PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN KETRAMPILAN MEMBACA RECOUNT TEXT DENGAN METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW

PADA SISWA KELAS XI MIPA UNGGULAN 2 SMA NEGERI 1 CAWAS SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Setiyana

SMAN 1 Cawas Kabupaten Klaten

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mendiskripsikan proses pembelajaran reading recount text dengan metode Kooperatif Tipe Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas XI MIPA Unggulan 2 semester 2 tahun pelajaran 2017/2018, 2) untuk mendiskripsikan peningkatan ketrampilan membaca recount text dengan metode kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas XI MIPA Unggulan 2 semester 2 tahun pelajaran 2017/2018, dan 3) untuk mengetahui bahwa keaktifan dan ketrampilan membaca recount text siswa kelas XI MIPA Unggulan semester 2 tahun pelajaran 2017/2018 dapat ditingkatkan dengan metode Kooperatif tipe Jigsaw. Tempat peneletian tindakan ini adalah di SMA Negeri 1 Cawas yang dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2017/2018 dengan subjek penelitian siswa kelas XI MIPA Unggulan 2 berjumlah 31 siswa. Penelitian tindakan ini dilakukan sebanyak 2 siklus setiap siklus 2 kali pertemuan. Metode pengumpulan data dengan pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa metode Kooperatif Tipe Jigsaw berpengaruh positif terhadap keaktifan siswa SMA Negeri 1 Cawas kelas XI MIPA Unggulan 2 semester 2 tahun pelajaran 2017/2018 dalam pembelajaran membaca recount text, hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya keaktifan siswa mulai dari pra siklus sampai dengan siklus 2 sebesar 24,50%. Penggunaan metode kooperatif tipe Jigsaw pada pembelajaran membaca recount text pada siswa SMA Negeri 1 Cawas kelas XI MIPA Unggulan 2 semester 2 tahun pelajaran 2016/2018 ketrampilan membaca siswa meningkat, nilai rata-rata siswa meningkat 15,51 dan prosentase ketuntasan secara klasikal meningkat 36.67%. Dengan demikian metode kooperatif Tipe Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan dan ketrampilan membaca recount text pada siswa kelas XI MIPA Unggulan 2 semester 2 tahun pelajaran 2017/2018.

Kata Kunci: Keaktifan siswa, ketrampilan membaca, kooperatif tipe Jigsaw

 

Latar Belakang masalah

Bahasa adalah alat untuk mengkomunikasikan berbagai maksud dan tujuan dalam kehidupan. Hubungannya dengan pendidikan di sekolah bahwa keberhasilan kegiatan belajar mengajar, khususnya mata pelaran bahasa Inggris sangat dipengaruhi banyak faktor,antara lain: minat belajar siswa, keprofesionalan guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik, sarana dan prasarana pembelajaran, metode pengajaran dan lain-lain. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta, diwujudkan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran: proses pembelajaran ditentukan sejauh mana guru dapat menggunakan metode pembelajaran dengan baik.

Dalam pengajaran bahasa Inggris, ketepatan dalam penggunaan metode pengajaran sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Banyak metode pengajaran yang bisa dikembangkan dalam kegiatan belajar–mengajar. Misalnya: metode ceramah,metode diskusi,metode tanya jawab, metode pemberian tugas, dan lain-lain. Metode yang monoton akan berakibat pembelajaran kurang menarik dan siswa akan bosan.Sehingga materi kurang diterima oleh siswa dengan optimal. Maka dalam suatu pembelajaran guru seharusnya mengembangkan berbagai metode pengajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang diajarkan.Seperti kenyataan yang penulis hadapi saat ini minat siswa khususnya siswa kelas XI MIPA Unggulan 2 terhadap mata pelajaran bahasa Inggris pada ketrampilan membaca masih kurang menyebabkan hasil belajarnyapun kurang memuaskan yaitu sekitar 72.55% siswa belum mencapai Kreteia Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75. Hasil belajar siswa kelas XI MIPA unggulan 2 ini masih rendah dibandingkan dengan hasil belajar kelas-kelas yang lainnya dan jauh dari target pencapaian KKM yang sudah ditetapkan. Berdasarkan pada kenyataan tersebut penulis menganggap sangat perlu melakukan penelitian berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Berdasarkan kenyataan yang ada bahwa banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam pengajaran bahasa inggris khususnya ketrampilan membaca. Melihat kenyatan itu, saya akan mencoba melakukan proses pengajaran dengan metode pembelajaran kooperatif. Hal itu untuk membuat pengajaran yang menarik dan mau meningkatkan ketrampilan reading skill. Pembelajaran kooperatif yang ingin saya kembangkan karena pembelajaran kooperatif merupakan salah satu metode pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokan dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Melalui metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, siswa diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran bahasa Inggris khususnya membaca/reading skill.

Bersadarkan latar belakang masalah diatas, maka Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah dengan metode kooperatif tipe Jigsaw mampu meningkatkan keaktifan dan ketrampilan membaca siswa kelas XI MIPA Unggulan 2 SMA N 1 Cawas pada pelajaran bahasa inggris materi Recount Text pada semester 2 tahun pelajaran 2017/2018?

Sedangkan tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan ketrampilan membaca Recount Text pada siswa SMA Negeri 1 Cawas kelas XI MIPA Unggulan 2 semseter 2 tahun pelajaran 2017/2018 dengan menerapkan metode kooperatif tipe Jigsaw.

KAJIAN TEORITIS

Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses di mana manusia mencari pengalaman untuk terus bertahan hidup. Menurut Slameto, (2010: 2) mengemukakan “belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku. Pendapat lain yang diutarakan Soemanto, (2012: 104) “belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia, belajar bukan sekedar pengalaman”. Sedangkan menurut Burton dalam Siregar (2014: 4) “belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan lingkunganya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkunganya”

Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hakekat belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang dipengaruhi interaksi lingkungan.

Pengertian Keaktifan

Secara harfiah keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti sibuk, giat (kamus besar bahasa Indonesia: 17) Aktif mendapatkan awalan ke- dan –an, sehingga menjadi keaktifan yang mempunyai arti kegiatan atau kesibukan. Jadi, keaktifan belajar adalah kegiatan atau kesibukan siswa dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun di luar sekolah yang menunjang keberhasilan belajar siswa. Keaktifan tersebut tidak hanya keaktifan jasmani saja, melainkan juga keaktifan rohani. Menurut Sriyono, dkk (1992: 75) keaktifan jasmani dan rohani yang dilakukan siswa dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut: a) Keaktifan indera; pendegaran, penglihatan, peraba, dan sebagainya. Siswa harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin. Mendikte dan menyuruh mereka menulis sepanjang jam pelajaran akan menjemukan. Demikian pula dengan menerangkan terus tanpa tulis. Maka pergantian dari membaca ke menulis, menulis ke menerangkan dan seterusnya akan lebih menarik dan menyenangkan; b) Keaktifan akal; akal siswa harus diaktifkan untuk memecahkan masalah menimbang, menyusun pendapat dan mengambil keputusan; c) Keaktifan ingatan pada saat proses belajar mengajar siswa harus aktif menerima bahan pelaran yang disampaikan oleh guru dan menerimanya dalam otak. Kemudian pada suatu saat ia siap dan mampu mengutarakan kembali; d) Keaktifan emosi dalam hal ini siswa hendaklah senantiasa berusaha mencintai pelajarannya karena dengan mencintai pelajarannya akan menambah hasil belajar siswa itu sendiri. Sebenarnya semua proses belajar mengajar siswa mengandung unsur keaktifan, tetapi antara siswa yang satu dengan yang lainnya tidak sama. Oleh karena itu siswa harus berpartisipasi aktif secara fisik dan mental dalam kegiatan belajar mengajar..Keaktifan siswa dalam proses belajar merupakan upaya siswa dalam memperoleh pengalaman belajar, yang mana keaktifan belajar siswa dapat ditempuh dengan upaya kegiatan belajar kelompok maupun belajar secara perorangan.

Metode Metode Cooperative

Menurut Isjoni, (24) Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham kontruktivisme. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuan berbeda. Dimana metode pembelajaran ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa,terutama untuk mengaktikan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain,siswa agresif dan tidak peduli pada yang lain.

Menurut Thompson (1995), pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran sains. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen.Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku.Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya.

Model Pembelajaran Jigsaw

Hisyam Zaini dkk (2007: 59), Model pembelajaran Jigsaw merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan model ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain.

Kelompok-kelompok dalam “pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw” terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal beranggotakan 4 orang yang terdiri atas peserta didik yang pandai, sedang dan kurang, selain itu juga dipertimbangkan heterogenitas lainnya, misalkan jenis kelamin, latar belakang sosial dan kesenangan.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis tindakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah: Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan dan ketrampilan membaca teks recount pada siswa kelas XI MIPA Unggulan 2 SMA N 1 Cawas semester 2 pada tahun 2017/2018.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan dimulai Februari s.d April 2018 semester genap tahun pelajaran 2018/2019. Jenis perlakuan tindakan kelas dengan menggunakan 2 siklus dan tiap siklus dilaksanakan dua pertemuan. Subjek penelitian ini dilakukan di kelas XI MIPA Unggulan 2 SMAN 1 Cawas yang beralamat di Jln. Tembus Tugu, Cawas, Klaten Provinsi Jawa Tengah. Kelas ini termasuk sebagai kelas bermasalah tidak hanya pada pelajaran matematika juga pada pelajaran lain. Kondisi kelas sering kurang kondusif pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Sebagian besar siswa cenderung pasif dan kurang aktif. Akibatnya hasil belajar siswa relatif rendah dibanding dengan kelas lainnya. Adapun objek dari penelitian adalah keaktifan belajar siswa; dan prestasi belajar siswa. Penulis membatasi penelitian pada kedua obyek di atas agar penelitian lebih fokus dan tidak melebar. Teknik pengumpul data peneliti menggunakan metode: tes digunakan untuk memperoleh data nilai hasil tes formatif siklus I dan tes formatif siklus II. Tes ini digunakan untuk memperoleh data prestasi belajar siswa yang diberikan secara individu; pengamatan (observasi) untuk mengumpulkan data siswa berkaitan dengan aktivitas dalam proses belajar mengajar; dan dokumentasi dari teknik ini diperoleh data tentang aktivitas belajar pada daftar nilai hasil belajar, daftar hadir, dan foto-foto kegiatan pembelajaran.

Validasi data tentang kreativitas belajar anak diperoleh melalui observasi yang melibatkan observer (teman sejawat). Jadi sumber data tidak hanya satu sumber saja. Untuk data pengamatan dapat diperoleh dari guru peneliti, guru sejawat bahkan siswa dapat dilibatkan sebagai pengamat dimana hasil pengamatan siswa berupa catatan pengamatan yang berisi kesan dan pesan terkait dengan kelebihan dan kekurangan metode dan suasana kelas yang dirasakan oleh siswa. Validasi data hasil belajar diperoleh dari tes tertulis agar valid isinya (content validity), maka perlu dibuat kisi-kisi soal sebelum soal disusun. Hal ini penting dilakukan dengan alasan diantaranya: kisi-kisi dibuat dengan maksud supaya materi yang dibuat sesuai dengan kurikulum yang berlaku; dan misi-kisi perlu dibuat agar butir soal yang dibuat tidak mengelompok pada satu bahasan. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) yang dilakukan dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari tahap: perencaana, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

 

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh oleh teman guru sejawat (obsrver) tentang keaktifan siswa pada siklus I dibuat rekap penilaian seperti tabel berikut.

Tabel 1. Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus I

    Katagori
Baik Cukup Kurang
    Jml % Jml % Jml %
1 Pemahaman 13 41.93 14 45.16 4 12.90
2 Kekompakkan 15 48.39 10 32.26 6 19.35
3 Aktif 10 32.26 15 48.38 6 19.35

 

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa Hasil pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan Lembar observasi pada tabel 8. dapat diketahui bahwa pada aspek aspek siswa yang tingkat pemahamannya baik adalah 41.93%, siswa yang tingkat pemahamanya cukup adalah 45.16% dan siswa yang tingkat pemahamanya kurang adalah 12.90%. Sedangkan berdasarkan aspek kekompakkan kelompok terdapat 48.39% siswa yang kompak dengan kategori baik, 32.26% siswa yang kompak dengan kategori cukup dan 6 siswa yang kompak dengan kategori kurang. Aspek keaktifan terdapat 32.26% yang aktif dengan baik, 48.38% cukup aktif dan 6 siswa yang kurang aktif. Melihat hasil proses belajar dari lembar observasi tersebut maka masih perlu ditingkatkan proses pembelajaran Bahasa Inggris sehingga menghasilkan penilaian atau hasil belajar yang baik pula.

Tabel 2. Hasil Observasi Hasil Tes siklus I

Kategori Interval X F f.x % Ket
Sangat baik 85-100 92.5 11 1017.5 35.48% 82.69
Baik 75-84 80 16 1280 51.61%
Cukup 60-74 66.5 4 266 12.90%
Kurang 45-59 52.5 0 0 0.00%
Sangat kurang <45 22.5 0 0 0.00%

Keterangan:

X : nilai tengah interval

f : frekuensi (jumlah anak didik)

f (x) : nilai tengah X frekuensi

Deskripsi Hasil Siklus II

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh oleh teman guru sejawat (obsrver) tentang keaktifan siswa pada siklus II dibuat rekap penilaian seperti tabel berikut.

Tabel 3. Hasil Observasi Aktifitas Belajar Siswa Siklus II

No Aspek Hasil pengamatan
Baik Cukup Kurang
Jml % Jml % Jml %
1 Pemahaman 28 90.32 3 9.68 0 0
2 Kekompakkan 27 87.10 4 12.90 0 0
3 Aktif 27 87.10 4 12.90 0 0

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa aktivitas belajar siswa dapat diketahui bahwa dari aspek pemahaman terdapat 90.32% siswa yang dapat memahami materi dengan baik, siswa yang memahami materi dengan cukup adalah 9.68% dan siswa yang memahami materi dengan kurang 0%. Aspek kekompakkan team terdapat 87.10% siswa yang kompak dengan baik, 12.90% siswa yang kompak dengan cukup dan 0% siswa yang kurangkompak. Aspek keaktifan terdapat 87.10% yang aktif dengan baik, 12.90% cukup aktif dan 0% siswa yang kurang kurang. Dengan demikian sudah lebih dari 90% siswa yang memiliki kemampuan baik dalam hal pemahaman terhadap materi, kekompakan dan juga keaktifan dalam mengikuti proses pembelajaran bahasa Inggris. Pada siklus II ini nilai keaktifan siswa sangat meningkat secara signifikan ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini sangat cocok untuk materi ini. Demikian juga untuk kekompakan dan pemahaman siswa juga meningkat cukup baik, ini menunjukkan bahwa siswa sudah mulai terbiasa berpikir aktif kreatif dan inovatif. Guru bukan lagi sebagai sumber belajar utama melainkan mitra kerja dalam kegiatan belajar mengajar.

Tabel 4. Hasil Observasi Tes siklus II

Kategori Interval X F f.x % Ket
Sangat baik 85-100 92.5 20 1850 64.52% 88.06
Baik 75-84 80 11 880 35.48%
Cukup 60-74 66.5 0 0 0.00%
Kurang 45-59 52.5 0 0 0.00%
Sangat kurang <45 22.5 0 0 0.00%

Keterangan:

X    : nilai tengah interval

f     : frekuensi (jumlah anak didik)

f (x)      : nilai tengah X frekuensi

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat 20 siswa mendapatkan nilai sangat baik atau 64.52%, terdapat 11 siswa yang mendapatkan nilai kategori baik atau 35.48%, tidak terdapat yang mendapatkan nilai kategori cukup, kategori nilai kurang dan sangat kurang. Nilai rata-rata siswa juga sudah memenuhi target pembelajaran yaitu sebesar 88.06. Sesuai dengan hasil nilai siswa pada siklus II tersebut maka pembelajaran bahasa Inggris pada siklus II ini dinyatakan berhasil.

Dalam pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap tingkah laku dalam melakukan pembelajaran dapat diketahui bahwa dalam melakukan pembelajaran berkelompok siswa kurang kondusif, namun kekurangan kondusifan ini dapat diatasi segera oleh peneliti dengan diterapkan diskusi kelompok pada siswa. Ketika guru mengulang kembali tahapan dalam menentukan generic structure sebuah teks recount terlihat bahwa siswa tidak mengalami kesulitan dan dapat memahaminya karena guru hanya mengulang dan mengingatkan saja. Diskusi yang dilakukan berjalan dengan lancar karena diawasi dan dibimbing oleh peneliti. Dalam siklus II ini guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang paling aktif dan berprestasi dalam pembelajaran.

Pembahasan

Nilai keaktifan dan ketrampilan belajar bahasa Inggris melalui penggunaan metode kooperatif tipe Jigsaw pada siklus II nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terkecil adalah 80. Siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 31 siswa dan tidak ada yang nilainya dibawah nilai KKM, sehingga untuk ketuntasan mencapai 100%. Untuk nilai keaktifan pada siklus II Kategoti baik mencapai 87,60%, kategori cukup 12,90%, dan kategori kurang 0,00%. Pada siklus II ini Kegiatan belajar mengajar berhasil karena baik nilai keaktifan maupun ketrampilan (hasil tes) sudah mencapai 85% pada materi membaca Recount text.

Nilai keaktifan dan ketrampilan belajar bahasa Inggris melalui penggunaan metode kooperatif tipe Jigsaw pada siklus I nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terkecil adalah 70. Siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 27 siswa dan 4 siswa belum memenuhi nilai KKM. Namun untuk nilai keaktifan pada siklus I Kategoti baik baru mencapai 32,26%, kategori cukup 48,38%, dan kategori kurang 19,35%. Keberhasilan pembelajaran bila kategori keaktifan mencapai 85%, meskipun untuk nilai tes sudah mencapai ketuntasan 87,10%. Dikatakan berhasil dalam kegiatan belajar mengajar bila Keaktifan dengan kategori baik mencapai 85% dan ketrampilan dengan ketuntasan nilai tes mencapai 85% pada materi membaca Recount text.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu: 1) Dalam upaya untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh penerapan metode kooperatif tipe Jigsaw terhadap peningkatan Kemampuan siswa dalam menentukan Generic Structure Dari Sebuah Recount Text pada siswa kelas XI MIPA Unggulan 2 semester 2 SMA Negeri 1 Cawas tahun pelajaran 2017/2018. Dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini terdapat pengaruh yang positif dengan diterapkan metode kooperatif tipe Jigsaw terhadap peningkatan kemampuan siswa dalam menentukan generic structure dari sebuah Recount Text pada XI MIPA Unggulan 2 semester 2 SMA Negeri 1 Cawas tahun pelajaran 2017/2018. Hal ini dapat diketahui dari hasil perolehan rata-rata kelas yang dijadikan indikator kinerja yang terus mangalami peningkatan pada tiap siklusnya; 2) Dalam upaya untuk mengetahui bagaimanakah kendala-kendala yang dihadapi pada penerapan metode kooperatif tipe Jigsaw mampu meningkatkann siswa menentukan Generic Structure dari Sebuah Recount Text pada siswa kelas XI MIPA Unggulan 2 semester 2 SMA Negeri 1 Cawas tahun pelajaran 2017/2018. Dalam penelitian ini menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam menentukan Generic Structure dari Sebuah Recount Text. Pelaksanaan pembelajaran tersebut tentunya terdapat kendala-kendala yang dihadapi yaitu: a) Pada tindakan siklus I: Siswa belum paham metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sehingga aktivitas kelompok kurang, masih ada siswa yang kurang serius dalam proses pembelajaran, siswa belum paham mengenai bahasa-bahasa yang digunakan dalam bahasa Inggris dan terdapat beberapa siswa yang mengganggu teman; b) Siklus II: Beberapa hambatan-hambatan masih seperti dalam siklus I, ada beberapa siswa yang kurang aktif, siswa masih kurang memiliki motivasi dalam belajarnya, dan kurangnya waktu untuk mengadakan kegiatan pembelajaran bahasa Inggris.

Implikasi/Rekomendasi

Adanya peningkatan kemampuan dalam menentukan Generic Structure dari sebuah Recount Text dengan menggunakan metode kooperatif tipe Jigsaw bagi siswa kelas XI MIPA Unggulan 2 semester 2 SMA Negeri 1 Cawas tahun pelajaran 2017/2018 telah memperlihatkan bahwa guru memberikan materi-materi dengan pendekatan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat memberikan dampak yang positif dalam pembelajaran bahasa Inggris. Diharapkan guru lain dapat menjalankan atau menerapkan pembelajaran dengan metode pembelajaran yang kooperatif tipe Jigsaw agar kreativitas sekaligus kemampuan siswa lebih maksimal.

Saran

Berkenaan dengan hasil penelitian ini maka saran yang perlu disampaikan adalah sebagai berikut: 1) Guru dalam melakukan pembelajaran dapat mengkaitkan kehidupan sehari-hari dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw; 2) Siswa dapat melakukan latihan bahasa Inggris yang berkaitan dengan materi menentukan Generic Structuredari Sebuah Recount Text dengan menggunakan metode kooperatif tipe Jigsaw, karena mempermudah pemahaman siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

________2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Artono Wardiman,dkk. 2008. English in Fokus. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas

http: //www.scribd.com/doc/54920144/Efektivitas-Metode-Pembelajaran-Tai. diakses tanggal 2 Juni 2009

Ivanivich Agusta. 2003. Makalah pelatihan metode kualitatif pusat penelitian sosial ekonomi. Bogor: litbang pertanian bogor.

Nasution. 1998. Metode Penelitian Naturalistik Kualistif. Bandung: Remaja Rosdakarya Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. UNS press.

Sarwiji Suwandi. 2004. Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surakarta: Retorika Vol 2 No. 2 Maret 2004.

Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. UNS press.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

Zainal Aqib. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Remaja Rosdakarya Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. UNS press.

Sarwiji Suwandi. 2004. Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surakarta: Retorika Vol 2 No. 2 Maret 2004.

Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. UNS press.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

Zainal Aqib. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.