PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR

MATERI OPERASI BILANGAN BERPANGKAT

MELALUI PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING

PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 3 PANGKAH

SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Haryanto

SMP Negeri 3 Pangkah

 

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah rendahnya keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika dan masih belum tercapainya ketuntasan belajar klasikal sebagaimana analisis nilai tes hasil belajar pada kondisi awal diketahui besarnya siswa yang tuntas belajar baru mencapai 11 siswa atau 32%, padahal kriteria ketuntasan belajar klasikal yang telah ditentukan adalah 85%. Upaya peneliti untuk mengatasi masalah tersebut adalah menerapkan pembelajaran Pendekatan Reciprocal Teaching. Tujuan penelitian adalah meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mapel matematika dengan menggunakan Pendekatan Reciprocal Teaching bagi siswa kelas IX A SMP Negeri 3 Pangkah Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019. Hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang berlangsung dalam 2 siklus penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa mengalai peningkatan sebagaimana analisis nilai tes hasil belajar diketahui kondisi awal persentase ketuntasan sebesar 32%, setelah dilakukan tindakan pada siklus I sebesar 71% dan pada siklus II mencapai 82%. Aktivitas siswa juga mengalami peningkatan sebagaimana analisis hasil observasi pengamatan siswa diketahui pada kondisi awal persentase keaktifan sebesar 49%, pada siklus I sebesar 69% dan pada siklus II mencapai 82%.

Kata Kunci: Pendekatan Reciprocal Teaching, aktivitas siswa, hasil belajar

 

PENDAHULUAN

Matematika selain sebagai salah satu disiplin ilmu dalam dunia pendidikan juga merupakan salah satu bidang studi yang sangat penting, baik bagi peserta didik maupun bagi pengembangan bidang keilmuan yang lain. Kedudukan matematika dalam dunia pendidikan sangat besar manfaatnya karena matematika adalah alat dalam pendidikan kecerdasan akal dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Masalah dalam pembelajaran matematika di SMP saat ini adalah kurang tepatnya pendekatan pembelajaran yang digunakan guru dan masih rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika yang lebih menekankan pada pemahaman dan penguasaan konsep suatu pokok bahasan tertentu. Sebagaimana mengacu pada pedoman penilaian pusat kurikulum 2004, penilaian hasil belajar matematika siswa meliputi aspek pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, dan pemecahan masalah. Kemampuan siswa yang rendah dalam aspek penguasaan konsep merupakan hal penting yang harus ditindaklanjuti.

Fenomena ini juga terjadi di SMP Negeri 3 Pangkah Kabupaten Tegal. Dalam proses pembelajaran matematika masih banyak ditemui beberapa permasalahan diantaranya guru mengalami kesulitan dalam menerapkan pendekatan pembelajaran yang tepat, sehingga mengakibatkan siswa tidak mampu menerima pengetahuan matematika dengan baik. Guru masih cenderung mengajar dengan pendekatan yang monoton, tidak memiliki variasi mengajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan bagi siswa. Siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar, saat guru menerangkan materi baru yang ada pada buku pelajaran siswa tampak bingung, dan hasil belajar menjadi rendah.

Kondisi yang tidak berbeda juga terjadi di Kelas IX A SMP Negeri 3 Pangkah. Hasil ulangan mata pelajaran matematika masih rendah, juga pada materi bilangan berpangkat. Jika dilihat dari hasil ulangan harian sebagian besar masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu sebesar 23 siswa (68%) hanya 11 Siswa (32%) siswa yang telah memenuhi standar ketuntasan minimal. Dengan rata-rata kelas sebesar 59,59.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk menggunakan pendekatan reciprocal teaching. Reciprocal teaching adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menerapkan empat strategi pemahaman mandiri, yaitu menyimpulkan materi, menyusun soal dan menyelesaikannya, menjelaskan kembali pengetahuan yang telah diperolehnya, dan memprediksi soal. Reciprocal teaching sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah yang ditawarkan peneliti untuk meningkatkan penguasaan konsep matematika siswa dengan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai, “Peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa materi operasi bilangan berpangkat melalui Pendekatan Reciprocal Teaching pada siswa kelas IX A SMP Negeri 3 Pangkah Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019“.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun rumusan masalah pada penelitian tindakan kelas ini adalah: (1) Apakah penggunaan pendekatan reciprocal teaching dapat meningkatkan keaktifan belajar penguasaan konsep operasi bilangan berpangkat pada siswa kelas IX A SMP Negeri 3 Pangkah semester genap Tahun Pelajaran 2018/2019? (2) Apakah penggunaan pendekatan reciprocal teaching dapat meningkatkan hasil belajar penguasaan konsep operasi bilangan berpangkat pada siswa kelas IX A SMP Negeri 3 Pangkah semester genap Tahun Pelajaran 2018/2019? (3) Bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan reciprocal teaching dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika pada siswa kelas IX A SMP Negeri 3 Pangkah semester genap Tahun Pelajaran 2018/2019? Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk meningktatkan keaktifan siswa belajar penguasaan konsep operasi bilangan berpangkat melalui pendekatan reciprocal teaching pada siswa kelas IX A SMP Negeri 3 Pangkah semester genap Tahun Pelajaran 2018/2019. (2) Untuk meningktatkan hasil belajar penguasaan konsep operasi bilangan berpangkat melalui pendekatan reciprocal teaching pada siswa kelas IXA SMP Negeri 3 Pangkah semester genap Tahun Pelajaran 2018/2019. (3) Untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan reciprocal teaching dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika pada siswa kelas IX A SMP Negeri 3 Pangkah semester genap Tahun Pelajaran 2018/2019.

KAJIAN PUSTAKA

Kajian Teori

Keaktifan

Aktif menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 19) berarti giat (berusaha, bekerja) sedangkan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif. Keaktifan siswa dalam belajar matematika tampak dalam kegiatan berbuat untuk memahami materi pelajaran dengan penuh keyakinan dan sungguh-sungguh, mencoba menyelesaikan latihan soal-soal dan tugas-tugas yang diberikan guru, belajar dalam kelompok, mencoba sendiri konsep-konsep tertentu, dan mampu mengkomunikasikan pikiran dan penemuan secara lisan atau penampilan. Conny Semiawan dalam W. Gulo (2002: 76) mengemukakan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam usaha menciptakan kondisi belajar, supaya siswa dapat mengoptimalkan aktivitasnya dalam proses belajar mengajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah:prinsip motivasi, prinsip latar atau konteks, prinsip keterarahan, prinsip belajar sambil bekerja, prinsip perbedaan perorangan, prinsip menemukan, prinsip pemecahan masalah

Aktivitas belajar itu banyak sekali macamnya, Paul D. Diericch (Oemar Hamalik, 2001: 172) membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok, yaitu: kegiatan visual, kegiatan lisan, kegiatan mendengarkan, kegiatan menulis, kegiatan menggambar, kegiatan metric, kegiatan mental, kegiatan emosional Dalam penelitian ini siswa dapat dikatakan aktif dalam pembelajaran jika terjadi peningkatan persentasi keaktifan belajar pada akhir pembelajaran.

Hasil Belajar

Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar.

Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduanya terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki dari belajar mengajar harus bisa mendapatkan hasil bisa melalui kreatifitas seseorang itu. Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud adalah kemampuan-kemampuan ketrampilan, sikap yang diperoleh siswa setelah menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Proses Belajar Mengajar Matematika

Pengertian proses belajar mengajar matematika dapat diketahui dengan menguraikan istilah proses, belajar, mengajar dan matematika. Proses diartikan sebagai suatu interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan (interdependent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman, 2000:5).

Kegiatan belajar merupakan hal penting yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini mengandung arti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar mengajar yang dialami oleh siswa. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Mengajar merupakan usaha guru untuk menciptakan kondisi-kondisi atau mengatur lingkungan sedemikian rupa, sehingga terjadi interaksi antara siswa dengan lingkungan, termasuk guru, alat pelajaran, dan sebagainya yang disebut proses belajar sehingga tercapai tujuan pelajaran yang telah ditentukan. Adapun definisi lain di negara-negara yang sudah maju menyatakan bahwa mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar. Definisi ini menunjukkan bahwa yang aktif adalah siswa karena mengalami proses belajar. Sedangkan guru hanya membimbing, menunjukkan jalan dengan memperhitungkan kepribadian siswa. Kesempatan untuk berbuat dan aktif berpikir lebih banyak diberikan kepada siswa.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Matematika berasal dari bahasa latin “manhenern” atau “mathema” yang berarti belajar atau hal yang harus dipelajari, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut “wiskunde” atau ilmu pasti yang berkaitan dengan penalaran. Matematika merupakan pelajaran yang memerlukan pemusatan pemikiran untuk mengingat dan dan mengenal kembali semua aturan-aturan yang harus dipenuhi untuk menguasai materi yang dipelajari.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar matematika adalah proses belajar mengajar yang melibatkan guru dan peserta didik, dimana perubahan tingkah laku siswa diarahkan pada pemahaman konsep matematika yang mengantarkan peserta didik berpikir secara sistematis, dan guru dalam mengajar harus pandai mencari pendekatan pembelajaran yang tepat sehingga dapat membantu peserta didik dalam aktivitas belajarnya.

Operasi Bilangan Berpangkat

Pengertian Bilangan Berpangkat

Apabila sebuah bilangan real dilambangkan dengan huruf a kemudian bilangan bulat dilambangkan dengan huruf n, maka bilangan berpangkat dapat kita tuliskan menjadi a(a pangkat n) yang mana merupakan perkalian bilangan a secara berulang sebanyak n faktor. Bilangan berpangkat dapat dinyatakan dengan rumus di bawah ini:

Jenis-Jenis Bilangan Berpangkat

Ada beberapa jenis bilangan berpangkat yang dibedakan berdasarkan nilai atau jenis bilangan yang menempati posisi pangkat, Bilangan Berpangkat Bulat Positif dan Bilangan Berpangkat Bulat Negatif. Bilangan Berpangkat Bulat Positif ini merupakan hasil dari penyederhanaan sebuah perkalian bilangan yang memiliki faktor yang sama. Contohnya: 4 x 4 x 4 x 4 x 4 = 45 maka 45 dapat diartikan sebagai perkalian 4 dengan 4 yang diulang sebanyak 5 kali. Oleh karenanya, bilangan berpangkat secara umum dirumuskan sebagai berikut:

an = a × a × a ×……. . × a (sebanyak n faktor)

a = bilangan pokok (dasar)

n = pangkat (eksponen)

Contohnya:

a7 = a x a x a x a x a x a x a

57 = 5 x 5 x 5 x 5 x 5 x 5 x 5 = 78125

Bilangan berpangkat bulat negatif terjadi apabila di dalam operasi hitung pembagian bilangan berpangkat nilai atau angka pangkat pembagi lebih besar dari pada nilai pangkat yang dibagi. Contoh:

 Bilangan berpangkat nol, amatilah bilangan berpangkat nol di bawah ini!

Pendekatan Reciprocal Teaching

Reciprocal teaching adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menerapkan empat strategi pemahaman mandiri, yaitu menyimpulkan bahan ajar, menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya, menjelaskan kembali pengetahuan yang telah diperolehnya, kemudian memprediksikan pertanyaan selanjutnya dari persoalan yang disodorkan kepada siswa (Amalia, 2006).

Menurut Palincsar dan Brown seperti yang dikutip oleh Slavin (1997) bahwa strategi reciprocal teaching adalah pendekatan konstruktivitas yang didasarkan pada prinsip-prinsip membuat pertanyaan, mengajarkan ketrampilan metakognitif melalui pengajaran, dan pemodelan oleh guru untuk meningkatkan ketrampilan membaca pada siswa yang berkemampuan rendah. Reciprocal teaching adalah prosedur pengajaran atau pendekatan yang dirancang untuk mengajarkan kepada siswa tentang strategi-strategi kognitif serta untuk membantu siswa memahami bacaan dengan baik. Dengan menggunakan pendekatan reciprocal teaching siswa diajarkan empat strategi pemahaman dan pengaturan diri spesifik, yaitu merangkum bacaan, mengajukan pertanyaan, memprediksi materi lanjutan, dan mengklasifikasi istilah-istilah yang sulit dipahami, pelajaran yang ditugaskan dalam kelompok kecil, guru memodelkan empat ketrampilan tersebut di atas Nur (2004). Dapat disimpulkan bahwa pendekatan reciprocal teaching merupakan strategi dalam pembelajaran yang menekankan pada pemahaman mandiri siswa, sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep matematika.

Kerangka Berpikir

Bermula dari pengamatan yang dilakukan di kelas IX A SMP Negeri 3 Pangkah, peneliti menemukan beberapa penyebab rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Salah satunya adalah kurangnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu, metode pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi masih bersifat konvensional, yakni masih menggunakan metode ceramah, mencatat, dan pemberian tugas, sehingga proses pembelajaran berjalan kurang efektif.

Aspek penguasaan konsep matematika siswa merupakan hal penting yang harus ditinjaklanjuti. Kemampuan penguasaan konsep matematika dapat dilihat pada hasil belajar yang ditunjukkan siswa selama maupun setelah proses pembelajaran berlangsung. Untuk meningkatkan kemampuan ini, maka lebih ditekankan pada perlakuan yang diberikan kepada siswa dengan menerapkan strategi pemahaman mandiri dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, guru harus menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat yaitu pendekatan reciprocal teaching. Pembelajaran matematika dengan pendekatan reciprocal teaching dilakukan dengan menerapkan empat strategi pemahaman mandiri siswa, yaitu menyimpulkan materi (sumarizing), menyusun soal dan menyelesaikannya (question generating), menjelaskan kembali pengetahuan yang telah diperolehnya (clarifying), dan memprediksi soal (predicting).

Pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching dapat meningkatkan aktivitas dan kemandirian siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan reciprocal teaching dapat meningkatkan penguasaan konsep operasi bilangan berpangkat siswa kelas IX A SMP Negeri 3 Pangkah semester genap tahun pelajaran 2018/2019.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, maka dapat diajukan hipotesis tindakan bahwa aktivitas dan hasil belajar operasi bilangan berpangkat pada siswa kelas IX A SMP Negeri 3 Pangkah semester genap Tahun Pelajaran 2018/2019 dapat ditingkatkan melalui pendekatan reciprocal teaching.

 

 

 

METODE PENELITIAN

Objek Tindakan

Objek tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IX A SMP Negeri 3 Pangkah Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019 melalui pendekatan reciprocal teaching.

Setting, Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian Tindakan Kelas adalah di Siswa Kelas IX A SMP Negeri 3 Pangkah yang beralamat Jalan Salak No 50 Grobog Kulon Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal.

Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2018/2019, dimulai sejak Januari 2019 s. d. Juni 2019.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX A SMP Negeri 3 Pangkah tahun pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 34 siswa, terdiri 6 orang laki-laki dan 28 orang perempuan.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Tes

Hasil tes berfungsi untuk menunjukkan seberapa besar pemahaman siswa terhadap bahan ajar yang disampaikan. Tes diberikan pada akhir siklus yang digunakan untuk menunjukkan prestasi belajar yang dicapai pada setiap siklus. Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar matematika siswa setelah menggunakan pendekatan reciprocal teaching.   Dalam penelitian ini Tes yang diberikan berbentuk tes pilihan ganda jumlah 20 soal dengan option pilihan ada 4 yaitu A, B, C, atau D. Pemberian tes dilakukan setelah pemberian tindakan.

Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran matematika dengan pendekatan reciprocal teaching. Pada penelitian ini pedoman observasi dititikberatkan pada pengamatan keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Cara paling efektif dalam metode observasi adalah melengkapinya dengan format atau blanko pengamatan sebagai instrument tentang keaktifan siswa. Indikator observasi keaktifan siswa yang diamati adalah sebagai berikut: (1) Frekuensi kehadiran siswa (2) Siswa memusatkan perhatian pada materi pelajaran (3) Siswa berdiskusi dengan temannya untuk menyelesaikan pertanyaan pada bahan ajar (4) Siswa mau belajar kelompok (5) Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru (7) Siswa bertanya mengenai permasalahan yang kurang dipahami (8) Siswa menyajikan hasil diskusi (9) Ketrampilan siswa dalam membuat rangkuman

 

 

 

Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dalam observasi. Dokumentasi yang digunakan berupa LKS, daftar kelompok siswa dan daftar nilai siswa. Untuk memberikan gambaran secara konkret mengenai kelompok siswa.

Sumber Data

Data-data dalam penelitian ini yang akan dikumpulkan dan dikaji berupa (1) Sumber data primer yang diperoleh dari siswa melalui tes tertulis. (2) Sumber data sekunder yang diperoleh dari hasil observasi dan dokumentasi.

Teknik Analisis Data

Analisis Hasil Belajar Siswa

Hasil tes siswa pada akhir siklus juga dihitung nilai rata-ratanya. Hasil tes pada siklus I dibandingkan dengan siklus II. Jika mengalami kenaikan maka diasumsikan model pembelajaran yang digunakan yaitu pendekatan reciprocal teaching dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Analisis Data Observasi

Data hasil observasi dalam penelitian ini dapat dilihat dari hasil skor pada lembar observasi yang digunakan. Persentase perolehan skor pada lembar observasi diakumulasi untuk menentukan seberapa besar keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran untuk setiap siklus. Persentase diperoleh dari rata-rata persentase keaktifan siswa pada tiap pertemuan.

Indikator Keberhasilan Penelitian

Idikator keberhasilan dalam penelitian ini menggunakan acuan berikut: (1) Meningkatnya hasil belajar siswa (secara kognitif) tiap siklus dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) ≥ 76 dan ketuntasan klasikal jika siswa yang tuntas mencapai 80% atau minimal 27 siswa. (2) Terjadinya peningkatan keaktifan belajar siswa yang ditandai dengan keaktifan belajar siswa dengan kriteria katagori tinggi (3) Diperoleh cara menerapkan pendekatan reciprocal teaching yang sangat efektif.

Prosedur Penelitian

Model penelitian yang digunakan adalah model Kemmes dan Mc. Taggart, yaitu model spiral (dalam Rochiati Wiraatmaja, 2006: 66). Di mana dalam model spiral ini terdiri dari 2 siklus dan dari setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Rendahnya hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika mendorong peneliti untuk melakukan tindakan. Sebagai gambaran awal untuk mata pelajaran matematika pada siswa kelas IX A SMP Negeri 3 Pangkah Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019, guru masih menggunakan metode konvensional.

Analisis lembar observasi terhadap keaktifan siswa (sebagai salah satu indikator aktivitas) pembelajaran kondisi awal diperoleh data skor perolehan sebagai berikut Frekuensi kehadiran siswa sebanyak 29 (91%), Siswa memusatkan perhatian pada materi pelajaran sebanyak 16 (50%), Siswa berdiskusi dengan temannya untuk menyelesaikan pertanyaan pada bahan ajar sebanyak 17 (53%), Siswa mau kerja kelompok sebanyak 15 (47%), Siswa bertanya mengenai permasalahan yang kurang dipahami sebanyak 9 (28%), Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. sebanyak 11 (34%), Siswa menyajikan hasil diskusi sebanyak 11 (34%), Keterampilan siswa dalam membuat rangkuman sebayak 17 (53%) dengan kriteria sedang.

Dengan KKM sebesar 76 jumlah siswa yang telah mencapai tuntas belajar sebanyak 11 siswa (32%). Sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 23 siswa (68%).

Berdasarkan hasil pengamatan pada siswa dapat diketahui bahwa indikator aktivitas belajar secara umum dengan katagori sedang, sehingga perlu upaya lain yang dilakukan peneliti untuk dapat melakukan proses pembelajaran lebih kreatif, menarik, dan merangsang bagi semua siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga para siswa secara merata akan lebih mudah memahami materi pelajaran. Upaya menggunakan pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran reciprocal teaching layak untuk melakukan penelitian tindakan kelas ini.

Deskripsi Siklus I

Pelaksanaan pembelajaran matematika siklus I diawali dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan pembelajaran dengan pembukaan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Dari hasil pengamatan, peneliti menganalisis lembar observasi terhadap aktivitas siswa pembelajaran siklus I diperoleh data skor perolehan sebagai berikut Frekuensi kehadiran siswa sebanyak 34 (100%), Siswa memusatkan perhatian pada materi pelajaran sebanyak 18 (53%), Siswa berdiskusi dengan temannya untuk menyelesaikan pertanyaan pada bahan ajar sebanyak 18 (53%), Siswa mau kerja kelompok sebanyak 25 (74%), Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru sebanyak 22 (65%), Siswa bertanya mengenai permasalahan yang kurang dipahami sebanyak 17 (50%), Siswa menyajikan hasil diskusi sebanyak 27 (79%), Keterampilan siswa dalam membuat rangkuman sebanyak 27 (79%) dan rata-rata sebanyak 24 (69%) dengan kriteria Tinggi

Dengan KKM sebesar 76 jumlah siswa yang telah mencapai tuntas belajar sebanyak 24 siswa (71%). Sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 10 siswa (29%).

Mencermati berbagai kekurangan yang ditemukan pada siklus I maka perlu ditindaklanjuti lagi dengan penelitian pada siklus II. Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk menyusun RPP dan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II

Deskripsi Siklus II

Pelaksanaan pembelajaran matematika siklus I diawali dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan pembelajaran dengan pembukaan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Berdasarkan pelaksanaan kegiatan siklus II diperoleh data analisis lembar observasi terhadap aktivitas siswa (sebagai salah satu indikator motivasi) pembelajaran siklus II diperoleh data skor perolehan sebagai berikut Frekuensi kehadiran siswa sebanyak 34 (100%), Siswa memusatkan perhatian pada materi pelajaran sebanyak 27 (78%), Siswa berdiskusi dengan temannya untuk menyelesaikan pertanyaan pada bahan ajar sebanyak 28 (82%), Siswa mau kerja kelompok sebanyak 29 (84%), Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru sebanyak 25 (74%), Siswa bertanya mengenai permasalahan yang kurang dipahami sebanyak 29 (85%), Siswa menyajikan hasil diskusi sebanyak 27 (79%), Keterampilan siswa dalam membuat rangkuman sebanyak 26 (75%) dan rata-rata sebanyak 28 (82%) dengan kriteria Sangat Tinggi

Dengan KKM sebesar 76 jumlah siswa yang telah mencapai tuntas belajar sebanyak 28 siswa (82%). Sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 6 siswa (18%).

Pembahasan Hasil Penelitian Antar Siklus

Deskripsi Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan mulai dari kondisi awal, siklus I dan siklus II sebagaimana diuraikan di atas dapat disampaikan perbandingan penelitian antar siklus diperoleh data sebagai berikut: pada pra siklus rata-rata perolehan persentase keaktifan belajar sebesar sebesar 49% katagori Sedang, siklus I rata-rata persentase keaktifan belajar sebesar 69% katagori Tinggi, sedangkan pada siklus II rata-rata persentase perolehan keaktifan belajar sebesar 82% katagori Sangat Tinggi. hal ini menunjukkan bahwa indikator kinerja sudah terpenuhi.

Kegiatan hasil belajar dilakukan pada bagian akhir dari setiap siklus yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana ketuntasan belajar yang mencapai lebih besar atau sama dengan 76 sesuai dengan indikator kinerja yang telah diberikan oleh peneliti. Jika dibandingkan ketika Nilai Awal (Pra Siklus) atau sebelum diadakan kegiatan siklus I jumlah siswa yang tuntas 32% atau 11 siswa, tetapi pada siklus I telah mengalami peningkatan yang cukup baik yaitu mencapai 71% atau 24 siswa yang telah tuntas atau mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal. Ketuntasan belajar pada pra siklus 32%, siklus I 71%, dan siklus II 82%, mengalami kenaikan. Belum tuntas pra siklus 68%, siklus I 29%, dan siklus II 18%, mengalami penurunan. Pada pembelajaran dengan metode reciprocal teaching prosentase tuntas belajar meningkat, sebaliknya siswa yang belum tuntas menurun.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan uraian pada hasil penelitian dan pembahasan tersebut di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: (1) Penggunaan metode reciprocal teaching mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa. Kenaikan rata-rata keaktifan belajar siswa dari pra siklus ke siklus I sebesar 20%, kenaikan rata-rata hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 15%. Jadi kenaikan keaktifan siswa dari kondisi pra siklus, siklus I, dan siklus II mengalami kenaikan 35%. (2) Penggunaan metode reciprocal teaching mampu meningkatkan persentase jumlah siswa yang tuntas belajar. Kenaikan hasil belajar dari pra siklus ke siklus I sebesar 39%, kenaikan hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 11%. Jadi kenaikan hasil belajar dari pra siklus, siklus I, dan siklus II mengalami kenaikan sebesar 50%. (3) Penggunaan metode reciprocal teaching dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika materi pangkat tak sebenarnya pada siswa kelas IX A SMP Negeri 3 Pangkah semester genap tahun pelajaran 2018/2019.

Saran

Berdasarkan temuan-temuan di atas, dapat disarankan agar:

  1. Pembelajaran matematika pada umumnya dapat menggunakan model reciprocal teaching sebagai salah satu alternatif dalam proses penyampaian pembelajaran di sekolah, karena dengan pendekatan ini siswa secara langsung memecahkan masalah dalam belajar.
  2. Sebelum melaksanakan pembelajaran guru harus mempersiapkan segala sesuatunya, seperti materi ajar, media pembelajaran, metode atau model pendekatan yang tepat, agar dalam kegiatan belajar mengajar siswa benar-benar aktif dan merasa senang.
  3. Dalam kegiatan belajar mengajar guru harus bisa memacu siswa untuk lebih terlibat dalam setiap tahapan pembelajaran, karena keaktifan siswa sangat berpengaruh terhadap pemahaman siswa pada materi yang disajikan.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, D. R. 2006. Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Reciprocal Teaching Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa SMP (Studi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Bandung). (Online). Tersedia: http://digilib. upi. edu. (Diakses Februari 2019).

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta. Grasindo

Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Slavin, E Robert. 1997. Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik Menulis. Jakarta: Nusa Media Bahasa.

Usman, M. U. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.