UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

MATERI LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

MELALUI METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PADA SISWA KELAS III SEMESTER I SDN 2 TALOKWOHMOJO

KEC. NGAWEN, KAB. BLORA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Sri Kiswati

SDN 2 Talokwohmojo, Kec. Ngawen, Kab. Blora

 

ABSTRAK

Penggunaan model pembelajaran STAD dengan mengharapkan berbagai problem atau permasalahan dalam pembelajaran IPS. Pembelajaran ini diharapkan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar pada mata Pelajaran IPS. Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan dan penghargaan kelompok. Selain itu STAD juga terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur. Pada Pra Siklus Ketuntasan mencapai 46% atau 10 siswa, pada siklus 1, 18 siswa memperoleh nilai diatas 75 atau lebih dan ketuntasan mencapai 82%. Jadi masih ada 18% siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM sekolah. Pada siklus 2, siswa yang memperoleh nilai diatas 75 mencapai 22 siswa dari 22 siswa yang ada. Ini berarti prosentase ketuntasan secara klasikal mencapai lebih mencapai 100%

Kata Kunci: STAD, Lingkungan Alam, Lingkungan Buatan

 

PENDAHULUAN

Pada pembelajaran IPS banyak sekali siswa yang kurang minat terhadap pelajaran tersebut. Apalagi kalau metode yang digunakan hanya ceramah dan tanpa menggunakan alat peraga. Ketika guru memberikan satu soal dan meminta salah satu siswa mengerjakan di papan tulis hanya 3 siswa dari 22 siswa yang berani mengajungkan tangan.

Pada akhir proses pembelajaran guru memberikan evaluasi ternyata 18 siswa dari 22 siswa atau 82% yang mencapai tingkat ketuntasan. Sehingga banyak siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

Indetifikasi Masalah

Siswa kurang memberikan respon atas pertanyaan guru dan tidak mengajukan pertanyaan jika ada kesulitan. Sebagian besar siswa kurang mempunyai motivasi belajar. Proses pembelajaran belum terjadi secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dalam menyampaikan materi pelajaran guru tidak menggunakan alat peraga secara optimal. Guru tidak menggunakan metode yang bervariasi. Rendahnya kemampuan siswa menyerap materi pelajaran yang disajikan guru disebabkan karena proses belajar kurang menarik minat dan perhatian siswa.

Analisis Masalah

Berdasakan identifikasi masalah tersebut diatas, maka dapat dianalisis penyebab rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS. Dalam menyampaikan materi pelajaran guru tidak menggunakan metode yang bervariasi dan penggunaan media gambar kurang maksimal.

Alternatif dan prioritas pemecahan masalah

Berdasarkan Identifikasi masalah dalam penelitian ini peneliti menyajikan materi dengan memberikan beberapa alternatif yang berkaitan dengan materi lingkungan alam dan buatan dengan cara: melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan strategi STAD Learning.

Rumusan Masalah

Berdasarkan analisis tersebut guru merumuskan masalah bahwa rendahnya siswa dalam menguasai materi pelajaran IPS disebabkan beberapa faktor. Secara khusus perumusan tersebut dapat dirinci sebagai berikut: Apakah melalui penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar IPS dalam materi lingkungan alam dan buatan di Kelas III, Semester I di SDN 2 Talokwohmojo, Kec. Ngawen, Kab. Blora.

Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Penulis laporan ini bertujuan untuk memberikan gambaran bahwa dengan menggunakan alat peraga yang optimal dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu dapat menjelaskan materi yang diajarkan dan dalam belajar terutama pada pelajaran IPS anak kurang suka pada pelajaran tersebut dan siswa diharapkan dapat: Meningkatkan hasil belajar IPS materi Lingkungan alam dan buatan siswa Kelas III Semester I SDN 2 Talokwohmojo melalui model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD).

Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Bagi Guru: Dapat memudahkan guru dalam menyampaikan materi, Dapat membantu guru untuk memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya,Membantu guru berkembang secara profesional, meningkatkan rasa percaya diri dan memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan, Dapat memperbaruhi sistem belajar siswa sehingga suasana belajar menjadi menyenangkan.

Bagi Siswa: Dapat meningkatkan hasil belajar siswa, Dapat mengurangi rasa jenuh terhadap pembelajraan IPS sehingga dapat menyenangkan dan menarik perhatian siswa.

Bagi Sekolah: Dapat meningkatkan prestasi sekolah, sehingga mendapat kepercayaan dari masyarakat, Dapat meningkatkan mutu pendidikan di SD pada umumnya.

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Hasil Belajar IPS

Hakekat Belajar

Belajar merupakan usaha yang dilakukan dalam rangka untuk mencapai suatu yang ingin di capai menurut Suryabrata (2002:232) menyimpulkan tentang belajar yaitu: 1. Belajar itu membawa perubahan, 2. Perubahan itu pada pokoknya didapatkan kecapakan baru. 3. Perubahan terjadi karena usaha dengan sengaja. Belajar adalah suatu proses dimana suatu tindakkan muncul atau berubah karena adanya respon terhadap suatu situasi (Sukmadinata 2003: 15).

Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun terencana baik tes tertulis, tes lisan maupun perbuatan.

Pengertian Model/Pendekatan STAD

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif.

Hubungan Pendekatan STAD dengan Alat Peraga dan Hasil Belajar

Berbicara tentang alat peraga sebagai media pendidikan dan pengajaran kita tidak dapat melihatnya dalam pengertian luas maupun terbatas. Media pembelajaran dan alat peraga sering diartikan sama, sebetulnya keduanya berbeda-beda. Media pembelajaran ialah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan murid. Sedangkan alat peraga ialah segala sesuatu yang dapat mempermudah murid belajar. Gagne menempatkan alat peraga sebagai komponen sumber, belajar di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Brigg berpendapat bahwa harus ada sesuatu untuk mengkomunikasikan materi (pesan kurikuler) supaya terjadi proses belajar. Karena dia mendefinisikan alat peraga sebagai wahana fisik yang mengandung materi pembelajaran. Wilbur Scharamun nampaknya melihat alat peraga dalam pendidikan sebagai suatu tehnik untuk menyampaikan pesan oleh sebab itu dia mendefinisikan alat peraga sebagai berikut “Alat Peraga adalah tehnologi pembawa informasi atau pesan pembelajaran” Yusuf Hadi Miarso melihat alat peraga secara makro dalam keseluruhan sistem pendidikan sehingga definisinya berbunyi “Segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinya proses belajar”

Setelah kita mengerti pengertian alat peraga secara luas di atas pengertian yang terbatas, yaitu sebagai alat bantu pengajaran ini berarti alat peraga yang digunakan oleh guru bertujuan untuk: Menjelaskan informasi, Memberi variasi dalam pembelajaran, Memperjelas struktur pengajaran, Memotivasi belajar

Hasil Belajar

Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan. Prinsip ini mengandung makna bahwa perubahan tingkah laku sebagai hasil pembelajaran adalah meliputi semua aspek tingkah laku kognitif, afektif dan motorik. Pada pembelajaran IPS hasil belajar yang diharapkan adalah untuk mengembangkan pengetahuan, nilai dan sikap serta ketrampilan sosial siswa untuk dapat menelaah kehidupan sosial yang dihadapi sehari-hari dan dapat menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini.

 

Kelebihan dan Keunggulan Type STAD

Bila penjelasan atau ulasan terlalu lama siswa menjadi jenuh apalagi guru kurang dapat mengorganisasikan, Meningkatkan kecakapan individu, Meningkatkan kecakapan kelompok, Meningkatkan komitmen, Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya, Tidak bersifat kompetitif, Tidak memiliki rasa dendam, Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang, Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan.

Langkah-langkah Kegiatan Type STAD sebagai berikut

Fase Persiapan Guru

Guru mempersiapkan pelajaran sebagaimana biasanya; juga memilih alat bantu/media yang akan digunakan selama jam pelajaran secara babak demi babak. Fleksibilitas alat bantu dan uraian hendaknya dipersiapkan untuk menampung usulan dan keinginan siswa.

Eksposisi

Guru memasang/memenuhi judul topik pelajaran dan menjelaskan tujuan instruksional yang ingin dicapainya.

Eksposisi II

Guru dibantu siswa memasang alat bantu/peraga yang diperuntukkan uraian pembukaan tema pelajaran tersebut, Siswa mulai memperhatikan dan menduga-duga isi peragaan tersebut, Guru memberikan ulasan singkat, jelas uraian/ulasan tema yang didukung oleh peraga tersebut, Siswa menanggapi, bertanya atau mengajukan pertanyaan, dialog ini berlangsung terus sampai guru beranggapan dapat dilanjutkan tahap berikutnya.

Eksposisi III

Gambarannya seperti tahapan di atas dengan catatan agar suasana belajar aktif dapat dihidupkan melalui: Pertanyaan pancingan: Membuka kesempatan berfikir dan mengemukakan tanggapan lalu diskusi kecil yang terarah. Tahap demi tahap dilaksanakan sampai guru beranggapan bahwa pokok alasannya selesai. Siswa diberi kesempatan bereksposisi seperti memberi skema atau simulasi singkat dan lain-lain.

Penutup

Merupakan tahapan pengambilan kesimpulan-kesimpulan baik dari guru maupun siswa. Tahap akhir guru memberi pengarahan atau kesimpulan.

Deskripsi Rumpun Pelajaran IPS SD

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan pendidikan sosial yang digariskan dari tingkat SD sampai tingkat perguruan tinggi yang mencakup kehidupan, karena manusia disebut makhluk sosial sehingga tidak bisa lepas dari orang lain. Setiap bidang ilmu mempunyai konsep-konsep dasar atau pengertian-pengertian dasar yang diuraikan melalui definisi. Ada beberapa definisi tentang ilmu sosial, diantaranya yang dikemukakan oleh Harsoyo yang mengatakan bahwa ilmu-ilmu sosial adalah ilmu-ilmu yang mempelajari sikap dan tingkah laku manusia di dalam kelompok (Harsoyo, 1971, hal. 25).

 

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teoritik di muka, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: dengan menggunakan metode STAD dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS tentang lingkungan alam dan buatan. Dalam hal ini ditunjukkan oleh 100% siswa telah belajar dengan tuntas.

PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

Subjek Penelitian

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II dilaksanakan sebagai berikut:

Subjek

Jumlah siswa Kelas III SDN 2 Talokwohmojo adalah 22 siswa terdiri dari laki-laki 9 dan perempuan 13 dari segi kecerdasannya rata-rata cukup artinya tidak ada yang menonjol bahkan ada beberapa anak yang tingkat kecerdasannya dibawah rata-rata.

Hasil pengamatan yang penulis lakukan keadaan siswa Kelas III SDN 2 Talokwohmojo adalah sebagian besar dari desa ada beberapa karakteristik dapat dideskripsikan oleh penulis di antara sebagai berikut: Sebagaian besar orang tua siswa berpendidikan rendah sehingga kurang memberikan perhatian tentang kegiatan belajar di rumah. Kesadaran orang tua yang kurang mengerti pentingnya belajar Orang tua yang perhatian pada anaknya untuk senantiasa membimbing belajar di rumah hanya sedikit, Membentuk peserta didik cerdas dalam menghadapi era globalisasi

Tempat Pelaksanaan

Lokasi: Kelas III, SDN 2 Talokwohmojo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora

Waktu Pelaksanaan

Perbaikan pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dilaksanakan dalam 2 siklus:

          Pra Siklus, Selasa, 6 September 2016

          Siklus I, Selasa,4 Oktober 2016

          Siklus II, Selasa, 8 Nopember 2016

Desain dan Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa Kelas III SDN 2 Talokwohmojo. Data yang dikumpulkan dari siswa adalah tes tertulis pada setiap akhir siklus. Penulis juga menggunakan teman sejawat sebagai observer sebagai sumber data.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan teknik hasil tes dan non tes. Tes tertulis pada setiap akhir siklus, sedangkan non tes meliputi observer dan dokumentasi.

 

Validasi Data

Validasi data meliputi validasi hasil belajar dan validasi proses pembelajaran.

1.     Validasi Hasil Belajar

Validasi hasil belajar dikenakan pada instrumen penelitian yang berupa tes. Validasi ini meliputi validasi teoritis dan validasi empiris. Validasi teoritis dan validasi empiris. Validasi teoritis artinya mengadakan analisis artinya mengadakan analisis instrumen yang terdiri atas fase validity (tampilan tes) content validity (validitas isi) dan construct validity (validitas konstruksi).

Validasi empiris artinya analisis terhadap butir-butir tes, yang dimulai dari pembuatan kisi-kisi soal penulisan butir-butir soal, kunci jawaban dan kriteria pemberian skor.

2.     Validasi Proses Pembelajaran

Validasi proses pembelajaran dilakukan dengan teknik triangulasi yang meliputi: triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber dilakukan dengan observasi terhadap subyek penelitian yaitu siswa Kelas III SDN 2 Talokwohmojo dan kolaborasi dengan guru kelas yang mengajar bidang study IPS. Triangulasi metode dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi selain metode observasi. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data pendukung yang diperlukan dalam proses pembelajaran IPS.

Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini teknik analisis deskriptif yang meliputi:

1.     Analisis diskriptif komparatif hasil beljaar dengan cara membandingkan hasil belajar pada siklus I dan Siklus II.

2.     Analisis deskriptif kuantitatif hasil observasi dengan cara membandingkan observasi dan refleksi pada siklus I dan siklus II.

Teknis Pengumpulan Data

1.     Perencanaan

2.     Pelaksanaan

3.     Pengamatan

4.     Refleksi

Teknik Analisa Data

Proses pelaksanaan pembelajaran guru didampingi teman sejawat yang bertugas mengamati proses kegiatan belajar dan mengisi data atau lembar observasi. Langkah-langkah dalam penelitian seperti yang dikemukakan Kyurt Lewis (MC. Niff 1992:21-12) sebagai berikut:

1.     Perencanaan

2.     Pelaksanaan

3.     Pengamatan

4.     Refleksi

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Penelitian ini dilaksanakan dengan diawali pembelajaran Pra Siklus, siklus I dan Siklus II, dan masing-masing siklus dibagi menjadi 4 tahapan yaitu Tahap Perencanaan, Tahap Pelaksanaan, Tahap Pengamatan dan Tahap Evaluasi (seperti yang sudah diuraikan pada Bab III).

Pra Siklus

Dalam melaksanakan penelitian Siklus I dapat berjalan lancar sesuai dengan yang direncanakan. Namun masih ada kekurangan dan hasil belum memuaskan untuk itu perlu dilanjutkan ke Siklus berikutnya. Adapun hasil penelitian Siklus I adalah sebagai berikut: hasil penelitian: Pra Siklus hasil tes formatif dengan nilai rata-rata 70 dengan ketuntasan baru mencapai 43% sehingga yang belum tuntas 67%.

Tabel 4.2 Rekapitulasi nilai ulangan formatif Pra Siklus Mata Pelajaran IPS

Nilai

Frekuensi

Prosentase

35-44

1

5%

45-54

6

27%

55-64

5

23%

65-74

0

0%

75-84

10

45%

85-94

0

0%

95-100

1

14%

 

Siklus I

Tabel 4.6 Rekapitulasi Nilai Ulangan Formatif Siklus I Mata Pelajaran IPS

Nilai

Frekuensi

Prosentase

40-50

0

0%

51-60

0

0%

61-70

4

18,18%

71-80

0

0%

81-90

17

77,27%

91-100

1

4,55%

 

Siklus II

Tabel: 4.10 Rekapitulasi Nilai Test Formatif Siklus II Mata Pelajaran IPS

Nilai

Frekuensi

Prosentase

40-50

0

0%

51-60

0

0%

61-70

0

0%

71-80

0

0%

81-90

17

77%

91-100

5

23%

Pembahasan

Tabe 4.13 Peningkatan hasil tes formatif perbaikan pembelajaran IPS Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Pra Siklus

Siklus II

Siklus II

Nilai rata- rata

Jumlah siswa

Persen tase

Nilai rata- rata

Jumlah siswa

Persen tase

Nilai rata-rata

Jumlah siswa

Persen tase

Tnts

Blm

Tnts

Blm

Tnts

Blm

72,27

10

12

46%

83,86

18

4

82%

92,27

22

0

100%

 

Dari ketiga tabel dan grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan hasil tes formatif siswa. Pra Siklus nilai rata-rata hanya 72,27, Siklus I mengalami peningkatan menjadi 83,86, dan Siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 92,27. Ini menunjukkan hasil tes formatif yang maksimal. Demikian juga tingkat ketuntasan prestasi belajar dari Pra Siklus hanya 46%, Siklus I menjadi 82% dan Siklus II 92,27. Ini menunjukkan bahwa setelah diadakan perbaikan pembelajaran siswa semakin memahami materi yang disampaikan oleh guru. Ini terbukti adanya peningkatan nilai hasil tes formatif, serta ketuntasan belajar siswa pada setiap siklusnya.

Dari ketiga tabel dan grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan hasil tes formatif siswa. Pra Siklus nilai rata-rata hanya 72,27, Siklus I mengalami peningkatan menjadi 83,86, dan Siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 92,27. Ini menunjukkan hasil tes formatif yang maksimal. Demikian juga tingkat ketuntasan prestasi belajar dari Pra Siklus hanya 46%, Siklus I menjadi 82% dan Siklus II 92,27. Ini menunjukkan bahwa setelah diadakan perbaikan pembelajaran siswa semakin memahami materi yang disampaikan oleh guru. Ini terbukti adanya peningkatan nilai hasil tes formatif, serta ketuntasan belajar siswa pada setiap siklusnya.

Tabel 4.14. Ketuntasan Pra Siklus, Siklus I, Siklus II

No

Ketuntasan

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

1.

Tuntas

46%

82%

100%

2.

Tidak Tuntas

54%

18%

0%

 

SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

Kesimpulan

Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan sebanyak tiga siklus, maka dapat diambil beberapa kesimpulan:

1.     Diskusi kelompok mampu mengaktifkan semua siswa sehingga proses pembelajaran berlangsung hidup.

2.     Penggunaan alat bantu/alat peraga yang sesuai dengan materi pembelajaran secara maksimal akan meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa.

3.     Untuk menguatkan pemahaman dan hasil belajar siswa, siswa diberi tes penlingkungan alam dan buatanan yang berupa pekerjaan rumah.

Saran Tindak Lanjut

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis mengajukan beberapa saran sebagai bentuk tindak lanjut, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru:

1.     Untuk melayani kemampuan daya tangkap siswa yang agak lambat, guru membiasakan diri bersikap sabar dan tidak terburu-buru.

2.     Dalam mengelola kegiatan diskusi kelompok, guru harus memantau setiap kelompok dan mendorong siswa yang kurang aktif ikut berpartisipasi.

Guru harus bisa memilih dan menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi pengajaran secara maksimal

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Kosasih Djahiri. 1978/1979.101. SBM (Strategi Belajar Mengajar). Gagne: (Mengelompokkan Hasil Belajar dalam 5 Kategori)

Nanik Supartini. (2005). Peningkatan Prestasi Belajar Siswa dengan Metode Problem Solving pada Pembelajaran Pemecahan Masalah Pada Mata Pelajaran IPS di SD. Universitas Terbuka Semarang.

Ruseffendi (1991:124). Pengajaran IPS Modern Untuk Orang Tua Murid Guru dan SPG. Bandung: Tarsito.

Roestiyah, N.K. 2001-SBM (Strategi Belajar Mengajar). Jakarta: Rineka Cipta.

Whiterington dalam buku Educational Psychology.