Peningkatan Keaktifan dan Keterampilan Melalui Model Induktif Berbantuan Kata Bergambar
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN KETERAMPILAN
MENULIS DESKRIPSI MELALUI MODEL INDUKTIF BERBANTUAN MEDIA KATA BERGAMBAR BAGI SISWA KELAS I
SDN NGANDUL 1 SUMERLAWANG SRAGEN
SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2017 / 2018
Kusrini
SDN Ngandul 1 Sumerlawang Sragen
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktfitas dan prestasi belajar Bahasa Indonesia materi lingkungan bersih melalui model pembelajaran Induktif berbantuan media kata bergambar pada siswa kelas I SDN Ngandul 1 Sumberlawang Sragen tahun pelajaran 2017/2018. Penelitan ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas dua siklus, masing-masing siklus terdiri atas empat kegiatan yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa model pembelajaran Induktif berbantu media kata bergambar dapat meningkatkan aktIitas dan prestasi belajar Bahasa Indonesia materi sumber daya alam. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya rata-rata kelas prestasi belajar sebelum tindakan yaitu 60,64 dengan ketuntasan klasikal 40% menjadi 86,25 dengan ketuntasan klasikal 92,5%. Sedangkan untuk aspek aktfitas belajar, peserta didik aktif menjawab apersepsi guru 80%, peserta didik aktif memperhatikan penjelasan guru 90%, peserta didik aktif dalam diskusi 92,5%, peserta didik aktif tanya jawab 82,5%, peserta didik aktif mempersetasikan hasil diskusi 90%
Kata kunci: prestasi belajar, aktfitas belajar, dan model induktif berbantuan media kata bergambar.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan faktor utama dalam kehidupan manusia. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah menyatakan bahwa standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan: (1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis; (2) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara; (3) memahami Bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; (4) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; (5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; (6) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (BSNP,2006:120).
Ruang lingkup dalam mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan menulis sebagai salah satu bagian dari keempat aspek pembelajaran Bahasa Indonesia, mempunyai peranan yang sangat penting di dalam kehidupan sehari-hari.
Dalman (2014:3-4) menyatakan bahwa menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis. Menulis juga dapat dikatakan sebagai kegiatan merangkai huruf menjadi kata atau kalimat untuk disampaikan kepada orang lain, sehingga orang lain dapat memahaminya. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Dengan menulis, seseorang dapat mengemukakan gagasan baik dari dalam maupun luar dirinya dan mampu memperkaya pengalamannya. Melalui kegiatan menulis pula, seseorang dapat mengambil manfaat bagi perkembangan dirinya. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang bersifat mekanistis. Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori saja, tetapi dilaksanakan melalui latihan dan praktik yang teratur sehingga menghasilkan tulisan yang tersusun dengan baik.
Suatu tulisan atau karangan secara umum mengandung dua hal, yaitu isi dan cara pengungkapan atau penyajian yang saling mempengaruhi. Dilihat dari segi bentuk atau cara penyajiannya, karangan terbagi atas lima bentuk atau ragam wacana, yaitu: deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi dan persuasi.Penamaan ragam suatu karangan lebih didasarkan atas corak yang lebih dominan pada karangan tersebut.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, salah satu standar kompetensi dalam aspek menulis yang harus dikuasai oleh siswa kelas I adalah menulis permulaan dengan mendeskripsikan benda di sekitar dan menyalin puisi anak. Dengan salah satu kompetensi dasar, mendeskripsikan tumbuhan atau binatang di sekitar secara sederhana dengan bahasa tulis.
Suparno (2011:1.11) menyatakan bahwa deskripsi merupakan ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya. Sasarannya adalah menciptakan atau memungkinkan terciptanya imajinasi (daya khayal) pembaca sehingga pembaca seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan sendiri apa yang dialami penulisnya. Untuk menumbuhkan budaya menulis deskripsi pada siswa, guru perlu membiasakan siswa dengan kegiatan menulis deskripsi dan menjadikan kegiatan menulis deskripsi sebagai suatu kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.
Berdasarkan pengalaman mengajar yang dilakukan di kelas I SDN Ngandul 1 Kecamatan Sumberlawang, peneliti menemukan masalah bahwa standar kompetensi pembelajaran menulis deskripsi di kelas 1 masih belum optimal. Hal ini terlihat dari pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia tentang menulis deskripsi masih ditemukan kekurangan-kekurangan seperti: pembelajaran masih berpusat pada guru, guru kurang mengadakan variasi model pembelajaran atau belum menggunakan media yang dapat menarik perhatian siswa. Sehingga sebagian besar siswa merasa bosan belum berperan aktif di kelas, sebagian besar siswa kurang aktif dalam pembelajaran menulis deskripsi.Permasalahan pembelajaran di SDN Ngandul 1, mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam pembelajaran menulis deskripsi dari 40 siswa yang telah mencapai KKM (40%).Dari rata-rata nilai hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia tentang menulis deskripsi, masih dibawah kriteria yang ditetapkan sekolah. Hal ini dibuktikan dengan data tahun yang lalu dari 40 siswa kelas I SD N Ngandul 1 Kec Sumberlawang, sebanyak 40% (16 siswa) memperoleh nilai diatas KKM ≥ 75 dan 60% (24 siswa) memperoleh nilai di bawah KKM < 75. Nilai terendahnya 45 nilai tertingginya 90, dan nilai rata-rata adalah 60,46. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa secara klasikal belum ada 75% dari seluruh siswa yang memperoleh nilai diatas KKM sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah ditetapkan.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, untuk memecahkan permasalahan tersebut peneliti menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan keaktifan dan ketrampialan menulis deskripsi melalui model induktif berbantuan media kata bergambar bagi siswa kelas I SDN Ngandul 1 Kecamatan Sumberlawang.
Joyce dkk (2009:148-151) menjelaskan bahwa model pembelajaran induktif kata bergambar merupakan salah satu model belajar secara induktif menggunakan media gambar yang berisikan objek-objek, tindakan-tindakan, atau peristiwa-peristiwa yang familiar (akrab) dengan lingkungan siswa, agar siswa dapat mengeluarkan kata-kata dari kosa kata mereka sendiri dalam pembelajaran membaca atau menulis. Model pembelajaran induktif kata bergambar dirancang untuk membantu siswa melatih kemampuan berpikir induktifnya, yaitu memungkinkan siswa membangun generalisasi yang akan membentuk dasar analisis struktural dan fonetik yang berhubungan dengan kemampuan mereka dalam berpikir. Model ini dapat diterapkan secara klasikal, kelompok-kelompok kecil, berpasangan, bahkan secara individual.
Pada model pembelajaran ini siswa dibimbing untuk berinkuiri terkait kata yang mereka temukan dari gambar, baik tentang penambahan perbendaharaan kosakata, hingga penyusunan kalimat dan paragraf. Adapun Langkah-langkah model pembelajaran induktif kata bergambar, yaitu: (1) memilih gambar; (2) meminta siswa mengidentifikasi apa yang mereka lihat dalam gambar; (3) menandai bagian gambar yang diidentifikasi (guru menggambar sebuah garis yang merentang dari objek gambar ke kata); (4) membaca atau mereview bagan kata bergambar; (5) meminta siswa mengklasifikasi kata-kata ke dalam berbagai jenis kelompok; (6) meminta siswa untuk membaca atau mereview bagan kata bergambar tersebut; (7) menambahkan kata-kata, jika diinginkan pada bagan kata bergambar; (8) mengarahkan siswa untuk menciptakan sebuah judul untuk bagan kata bergambar; (9) meminta siswa untuk menyusun sebuah kalimat, kalimat kalimat atau paragraf yang berhubungan dengan bagan kata bergambar. Guru memperagakan membuat kalimat-kalimat secara bersamaan menjadi suatu paragraf; (10) membaca atau mereview kalimat-kalimat atau paragraf yang telah dibuat.
Keberhasilan pelaksanaan pembelajara juga membutuhkan peran aktif dari para peserta didik.Strategi yang berpusat pada peserta didik dan penciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.Guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Dari ulasan latar belakang tersebut, maka peneliti akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas dengan judul†Peningkatan Keaktifan dan Ketrampilan Menulis Deskripsi Melalui Model Induktif Berbantuan Kata Bergambar†pada siswa kelas I SDN Ngandul 1 Kecamatan Sumberlawang.
Rumusan Masalah
1. Apakah model induktif berbantuan kata bergambar dapat meningkatkan ketrampilan menulis deskripsi siswa kelas 1 SDN Ngandul Kecamatan Sumberlawang ?
2. Apakah model induktif berbantuan kata bergambar dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas 1 SDN Ngandul 1 Kecamatan Sumberlawang?
3. Bagaimanakah cara meningkatkan keaktifan dan ketrampilan menulis deskripsi melalui model induktif berbantuan kata bergambar pada siswa kelas I SDN Ngandul 1 Kecamatan Sumberlawang?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan penjelasan dari Joyce dkk (2009:148 -151) penggunaan model pembelajaran induktif berbantuan kata begambar diharapkan dapat berguna:
1. Untuk meningkatkan ketrampilan menulis deskripsi, dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia melalui model induktif berbantuan media kata bergambar di kelas I SDN Ngandul I Kecamatan Sumberlawang.
2. Untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, menulis deskripsi melalui model induktif berbantuan media kata bergambar pada siswa kelas I SDN Ngandul 1 Kecamatan Sumberlawang.
3. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran berupa keaktifan dan keterampilan siswa menulis diskrepsi dan meningkatkan prestasi belajar dalam pelajaran Bahasa Indonesia melalui model induktif berbantuan media kata bergambar pada siswa kelas I SDN Ngandul 1 Kecamatan Sumberlawang.
Manfaat Penelitian
Dengan mengadakan Penelitian Tindakan Kelas dalam pelajaran Bahasa Indonesia menulis diskipsi melalui model induktif berbantu media kata begambar pada siswa kelas 1 SDN Ngandul Kecamatan Sumbelawang bemanfaat untuk siswa,untuk guru,dan bagi sekolah.
Untuk siswa
1. Melalui penerapan model induktif berbantu media kata bergambar, siswa dapat menerima pengalaman belajar yang bervariasi dan menarik sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan keterampilan membaca dan menulis deskripsi.
2. Dapat mengklasifikasikan kata – kata dan kalimat untuk menulis deskripsi pada siswa kelas 1.
3. Dapat berfikir secara induktif sehingga hasil belajar bahasa Indonesia meningkat dalam keterampilan menulis deskripsi pada siswa kelas I SDN Ngandul 1 Kecamatan Sumberlawang.
Untuk Guru
1. Sebagai referensi guru dalam menerapkan model pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan siswa menulis deskripsi.
2. Dapat mendorong guru dalam memberikan materi pelajaran dengan memperhatikan kemampuan para siswa sebelumnya.
3. Dapat memberikan wawasan bagi guru untuk mengajar pengucapan dan mengeja baik induktif dan eksplisit sehinggadapat memotivasi anak untuk berfikir secara induktif.
Bagi Sekolah
1. Memotivasi para guru teman sejawat untuk melakukan penelitian dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan khususnya SDN Ngandul 1 Kecamatan Sumberlawang. Pada keaktifan dan keterampilan menulis deskripsi berbantuan media kata bergambar. Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
2. Dapat memberikan masukan kepada sekolah dalam usaha perbaikan pembelajaran dengan menyediakan alat-alat peraga,gambar-gambar pendukung dengan adanya sarana yang memadai.
3. Menyediakan komputer, layar, LCD sebagai alat bantu mengajar yang modern sesuai perkembangan jaman,agar peserta didik lebih aktif.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian keaktifan dalam pembelajaran.
Keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti giat atau sibuk.Yang dimaksud dengan keaktifan disini adalah pada waktu guru mengajar ia harus mengusahakan peserta didik aktif jasmani maupun rohani.
Jenis-jenis keaktifan
Keaktifan jasmani dan rohani meliputi:
1) Keaktifan panca indera
2) Keaktifan akal
3) Keaktifan ingatan
4) Keaktifan emosional
Manfaat keaktifan
1) Menambah ilmu pengetahuan
2) Mengembangkan potensi yang dimiliki.
3) Menambah wawasan dan intelektual seseorang.
Faktor yang mempengarui keaktifan dalam belajar.Menurut Slameto (2010: 54) ada dua,yaitu factor intern dan factor ekstern.
1) Faktor intern terdiri dari: Faktor jasmani, factor kesehatan,dan cacat tubuh.Faktor psikologi, intelegensi, perhatian, minat, bakat.
2) Faktor ekstern terdiri dari: Faktor keluarga, factor sekolah,dan factor masyarakat.
Indikator keaktifan siswa dalam pembelajaran
Keaktifan siswa ini dapat dilihat dari:
a. Peserta didik aktif menjawab apersepsi guru
b. Peserta didik aktif memperhatikan penjelasan guru
c. Peserta didik aktif dalam diskusi
d. Peserta didik aktif tanya jawab
e. Peserta didik aktif mempersetasikan hasil diskusi
Hakikat Menulis Deskripsi
Deskripsi merupakan ragam wacana atau tulisan yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya. Sasarannya adalah menciptakan atau memungkinkan terciptanya imajinasi pembaca sehingga seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan sendiri apa yang dialami penulisnya (Saddhono, 2014:159).
Suparno (2011:1.11) menyatakan bahwa deskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesankesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya. Sasarannya adalah menciptakan atau memungkinkan terciptanya imajinasi (daya khayal) pembaca sehingga seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan sendiri apa yang dialami penulisnya.Tulisan deskripsi memiliki beragam ciri yang membedakan dengan tulisan jenis lain.
Dalman (2014:94) menyatakan bahwa deskripsi merupakan karangan yang melukiskan atau menggambarkan suatu objek atau peristiwa tertentu dengan kata-kata secara jelas dan terperinci sehingga si pembaca seolah-olah dapat turut merasakan atau mengalami langsung apa yang dideskripsikan si penulisnya.
Dari ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa deskripsi merupakan jenis tulisan, ragam wacana atau karangan yang menggambarkan atau memaparkan suatu objek, lokasi, keadaan atau benda dengan kata-kata sehingga pembaca dapat ikut merasakan dan melihat sendiri objek tersebut. Segala sesuatu yang digambarkan dalam tulisan deskripsi merupakan hasil pengamatan panca indera manusia.
Model Pembelajaran Induktif kata bergambar
Joyce dkk (2009:146-166) menjelaskan bahwa model pembelajaran induktif kata bergambar merupakan salah satu model belajar secara induktif menggunakan media gambar yang berisikan objek-objek, tindakan-tindakan, atau peristiwa-peristiwa yang familiar (akrab) agar siswa dapat mengeluarkan kata-kata dari kosa kata mereka sendiri dalam pembelajaran membaca atau menulis. Siswa akan belajar menghubungkan kata-kata dengan gambar dengan cara mengidentifikasi objek, tindakan, dan kualitas yang mereka kenali.
Model indukti berbantuan kata bergambar dirancang untuk membantu siswa melatih kemampuan berpikir induktif, yaitu memungkinkan siswa membangun generalisasi yang akan membentuk dasar analisis structural dan fonetik yang berhubungan dengan kemampuan mereka dalam berpikir. Model ini dapat diterapkan secara klasikal, kelompok-kelompok kecil, berpasangan, bahkan secara individual. Siswa akan dibimbing untuk berinkuiri terkait kata-kata yang mereka temukan dari gambar, baik tentang penambahan perbendaharaan kosakata, hingga penyusunan kalimat dan paragraf.
Dasar pemikiran atau landasan model induktif kata bergambar didasarkan pada penelitian dalam bidang baca tulis pada umumnya, dan pada materi baca tulis dalam semua bidang kurikulum. Emily Calhoun telah mengembangan model ini selama lebih dari 20 tahun dengan melakukan penelitian dasar dan terapan tentang bagaimana siswa mampu membaca dan menulis, terutama dalam hal perkembangan bahasa siswa, proses belajar siswa, serta hubungan membaca-menulis. Selain itu, Calhoun juga melakukan kajian tentang beberapa model pembelajaran dengan cara mensintesiskan, menambahkan wawasan dan informasi, serta pengalamannya sendiri saat ia mengajarkan membaca dan menulis.
Konsep awal penerapan model induktif kata bergambar, yaitu pada penggunaan gambar sebagai stimulus awal bagi pengalaman berbahasa, khususnya untuk melatih para pembaca dan penulis pemula. Prinsip terpenting dari model ini adalah membangun perkembangan kosa kata dan bentuk-bentuk sintaksis siswa, serta memfasilitasi peralihan dari tutur menjadi tulisan. Selain itu, prinsip terpenting lain dalam belajar dengan menggunakan model ini adalah bahwa membaca dan menulis secara alamiah berhubungan satu sama lain dan dapat dipelajari secara simultan yang pada akhirnya juga dapat digunakan secara bersamaan untuk mempercepat perkembangan siswa dalam penggunaan bahasa dengan mahir dan terampil.
Dalam struktur model induktif kata bergambar, siswa yang berada pada kelas awal atau permulaan diberikan gambar-gambar yang relative familiar. Siswa menghubungkan kata-kata dengan gambar itu dengan cara mengidentifikasi objek, tindakan, dan kualitas yang mereka kenali. Kemudian sebuah garis dibuat merentang dari objek-objek yang ada dalam gambar hingga sampai pada kertas background yang sudah tersedia dibelakang gambar, yang mana pada kertas tersebut telah tertulis kata atau frasa yang sesuai dengan objek yang ditunjuk. Kemudian, siswa menghubungkan objek-objek yang telah teridentifikasi tersebut dengan kata-kata yang sudah ada dalam kosa kata percakapan dan pendengaran mereka secara alami. Dengan demikian para siswa dimungkinkan melakukan peralihan secara alamiah dari bahasa lisan menuju bahasa tulis.
Dalam praktik pengajaran di kelas, setiap satu sesi putaran model induktif berbantu kata bergambar selalu menggunakan foto yang besar sebagai stimulus untuk penulisan kata dan kalimat. Guru yang bekerja sama dengan seluruh siswa atau dengan sekelompok kecil siswa, dapat menerapkan gerakan-gerakan perpindahan yang mencakup seluruh sesi putaran untuk mendukung pembangunan kosa kata siswa; membentuk dan menggunakan generalisasi analisis struktural dan fonetik; pemahaman membaca dan kata, frasa, kalimat, paragraf, dan tingkatan-tingkatan teks yang lebih panjang; dan mengamati, menguji data dengan menggunakan sumber-sumber rujukan. Pengembangan kosa kata sangat penting untuk keberhasilan model ini.
Kerangka Berpikir
Kondisi awal guru belum menggunakan model induktif berbantuan kata bergambar pembelajaran menulis deskripsi di kelas I belum optimal.Masih banyak peserta didik yang kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran,serta nilai rata-rata atau hasil belajar Bahasa Indonesia rendah. Berdasarkan berbagai masalah di atas, maka peneliti berusaha mencari pemecahan masalahnya dengan menerapkan model induktif berbantuan kata bergambar untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi dan hasil belajar meningkat.
Pada siklus 1 menggunakan model induktif berbantuan kata bergambar secara kelompok besar (setiap kelompok 6-8 orang) dalam pembelajaran menulis deskripsi mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Pada siklus II menggunakan model induktif berbantuan kata bergambar secara kelompok kecil (tiap kelompok 4 orang).
Dari pembahasan diatas dapat diduga bahwa pendekatan dengan Model Induktif Berbantuan Kata Bergambar dapat meningkatkan ketrampilan menulis deskripsi dan hasil belajar meningkat. Peserta didik dalam belajar lebih efektif dan kreatif, dimana peserta didik dapat membangun sendiri pengetahuannya ,menemukan pengetahuan dan ketrampilannya melalui proses bertanya, kerja kelompok.
METOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelas I Semester 2 SDN Ngandul 1 Sumberlawang Sragen Tahun Pelajaran 2017/2018.Alasannya adalah peneliti sebagai guru masih aktif mengajar di Kelas I,di sekolahan tersebut.
Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama 5 bulan yaitu bulan Pebruari sampai dengan bulan Juni 2018. Awal Pebruari dilakukan penyusunan proposal dan ijin penelitian, selanjutnya menyusun RPP dan instrumen penelitian. Pelaksanaan proses pembelajaran Siklus I dan II direncanakan pada Bulan Maret dan April 2018. Pengolahan data dan menyusunan laporan dilaksanakan sejak pengumpulan data sampai dengan bulan April, setelah mendapatkan pengesahan oleh Kepala Sekolah kemudian dilaksanakan seminar hasil penelitian.Alasan pelaksanaan tindakan dilakukan waktu itu karena dilakukan hari masuk dan materi yang kami teliti diberikan pada waktu itu juga.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah:
- Informan, yaitu guru dan siswa Kelas I Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018.
- Dokumen atau arsip yang berupa foto kegiatan siswa di Kelas, lembar observasi guru dan siswa serta tes hasil belajar.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan oleh siswa untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu (Poerwanti dkk, 2008:1-5). Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia menulis deskripsi melalui model induktif kata bergambar. Penilaian diberikan kepada siswa secara individu.Tes atau penilaian ini dilaksanakan pada pembelajaran siklus I dan siklus II
Penilaian terhadap tulisan siswa menurut Nurgiyantoro (dalam Saddhono, 2014:213) diarahkan pada aspek-aspek: isi gagasan yang disampaikan, organisasi isi, tata kalimat, pilihan kata, dan ejaan. Sedangkan menurut Dalman (2014:103) aspek-aspek yang dinilai dalam menulis deskripsi antara lain: kesesuaian judul dengan isi karangan, penggunaan dan penulisan ejaan, pilihan kata dan diksi, struktur kalimat, keterpaduan antarkalimat (dari segi ide), keterpaduan antarparagraf, isi keseluruhan, dan kerapian.
Dengan mengacu pada kedua pendapat penilaian di atas, Dalam melakukan penilaian menulis deskripsi, peneliti menggunakan aspek-aspek penilaian yang dapat di lihat pada tabel berikut.
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan format observasi terhadap perilaku yang diselidiki. dalam hal ini pengamatan dilakukan dengan indikator: 1) peserta didik aktif terlibat dalam penilaian sikap spiritual dan sosial, 2) peserta didik terlibat aktif dalam pembelajan, 3) peserta didik aktif mengumpulkan tugas individu, 4) peserta didik aktif dalam diskusi.
Dokumentasi digunakan untuk proses analisis dan refleksi. Hasil tes peserta didik dianalisis berdasarkan nilai tertinggi, nilai terendah, rerata, dan ketuntasan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Observasi terhadap guru dalam pembelajarn dilakukian oleh mitra kolaborasi dan dicatat dalam lembar observasi sebagai berikut:
Berdasarkan hasil observasi terhadap kinerja guru selama pembelajaran diuraikan sebagai berikut:
1) Guru.melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam menyampaikan apersepsi baik sekali (A) dengan niali 90 dan belum maksimal.
2) Guru.menyampaikan tujuan pembelajaarn baik (B) dengan nilai 85.
3) Guru memotivasi peserta didik baik (B) dengan dengan nilai 85
4) Guru menerapkan model pembelajarn induktif berbantuan gambar baik sekali (B) dengan nilai 85.
5) Guru menjelaskan materi sudah baik (B) dengan nilai 85,
6) Guru membuka termin Tanya jawab baik (B) dengan nilai 85
7) Guru meminta peserta didik untuk membuat kalimat sederhana dengan bimbingan guru. Baik (B) nilai 85
8) Guru dalam membimbing peserta didik untuk menyimpulkan dan merefleksi materi yang diterima sudah baik (B) dengan nilai 80.
9) Rerata kinerja guru hanya mencapai 84,3 atau kriteria baik (B).
Observasi keaktifan peserta didik
Observasi terhadap keaktifan peserta didik pembelajaran dilakukian oleh mitra kolaborasi dan dicatat dalam lembar observasi sebagai berikut:
Tabel 4.5 Hasil Observasi keaktifan siswa Dalam Pembelajaran
No |
Aspek yang di amati |
Jumlah |
Presentase % |
1 |
Peserta didik aktif menjawab apersepsi guru |
32 |
80% |
2 |
Peserta didik aktif memperhatikan penjelasan guru |
36 |
90% |
3 |
Peserta didik aktif dalam membuat kalimat sederhana |
37 |
90,25% |
4 |
Peserta didik aktif tanya jawab |
33 |
80,25% |
5 |
Peserta didik aktif mengerjakan tugas dari guru |
36 |
90% |
Rerata |
|
87% |
Hasil observasi prestasi belajar siswa
Hasil observasi prestasi belajar siswa aspek pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.6 Hasil prestasi belajar aspek pengetahuan siklus II
No |
Interval Nilai |
|
Predikat |
Prosentase |
1 |
45 – 59 60 – 69 70 – 79 80 – 89 90 – 100 |
0 0 14 14 12 |
E. D C B A |
0% 0% 35% 35% 30% |
|
Nilai Terendah |
70 |
C |
|
2 |
Nilai tertinggi |
95 |
A |
|
3 |
Jumlah Nilai |
3.284 |
|
|
4 |
Rerata |
82,1 |
B |
|
5 |
Nilai ≥ 75 |
36 |
|
90% |
6 |
Nilai < 75 |
4 |
|
10% |
Hasil Prestasi Belajar Aspek Ketrampilan
Berdasarkan hasil tugas kemampuan mengerjakan soal aspek pengetahuan siklus II hasil belajar secara individu adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil prestasi belajar aspek ketrampilan Siklus II
No |
Uraian |
Nilai |
Predikat |
Prosentase |
1
|
45 – 59 60 – 69 70 – 79 80 – 89 90 – 100 |
0 0 6 10 24 |
E D C B A |
0% 0% 15% 25% 60% |
1 |
Nilai Tertinggi |
100 |
A |
|
2 |
Nilai terendah |
70 |
C |
|
3 |
Jumlah Nilai |
3450 |
|
|
4 |
Rerata |
86,25 |
B |
|
5 |
Nilai ≥ 75 |
37 |
|
92,5% |
6 |
Nilai < 75 |
3 |
|
7, 5% |
Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil yang diperoleh selama pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dan siklus II maka dapat dilakukan analisis dan refleksi tentang peningkatan hasil pembelajaran menulis deskripsi secara klasikal peserta didik dan prestasi belajar peserta didik serta cara guru mengajar dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.8 Hasil pembelajaran siklus II
No |
Urian |
Hasil siklus I |
Hasil Siklus II |
1 |
Tindakan Guru |
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan metode induktif berbantu gambar tanpa pembimbingan dengan diskusi tiap kelompok 6 – 8 siswa |
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan metode induktif berbantu gambar dengan pembimbingan dengan diskusi tiap kelompok 4 siswa |
2 |
Aktivitas peserta didik |
Peserta didik Aktif menjawab apersepsi guru: 72,5% Peserta didik Aktif memperhatikan penjelasan guru: 80% Peserta didik Aktif dalam diskusi: 77,5% Peserta didik Aktif tanya jawab:72,5% Peserta didik Aktif mempersetasikan hasil diskusi: 70% |
Peserta didik Aktif menjawab apersepsi guru: 85% Peserta didik Aktif memperhatikan penjelasan guru: 90% Peserta didik Aktif dalam diskusi: 92,5% Peserta didik Aktif tanya jawab: 85% Peserta didik Aktif mempersetasikan hasil diskusi: 90% |
3 |
Prestasi Belajar Aspek Pengetahuan |
Nilai tertinggi: 95 Nilai terendah: 70 Rerata: 80,5 Nilai ≥75: 27 Nilai < 75: 13 Tuntas Belajar: 67,% |
Nilai tertinggi: 95 Nilai terendah: 70 Rerata: 82,1 Nilai ≥75: 36 Nilai < 75: 4 Tuntas Belajar: 90% |
4 |
Prestasi Belajar Aspek Ketrampilan
|
Nilai tertinggi: 95 Nilai terendah: 70 Rerata: 84,5 Nilai ≥75: 30 Nilai < 75: 10 Tuntas Belajar: 75% |
Nilai tertinggi: 100 Nilai terendah: 70 Rerata: 86,25 Nilai ≥75: 37 Nilai < 75: 3 Prosentas TB: 92,5% |
Dari tabel di atas:
a. Keaktifan siswa rerata semua aspek ≥ 85% yaitu 87% memenunuhi indikator dalam penelitian ini.
b. Prestasi belajar dalam aspek pengetahuan tuntas belajar ≥ 85% yaitu 90% memenunuhi indikator dalam penelitian ini.
c. Prestasi belajar dalam aspek ketrampilan tuntas belajar ≥ 85% yaitu 92,5% memenunuhi indikator dalam penelitian ini.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dengan menggunakan model pembelajaran Induktif berbantuan media kata bergambar sebagai upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar Bahasa Indonesia pada siswa kelas I SD Negeri Ngandul 1, kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2017/2018, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran Induktif berbantuan media kata bergambar yang dilaksanakan dapat meningkatkan prestasi belajar. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai rata-rata prestasi belajar pada siklus I dari nilai rata kondisi awal 62,5, meningkat menjadi 80,45, dan meningkat lagi pada siklus II yaitu 82,1. Sedangkan dari segi prosentase ketuntasan belajar pada kondisi awal 40% siklus I ketuntasan belajar meningkat menjadi 67,5% atau 27 siswa, pada siklus II ketuntasan belajar meningkat menjadi 90% atau 36 siswa.
Selain prestasi belajar, model pembelajaran Induktif berbantuan media kata bergambar juga dapat meningkatkan aktifitas belajar Bahasa Indonesia materi pada siswa kelas I SD Negeri Ngandul 1 Sumberlawang Sragen dilihat dari kondisi awal yang tidak di observasi pada siklus I ; Menjawab apersepsi guru: 72,5%, memperhatikan penjelasan guru: 80% , aktif dalam diskusi: 77,5% , tanya jawab:72,5%, mempersetasikan hasil diskusi: 70%, pada siklus II Menjawab apersepsi guru: 85%, memperhatikan penjelasan guru: 90% , Aktif dalam diskusi: 92,5% , tanya jawab: 80,5%, mempersetasikan hasil diskusi: 90%
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan keaktifan dan prestasi belajar dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran Induktif berbantuan media kata bergambar pada siswa kelas I SD Negeri Ngandul 1 Sumberlawang Sragen tahun pelajaran 2017/2018.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas mengenai peningkatan aktivitas dan prestasi belajar melalui model pembelajaran Induktif berbantuan media kata bergambar pada siswa kelas I SD Negeri Ngandul 1 Sumberlawang Sragen tahun pelajaran 2017/2018, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:
Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya dalam hal ini kepala sekolah senantiasa menyarankan kepada guru untuk menggunakan berbagai macam model pembelajaran yang tepat sesuai materi yang diajarkan. Sehingga dapat menunjang prestasi belajar siswa.
Bagi Guru
Dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia guru tidak hanya menggunakan model pembelajaran konvensional tetapi dapat menggunakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa, selain itu disarankan juga untuk meningkatkan proses pembelajaran menjadi aktif, efektif diharapkan menggunakan model pembelajaran Induktif berbantuan media kata bergambar. Untuk meningkatkan rasa tanggung jawab, saling menghargai pendapat orang lain, meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar Bahasa Indonesia serta meningkatkan komunikasi dengan orang lain, sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu peningkatan aktivitas dan prestasi belajar Bahasa Indonesia, disarankan menggunakan model pembelajaran Induktif berbantuan media kata bergambar.
Bagi Siswa
Siswa hendaknya dapat berperan aktif dalam menyampaikan materi yang telah dipelajari pada teman kelompoknya secara bergantian, serta menyampaikan ide atau pikiran pada saat proses pembelajaran, selain itu siswa hendaknya memanfaatkan media pembelajaran yang telah disiapkan, aktif mengerjakan tugas individu maupun tugas kelompok yang diberikan guru, lebih meningkatkan aktivitas belajar. Dalam belajar, janganlah hanya menghafalkan tetapi cobalah untuk memahami maksudnya serta cara pengerjaan suatu hal. Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, siswa dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.
Untuk Peneliti Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan penelitian ini, perlu diupayakan adanya penelitian lain. Hal ini dimaksudkan agar peneliti lain mengkaji teori-teori yang berkaitan dengan penggunaan media pembelajaran sebagai salah satu alternatif meningkatkan aktivitas belajar siswa yang belum terdapat dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Soli. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Anitah, Sri. 2009. Teknologi Pembelajaran. Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta
Arikunto, Suharsimi., Suhardjono, dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara
Dakir. 2009. Pengembangan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar.Surakarta: Pendidikan Profesi Guru FKIP UNS Surakarta
Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif & Inovatif. Jakarta: AV Publisher
Fakih Samlawi dan Benyamin Maftuh. 2001. Konsep Dasar BAHASA INDONESIA. Bandung: CV Maulana
Fatimah. http://fatimpucuk.blogspot.com/. Diunduh tanggal 1 Februari 2014.
Hidayah, Nur. 2010. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Induktif berbantu gambar) Kelas III SDN Klumprit 03 Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2009/2010. SkrBahasa Indonesiai. Surakarta: FKIP UNS Surakarta
Hidayati, Mujinem dan Anwar Senen. 2008. Pengembangan Pendidikan BAHASA INDONESIA SD. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Indrawati dan Wanwan Setiawan. 2009. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan untuk Guru SD. Bandung: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Iqbal Ali. http://iqbalali.com/2010/01/03/nht-numbered-head-together/. Diunduh tanggal 3 Januari 2014
Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kurnia, Inggridwati. 2007. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Poniyatun, Dite. 2010. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran BAHASA INDONESIA Kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan Tahun Pelajaran 2009/2010. SkrBahasa Indonesiai. Surakarta: FKIP UNS Surakarta
Mulyasa. 2010. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Saifudin Azwar. 2003. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sapriya. 2009. Pendidikan BAHASA INDONESIA Konsep dan Pembelajaran. Bandung:; PT Remaja Rosdakarya
Slavin, Robert. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media
Solihatin, Etin dan Raharjo. 2008. Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran BAHASA INDONESIA. Jakarta: Bumi Aksara
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sugiyanto. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta
Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta
Suprijono, Agus. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suwandi, Sarwiji. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Panitia Sertifikasi Giri (PSG) Rayon 13 Surakarta
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group