Peningkatan Keaktifan Siswa dan Hasil Belajar Melalui Cooperative Learning Tipe Make a Match
PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MATERI OTONOMI DAERAH
MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH
PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 2 TRANGKIL
SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Suharti
Guru SMP Negeri 2 Trangkil Kabupaten Pati
ABSTRAK
Dampak dari pembelajaran yang terpusat pada guru dan mengabaikan peran aktif siswa dapat mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa kelas IX A SMP Negeri 2Trangkil. Hal ini dapat di lihat dari daftar nilai rata-rata ulangan harian mata pelajaran PKn masih di bawah KKM. Penulis berpendapat dalam meningkatkan mutu pendidikan salah satunya adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang diajarkan serta dengan tingkat usia anak didik. Masalah yang akan diteliti adalah apakah penerapan model pembelajaran cooperative learningTipe Make A Match dalam pembelajaran PKn pada siswa kelas IX A SMP Negeri 2 Trangkil dapat meningkatkan hasil belajar siswa? Tujuan penelitian ini secara umum untuk mengetahui peningkatan hasil belajar PKn pada siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Trangkilsemester gasal Tahun 2016/2017, setelah menggunakan model pembelajaran cooperative learningTipe Make A Match. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain penelitian tindakan (action research) yang dirancang melalui dua siklus, masing-masing dengan prosedur: 1) perencanaan (planing), 2) pelaksanaan tindakan ( action), 3) pengamatan (obsevation), dan 4) refleksi (reflektion) Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Trangkil pada tahun pelajaran 2016/2017, dengan subyek siswa kelas IX A sebanyak 22 Siswa.Penelitian ini menghasilkan:(1) Pengggunaan model pembelajaran Cooperative Learning tipe MakeAMatch, mampu meningkatkan Keaktifan siswa belajar Pendidikan Kewarganegaraan materi “Otonomi Daerah” siswa kelas IX A SMP Negeri 2Trangkil semester gasal tahun 2016/2017. Angka kenaikan dari pengamatan aspek pembelajaran siswa pada pra-siklus ke siklus 1 dan siklus 2 ada kenaikan rata rata sebesar 21,6% (2) Model cooperative learning tipe MakeAMatch mampu meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan materi “Otonomi Daerah” siswa kelas IX A SMP Negeri 2 Trangkil semester gasal tahun 2016/2017. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari peningkatan rata rata nilai ulangan harian sebesar 20,5%
Kata Kunci: cooperative learning tipe Make A Match, PKn, hasil belajar siswa.
PENDAHULUAN
Kondisi pembelajaran yang dilaksanakan guru-guru di SMP Negeri 2 Trangkil secara umum dirasa masih memiliki cara-cara pembelajaran yang klasik. Sebagian guru masih memiliki paradigma pembelajaran yang lama sehingga berdampak pada motivasi belajar dan cara berfikir siswa. Ditemukan fakta bahwa dalam proses pembelajaran siswa pada kelas IX A SMP Negeri 2 Trangkil masih belum berorientasi pada siswa. Guru masih belum menerapkan pendekatan, model pembelajaran maupun metode mengajar yang berorientasi pada siswa. Demikian pula sebagai dampak yang jelas terlihat adalah masih rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari daftar nilai rata-rata ulangan harian mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih di bawah KKM. Nilai ulangan harian khusus mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, masih kurang dari harapan, bahkan 50% siswa mendapatkan angka nilai di bawah KKM.
Ini yang menjadi keprihatinan guru untuk mencari jalan keluar pemecahan untuk menjadi lebih baik. Berbagai pemikiran memunculkan identifikasi penyebab rendahnya nilai ulangan harian, di antaranya faktor siswa dan juga guru. Dari beberapa catatan identifikasi tercatat bahwa guru kurang mampu mengaktifkan siswa untuk belajar, yang kemungkuinan karena metode, pendekatan atau model pembelajaran yang kurang menarik. Sedangkan dari sisi siswa ditemukan bahwa sikap siswa tidak peduli dan tidak melaksanakan tugas dengan baik, kebiasaan siswa tidak berani mengemukakan pendapat dengan hasil pikirannya sendiri, takut salah dalam menjawab maupun mengemukakan pendapat, menganggap pendapat guru yang paling benar, enggan mencari sumber kebenarans elaindari guru. Temuan kendala pembelajaran dari siswa tersebut berdampak pada hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan yang rendah.
Dari beberapa temuan kendala dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di atas, peneliti telah berupaya untuk mengatasi kendala dalam pembelajaran dengan memberi motivasi, menggunakan beberapa metode serta pendekatan pembelajaran, namun belum membuahkan hasil yang maksimal. Dari beberapa temuan kendala dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di atas, maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul “Peningkatan Keaktifan Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Materi Partisipasi Otonomi Daerah Melalui Cooperative Learning Tipe Make – A Match Pada Siswa Kelas IX A SMP Negeri 2 Trangkil Semester Gasal Tahun 2016/1017”. Peneliti melakukan tindakan dengan Cooperative Learning Tipe Make – A Match dalam pembelajaran PKn dengan materi tersebut di atas selama 2 siklus. Peneliti meyakini bahwa dengan Cooperative Learning Tipe Make – A Match meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa.
Peneliti merumuskan satu masalah penting yaitu bagaimana keaktifan siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi “Otonomi Daerah”Siswa Kelas IX A SMP Negeri 2 Trangkil Semester Gasal Tahun 2016/2017 dapat ditingkatkan melalui Cooperative Learning Tipe Make – A Match dan apakah penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make – A Match dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan materi “Otonomi Daerah” siswa kelas IX A SMP Negeri 2 Trangkil semester gasal tahun 2016/2017.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar Pendidikan Kewarganegaraan materi “Otonomi Daerah” siswa kelas IX A SMP Negeri 2 Trangkil semester gasal Tahun 2016/2017 melalui Cooperative Learning Tipe Make – A Match dan untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan materi “Otonomi Daerah” siswa kelas IX A SMP Negeri 2 Trangkil semester gasal tahun 2016/2017 melalui Cooperative Learning Tipe Make – A Match pada siswa kelas IX A SMP Negeri 2 Trangkil semester gasal tahun 2016/2017.
Manfaat teoritis penelitian ini adalah memberikan sumbangan pemikiran mengenai penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Make – A Match dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Manfaat praktisnya adalah siswa mampu meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, khususnya materi “Otonomi Daerah”, Guru dapat lebih kreatif dalam menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make – A Match yang dipakai dan mengaktifkan siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas, dan sebagai lembaga, sekolah secara tidak langsung akan mendapatkan manfaat dari penelitian ini. Dengan meningkatnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, prestasi belajar mereka juga akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan prestasi sekolah.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Kegiatan belajar sering dikaitkan dengan kegiatan mengajar. Kegiatan belajar bisa saja terjadi walaupun tidak ada kegiatan mengajar. Begitu pula sebaliknya, kegiatan mengajar tidak selalu dapat menghasilkan kegiatan belajar. Kegiatan mengajar dikatakan berhasil hanya apabila dapat mengakibatkan / menghasilkan kegiatan belajar pada diri siswa. Hakekat guru mengajar adalah usaha guru untuk membuat siswa belajar. Dengan kata lain, mengajar merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar. Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar para siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya bisa berhasil jika pebelajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar.
Dengan belajar manusia memperoleh keterampilan, kemampuan sehingga terbentuklah sikap dan bertambahlah ilmu pengetahuan. Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam yaitu: (a). keterampilan dan kebiasaan; (b). pengetahuan dan pengertian; (c). sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah (Sudjana, 2004:22). Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.
Hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Hasil belajar siswa menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82) adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka.
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan Kewarganegaraan ( PKn ) adalah penyediaan kondisi yang kondusif bagi berkembangnya daya nalar, sikap dan perilaku siswa yang bertanggung jawab berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan tanggapan/penilaian secara nalar tentang sikap dan perilaku dalam masyarakat, memberikan klarifikasi nilai moral terhadap sejumlah perilaku yang sesuai dengan nilai moral yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Jadi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah proses yang dirancang untuk mendukung belajar siswa tentang berkembangnya daya nalar, sikap dan perilaku siswa yang bertanggung jawab berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
Belajar merupakan aktifitas yang berlangsung melalui proses, tentunya tidak terlepas dari pengaruh dari dalam individu yang mengalaminya. Keaktifan belajar peserta didik dalam proses kadang-kadang berjalan lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, dan kadang-kadang terasa amat sulit. Berjalannya proses belajar mengajar tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor yang sangat berpengaruh terhadap keaktifan belajar peserta didik.
Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yaitu Hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu, dan pengembangan keterampilan sosial.
Menurut Kagan, ada empat prinsip dasar model pembelajaran Cooperative Learning , yaitu: (1) interaksi yang simultan, (2) saling ketergantungan antar anggota, (3) tiap individu memiliki tanggung jawab terhadap kelompok, dan (4) peran serta anggota seimbang. Sedangkan menurut pendapat Johnson, Model pembelajaran Cooperative Learning memiliki lima prinsip dasar, yaitu: (1) menumbuhkan semangat saling ketergantungan; (2) tanggung jawab individual; (3) bekerja dalam kelompok; (4) tumbuh kecakapan soaial dan bekerjasama; (5) terjadi interaksi antar siswa secara langsung.
Model Cooperative Learning Tipe Make – A Match merupakan pengembangan dan turunan atau rujukan model permaianan anak anak yang dapat dimasukkan dalam proses pembelajaran yang menyenangkan, sehingga mampu menghidupkan dan memotivasi belajar siswa. Menurut Rusman (2011: 223-233) Model Make A Match (membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu cara keunggulan teknik ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.
Teknik pembelajaran Make A Match dilakukan di dalam kelas dengan suasana yang menyenangkan karena dalam pembelajarannya siswa dituntut untuk berkompetisi mencari pasangan dari kartu yang sedang dibawanya dengan waktu yang cepat.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match (membuat pasangan) ini adalah sebagai berikut:
- Guru menyiapkan beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu soal dan satu sisi berupa kartu jawaban beserta gambar).
- Setiap peserta didik mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban
- atau soal dari kartu yang dipegang.
- Peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban), peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi point)
- Setelah itu babak dicocokkan lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SMP Negeri 2 Trangkil, jalan Juwana-Tayu 11 KM Desa Kadilangu Kecamatan Trangkil. Penelitian ini dilakukan pada tahun pelajaran 2016/2017, tepatnya pada bulan September sampai dengan Nopember 2016. Waktu pelaksanaan ini mempertimbangkan kegiatan belajar mengajar masih berlangsung normal sehingga pelaksanaan tidak terganggu dan mengganggu kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan oleh sekolah.
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SMP Negeri 2 Trangkil dengan subjek siswa kelas IX A sebanyak 22 anak (12 putra dan 10 putri). Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini, diperoleh dari siswa kelas IX A SMP Negeri 2 Trangkil semester gasal tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 22 anak. Data tersebut diperoleh melalui:
- Proses pengamatan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan materi “Otonomi Daerah”.
- Hasil belajar siswa dengan ulangan harian pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan materi “Otonomi Daerah”.
Data yang diambil adalah hasil pengamatan terhadap keaktifan belajar siswa dan hasil ulangan harian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan materi “Otonomi Daerah ”sebelum ada perlakuan dan dibandingkan dengan setelah ada perlakuan penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make – A Match.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini, dengan cara teknik obserasi dan kajian dokumen. Tahap akhir setelah analisis data adalah validitas data. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data sebagai pembanding terhadap data (Moleong, 2010: 178). Dalam penelitian ini triangulasi yang digunakan adalah membandingkan data hasil pengamatan dengan data yang diperoleh dari kajian dokumen.
Analisis data penelitian tindakan kelas ini dengan teknik diskriptif komparatif. Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah:
- Tercapainya peningkatan keaktifan belajar siswa pada pelaksanaan model pembelajaran “ Cooperative Learning Tipe Make – A Match” dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi “Otonomi Daerah” siswa lelas IX A SMP Negeri 2 Trangkil semester gasal tahun pelajaran 2016/2017dapat berjalan dengan baik, dengan kategori tinggi pada skor 61 – 78.
- Tercapainya peningkatan hasil belajar siswa kelas IX A SMP Negeri 2 semester gasal tahun 2016/2017 setelah dilaksanakannya model pembelajaran “Cooperative Learning tipe Make – A Match ” dengan keseluruhan siswa tuntas ( nilai minimal 75).
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain penelitian tindakan (action research) yang dirancang melalui dua siklus, masing-masing dengan prosedur: 1) perencanaan (planing), 2) pelaksanaan tindakan ( action), 3) pengamatan (obsevation), dan 4) refleksi (reflektion).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Pada kondisi awal sebelum diteliti, data keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang ditemukan dengan indikator perilaku siswa yaitu:(1) aktif bertanya, (2) eksplorasi materi ajar, (3) aktif mengerjakan tugas, (4) kerjasama dengan teman, (5) memecahkan masalah.,didapatkan hasil dalam tabel sebagai berikut.
Tabel Pengamatan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran pra-siklus
No | Aspek perilaku siswa | Jumlah skor | Pencapaian | Kategori |
1 | aktif bertanya | 50 | 57% | Sedang |
2 | eksplorasi materi ajar | 56 | 64% | Tinggi |
3 | aktif mengerjakan tugas | 45 | 51% | Sedang |
4 | kerjasama dengan teman | 51 | 58% | Sedang |
5 | memecahkan masalah | 39 | 44% | Sedang |
Setelah kegiatan pembelajaran selesai, ditemukan fakta dan data bahwa rata-rata hasil belajar (nilai ulangan harian) Pendidikan Kewaranegaraan (PKn) masih banyak yang belum mencapai KKM, karena kondisi pembelajaran yang tidak menarik bagi siswa dan guru dalam melaksanakan pembelajaran masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru sehingga siswa pasif. Ternyata hasilnya masih berada di bawah standar yang ditentukan, dengan KKM 75 dan ketuntasan klasikal 85%. Hasil evaluasi sebelum diadakan tindakan penelitian dapat dijelaskan pada rekapitulasi ketuntasan hasil belajar berikut ini.
Tabel Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Pra-siklus
Kondisi Nilai | Ketuntasan ( KKM = 75 ) | |||
Tertinggi | Terendah | Tuntas | Belum tuntas | Ket. |
95 | 55 | 12 | 10 | Belum mencapai 85% tuntas klasikal |
54,5% | 45,5% | |||
Rata rata = 74 | Jumlah = 22 siswa |
Hasil evaluasi sebelum diadakan tindakan penelitian dapat diketahui bahwa siswa yang mencapai KKM (75) sebanyak 12 siswa atau sebesar 54,5%, dengan rata rata nilai hanya sebesar 74. Sedangkan yang belum mencapai ketuntasan minimal ada 10 siswa atau sebesar 45,5%. Kondisi itu masih berada di bawah standar yang ditetapkan sekolah yaitu KKM sebesar 75 dan ketuntasan klasikal sebesar 85%.
Siklus I
Data pengamatan yang ditemukan keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran, dengan indikator perilaku siswa: (1) aktif bertanya, (2) eksplorasi materi ajar, (3) aktif mengerjakan tugas, (4) kerjasama dengan teman, (5) memecahkan masalah.
Siswa yang memiliki nilai kurang dari KKM (75) sebanyak 3 siswa atau sebesar 13,63%. Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal ada 19 siswa atau sebesar 86,4%.
Refleksi
Refleksi yang dilakukan pada siklus ke-1 dapat dilihat pada kegiatan, guru menentukan tingkat keberhasilan model pembelajaran Cooperative learning tipe make A Match dengan melihat hasil belajar atau nilai ulangan harian dan ketuntasan minimal (KKM), guru mencatat data dan fakta nilai nilai ulangan harian dan ketuntasan minimal (KKM), dan guru memberikan pembenahan-pembenahan seperlunya guna perbaikan pada pelaksanaan siklus ke-2.
Siklus II
Berdasarkan hasil penilaian setelah diadakan kegiatan pada siklus II, data keaktifan belajar siswa yang ditemukan dalam proses pembelajaran, dengan indikator perilaku siswa:(1) aktif bertanya, (2) eksplorasi materi ajar, (3) aktif mengerjakan tugas, (4) kerjasama dengan teman, (5) memecahkan masala.
Hasil evaluasi dengan ulangan harian pada siklus ke-2 setelah menggunakan model pembelajaranCooperative Learning Tipe make A Match / kartu berpasangan untuk yang kedua kalinya.
Ketuntasan klasikal 85% sudah tercapai. Hasil belajar siswa menunjukkan bahwa rata-rata mencapai angka 95,5 dan hampir seluruh siswa memperoleh nilai di atas KKM.
Refleksi
Refleksi yang dilakukan pada siklus ke-2 dapat dilihat pada kegiatan bahwa guru menentukan tingkat keberhasilan model pembelajaranCooperative Learning Tipe Make A Match/ kartu berpasangan dengan melihat hasil belajar atau nilai ulangan harian dan ketuntasan minimal (KKM), guru mencatat data dan fakta nilai nilai ulangan harian dan ketuntasan minimal (KKM), dan guru memberikan pembenahan-pembenahan seperlunya guna perbaikan pada pelaksanaan pembelajaan selanjutnya.
Pelaksanan observasi dan pengamatan serta penilaian dari pra-siklus sampai pada siklus ke-2 didapatkan hasil sebagai berikut.
Hasil pengamatan aspek keaktifan belajar siswa pada proses pembelajaran dari pra-siklus sampai siklus ke-2, didapatkan hasil data semua aspek ( (1) aktif bertanya, (2) eksplorasi materi ajar, (3) aktif mengerjakan tugas, (4) kerjasama dengan teman, (5) memecahkan masalah) mengalami peningkatan menjadi baik kategorinya. Kenaikan skor semua aspek pembelajaran siswa mencarapai rata-rata 21,6% Penyebab meningkatnya keaktifan belajar siswa diyakini adanya treatment pengggunaan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make A Match, sehingga hasil pengamatannya mendapatkan hasil yang lebih baik.
Hasil ulangan harian pada tahap siklus ke-2 tampak perubahan perbaikan jika dibandingkan dengan tahap pra-siklus dan siklus ke-1. Hasil ulangan harian setelah menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make A Match pada sikus ke-2, dapat diketahui bahwa semua siswa mendapatkan nilai diatas KKM (75) , dengan rata rata nilai sebesar 88. Ini menandakan bahwa kreteria ketuntasan klasikal sebesar 85% sudah bisa tercapai. Kenaikan skorrata rata nilai ulangan harian dari pra-siklus ke siklus ke-1 dan siklus ke-2 ada peningkatan sebesar 20,5%. Data prosentase kenaikan hasil ulangan harian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel Data prosentase kenaikan hasil ulangan harian pra-siklus, siklus ke- , siklus ke-2
No | Hasil ulangan harian | Pra siklus | Siklus ke-1 | Siklus ke-2 |
1 | Tak tuntas | 10 | 3 | 1 |
2 | Tuntas | 12 | 19 | 21 |
3 | Rata-rata | 74 | 83 | 88 |
4 | Prosentase | 54,5 | 86,4 | 95,5 |
Rata rata kenaikan hasil ulangan harian = 20,5% |
PENUTUP
Simpulan
- Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa Pengggunaan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Tipe Make A Match mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa dalamproses belajar Pendidikan Kewarganegaraan materi “Otonomi Daerah” siswa kelas IX A SMP Negeri 2Trangkilsemester gasal tahun 2016/2017.Semua aspek perilaku siswa dalam pembelajaranyaitu(1) aktif bertanya, (2) eksplorasi materi ajar, (3) aktif mengerjakan tugas, (4) kerjasama dengan teman, (5) memecahkan masalah mengalami peningkatan menjadi baik kategorinya Kenaikan skor keaktifan belajar siswa mencarapai rata-rata 21,6%. Dengan demikian pengggunaan model pembelajaran Cooperative LearningTipe Make A Match, dapat meningkatkan keaktifan belajar siswakelas IX A SMP Negeri 2 Trangkilsemester gasal tahun 2016/2017.
- Model cooperative learning tipe Make A Match mampu meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan materi “Otonomi Daerah” siswa kelas IX A SMP Negeri 2Trangkilsemester gasal tahun 2016/2017. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari peningkatan rata rata nilai ulangan harian rata rata sebesar 20,5%.Dengan demikian pengggunaan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make A Match, dapat meningkatkanhasil belajar siswakelas IX A SMP Negeri 2Trangkilsemester gasal tahun 2016/2017
Implikasi Hasil Penelitian
- Dengan model pembelajaran yang berpusat pada siswa,akan dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa seperti (1) aktif bertanya, (2) eksplorasi materi ajar, (3) aktif mengerjakan tugas, (4) kerjasama dengan teman, dan (5) memecahkan masalah.
- Guru yang kreatif dalam pembelajaran akan dapat menggugah, memotivasi belajar siswa, dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar dan prestasi siswa.
- Prestasi belajar yang baik melalui kreatifitas penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru, pada akhirnya akan meningkatkan prestasi sekolah.
Saran
Beberapa saran yang dapat disampaikan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Untuk guru, disarankan guru lebih kreatif dalam menggunakan model pembelajaran dan guru lebih berinteraksi (melibatkan) dengan peserta didik, sehingga komunikasi antara guru dengan peserta didik terjalin lebih baik dan lancar. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat membantu guru dan peserta didik dalam menyelesaikan materi pembelajaran dengan hasil yang lebih maksimal. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariatif dan menarik akan membantu proses belajar anak didik.
- Untuk sekolah, hendaknya mendukung pembelajaran dengan menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang menunjang, sehingga kualitas pembelajaran meningkat yang akhirnya menjadikan kualitas siswa dan sekolah dapat terus meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman., 2009:Belajar dan Pembelajaran. Bandung:Alfabeta,.
Daryanto. 2011.Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah Beserta Contoh-contohnya.Yogyakarta: Penerbit Gava Media
Dimyati dan Mudjiono. 2009.Belajar & Pembelajaran. Jakarta:RinekaCipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching And Learning). Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Dirjen Pendidikan.
Direktorat Tenaga Kependidikan. 2009. Kepemimpinan Pembelajaran:Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah, Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan Nasional
Direktorat Tenaga Kependidikan. 2009. Evaluasi Kinerja Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan (PMPTK), Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Tenaga Kependidikan. 2009. Pelaksanaan Proses Pembelajasran, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan, DepartemenPendidikanNasional
- Mulyana. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hamalik, Oemar. 1992. Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum, Bandung: CV. Mandar Maju.
Hamalik, Oemar, (2009). Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara,
Isjoni. 2007. CooperatifLearning. Bandung: Alfabeta.
pLexy J Moleong..2010: Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja Rusdakarya.
Martinis Yamin, 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta. Gaung Persada Press dan Center for Learning Innovation (CLI).
Muh. Ilyas Ismail. 2010.Kinerja dan Kompetensi Guru dalam Pembelajaran. Jurnal Lentera Pendidikan, Vol.13 No. 1 Juni 2010 (44-63)
Melvin. 2001. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Yappendis.
Permendiknas RI no. 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Rasyid, Harun. 2009.PenilaianHasilBelajar. Bandung:Wacana Prima.
Rustamaji, 2007: Guru Yang Menggairahkan, , Yogyakarta: Gama Media.
Sarwiji Suwandi. 2009.Penelitian Tindakan kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Cetakan Kedua. Surakarta: Yuma Pustaka.
Slavin,RobertE.2010.CooperativeLearningTeori,RisetdanPraktik..Bandung: NusaMedia
Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Syaiful Sagala. 2010: Konsep dan Makna Pembelajaran , Bandung: Alfabeta.