PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG KUBUS DAN BALOK

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA SISWA KELAS V SEMESTER II SD NEGERI KACANGAN 1 TAHUN PELAJARAN 2017/ 2018

 

Tri Kasih Wahyuningrum

SD Negeri Kacangan 1

 

ABSTRAK

 Penelitian ini bertujuan:1). Meningkatkan Motivasi, 2) Meningkatkan kreativitas siswa , 3) Meningkatkan Motivasi dan Prestasi belajar Matematika dengan Model pembelajaran STAD. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas dua siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas V semerter II SD Negeri Kacangan 1 Kecamatan Sumberlawang Tahun Pelajaran 2017 / 2018 yang berjumlah 25 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Peningkatan tersebut ditunjukkan dengan pencapaian nilai hasil belajar siswa, yaitu terjadinya peningkatan siswa yang tuntas belajar dari kondisi awal 11 siswa atau 44% , pada siklus I yang tuntas belajar menjadi 13 siswa atau 52%, pada siklus II yang tuntas belajar meningkat menjadi 20 siswa atau 80%.

 Kata Kunci: Motivasi, Prestasi Belajar,Model Pembelajaran STAD

 

PENDAHULUAN

Pembelajaran Matematika pada dasarnya menanamkan kemampuan berkomunikasi dengan simbol-simbol dan mengasah ketajaman penalaran yang pada gilirannya dapat membantu memecahkan masalah-masalah sehari-hari terutama yang berkaitan dengan angka-angka atau simbol lain yang sering digunakan dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu pembelajaran Matematika hendaknya dikondisikan sedemikian rupa sehingga tercipta suasana yang kondusif, rekreatif dan menyenangkan agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan optimal.

Siswa sekolah dasar umurnya berkisar 6 atau 7 tahun sampai 12 atau 13 tahun dan berada pada fase operasional kongkrit. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoptimalkan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan obyek yang bersifat kongkrit. Dari usia perkembangan kognitif, siswa sekolah dasar masih terikat dengan obyek kongkrit yang dapat ditangkap oleh panca indra.

Selain merasa sulit, minat belajar matematika siswa kelas V SDN Kacangan I rendah. Hal ini diperlihatkan dengan tanda-tanda antara lain: segan belajar, menjawab pertanyaan tidak sesuai dengan pertanyaan,dan kurang tertarik mengikuti pelajaran matematika dikelas.Padahal minat belajar merupakan salah satu faktor internal (dalam) diri yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam menerima materi maupun pencapaian target belajar.

Hasil angket pembelajaran matematika terhadap 25 siswa yang diminta untuk mengisi angket minat terhadap pelajaran matematika diperoleh data sebagai berikut: sangat berminat 5 siswa (20%), berminat 5 siswa (20%), kurang berminat 10 siswa (40%), tidak berminat 5 siswa (20%).

Selain minat terhadap pelajaran matematika kurang, juga rendahnya pemahaman terhadap materi bangun ruang kubus dan balok dibuktikan dengan hasil ulangan yang masih rendah yaitu hanya 10 siswa dari 25 yang mendapat nilai diatas KKM. Sedangkan KKM yang ditetapkan adalah 6,5. Peneliti menyadari rendahnya pemahaman siswa tentang materi bangun ruang kubus dan balok dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang kurang tepat.

Maka dari itu peneliti menggunakan metode STAD (Student Teams Achievement Division)karena metode pembelajaran ini merupakan salah satu metode kooperatif yang mudah cara penerapannya. Selain itu dengan metode pembelajaran ini, siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja sama dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang komplek.

Permasalahan mendasar dalam penelitian ini adalah sebagian besar siswa kelas V SDN Kacangan I Kecamatan Sumberlawang kurang memahami konsep bangun ruang kubus dan balok. Bertitik tolak dari uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: (1) Apakah penggunaan metode STAD dapat meningkatkan motivasi belajar matematika materi bangun ruang kubus dan balok pada siswa kelas V Semester II SDN Kacangan Tahun Pelajaran 2017 / 2018 ? (2) Apakah penggunaan metode STAD dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi bangun ruang kubus dan balok pada siswa kelas V Semester II SDN Kacangan I Tahun Pelajaran 2017 / 2018 ? (3) Bagaimanakah penggunaan metode STAD dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar matematika materi bangun ruang kubus dan balok pada siswa kelas V Semester II SDN Kacangan I Tahun Pelajaran 2017 / 2018 ?

Adapun tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut: (1) Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V SDN Kacangan I Semester II Tahun Pelajaran 2017 / 2018. (2) Untuk meningkatkan prestasi siswa kelas V SDN Kacangan I Semester II Tahun Pelajaran 2017 / 2018. (3) Untuk meningkatkan kualitas belajar di kelas V SDN Kacangan I Semester II Tahun Pelajaran 2017 / 2018.

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Belajar Matematika

Untuk meningkatkan mutu pendidikan Matematika yang selama ini sangat rendah, dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain penggunaan metode, pemilihan media yang tepat, dan kualitas guru agar memiliki dasar yang mantap sehingga dapat mentransfer ilmu dalam mempersiapkan kualitas sumber daya manusia. Secara umum pendidikan sebenarnya merupakan suatu faktor rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia. Sehubungan dengan faktor yang menentukan keberhasilan siswa dalam belajar ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa untuk belajar yaitu: 1. Faktor internal, yaitu yang muncul dari dalam diri sendiri, dan 2. Faktor eksternal, yaitu faktor yang muncul dari luar diri sendiri (Slameto, 1987:54-57).

 

 

Motivasi

Pengertian motivasi menurut para ahli yaitu: Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan sorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah dan ketekunan.

Definisi motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik, 1992:173). Dalam Sardiman (2006:73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “felling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Menurut Mulyasa (2003:112) motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Peserta didik akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi. Seorang siswa akan belajar bila ada faktor pendorongnya yang disebut motivasi.

Dimyati dan Mudjiono (2002:80) mengutip pendapat Koeswara mengatakan bahwa siswa belajar karena didorong kekuatan mental, kekuatan mental itu berupa keinginan dan perhatian, kemauan, cita-cita didalam diri seseorang terkadang adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu dalam belajar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Dalam motivasi belajar dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka pemenuhan harapan dan dorongan dalam hal ini adalah pencapaian tujuan.

Prestasi Belajar

Prestasi belajar banyak diartikan sebagai seberapa jauh hasil yang telah dicapai siswa dalam penguasaan tugas-tugas atau materi pelajaran yang diterima dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar pada umumnya dinyatakan dalam angka atau huruf sehingga dapat dibandingkan dengan satu kriteria (Prosa, 1991).

Prestasi belajar diartikan sebagai tingkat keterkaitan siswa dalam proses belajar menagajar sebagai hasil evaluasi yang dilakukan guru. Menurut Sutratinah Tirtonegoro (1984:4) mengemukakan bahwa: Prestasi belajar adalah penilain hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak didik dalam periode tertentu.

Menurut Siti Partini (1980:49), “Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam kegiatan belajar”. Sejalan dengan pendapat itu Sunarya (1983:4) menyatakan “Prestasi belajar merupakan perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, affektif, dan psikomotorik yang merupakan ukuran keberhasilan siswa”. Dewa Ketut Sukardi (1983:51) menyatakan “Untuk mengukur prestasi belajar menggunakan tes prestasi yang dimaksud sebagai alat mengungkap kemampuan aktual sebagai hasil belajar atau learning”. Menurut Sumadi Suryabrata (1987:324), “Nilai merupakan perumusan terakhir yang dapat diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau prestasi belajar siswa selama masa tertentu”. Dengan nilai rapor, kita dapat mengetahui prestasi belajar siswa. Siswa dengan nilai rapor baik dikatakan prestasinya baik, sedangkan yang nilainya jelek dikatakan prestasinya belajarnya rendah.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan kegiatan belajar siswa dalam menguasai sejumlah mata pelajaran selama periode siswa dalam menguasai sejumlah mata pelajaran selama periode tertentu yang dinyatakan dalam bentuk nilai.

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, menyampaikan materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

Slavin (dalam Nur 2000:26) menyatakan bahwa pada STAD siswa yang ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut. Pada tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.

Seperti pembelajaran yang lainnya, pembelajaran kooperatif STAD ini juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain: (1) Menyiapkan perangkat pembelajaran, (2) Membentuk Kelompok Kooperatif, (3) Siswa dalam kelas diranking sesuai kepandaian, (4) Menentukan Skor Awal, (5) Pengaturan Tempat Duduk, (6) Kerja kelompok. (Sumber: Ibrahim, dkk 2000:10)

Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah: (1) Hasil belajar tentang bangun ruang kubus dan balok dapat ditingkatkan dengan metode pembelajaran kooperatif model STAD. (2) Motivasi siswa dalam proses pembelajaran tentang bangun ruang kubus dan balok dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD di SDN Kacangan I Tahun Pelajaran 2017/2018.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

 Penelitian, maka penelitian tindakan kelas ini dilakukan di lingkungan kelas V SD Negeri Kacangan 1 Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 5 bulan sejak bulan Februari 2018 sampai dengan bulan Juni 2018. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SD Negeri Kacangan 1 Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen yang berjumlah 25 siswa, terdiri dari 16 siswa putra dan 9 siswa putri pada Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018

 

 

 

Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini didapat melalui catatan observasi dan hasil belajar yang dilakukan sejak awal siklus penelitian 1 sampai dengan siklus penelitian 2 dimana tindakan kelas diprediksi sudah berhasil bersama mitra kolaborasi.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

 Teknik dalam pengumpulan data berupa teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan perbuatan. Namun dalam tindakan kelas ini untuk pengumpulan data berupa tes tertulis. Untuk non tes berupa pengamatan, check list. Tetapi dalam tindakan ini non test berbentuk pengamatan. Agar mempermudah pengamatan, siswa diberi nomor dada 1, 2, 3, dan seterusnya sesuai jumlah kelompoknya.

Validasi Data

Validasi data perlu dilakukan agar diperoleh data yang valid. Dalam pengumpulan data tes tertulis, untuk mendapatkan hasil belajar siswa, sebelum soal tes dibuat kisi-kisi agar materi tes menyebar dan sesuai dengan kurikulum. Adapun dalam pengumpulan data non tes yang berupa pengamatan, dibuat lembar observasi hasil diskusi dengan teman sejawat.

Analisis Data

 Diambil kesimpulan dari data yang dikumpulkan dari kondisi awal dan siklus 1. Jika belum memenuhi kriteria yang ditetapkan, maka dilanjutkan dengan siklus II. Kemudian dari data yang dikumpulkan dari siklus I dan siklus II diambil kesimpulan.

Adapun kriteria keberhasilan penelitian ini sebagai berikut: semua siswa telah mengikuti pembelajaran dengan aktif dan hasil belajar dari mata pelaran Matematika materi bangun ruang kubus dan balok meningkat.

Prosedur Penelitian

 Dalam mengatasi masalah yang timbul seperti yang disebutkan dalam analisis dan perumusan masalah, maka peneliti menyusun perbaikan pembelajaran. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas dibantu oleh teman sejawat. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Tehnik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis model Interaktif Miles dan Huberman. Milles dan Huberman dalam Sugiyono (2010:337) menggunakan aktivitas data, penyajian data, dan kesimpulan-kesimpulan (penarikan/verifikasi).

Indikator Kinerja

Kriteria untuk mengukur tingkat keberhasilan upaya perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) Kriteria peserta didik tuntas belajar apabila telah mencapai tingkat penguasaan materi pembelajaran > 65% atau mendapat nilai minimal 65. (2) Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila 80% dari jumlah peserta didik tuntas belajar. (3) Proses perbaikan pembelajaran (peningkatan keaktifan peserta didik) dinyatakan berhasil jika 80% dari jumlah peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Diskripsi Kondisi Awal

Berdasarkan hasil refleksi guru dan pengamatan teman sejawat selama proses pembelajaran berlangsung, siswa kurang aktif dan sulit dalam menerima, memahami dan menguasai materi pembelajaran. Dan diakhir pembelajaran siswa mengerjakan soal tes uji kompetisi ternyata hasilnya belum memuaskan , belum mencapai nilai ketuntasan atau belum memenuhi standar nilai yang ditentukan. Maka perlu adanya perbaikan pembelajaran.

 Rendahnya pemahaman terhadap bangun ruang kubus dan balok diadakan perbaikan pembelajaran agar siswa memahami dan menguasai tersebut dibuktikan dengan hasil ulangan yang masih rendah yaitu hanya 11 siswa dari 25 siswa yang menguasai materi lebih dari 70% dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 30. Peneliti menyadari rendahnya pemahaman siswa tentang bangun ruang kubus dan balok dipengaruhi oleh pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat.

Diskripsi Hasil Siklus I

 Berdasarkan dari data awal dalam pembelajaran sebelum adanya perbaikan masih banyak siswa yang nilainya rendah atau belum tuntas dan masih banyak siswa yang belum memahami materi pelajaran. Maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran agar siswa memahami dan menguasai materi pelajaran.

 Dari hasil pengamatan selama pembelajaran berlangsung kreativitas siswa dalam diskusi kelompok dapat diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1 Aspek Aktifitas Siswa Siklus I

No

Aspek Aktifitas

Jumlah

1

2

3

4

5

6

7

Mendengarkan penjelasan guru / teman

Membaca materi /LKS

Mencatat materi yang penting

Mengerjakan Lembar Kerja

Berdiskusi dengan teman

Mengajukan pertanyaan pada teman

Menjadi pembicara kelompok

20 siswa (80%)

15 siswa (60%)

12 siswa (48%)

19 siswa (76%)

19 siswa (76%)

16 siswa (64%)

11 siswa (44%)

 

 Diakhir Siklus I diadakan tes individu untuk mendapatkan hasil belajar siswa dengan jumlah soal 10 item dengan bentuk isian dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 2 Rekap Nilai Ulangan Akhir Siklus I

No

 Uraian

 Hasil

1

2

3

4

5

6

7

8

Rerata

Nilai tertinggi

Nilai terendah

Tuntas belajar (nilai 65 keatas)

Tidak tuntas belajar (nilai 65 kebawah)

Prosentase Tuntas Belajar

Prosentase tidak tuntas belajar

Rentang Nilai

64,4

85

40

13

12

52%

48%

45

 

 

 

 

 

Tabel 3 Rekap Hasil Proses Pembelajaran Siklus I

No

Uraian

Kondisi Awal

Siklus Pertama

1

Tindakan

Dalam pembelajaran matematika tidak menggunakan metode kooperatif model pembelajaran STAD

Dalam pembelajaran matematika menggunakan metode kooperatif model pembelajaran STAD.

2

Proses Pembelajaran

Masih banyak siswa yang pasif, kreatif siswa masih rendah

Siswa yang pasif dalam pembelajaran berkurang, siswa yang kreatif mulai nampak

3

Hasil Belajar

Rerata: 59

Nilai Tertinggi: 80

Nilai Terendah: 30

Tuntas Belajar: 11

Presentase T B: 44%

Rentang Nilai: 50

Rerata: 64.4

Nilai Tertinggi: 85

Nilai Terendah: 40

Tuntas Belajar: 13

Presentase T B: 52%

Rentang Nilai: 45

 

 Proses pembelajaran terdapat peningkatan keaktifan siswa walaupun masih dibawah target tindakan. Siswa juga mengalami peningkatan didalam mengerjakan soal.Dari data diatas hasil belajar dapat disimpulkan sebagai berikut:

Hasil belajar nilai reratanya meningkat 5,4% dari 59 menjadi 64,4 ,nilai tertinggi meningkat 5% dari 80 menjadi 85, nilai terendah meningkat 10% dari 30 menjadi 40, tuntas belajar meningkat 8% dari 11 siswa menjadi 13 siswa, prosentase tuntas belajar meningkat 7% dari 44% menjadi 52%.

 Dari nilai rerata, nilai tertinggi, nilai terendah , tuntas belajar, prosentase tutas belajar pada siklus I mengalami kenaikan, tetapi jumlah siswa yang nilainya memenuhi KKM baru 13 siswa atau 52% belum memenuhi target tindakan yaitu 80% maka, siklus yang ke II untuk memenuhi target tindakan peneliti tetap menggunakan metode pembelajaran kooperatif model STAD.

Diskripsi Hasil Siklus II

Dengan melihat hasil Siklus I walaupun nilai perolehan ketuntasan sudah meningkat namun masih perlu mengulang adanya perbaikan guna untuk meningkatkan pemahaman dan penguasaan terhadap materi pembelajaran. Dalam pelaksanaa siklus II ini peneliti didampingi teman sejawat dan dipantau oleh Kepala Sekolah. Selama pembelajaran siklus II berlangsung kreatifitas siswa menerima pembelajaran meningkat.

Tabel 4 Aspek Aktifitas Siswa Siklus II

No

 Aspek Aktifitas

 Jumlah

1

2

3

4

5

6

7

Mendengarkan penjelasan guru

Membaca materi / LKS

Mencatat materi yang penting

Mengerjakan LKS

Berdiskusi dengan teman

Mengajukan pertanyaan pada teman

Menjadi pembicara kelompok

23 siswa (92%)

20 siswa (80%)

18 siswa (72%)

22 siswa (88%)

22 siswa (88%)

16 siswa (64%)

17 siswa (68%)

 

Diakhir pertemuan siklus II diadakan tes individu untuk memperoleh hasil belajar siswa dengan jumlah tes 5 item dengan bentuk uraian dengan hasil sebagai berikut:

 

 

Tabel 5 Nilai Ulangan Akhir Siklus II

No

 Uraian

 Hasil

1

2

3

4

5

6

78

Rerata

Nilai tertinggi

Nilai terendah

Tuntas belajar (nilai 65 keatas)

Tidak tuntas belajar (nilai 65 kebawah)

Prosentase tuntas belajar

Prosentase tidak tuntas belajar

 Rentang nilai

73,2

90

60

20

5

80%

20%

40

 

Tabel 6 Rekap Hasil Proses Pembelajaran Siklus II

No

Uraian

Siklus I

Siklus II

1

Tindakan

Dalam pembelajaran matematika menggunakan metode kooperatif model pembelajaran STAD

Dalam pembelajaran matematika menggunakan metode kooperatif model pembelajaran STAD.

2

Proses Pembelajaran

Masih banyak siswa yang pasif dalam pembelajaran berkurang, siswa yang kreatif mulai nampak.

Siswa yang pasif dalam pembelajaran sangat sedikit, siswa yang kreatif mulai meningkat.

3

Hasil Belajar

Rerata: 64.4

Nilai Tertinggi: 85

Nilai Terendah: 40

Tuntas Belajar: 13

Presentase T B: 52%

Rentang Nilai: 45

Rerata: 73,2

Nilai Tertinggi: 90

Nilai Terendah: 60

Tuntas Belajar: 20

Presentase T B: 80%

Rentang Nilai: 30

 

Terdapat peningkatan keaktifan siswa didalam mengikuti proses pembelajaran , kreatifitas siswa juga mengalami peningkatan.Dari data tabel diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: hasil belajar nilai rerata meningkat 8,8% dari 64,4 menjadi 73,2, nilai tertinggi meningkatat 5% dari 85 menjadi 90, nilai terendah meningkat 20% dari 40 menjadi 60, tuntas belajar meningkat 28% dari 13 siswa menjadi 20 siswa, prosentase tuntas belajar meningkat 18% dari 52% menjadi 80%.

Dari nilai rerata, nilai tertinggi, nilai terendah, tintas belajar, prosentase tuntas belajar pada siklus II mengalami kenaikan, jumlah siswa yang nilainya memenuhi KKM yaitu 20 siswa atau 80% sudah memenuhi target tindakan yaitu minimal 80% maka tindakan hanya sampai siklus II.

Pembahasan

Dari kondisi awal yang menggunakan metode konvensional pembelajaran berpusat pada guru, siswa tertentu saja yang aktif dan kreatif, ternyata setelah menggunakan metode kooperatif model STAD terdapat peningkatan keaktifan maupun kreatifitas siswa dalam pembelajaran.

Hasil Belajar

Tabel 7 Hasil Belajar

 Kondisi Awal

 Siklus I

 Siklus II

Rerata: 59

Nilai Tertinggi: 80

Nilai Terendah: 30

Tuntas Belajar: 11

Presentase T B: 44%

Rentang Nilai: 50

Rerata: 64.4

Nilai Tertinggi: 85

Nilai Terendah: 40

Tuntas Belajar: 13

Presentase T B: 52%

Rentang Nilai: 45

Rerata: 73,2

Nilai Tertinggi: 90

Nilai Terendah: 60

Tuntas Belajar: 20

Presentase T B: 80%

Rentang Nilai: 30

 

 Dari kondisi awal sampai akhir terdapat kenaikan nilai rata-rata dari 59 menjadi 73,2, kenaikan nilai terendah dari 30 menjadi 60, kenaikan nilai tertinggi dari 80 menjadi 90, kenaikan ketuntasan belajar dari 11 menjadi 20 siswa, kenaikan prosentase tuntas belajar 44% menjadi 80%.

Hasil Tindakan

 Dari kondisi awal yang masih menggunakan pendekatan konvensional tanpa menggunakan model pembelajaran STAD ke kondisi akhir yang menggunakan pembelajaran kooperatif model STAD Penelitian Tindakan Kelas ini menghasilkan:

1.     Aktifitas siswa didalam pembelajaran matematika tentang bangun ruang kubus dan balok dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif model STAD meningkat.

2.     Kreatifitas siswa dalam proses pembelajaran matematika tentang bangun ruang kubus dan balok dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif model STAD dapat muncul dan menunjukkan peningkatan.

3.     Hasil belajar siswa tentang bangun ruang kubus dan balok dengan menggunakan metode kooperatif model STAD dapat meningkat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas mulai dari proses Pembelajaran Awal sebelum perbaikan, Perbaikan Pembelajaran Siklus I dan Perbaikan Pembelajaran Siklus II maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1.     Aktifitas siswa untuk mengontruksi pengetahua mereka sendiri meningkat (mengerjakan LKS, berdiskusi, dan merespon pertanyaan teman).

2.     Ketrampilan koopertatif siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif model STAD dapat muncul dan menunjukkan peningkatan.

3.     Prestasi belajar siswa pada materi bangun ruang kubus dan balok mengalami peningkatan setelah menggunakan pembelajaran kooperatif model STAD.

Saran –saran

Dari kesimpulan diatas dapat disarankan hal – hal sebagai berikut:

1.     Kepada rekan – rekan guru pada pembelajaran matematika yang selama ini hanya menggunakan metode dan cara-cara konvensional serta berpusat pada guru hendaknya diganti dengan metode yang inovatif yang tepat.

2.     Kepada Kepala Sekolah kami mohon untuk selalu memotivasi guru – guru untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas untuk mendapatkan pembelajaran yang inovatif yang diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan.

3.     Kepada Korwil Kecamatan Sumberlawang Bidang Pendidikan dan Kebudayaan sebagai pemegang kebijakan pendidikan di tingkat kecamatan agar dapat menjembatani terhadap para guru yang ada di Kelompok Kerja Guru (KKG) untuk mengadakan pelatihan tentang Penelitian Tindakan Kelas.

4.     Untuk Siswa ikutilah pelajaran dengan penuh perhatian dan sungguh – sungguh agar materi yang disampaikan dapat dipahami, dikuasai, dan di terima dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. 1993, Kurikulum Pendidikan Dasar, Jakarta: Depdikbud

Dimyati. 2002, Pembelajaran Aktif, Bandung:Rineka Cipta

Ngalim Purwanto. 1990, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Oemar Hamalik. 1992, Indikator Keaktifan, Bandung: U P I

Sardiman. 2006, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Slameto. 1987, Hasil Belajar Siswa, Bandung: Bina Media Informasi

Suhardjono, Supardi.2013, Strategi Menyusun Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta: Andi Offset

Supardi. 2013, Publikasi Ilmiah Non Penelitian dan Karya Inovatif, Yogyakarta: Andi Offset

Trianto. 2007, Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Surabaya: Prestasi Pustaka

Azharmzk.2012, Definisi Pengertian dan Faktor –Faktor yang MempengaruhiPrestasi Belajar. Dalam www.asharmzk.com/2018/05/21/definisi-pengertian dan faktor-faktor yang mempengaruhi-prestasi-belajar. Diunduh tanggal 21-05-2018 jam 08.15WIB

Isma-ismi.2015, Pengertian Motivasi. Dalam www.isma-ismi.com /pengertian-motivasi-html. Diunduh tanggal 21-05-2018 jam 09.00WIB.

Naufal Syawal.2015, Pengertian Motivasi. Dalam www.naufalsyawal.blogspot.com / p/pengertian-motovasi-html. Diunduh tanggal 21-05-2018 jam 10.10 WIB.