PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE DISCOVERY LEARNING

PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 MLILIR KECAMATAN GUBUG KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Bakri

SD Negeri 1 Mlilir Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan

 

ABSTRAK

 Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui keaktifan dan prestasi belajar matematika dengan menggunakan metode discovery learning pada siswa kelas VI semester 1 SD Negeri 1 Mlilir Semester I tahun pelajaran 2017/2018. Teknik penggumpulan data diambil dengan menggunakan metode observasi, catatan lapangan, tes dan dokumentasi. Analisis data dari penelitian ini dengan cara deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menganalisis data perkembangan siswa dari siklus I sampai siklus II dilengkapi dengan analisis hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Keaktifan siswa meliputi keaktifan bertanya, mengerjakan latihan, dan maju ke depan kelas. Prestasi belajar mengalami peningkatan dengan adanya peningkatan prestasi belajar siswa sebelum tindakan di dapat nilai rata-rata siswa sebesar 64 dan nilai rata-rata siklus I meningkat menjadi 66,67 dan nilai rata-rata siklus II meningkat menjadi 76,00. Prosentase ketuntasan belajar juga meningkat dari Prasiklus 28.57%, menjadi 64.29% pada Siklus I dan menjadi 92.86% pada siklus II.

 Kata kunci:   Keaktifan siswa, Metode Discovery Learning, Peningkatan pembelajaran siswa.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pembelajaran matematika tentang pecahan membantu untuk memahami dunia sekitarnya. Sejak dulu sampai sekarang, materi tersebut dimasukan dalam kurikulum sekolah dasar. Dalam Kurikulum Pendidikan Dasar selalu tercantum pokok bahasan pecahan untuk diajarkan kepada anak-anak yang duduk di sekolah dasar. Oleh sebab itu, maka perlu dilakukan perbaikan, perubahan, dan pembahasan dalam segala aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan pendidikan.

Suatu kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, di SD Negeri 1 Mlilir, ketika kegiatan pembelajaran matematika berlangsung, sebagian besar siswa kurang bersemangat dan sering bosan dalam pembelajaran yang kurang disenangi akhirnya mengalami kesulitan. Siswa baru mampu mempelajari hal-hal yang sifatnya konkret sedangkan matematika terdapat hal-hal yang sifatnya abstrak. Menurut Hudoyo (1990:3) matematika berkenan dengan ide, aturan, hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Menurut Bruner dalam Hudoyo (1990:48) belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep dan struktur matematika itu.

 

 

Berdasarkan penjelasan di atas maka para siswa mempersepsikan matematika sebagai mata pelajaran yang menakutkan dan sukar. Para siswa selalu menggerutu tidak bisa saat mengerjakan soal matematika. Ada 2 orang siswa terkadang tidak masuk sekolah pada hari terdapat pelajaran matematika dikarenakan mereka tidak mampu menyelesaikan PR yang diberikan sehingga merasa ketakutan.

Guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran dan mampu menyajikannya dengan menarik. Dalam berbagai macam metode mengajar banyak menyajikan sejumlah usaha yang dapat diterapkan oleh guru dalam merancang lingkungan pembelajaran agar siswa lebih tertarik dan aktif.

Untuk meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka perlu memilih metode pembelajaran yang lebih bervariasi dengan mengikutsertakan peran aktif siswa. Metode pembelajaran seyogyanya mengembangkan kemampuan dasar siswa dan sikap positif siswa, sehingga proses belajar mengajar lebih menantang, efektif dan efisien. Suasana juga semakin akrab dan menyenangkan sehingga akan membangkitkan minat dan meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika. Salah satunya adalah penggunaan metode discovery learning.

Discovery learning adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikan rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan; sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dengan Discovery learning ini pada akhirnya dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas. Melatih keterampilan kognitif siswa dengan cara menemukan dan memecahkan masalah yang ditemui dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

Kajian Teori

Pengertian Discovery learning

Menurut Ruseffendi (2006:329) metode discovery learning adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tanpa pemberitahuan langsung baik sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Pada dasarnya, pengetahuan yang diperoleh dalam discovery learning bukanlah hal yang benar-benar baru dalam dunia matematika. Bagi siswa pengetahuan tersebut merupakam hal yang baru, artinya siswa baru memperoleh pengetahuan tersebut ketika melakukan pembelajaran discovery learning.

Tujuan dari discovery learning antara lain adalah:

a.       Siswa akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik

b.       Membantu dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi – situasi proses belajar yang baru.

c.        Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.

d.       Mendorong siswa untuk berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesis sendiri. Di dalam proses belajar melalui “discovery-inquiry”, tugas kegiatannya dibuat “open-ended” sehingga siswa menjadi bebas untuk mengembangkan hipotesis-hipotesisnya sendiri.

e.        Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.

Penerapan metode Discovery Learning bermaksud menyelesaikan permasalahan sehingga siswa mampu meningkatkan prestasi belajarnya.

Keaktifan Siswa

Menurut Sriyono (dalam Yuni, 2006: 36), keaktifan siswa adalah bahwa pada waktu guru mengajar ia harus mengusahakan agar siswa aktif jasmani maupun rohani.

Keaktifan jasmani maupun rohani itu meliputi, antara lain:

a.     Keaktifan indera: pendengaran, penglihatan, peraba dan lain-lain. Siswa harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin.

b.     Keaktifan akal: akal anak-anak harus aktif atau keaktifan untuk memecahkan masalah, menimbang-nimbang, menyusun pendapat dan mengambil keputusan.

c.     Keaktifan ingatan: pada waktu mengajar anak harus aktif menerima bahan pengajaran yang disampaikan oleh guru dan menyimpannya dalam otak, kemudian pada suatu saat ia siap dan mampu mengutarakan kembali.

d.     Keaktifan emosi: dalam hal ini siswa hendaklah senantiasa berusaha mencintai pelajarannya.

Melihat siswa secara aktif dalam pembelajaran matematika penting, karena dalam matematika banyak kegiatan pemecahan masalah yang menuntut kreativitas siswa aktif. Siswa sebagai subyek pembelajaran adalah yang merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar.

Untuk menarik keterlibatan siswa dalam pembelajaran guru harus membangun hubungan baik yaitu dengan menjalin rasa simpati dan saling pengertian. Hubungan baik akan membuat jembatan menuju kesuksesan puncak siswa dalam berbicara dengan bahasa hati siswa. Membina hubungan baik bisa memudahkan guru melibatkan siswa, memudahkan pengelolaan kelas dan memperpanjang waktu fokus.

Prestasi belajar siswa

Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar juga diartikan sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai – nilai kecakapan. Menurut Tirtonegoro (2001: 43) prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran dan penilaian usaha belajar, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun simbol pada periode tertentu, misalnya tiap semester hasil prestasi siswa dinyatakan dalam bentuk raport.

Lebih lanjut Nurkancana dan Sunartana (1992) mengatakan prestasi belajar bisa juga disebut kecakapan aktual (actual ability) yang diperoleh seseorang setelah belajar, suatu kecakapan potensial (potensial ability) yaitu kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki oleh individu untuk memcapai prestasi. Kecakapan aktual dan kecakapan potensial ini dapat dimasukkan kedalam suatu istilah yang lebih umum yaitu kemampuan (ability).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh siswa setelah siswa yang bersangkutan dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kecakapan nyata (actual) bukan kecakapan potensial. Menurut Parta prestasi siswa pada mata pelajaran matematika dipengaruhi oleh faktor dalam diri siswa yang belajar yang meliputi IQ, motivasi, minat, bakat, kesehatan dan faktor luar siswa yang belajar yang meliputi guru pengajar, materi ajar, latihan, sarana kelengkapan belajar siswa, tempat di sekolah atau di rumah serta di lingkungan sosial siswa.

Prestasi belajar ini dapat dilihat secara nyata berupa skor atau nilai setelah mengerjakan suatu tes. Tes yang digunakan untuk menentukan prestasi belajar merupakan suatu alat untuk mengukur aspekaspek tertentu dari siswa misalnya pengetahuan, pemahaman atau aplikasi suatu konsep.

Pembelajaran Matematika

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 202) pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku dimanapun dan kapanpun.

Dimyati dan Mudjiono (1999: 202) mengemukakan bahwa, ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:

1.      Ranah kognitif; Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono (1999: 202) mengemukakan adanya enam kelas/tingkatan yaitu: pengetahuan, pemahaman, penggunaan/ penerapan, analisis, sintesis, evaluasi.

2.      Ranah Afektif; Kratwohl, Bloom dan Masia dalam Dimyati dan Mudjiono (1999: 205) mengemukakan tuan ranah lima ranah afektif sebagai berikut: menerima, merespon, menilai, mengorganisasi, karakteristik.

3.      Ranah Psikomotorik; Kibler, Baket dan Miles dalam Dimyati dan Mudjiono (1999: 207) mengemukakan tujuan ranah psikomotorik sebagai berikut: gerakan tubuh yang moncolok, ketepatan gerak yang dikoordinasikan, perangkat komunikasi non verbal, kemampuan berbicara.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses kegiatan yang semula belum mengerti kemudian menjadi mengerti atas apa yang telah dipelajari dan dalam proses belajar melibatkan tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik di mana ketiganya saling berkaitan dan saling membantu dalam proses belajar dan sangat berperan penting.

Bersamaan dengan pembelajaran juga terjadi pembelajaran sepanjang hayat yang terjadi pada bidang ilmu seperti matematika. Pembelajaran matematika ini mengikutsertakan pemahaman yang abstrak untuk dikonkritkan. Untuk hal tersebut di atas diperlukan teknik yang sesuai yaitu pembelajaran dengan metode discovery learning.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan metode discovery learning pada pembelajaran matematika dengan materi pecahan diduga dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Mlilir, Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan pada semester I tahun pelajaran 2017/2018 sesuai dengan indikator kinerja yaitu siswa memperoleh nilai minimal 70 atau lebih besar dari KKM.

Metodologi Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas VI SD Negeri 1 Mlilir Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan pada semester 1 tahun pelajaran 2017/2018. Mata pelajaran yang menjadi subjek penelitian adalah matematika dengan pokok bahasan mengenal tentang pecahan dan menyelesaikan soal yang berkaitan dengan tentang pecahan. Jumlah siswa kelas VI adalah sebanyak 14 siswa yang terdiri 7 siswa perempuan dan 7 siswa laki-laki. PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Menurut Suhardjono (2006) keempat kegiatan yang ada pada setiap siklus yaitu (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan, (d) refleksi.

Dalam (http://karwono.wordpress.com/2008/02/27/artikel-penelitian-tindakan-kelas-classroom-action-research/, penelitian tindakan kelas secara singkat PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tinakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki dimana praktek-praktek pembelajaran dilaksanakan

Menurut(http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/02/penelitian-tindakan-kelas-definisi.html. Penelitian tindakan kelas berasal dari istilah bahasa Inggris Classroom Action Research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut. Pertama kali penelitian tindakan kelas diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt dan lainnya.

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai perubahan yang ingin dicapai yaitu peningkatan prestasi belajar siswa. Sumber data adalah siswa dan guru. Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Persiklus

Berdasarkan hasil serangkaian kegiatan pada observasi awal dan dialog awal dengan rekan guru dan kepala sekolah, terlihat bahwa pembelajaran matematika belum dapat dilaksanakan dengan baik sehingga prestasi belajar yang dicapai siswa belum optimal. Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu dengan metode discovery learning.

Tindakan Prasiklus

Pelaksana tindakan penelitian adalah peneliti yang bertindak sebagai guru, sedangkan pengamatan selama tindakan penelitian dilakukan peneliti yang didampingi oleh salah satu guru SD Negeri 1 Mlilir.

Proses pembelajaran dimulai dengan menyampaikan tujuan dan motivasi. Peneliti kemudian memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi. Peneliti kemudian menerangkan bagaimana belajar dengan metode discovery learning.

 

Data tentang Pengamatan

Kegiatan refleksi ini untuk mengetahui hasil obeservasi tindakan kelas yang telah dilakukan. Dari kegiatan refleksi ini diperoleh beberapa hal yang dapat dicatat sebagai masukan untuk perbaikan pada tindakan selanjutnya, yaitu:

1)    Pembelajaran masih didominasi oleh peneliti

2)    Kebanyakan dari siswa tidak berani bertanya walaupun belum jelas.

3)    Keadaan kelas masih gaduh saat pelajaran berlangsung

4)    Kerjasama antar anggota kelompok hasih kurang

5)    Pemahaman siswa masih rendah, hal ini dapat di lihat ketika peneliti bertanya pada siswa apakah sudah jelas atau belum, siswa meminta peneliti mengulang penjelasan lagi.

6)    Masih banyak siswa yang tidak memperhatikan pada saat diterangkan.

Evaluasi terhadap tindakan kelas prasiklus

Hasil observasi dan refleksi pada tindakan kelas pra siklus di evaluasi peneliti bersama rekan guru . Evaluasi tersebut diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang ada pada pra siklus. Hasil evaluasi tersebut adalah:

1)    Perlu adanya komunikasi yang ramah.

2)     Guru harus membimbing siswa secara menyeluruh.

3)    Sebelum pembelajaran, guru hendaknya lebih menjelaskan tujuan dari kegiatan yang akan dilakukan.

4)    Guru sesering mungkin untuk meningkatkan dan memotivasi aktivitas belajar siswa.

5)    Guru harus mampu mengendalikan kelas.

6)    Alokasi waktu yang direncanakan harus dilaksanakan seefektif mungkin.

Revisi Rencana Tindakan Kelas Prasiklus

Berdasarkan hasil refleksi terhadap tindakan kelas pra siklus , maka rencana tindakan kelas pra siklus perlu direvisi dan hasilnya akan digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan tindakan kelas siklus I, berbagai revisi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1)    Dalam setiap pertemuan, pengajar perlu mengoptimalkan persepsi untuk memberikan motivasi baik secara individual maupun klasikal.

2)    Pembuatan skenario pembelajaran diupayakan lebih menarik minat siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan senang dan gembira

3)     Pembelajaran harus berpusat pada siswa

4)    Pengoptimalan pembelajaran dengan metode discovery learning pada materi tentang pecahan.

Dengan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Mlilir Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan tersebut, peneliti akan melaksanakan siklus I untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Mlilir Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan.

Tindakan Kelas Siklus I

Tindakan kelas siklus I dilaksanakan selama 2 pertemuan mulai tanggal 10 dan 12 Oktober 2017. Materi ajar yang disampaikan ádalah pokok bahasan Tentang pecahan. Alokasi waktunya 2 kali pertemuan dengan tiap pertemuan 3 jam pelajaran @ 35 menit dan didistribusikan ke dalam satu rencana pelaksanaan pembelajaran. Tindakan peneliti juga mengadakan observasi selama pembelajaran berlangsung.

Data tentang Pengamatan

Kegiatan refleksi ini untuk mengetahui hasil obeservasi tindakan kelas yang telah dilakukan. Dari kegiatan refleksi ini diperoleh beberapa hal yang dapat dicatat sebagai masukan untuk perbaikan pada tindakan selanjutnya, yaitu:

1)    Pembelajaran masih didominasi oleh peneliti

2)    Kebanyakan dari siswa tidak berani bertanya walaupun belum jelas. Siswa yang aktif bertanya merupakan siswa yang memperoleh peringkat dalam kelas.

3)    Keadaan kelas masih gaduh saat pelajaran berlangsung

4)    Kerjasama antar anggota kelompok hasih kurang dan proses pembelajaran masih cenderung bersikap individualis antar anggota kelompok.

5)    Pemahaman siswa masih rendah, hal ini dapat di lihat ketika peneliti bertanya pada siswa apakah sudah jelas atau belum, siswa meminta peneliti mengulang penjelasan lagi.

6)    Masih banyak siswa yang tidak memperhatikan pada saat diterangkan.

Evaluasi terhadap tindakan kelas siklus I

Hasil observasi dan refleksi pada tindakan kelas siklus I di evaluasi peneliti bersama rekan guru. Evaluasi tersebut diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang ada pada siklus I. Hasil evaluasi tersebut adalah:

1)    Perlu adanya komunikasi yang ramah, terbuka, dan komunikatif untuk memberikan kesan bersahabat dan tidak menakutkan agar prestasi belajar siswa dapat meningkat.

2)    Guru harus membimbing siswa secara menyeluruh.

3)    Sebelum pembelajaran, guru hendaknya lebih menjelaskan tujuan dari kegiatan yang akan dilakukan.

4)    Guru sesering mungkin untuk meningkatkan dan memotivasi aktivitas belajar siswa.

5)    Guru harus mampu mengendalikan kelas.

6)    Alokasi waktu yang direncanakan harus dilaksanakan seefektif mungkin.

Revisi Terencana Tindakan Kelas Siklus I

Berdasarkan hasil refleksi terhadap tindakan kelas siklus I, maka rencana tindakan kelas siklus I perlu direvisi dan hasilnya akan digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan tindakan kelas siklus II, berbagai revisi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1)      dalam setiap pertemuan, pengajar perlu mengoptimalkan persepsi untuk memberikan motivasi baik secara individual maupun klasikal.

2)      Pembuatan skenario pembelajaran diupayakan lebih menarik minat siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan senang dan gembira, sehingga prestasi mata pelajaran matematika bisa meningkat.

3)      Pembelajaran harus berpusat pada siswa

4)      Guru harus lebih banyak menerapkan pembelajaran dengan metode Discovery Learning.

5)      Pengoptimalan pembelajaran dengan metode Discovery Learning pada materi pecahan.

Setelah melihat hasil prestasi belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Mlilir Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan penelitian akan melakukan penelitian lagi dengan melaksanakan siklus II untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran matematika dan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Mlilir Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan.

Tindakan Siklus II

Tindakan kelas siklus II dilaksanakan pada tanggal 17 dan 19 Oktober 2017. Dalam penelitian ini yang melakukan tindakan adalah peneliti sendiri yang bertindak sebagai guru sekaligus melakukan pengamatan terhadap tindakan belajar siswa yang didampingi salah satu guru SD Negeri 1 Mlilir.

Selanjutnya dari tabel hasil belajar I dan siklus II, peneliti membuat grafik untuk mengetahui perbandingan peningkatan pemahaman dan hasil belajar siswa melalui prosentase ketuntasan.

Data tentang Pengamatan

Pada saat peneliti menyampaikan materi pembelajaran dan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran, observasi telah melakukan pengamatan. Pengamatan difokuskan pada aktivitas guru, siswa dan pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Dalam pengamatan diperoleh bahwa guru telah menyampaikan apersepsi. Interaksi dengan siswa bagus, kemudian penyampaian tujuan perbaikan juga baik, metode demonstrasi dan diskusi sudah disampaikan, kemudian sudah ada pembahasan untuk soal-soal evaluasi guru juga sangat menguasai materi dan penerapan gambar konkrit yang digunakan. Sedangkan untuk siswa, antusias belajar pada siklus II lebih baik dari sebelumnya, terlihat dari keberanian siswa bertanya, pada saat pembelajaran keaktifan murid, selain itu kerja sama teman juga sangat erat.

Refleksi tindakan kelas siklus II

Kegiatan refleksi ini untuk mengetahui hasil observasi tindakan kelas siklus II. Refleksi dilakukan bersama rekan guru dengan peneliti. Ada beberapa hal yang diperoleh dari kegiatan refleksi sebagai masukan perbaikan proses pembelajaran, yaitu:

a)    Pembelajaran siklus II lebih baik jika dibandingkan dengan pembelajaran tindakan kelas siklus I.

b)    Kemandirian siswa dalam mengerjakan soal dengan metode Discovery Learning mulai meningkat.

c)     Keberanian siswa untuk mengeluarkan ide/gagasan dan mengajukan pertanyaan mulai meningkat.

d)    Pemusatan perhatian siswa dalam pembelajaran sudah meningkat.

e)     Bimbingan peneliti kepada siswa lebih menyeluruh. Hal ini membuat siswa merasa diperhatikan dan tidak dibeda-bedakan.

f)     Alokasi waktu dalam pembelajaran dengan metode Discovery Learning sudah efektif.

g)    Kesadaran siswa untuk berinteraksi dengan anggota kelompok sudah mulai nampak.

Evaluasi tindakan kelas siklus II

Hasil observasi dan refleksi pada tindakan kelas siklus II dievaluasi bersama rekan guru peneliti. Di sini diperoleh tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti yang sesuai dengan harapan yaitu:

a)    Keaktifan siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan yang memuaskan dan siswa tidak takut lagi dalam mengemukakan pendapat.

b)    Minat siswa dalam mengikuti pelajaran meningkat dapat dilihat dari hasil observasi aspek afektif siswa.

c)     Hasil prestasi belajar siswa mengalami peningkatan yang sangat berarti, ini terlihat pada hasil nilai siklus yang semakin meningkat.

d)    Pembelajaran dengan metode Discovery Learning secara benar dan optimal dapat meningkatkan keaktifan siswa dan hasil prestasi belajar siswa serta dapat menumbuhkan rasa solidaritas antar teman.

Berdasarkan pembelajaran secara keseluruhan dari tindakan kelas siklus I sampai berakhirnya siklus II, usaha untuk mengatasi permasalahan yaitu rendahnya prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan baik.

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar setelah melakukan perbaikan pembelajaran melalui 2 siklus, peneliti telah membuat grafik peningkatan ketuntasan belajar melalui diagram batang sebagai berikut:

Gambar 3 Grafik Peningkatan Ketuntasan Belajar

 

 

 

 

 

 

Pembahasan

Pembahasan terhadap permasalahan penelitian maupun hipotesis tindakan berdasarkan analisis data kualitatif hasil penelitian dari kolaboratif antara peneliti dan tanggapan guru sejawat yang terlibat dalam kegiatan ini, serta profil kelas sebelum dan sesudah penelitian yang dibuat oleh peneliti yang melakukan tindakan kerja kolaborasi dimulai dari: (1) dialog awal, (2) perencanaan tindakan, (3) pelaksanaan tindakan. Hasilnya yaitu proses pembelajaran dengan metode Discovery Learning dan hasi penelitian yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti, guru sejawat dan kepala sekolah menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Discovery Learning dalam kelompok telah memberikan dorongan kepada guru. Mengembangkan metode pembelajaran baru yang inovatif dalam melakukan pembelajaran yang mengikutsertakan siswa sehingga dalama proses pembelajaran tidak berpusat pada guru dan siswa juga bisa bersosialisasi dengan siswa yang lainya.

Pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery Learning dalam kelompok ini meminta siswa aktif berinteraksi dengan sesama temannya sehingga mereka lebih memahami materi dan terlibat langsung dalam proses pembelajran ini dan mengalami langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Berkaitan dengan kemampuan matematika siswa, dengan adanya metode Discovery Learning dalam kelompok ini secara berlahan-lahan kemampuan siswa dalam menguasai materi yang diajarkan oleh guru mengalami peningkatan disetiap tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti, siswa menjadi semakin “mampu” dalam arti siswa benar-benar memahami pengetahuan yang diberikan oleh guru sehingga prestasi belajar dapat meningkat.

Melalui metode Discovery Learning ini dapat meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika, sedangkan guru kelas VI melakukan pembenahan pelaksanaan tindakan pada saat proses pembelajaran. Pembenahan tindakan tersebut adalah dengan mengaktifkan siswa.

Secara keseluruhan penerapan pembelajaran dengan metode Discovery Learning berpengaruh positif baik terhadap proses pembelajaran. Peningkatan prestasi belajar yang dicapai siswa juga baik karena selain membantu mengaktifkan siswa juga dapat meningkatkan pemahaman yang dimiliki oleh siswa, sehingga meningkatkan prestasi belajar matematika.

Simpulan

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas VI SD Negeri 1 Mlilir ini dengan menggunakan dua siklus. Siklus dalam penelitian ini terdapat tiga tahap tindakan, yaitu tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaa tindakan, tahap hasil tindakan dan didalam tahap hasil tindakan terdapat hasil observasi dan monitoring tindakan, refleksi tindakan, evaluasi tindakan dan revisi terencana tindakan.

Simpulan secara singkat tentang penelitian ini adalah adanya peningkatan prestasi belajar dengan metode Discovery Learning. Dan dengan adanya peningkatan prestasi belajar siswa didalamnya juga terdapat peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan metode Discovery Learning. Hal tersebut terefleksi dari beberapa indikator sebagai berikut:

1.     Siswa terlihat tertarik dan antusias dengan adanya metode pembelajaran baru yang diterapkan di kelas.

2.     Siswa terlihat memperhatikan pelajaran yang disampaikan oleh guru, dan tidak ada siswa yang ramai sendiri dan semua mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru bersama dengan kelompoknya.

3.     Selama proses pembelajaran berlangsung siswa terlihat aktif dan antusias mengikuti pelajaran dan mengerjakan tugas.

4.     Peningkatan prestasi belajar siswa juga terlihat yaitu dengan nilai rata-rata awal 61,33 kemudian nilai rata-rata meningkat seiring dengan dilaksanakan siklus I menjadi 66,67 adanya pelaksanaan siklus II terlihat peningkata nilai rata-rata 76,00. Prosentase ketuntasan belajar juga meningkat dari Pra Siklus 28.57%, menjadi 64.29% pada Siklus I dan menjadi 92.86% pada siklus II.

Selain adanya peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode discovery learning ini juga terdapat peningkatan keaktifan siswa. Siswa yang semula malu untuk bertanya setelah dilaksakan metode discovery learning menjadi berani bertanya, siswa yang semula enggan mengerjakan soal bersama kelompoknya menjadi lebih bisa bersosialisasi dengan kelompoknya, siswa yang semula enggan maju ke depan kelas menjadi berlomba-lomba untuk maju ke depan mengerjakan soal.

Saran

Untuk ikut menyumbang pemikiran dalam meningkatkan prestasi belajar siswa maka disampaikan saran-saran sebagai berikut:

Bagi guru

a.     Guru dapat menerapkan metode discovery learning dalam pembelajaran matematika sebagai alternatif pembelajaran agar siswa tidak jenuh serta melatih belajar aktif pada siswa seperti dalam kurikulum KTSP

b.     Guru sebaiknya menggali lebih banyak alternatif metode pembelajar baru sehingga siswa tidak jenuh pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Bagi sekolah

a.       Melatih guru agar kompetensinya lebih meningkat sesuai dengan KTSP

b.       Menyediakan sarana dan prasarana yang dapat memperlancar proses pembelajaran.

Bagi penelitian berikutnya, hasil ini dapat menjadi bahan referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan metode discovery learning dalam lingkup yang lebih luas.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Dimyati dan Moedjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka cipta.

http://karwono.wordpress.com/2008/02/27/artikel-penelitian-tindakan-kelas-classroom-action-research/.

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/02/penelitian-tindakan-kelas-definisi.html

Hudoyo (1990:3) Metode Mengajar Matematika. Malang: Perpustakaan Universitas Negeri Malang

Margono, 2004, Metodologi Penelitian, Rineka Cipta: Jakarta.

Nurkancana dan Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Bandung: Usaha Nasional

Ruseffendi (2006:329) Pemecahan Masalah Matematika. Bandung: UPI Pres

Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung: Raja Grafindo Persada.

Suhardjono. 2006. Penelitian Tindakan Kelas sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Bumi Aksara.

Tirtonegoro 2001. Strategi Pembelajaran. Malang: FIP Universitas Negeri Malang

Yuni, Urbano. 2006. Tecnicas Para Investigar. Corduba: Bujas