebenarnya belajar yang baik. Hal ini terbukti bahwa mereka masih kelihatan kurang serius ketika mengikuti.
Modus berada pada rentang nilai 66 – 74, nilai tertinggi 85, nilai terendah 45 dan nilai rata-rata 68,67%. Dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) 75, ternyata siswa yang telah tuntas hanya ada 11 anak atau 32,35%, sehingga jumlah siswa yang belum tuntas masih ada 23 anak atau 67,65%.
Dalam proses pembelajaran kondisi awal penelitian juga mengamati motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar sebagai hasil non tes.
Motivasi dalam belajar dilihat dari keaktifan, minat dan perhatian siswa dalam mengikuti proses belajar. Jumlah siswa yang aktif hanya 5 anak atau 13,89% dan jumlah siswa yang nampak mempunyai minat ada 7 anak atau 19,44% serta jumlah siswa yang mempunyai perhatian ada 10 anak atau 27,78%.
Dalam proses belajar pada kondisi awal motivasi belajar siswa sangat rendah. Karena dari 34 anak hanya ada 4 anak yang aktif, dari 34 anak hanya ada 8 anak yang nampak mempunyai minat dan dari 34 anak hanya ada 4 anak yang perhatian sisanya tidak aktif sebesar 50%.
Diskripsi Siklus I
Hasil tes
Refleksi tindakan hasil tes ini dilakukan dengan membandingkan antara hasil tes pada kondisi awal dengan hasil tes pada Siklus I.
Hasil tes pada kondisi awal, nilai tertinggi 85, nilai terendah 45 dan nilai rata-rata tuntas 67,67 setelah dilakukan tindakan yaitu metode Active Learning pada kegiatan pembelajaran Siklus I ini, maka nilai tertinggi 90, nilai terendah 60 dan nilai rata-rata 78,82.
Diketahui bahwa ada kenaikan nilai tertinggi dari kondisi awal ke Siklus I sebesar 5 atau 14,70%. Juga untuk nilai terendah dari kondisi awal ke Siklus I ada kenaikan sebesar 15 atau 44,12%. Juga nilai rata-rata kondisi awal ke Siklus I mengalami kenaikan sebesar 29,41%.
Jumlah siswa yang tuntas belajar antara kondisi awal dengan siklus I mengalami kenaikan sebesar 13 atau 38,24%, semula siswa yang tuntas hanya 10 anak pada kondisi awal, setelah ada tindakan melalui metode Active Learning pada siklus I, siswa yang tuntas menjadi 25 anak.
Hasil Non Tes
Refleksi tindakan hasil non tes ini dilakukan dengan membandingkan hasil pengamatan mengenai keaktifan, minat, perhatian sebagai unsur motivasi, oleh teman sejawat pada saat proses kegiatan pembelajaran antara kondisi awal dengan siklus I.
Hasil pengamatan teman sejawat pada kondisi awal, nampak hanya 5 anak yang aktif, 7 anak yang minat dan 10 anak yang perhatian. Pada siklus I setelah diterapkan pembelajaran metode Active Learning, ada 10 anak yang aktif, 16 anak yang minat dan 11 anak yang perhatian.
Hasil pengamatan mengenai motivasi belajar yang dilihat dari keaktifan, minat dan perhatian antara kondisi awal dengan Siklus I masing-masing mengalami kenaikan. Untuk keaktifan ada kenaikan 5 atau 100%, untuk minat ada kenaikan 11 atau 136% dan untuk perhatian ada kenaikan 10 atau 130%, masih terdapat anak yang tidak aktif sebanyak 5 anak.
Diskripsi Siklus II
Hasil tes
Refleksi tindakan hasil tes ini dilakukan dengan membanding- kan antara hasil tes pada Siklus I dengan hasil tes Siklus II. Hasil tes pada Siklus I nilai tertinggi 90, nilai terendah 55 dan nilai rata-rata 70,28. Pada Siklus I sudah dilakukan pembelajaran metode Activ Learning dan pada Siklus II dilakukan perbaikan dengan membentuk kelompok kecil dan mendapat bimbingan dari guru. Hasil tes Siklus II ini diperoleh nilai rata-rata 76,82.
Ada kenaikan nilai tertinggi dari Siklus I ke Siklus II sebesar 5 atau 14,70% dan untuk nilai terendah ada kenaikan 10 atau 22,22%, juga untuk nilai rata-rata ada kenaikan 8,54 atau 25,11%.
Jumlah siswa yang tuntas belajar antara Siklus I dengan Siklus II setelah diadakan perubahan penggunaan pembelajaran kooperatif model TGT mengalami kenaikan sebesar 11 atau 32,35%. Semula Siklus I jumlah siswa yang tuntas 23 anak atau 67,65 dan Siklus II jumlah siswa yang tuntas ada 34 anak atau 100%.
Hasil Non Tes
Refleksi tindakan hasil non tes ini dilakukan dengan membandingkan hasil pengamatan mengenai keaktifan, minat dan perhatian sebagai unsur motivasi, oleh teman sejawat selama proses pembelajaran antara Siklus I dan Siklus II
Hasil pengamatan teman sejawat pada Siklus I nampak 10 anak yang aktif, 16 anak yang minat dan 22 anak yang perhatian. Dan pada siklus II setelah ada perbaikan dalam pembelajaran metode Activ Learning, ada 30 anak yang aktif, ada 28 anak yang minat dan ada 34 anak yang perhatian.
Hasil pengamatan mengenai keaktifan belajar yang dilihat dari keaktifan, minat dan perhatian antara Siklus I dan Siklus II, masing-masing mengalami kenaikan. Untuk keaktifan ada kenaikan sebesar 20 atau 200%, untuk minat ada kenaikan sebesar 20 atau 200% dan untuk perhatian juga ada kenaikan sebesar 20 atau 200%.
Hasil Pengamatan
Pada kondisi awal kegiatan pembelajaran masih menggunakan metode yang konvensional yaitu ceramah dan penugasan saja, sehingga motivasi belajar kurang, siswa kurang memahami konsep materi yang dibahas akibatnya hasil belajar rendah.
Rendahnya hasil belajar siswa tersebut dapat dilihat dari hasil tes pada kondisi awal, nilai rata-ratanya 45,85 nilai terendah 45 dan nilai tertinggi 85 KKM 75 jumlah siswa yang tuntas ada 10 anak, jumlah siswa yang belum tuntas ada 26 anak.
Dari hasil pengamatan teman sejawat dalam kegiatan pembelajaran pada kondisi awal ini ada beberapa siswa yang aktif, minat dan perhatian, sehingga motivasi belajar masih kurang.
Setelah dilakukan tindakan pada Siklus I ini, nilai rata-ratanya 70,28, nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 90. Dengan KKM 75, jumlah siswa yang tuntas memenuhi KKM ada 20 anak, jumlah siswa yang belum tuntas ada 16 anak.
Pada Siklus II, kegiatan pembelajaran masih menggunakan metode Activ Learning yang diperbaiki dengan membentuk kelompok kecil dan guru membimbing juga, nilai rata-rata 76,81, nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 95 dengan KKM 75, jumlah siswa yang tuntas telah memenuhi KKM ada 24 anak, jumlah siswa yang belum tuntas ada 10 anak.
Berdasarkan hasil pengamatan teman sejawat dalam kegiatan pembelajaran pada Siklus I ini, keaktifan belajar siswa makin meningkat, terlihat dari keaktifan, minat dan perhatian siswa pada pembelajaran Siklus I ini makin bertambah daripada kondisi awal. Namun penambahannya belum optimal untuk itu perlu ada perbaikan lagi.
Pada Siklus II, kegiatan pembelajaran masih menggunakan metode Activ Learning yang diperbaiki dengan membentuk kelompok kecil dan guru membimbing. Nilai rata-rata 78,82, nilai terendah 75 dan nilai tertinggi 95, dengan KKM 75 jumlah siswa yang tuntas telah memenuhi KKM ada 34 anak, jumlah siswa tuntas 100%.
Berdasarkan hasil pengamatan teman sejawat dalam kegiatan pembelajaran pada Siklus II ini, keaktifan belajar siswa meningkat sangat baik. Hal ini terlihat dari keaktifan, minat dan perhatian siswa bertambah sangat signifikan. Dari 34 anak hanya ada 4, tidak minat 1 anak anak dan tidak perhatian 4 anak yang tidak aktif dan tidak minat namun semua memperhatikan dengan baik.
Hasil refleksi
Hasil tes
Hasil tes pada kondisi awal nilai rata-ratanya 68,67 sedangkan hasil tes pada Siklus I nilai rata-ratanya 70,28 dan hasil tes pada Siklus II nilai rata-ratanya 78,82.
Hasil tes pada kondisi awal ini, nilai terendah 45, nilai tertinggi 85. Sedangkan hasil tes Siklus I nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 90, serta hasil tes pada Siklus II nilai terendah 75, tertinggi 95.
Ketuntasan belajar pada kondisi awal, jumlah siswa yang tuntas hanya 11 anak. Pada siklus I siswa yang tuntas ada 24 anak dan pada siklus II siswa yang tuntas ada 34 anak.
Jadi ada kenaikan nilai rata-rata dari kondisi awal, siklus I dan siklus II dari 68,67 menjadi 70,82 dan menjadi 78,82. Ada kenaikan nilai terendah dari 45 menjadi 60 dan menjadi 75. Juga ada kenaikan nilai tertinggi dari 85 menjadi 90 dan menjadi 95. Serta ada pula kenaikan ketuntasan belajar dari 11 anak menjadi 24 anak dan menjadi 34 anak.
Hasil Non Tes
Hasil non tes ini terlihat dalam proses kegiatan pembelajaran tentang keaktifan belajar melalui unsur keaktifan, minat, dan perhatian siswa. Pada kondisi awal pembelajaran siswa banyak yang tidak aktif, pada siklus I keaktifan belajar meningkat karena keaktifan, minat dan perhatian siswa makin meningkat. Siklus II dengan memperbaiki tindakan, maka motivasi belajar meningkat secara signifikan, karena semua siswa terlihat aktif, minat dan perhatian.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Melalui penerapan metode Activ Learning dapat meningkatkan keaktifan belajar dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Perawatan Jenazah siswa kelas XI MIPA-8 SMAN 3 Pati Semester Gasal Tahun 2017/2018 dibuktikan dengan pada kondisi awal siswa aktif 14,7% dan sedang 20,6%, tinggi 20,6 dan tidak aktif 11,7%, siklus I siswa aktif 29,4%, sedang 47%, rendah 32,3%, tidak aktif 14,7%, siklus II keaktifan siswa tinggi 88,2%, dan keaktifan siswa sedang 97%.
2. Hasil belajar siswa kelas XI MIPA-8 SMAN 3 Pati Semester Gasal Tahun 2017/2018menunjukkan peningkatan dari kondisi awal ketuntasan sebanyak 11 siswa (32,35%), siklus I ketuntasan 23 siswa (70,59%) dan siklus II ketuntasan 34 siswa (100%). Dari kondisi awal ke perlakuan tindakan siklus I ada kenaikan sebesar 47% dan dari siklus I ke siklus II ada kenaikan sebesar 67,6%.
Saran
Saran yang dapat disampaikan peneliti (1) Guru diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran inovasi karena dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa; (2) Guru seharusnya lebih inovatif memilih dan menggunakan model yang sesuai (3) Siswa belajar tidak hanya dengan menerima materi, menghafal, tetapi juga mempelajari sebagai proses yang harus dipahami dan diterapkan; (4) Siswa diharapkan dapat belajar dengan aktif dalam mencari informasi untuk meningkatkan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan berfikir kritis.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an dan Terjemahnya, 2010, Semarang; Penerbit Asy Syifa’.
Melvin L. Silberman, 2011, Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Bandung; Nusa Media
Nasution. 2000. Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudjana. Nana. 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya-Bandung.
__________, 2005; Hasil dan Proses Belajar Mengajar, Bandung, Remaja Rosdakarya
__________, 2010; Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru Algensindo.
Sanjaya. Wina. 2006. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sardiman A.M. ,2010; Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Press, cet. Ke-2.
Slameto, 2003; Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta; Rineka Cipta.
Sumiati, Asra, 2007, Metode Pembelajaran, Bandung; Wacana Prima.
Syah. Muhibbin, 2003; Psikologi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
__________, 2003; Psikologi Pendidikan dan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosda Karya