PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR TIK

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DENGAN PEMBERIAN

TUGAS TERSTRUKTUR PADA SISWA KELAS VII

SMP NEGERI 1 JATEN SEMESTER GASAL

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Slamet Harmono

SMP Negeri 1 Jaten

 

ABSTRAK

 Secara umum penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk memperbaiki praktik dalam pembelajaran agar lebih berkualitas dalam prosesnya sehingga prestasi belajar pun dapat meningkat, dan dapat mencapai kondisi ideal yang ditentukan. Penelitian menggunakan metode penelitian tindakan (action research), terdiri dari dua siklus. Subyek penelitian berjumlah 32 siswa. Teknik pengumpulan data, keaktifan belajar menggunakan observasi dan prestasi belajar siswa menggunakan tes. Hasil penelitian menyimpulkan adanya peningkatan kemampuan siswa. Bukti kualitatif menunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa, pada kondisi awal siswa aktif 66%, naik menjadi 78% pada siklus I, dan menjadi 91% pada siklus II. Bukti kuantitatif menunjukkan nilai rata-rata siswa pada kondisi awal 73, naik menjadi 74 pada siklus I, dan menjadi 77 pada siklus II. Ketuntasan klasikal, pada kondisi awal nilai siswa yang mencapai KKM 18 siswa (63%), naik menjadi 24 siswa (68%) pada siklus I, dan menjadi 28 siswa (87%), pada siklus II.

Kata kunci: Pembelajaran, Tugas Terstruktur, TIK.

 

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bertanah air. Maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kreativitas pendidikan bangsa itu sendiri dan kompleknya masalah kehidupan menuntut sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetensi. Selain itu, pendidikan merupakan wadah kegiatan yang dapat dipandang sebagai pencetak sumber daya manusia yang bermutu tinggi.

Pendidikan bukanlah suatu hal yang statis, melainkan suatu hal yang dinamis sehingga menuntut adanya suatu perubahan ke arah perbaikan secara terus menerus. Perubahan dapat dilakukan dalam hal metode mengajar, buku-buku, alat-alat laboratorium, maupun materi-materi pelajaran. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini karena pada era sekarang ini dunia kerja tidak bisa dilepaskan dengan TIK.

Pada pembelajaran TIK, pemahaman terhadap teori-teori esensial sangat penting. Pemahaman terhadap teori-teori esensial yang baik akan membuat siswa menempatkan teori-teori tersebut dalam sistem memori jangka panjang dan dapat menggunakannya untuk berpikir pada tingkatan yang lebih tinggi, sehingga hal ini akan mempermudah pada praktik dan penerapannya. Pemahaman teori yang baik semestinya akan mempermudah mereka dalam mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan.

Kenyataan saat ini, keaktifan dan prestasi belajar TIK di kelas VII-B SMP Negeri 1 Jaten masih di bawah kondisi ideal atau di bawah KKM. Pemahaman terhadap mata pelajaran TIK masih rendah (nilai rata-rata kelas 73), selain itu jumlah peserta didik yang berhasil mencapai dan melampaui KKM kurang dari 85%. Jumlah peserta didik yang berhasil mencapai dan melampaui KKM yang kurang dari 85% ini menyebabkan guru harus melakukan pembelajaran remedial secara klasikal.

Kemungkinan penyebab rendahnya pemahaman siswa terhadap pela-jaran TIK yang berakibat pada rendahnya nilai rata-rata kelas dan tidak tercapainya ketuntasan klasikal minimal adalah: (1) media pembelajaran yang diguna-kan oleh guru kurang tepat; (2) strategi pembelajaran yang digunakan masih belum cukup untuk memfasilitasi perolehan pehamaman bagi peserta didik.

Kondisi demikian apabila terus dibiarkan akan berdampak buruk terhadap kualitas pembelajaran mata pelajaran TIK di Kelas VII-B tersebut khususnya, dan di SMP Negeri 1 Jaten pada umumnya.

Pada saat ini sedikit perhatian yang ditujukan pada pembelajaran TIK dengan mengembangkan model-model yang sistematis. Pembelajaran dengan ceramah dan tanya jawab merupakan strategi yang paling sering digunakan. Guru mendominasi pembicaraan dan buku-buku konvensional masih merupakan sumber belajar yang primer. Dengan cara yang seperti ini tidak mengherankan kalau siswa cenderung secara umum apatis terhadap gejala sosial. Karena yang ditemukan dalam pembelajaran hanya fakta-fakta dan bukan ide-ide (Uzer Usman, 2010: 23).

Salah satu alternatif pemecahan masalah di atas yang mungkin untuk dilaksanakan oleh guru adalah melaksanakan pembelajaran TIK materi Sejarah Perkembangan Komputer menggunakan model pembelajaran terstruktur dengan pemberian tugas.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) Apakah model pembelajaran dengan pemberian tugas terstruktur dapat meningkatkan keaktifan belajar TIK siswa Kelas VII-B SMP Negeri 1 Jaten? (2) Apakah model pembelajaran dengan pemberian tugas terstruktur dapat meningkatkan prestasi belajar TIK siswa kelas VII-B SMP Negeri 1 Jaten? (3) Apakah model pembelajaran terstruktur dengan pemberian tugas dapat meningkatkan ketuntasan klasikal pelajaran TIK siswa Kelas VII-B SMP Negeri 1 Jaten?

Berdasar perumusan masalah di atas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah: (1) Melalui model pembelajaran dengan pemberian tugas terstruktur untuk meningkatkan keaktifan belajar TIK siswa kelas VII-B SMP Negeri 1 Jaten. (2) Melalui model pembelajaran dengan pemberian tugas terstruktur untuk meningkatkan prestasi belajar TIK siswa kelas VII-B SMP Negeri 1 Jaten. (3) Melalui model pembelajaran dengan pemberian tugas terstruktur untuk meningkatkan ketuntasan klasikal siswa kelas VII-B SMP Negeri 1 Jaten.

LANDASAN TEORI

Keaktifan Belajar

Secara harfiah keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti sibuk, giat (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 17). Aktif mendapat awalan ke- dan â€“an, sehingga menjadi keaktifan yang mempunyai arti kegiatan atau kesibukan. Jadi, keaktifan belajar adalah kegiatan atau kesibukan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun di luar sekolah yang menunjang keberhasilan belajar siswa.

Keaktifan sebagai motor utama dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif pelajar dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual, dan emosional. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud pada prilaku-prilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan menganalisis hasil percobaan, membuat karya tulis dan sebagainya. Siswa dituntut selalu aktif mencari, memperoleh dan mengolah perolehan belajarnya

Anak adalah makhluk yang aktif, mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. John Dewey mengemukakan, bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri (Riyanto, 2011: 50)

Prestasi Belajar

Darmadi (2009: 100), menyatakan bahwa prestasi belajar adalah sebuah kecakapan atau keberhasilan yang diperoleh seseorang setelah melakukan sebuah kegiatan dan proses belajar sehingga dalam diri seseorang tersebut mengalami perubahan tingkah laku sesuai dengan kompetensi belajarnya.

Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2008: 141), prestasi belajar merupakan hasil dari sebagian faktor yang mempengaruhi proses belajar secara keseluruhan.”

Pengertian yang lebih umum mengenai prestasi belajar dikemukakan oleh Mohammad Surya (2009: 75), prestasi belajar adalah hasil belajar atau perubahan tingkah laku yang menyangkut ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap setelah melalui proses tertentu, sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku mencakup tiga aspek (kognitif, afektif dan motorik) seperti penguasaan, penggunaan dan penilaian berbagai pengetahuan dan ketrampilan sebagai akibat atau hasil dari proses belajar dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya yang tertuang dalam bentuk nilai yang di berikan oleh guru.

Pembelajaran

Menurut Trianto (2011: 29), belajar sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karekteristik seseorang sejak lahir.

Oemar Hamalik (2008: 42), belajar adalah bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara berperilaku yang baru berkat pengalaman dan latihan.

Belajar merupakan proses dasar perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan – perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Purwanto, 2010: 84).

Pengertian lain belajar yaitu suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2009: 2).

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti di museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja.

Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar, sedang pendidik adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan (Dimyati dan Mudjiona, 2012: 46).

Suatu pengajaran akan berhasil secara baik apabila seorang guru mampu mengubah diri siswa dalam arti luas menumbuhkembangkan keadaan siswa untuk belajar, sehingga dari pengalaman yang diperoleh siswa selama ia mengikuti proses pembelajaran tersebut dirasakan manfaatnya secara langsung bagi perkembangan pribadi siswa.

Materi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah sebuah media atau alat bantu yang digunakan untuk transfer data baik itu untuk memperoleh suatu data/informasi maupun memberikan informasi kepada orang lain serta dapat digunakan untuk alat komunikasi baik satu arah ataupun dua arah (Susanto, 2008:67).

Teknologi Informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (software & hardware) yang digunakan untuk memproses atau menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi (Daryanto, 2007:33).

Menurut Depdiknas, 2006 Badan Penelitian dan Pengembangan, Teknologi Informasi dan Komunikasi mencakup dua aspek, yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi.

Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi dan komunikasi adalah hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dan proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain sehingga lebih cepat, lebih luas sebarannya, dan lebih lama penyimpanannya.

Penerapannya di lingkungan pendidikan/pembelajaran dapatlah dikatakan bahwa TIK mencakup perangkat keras, perangkat lunak, kandungan isi dan infrastruktur yang fungsinya berkaitan dengan pengambilan, pengumpulan (akuisisi), pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi.

Pemahaman mengenai TIK tidak lagi hanya sebatas pada hal-hal yang canggih (sophisticated), seperti komputer dan internet, tetapi juga mencakup yang konvensional, seperti bahan cetakan, kaset audio, Overhead Transparancy (OHT)/Overhead Projector (OHP), bingkai suara (sound slides), radio, dan TV. 

 

Tugas Terstruktur

Tugas terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang didesain oleh pendidik untuk menunjang pencapaian tingkat kompetensi dan atau kemampuan lainnya pada kegiatan tatap muka. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik. Penugasan terstruktur termasuk kegiatan perbaikan, pengayaan, dan percepatan.

Metode pemberian tugas terstruktur merupakan metode mengajar yang berupa pemberian tugas oleh guru kepada siswa, dan kemudian siswa harus mempertanggungjawabkan atau melaporkan hasil tugas tersebut.

  Pemberian tugas terstruktur dimaksudkan agar selain untuk penguatan juga menimbulkan sikap positif terhadap pelajaran. Pemberian tugas biasanya dalam bentuk tugas rumah yang bertujuan memberikan kesempatan siswa untuk mendapatkan pengertian yang luas tentang materi yang telah dan akan diajarkan di dalam kelas. Dengan ini siswa akan lebih tahu kekurangan dalam mempelajari materi yang telah diajarkan oleh guru.

  Tugas dirancang untuk membimbing siswa dalam pemahaman materi yang lengkap terdiri atas rangkaian kegiatan belajar dan soal-soal latihan untuk mem-bantu peserta didik mencapai indikator yang dirumuskan dengan jelas. Tugas terstruktur merupakan salah satu media pembelajaran bahan ajar yang disususn sesuai dengan kebutuhan belajar dan sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Suatu tugas dikatakan terstruktur manakala tugas itu diselesaikan seorang siswa dengan batas yang telah ditentukan oleh guru. Misalnya tugas itu dikumpulkan pada pertemuan minggu berikutnya atau beberapa hari lagi tergantung guru. Dan tugas tidak terstruktur manakala tugas itu diselesaikan dan dikumpulkan pada batas maksimum yang telah ditentukan oleh guru, dan siswa boleh mengumpul-kan kapan saja yang penting antara rentang batas maksimum yang telah ditentukan. Misalnya tugas dikumpulkan paling lambat satu minggu sebelum ulangan tengah semester atau satu minggu sebelum semester atau dua minggu sebelum ujian nasional, dan lain-lain.

Kerangka Pemikiran

Pada kondisi awal belum digunaka model pembelajaran dengan pembe-rian tugas terstruktur, sehingga prestasi belajar TIK masih rendah. Rendahnya prestasi belajar TIK dapat dilihat dari hasil ulangan harian yang telah diakukan dimana hanya 63% siswa yang nilainya mencapai KKM dan rata-rata nilai ulangan 73.

Agar prestasi belajar meningkat peneliti merasa perlu melakukan tindakan. Tindakan yang dilakukan adalah penggunaan model pembelajaran dengan pemberian tugas terstruktur. Dalam penggunaan model pembelajaran ini peneliti melaksanakannya dalam dua tindakan atau dua siklus.

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, dengan menggunakan tindakan I pada siklus I diharapakan terjadi peningkatan prestasi belajar TIK. Pada siklus II peneliti melakuakan tindakan lanjutan dengan harapan dapat meningkat hasilnya dibanding siklus I. Sehingga dengan dilakukannya siklus I dan II maka diharapkan akan terjadi peningkatan prestasi belajar TIK.

 

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul “Upaya Peningkatan Keaktifan Dan Prestasi Belajar TIK Melalui Model Pembelajaran Dengan Pemberian Tugas Terstruktur Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Jaten Semester Gasal Tahun Pelajaran 2017/2018, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: (1) Model pembelajaran dengan pemberian tugas terstruktur dapat meningkat-kan keaktifan belajar TIK siswa Kelas VII-B SMP Negeri 1 Jaten. (2) Model pembelajaran dengan pemberian tugas terstruktur dapat meningkat-kan prestasi belajar TIK siswa kelas VII-B SMP Negeri 1 Jaten. (3) Model pembelajaran dengan pemberian tugas terstruktur dapat meningkat-kan ketuntasan pelajaran TIK siswa Kelas VII-B SMP Negeri 1 Jaten.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Tempat penelitian ini adalah di SMP Negeri 1 Jaten Kabupaten Karanganyar yang beralamat di Jalan Lawu Jaten – Karanganyar. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada Semester Gasal Tahun Pelajaran 2017/2018. Subyek Penelitian ini adalah siswa kelas VII-B SMP Negeri 1 Jaten Tahun Pelajaran 2017/2018, berjumlah 32 siswa, terdiri dari 17 laki-laki dan 15 perempuan.

Sumber Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer bersumber dari subyek atau siswa, dan data sekunder bersumber dari pengamatan yang dilakukan guru sejawat/ kolaborator.

Bentuk data adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah dokumentasi hasil pengamatan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dan data kuantitatif adalah dokumentasi nilai ulangan siswa.

Teknik dan Alat Pengumpul Data

Teknik Pengumpul Data meliputi: (1) Observasi, (2) Dokumentasi, (3) Tes Tertulis, dan (4) Metode catatan lapangan. Sedangkan alat pengumpul data meliputi: (1) Lembar Observasi, (2) Butir sola, (3) Pedoman wawancara.

Validasi Data

Untuk mendapatkan data-data valid, maka alat yang digunakan untuk pengumpulan data haruslah valid. Data keaktifan diperoleh melalui observasi/pengamatan. Supaya data yang diperoleh benar-benar valid, maka perlu melibatkan observe atau berkola-borasi dengan teman sejawat.

Data prestasi belajar diperoleh melalui tes tertulis. Agar data yang dipero-leh valid, maka perlu dibuat kisi-kisi soal sebelum soal tes disusun. Kisi-kisi perlu dibuat dengan maksud supaya soal yang akan disusun sesuai dengan materi pada kurikulum yang berlaku, dan supaya butir soal tidak mengelompok pada satu bahasan.

Indikator Keberhasilan

Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan pada awal tahun pelajaran 2017/2018, ada 3 indikator keberhasilan dalam pembelajaran, yaitu: (1) Untuk tingkat keaktifan, kelas dinyatakan aktif jika ≥90% dari siswanya dapat mengikuti pembelajaran secara aktif. (2) Secara perorangan, seorang siswa dinyatakan telah tuntas belajar TIK jika siswa tersebut mendapat nilai ≥75, dan nilai rata-rata kelas minimal 75. (3) Secara klasikal, kelas dinyatakan tuntas bila di kelas tersebut terdapat ≥85% siswa yang telah mencapai nilai tuntas.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik pembelajaran secara berkesinambungan, menigkatkan mutu hasil instruksional, mengembangkan keterampilan guru, meningkatkan relevansi, dan meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional.

Penelitian akan dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus dilaksanakan dalam empat kali pertemuan dengan durasi waktu setiap pertemuan 40 menit. Penelitan akan dihentikan sesuai dengan siklus yang telah direncanakan tanpa mempertimbangkan hasil akhir tindakan yang telah dilakukan. Tahapan-tahapan tindakan tiap siklus dalam penelitian ini meliputi: Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Kondisi awal sebelum dilakukan penelitian (Pra Siklus) pada kelas VII-B yang berjumlah 32 siswa, menunjukkan keadaan yang belum ideal. Tingkat keaktifan dan prestasi belajar TIK masih rendah. Menurut ketentuan, jumlah siswa yang harus aktif dalam mengikuti proses pembelajaran minimal 90%, nilai rata-rata 75, dan batas tuntas klasikal 85%.

Berdasarkan pengamatan dan dokumentasi, prestasi mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kelas VII-B menunjukkan kondisi sebagai berikut: Data keaktifan siswa pada pra siklus menunjukkan data: aktif baru 34%, belum aktif 66%. Data prestasi belajar siswa pada pra siklus, nilai tertinggi 80, nilai terendah 32, nilai rata-rata 73, dengan tingkat ketuntasan 20 siswa tuntas, 12 siswa belum tuntas.

Deskripsi Hasil Siklus I

Berdasarkan observasi keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembe-lajaran pada siklus I diperoleh hasil sebagai berikut: Aktif 25 siswa (78%), kurang aktif 7 siswa (22%). Sedangkan data prestasi belajar siswa diperoleh dari hasil tes yang diadakan pada akhir pembelajaran siklus I. Data prestasi belajar dengan hasil sebagai berikut: Nilai tertinggi 85, nilai terendah 65, nilai rata-rata 74 dengan tingkat ketuntasan 24 siswa tuntas, 8 siswa belum tuntas.

Refleksi Siklus I

Refleksi dilakukan dengan melalukan analisis terhadap hasil pengamatan keaktifan, hasil belajar siswa dan perilaku guru selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil tindakan pada siklus I apabila dibandingkan dengan kondisi awal sudah ada peningkatan baik dari sisi keaktifan maupun hasil belajar.

 

Deskripsi Siklus II

Berdasarkan observasi keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada siklus II diperoleh hasil seperti berikut: Siswa yang aktif 29 siswa (91%), sedangkan 3 siswa (9%) belum aktif. Sementara itu, data prestasi belajar siswa diperoleh dari hasil tes yang diadakan pada akhir pembelajaran siklus II dapat dilihat pada laporan berikut: Nilai tertinggi 90, nilai terendah 70, nilai rata-rata 77. Tingkat ketuntasan: siswa tuntas 28 siswa (88%), sedangkan 4 siswa (12%) belum tuntas.

Refleksi Siklus II

Refleksi dilakukan dengan melalukan analisis terhadap hasil pengamatan keaktifan, hasil belajar siswa, dan aktifitas guru selama proses pembelajaran berlangsung, semua mengalami peningkatan, meskipun belum menunjukkan angka 100%, namun sudah sesuai dengan indikator yang diharapkan.

Pembahasan

1.     Keaktifan belajar

Dari hasil refleksi, dapat dijelaskan bahwa: siswa aktif pra siklus 66%, siklus I 78%, dan siklus II 91%. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran dengan pemberian tugas terstruktur dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Pada kondisi awal (pra siklus) siswa aktif 66%, naik menjadi 78% pada siklus I, dan menjadi 91% pada siklus II.

2.     Prestasi belajar TIK

Prestasi belajar TIK dari Pra siklus sampai siklus II dapat dilihat pada data berikut: (1) Nilai terendah pra siklus 65, siklus I 65, dan siklus II 70. (2) Nilai rata-rata pra siklus 73, siklus I 74 dan siklus II 77. (3) Nilai tertinggi pra siklus 80, siklus I 85, dan siklus II 90. (4) Ketuntasan belajar pra siklus 63%, siklus I 75% , dan siklus 88%.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelas VII-B SMP Negeri 1 Jaten Tahun pelajaran 2017/2018 dapat dismpulkan bahwa prestasi belajar TIK materi Sejarah Perkembangan Komputer sesudah menggunakan metode pembelajaran dengan pemberian tugas terstruktur menunjukkan hasil yang meningkat.

Peningkatan tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata pada kondisi awal 73, meningkat menjadi 74 pada siklus I, dan menjadi 77 pada siklus II. Sebelum tindakan dilakukan, sebagian besar siswa masih belum tuntas belajar, yaitu hanya 20 siswa (63%) yang telah tuntas belajar, pada siklus I siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi 24 siswa (75%), dan menjadi 28 siswa (88%) pada tindakan siklus II. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran juga meningkat, keaktifan belajar pada siklus I kategori cukup, dan meningkat pada kategori baik pada siklus II.

Saran

Setelah melaksanakan penelitian, dan dengan mempertimbangkan hasilnya, maka saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:

1.     Seorang guru harus bervariasi menggunakan metode pembelajaran untuk menghindari kejenuhan siswa. Selain metode pembelajaran yang bervariatif guru juga diharrapkan untuk menyusun tugas terstruktur yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan.

2.     Seorang guru harus selalu aktif melibatkan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

3.     Hendaknya seorang guru selalu memotivasi siswa untuk selalu belajar di rumah yaitu dengan cara memberikan tugas terstruktur, dengan tujuan untuk memahani materi lebih matang.

4.     Model pembelajaran dengan pemberian tugas terstruktur dapat dikem-bangkan dan diterapkan pada pokok bahasan lain, sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan penelitian ini.

5.     Sekolah hendaknya memfasilitasi untuk kegiatan penelitian tindakan kelas yang dituangkan dalam RKS dan RKAS.

6.     Sekolah perlu menganjurkan kepada guru untuk menyusun tugas terstruktur yang sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Daryanto. 2007. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas-Balitbang. 2006. Kurikulum 2006 Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Jakarta: BSNP.

Dimyanti dan Mudjiono. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka.

Djaali. 2008. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Purwanto. 2010. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Slameto. 2009. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka.

Sudjana. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sudjana. 2010. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sugandi. 2009. Teori Pembelajaran. Semarang: UNNES.

Sukadi. 2008. Guru Powerful Guru Masa Depan, Bandung: Kolbu.

Susanto. 2008. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Surya, Mohammad. 2009. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Syah, Muhibin. 2008. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosda karya.

Syaiful, Sagala. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Trianto. 2011. Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka Publiser.

Trianto. 2007. Mendesain Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, ayat 20.

Usman, Uzer. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.