PENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI

MELALUI METODE “TALKING STICK” DI KELAS B

TK PGRI PAYUNGAN KECAMATAN KALIWUNGU

KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Mulyani

TK PGRI Payungan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang

 

ABSTRAK

Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yg dimaksud dapat dipahami. Keterampilan berkomunikasi sangat bermanfaat bagi anak untuk mengembangkan kepribadian. Sebagian anak menunjukkan kemampuan berkomunikasi yang baik pada usia dini. Namun ada sebagian anak yang sulit mengembangkan kemampuan berkomunikasi karena berbagai alasan. Dalam berkomunikasi, bahasa merupakan alat yang penting bagi setiap orang. Melalui berbahasa anak akan dapat mengembangkan kemampuan bergaul (social skill) dengan orang lain. Tanpa bahasa anak tidak akan dapat berkomunikasi dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak. Metode talking stick merupakan metode pembelajaran interaktif karena menekankan pada keterlibatan aktif anak dalam berkomunikasi selama proses pembelajaran. Tempat penelitian perbaikan kegiatan pengembangan dalam Peningkatan Kemampuan Berkomunikasi adalah TK PGRI Payungan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang. Subjek penelitian perbaikan kegiatan pengembangan adalah anak kelompok A TK PGRI yang berjumlah 13 anak. Dalam pelaksanaan ada 2 siklus yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil perbaikan menunjukkan jumlah anak yang kemampuan berkomunikasinya mendapatkan nilai “baik” pada awalnya hanya 2 anak atau 15% anak menjadi 12 anak atau 92% anak di akhir siklus ke II. Pencapaian jumlah 92% anak ini telah melampaui kriteria keberhasilan perbaikan kegiatan pengembangan yang ditetapkan. Kriteria keberhasilan perbaikan kegiatan pengembangan yang ditetapkan adalah 90% anak mencapai nilai “baik”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan berkomunikasi anak TK PGRI Payungan meningkat.

Kata Kunci: Kemampuan Berkomunikasi, Metode Talking Stick

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang terdapat di jalur pendidikan sekolah (PP No. 27 Tahun 1990). Sebagai lembaga pendidikan pra-sekolah, tugas utama Taman Kanak-Kanak adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap perilaku, keterampilan dan intelektual agar dapat melakukan adaptasi dengan kegiatan belajar yang sesungguhnya di Sekolah Dasar.

Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 28, ayat 3 menyatakan bahwa Taman Kanak-kanak (TK) merupakan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal, yang bertujuan membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai agama, sosial, emosional, kemandirian, kognitif, bahasa, fisik/motorik, dan seni untuk siap memasuki sekolah dasar.

Menurut Suyanto (2008:141), Fungsi utama bahasa bagi anak ialah untuk berkomunikasi. Kegiatan pengenalan Bahasa antara lain: berkomunikasi secara lisan, pengenalan huruf, membaca permulaan,menulis permulaan.

Berdasarkan uraian diatas, pada tahap pra siklus TK PGRI Payungan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang teridentifikasi kurangnya kemampuan berkomunikasi anak dengan menggunakan bahasa yang benar dalam pembelajaran maupun dalam pergaulan dengan teman dan lingkungan, hasil belajar anak belum sesuai dengan harapan guru, anak merasa bosan dengan pembelajaran yang dilakukan guru, anak masih banyak yang ribut dan pasif dalam pembelajaran. Kondisi pembelajaran tersebut tentu saja tidak bisa dibiarkan berlangsung terus menerus. Dengan kondisi tersebut seharusnya guru mencari alternatif-alternatif metode pembelajaran yang memungkinkan dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran di kelas. Salah satu metode yang dimaksud dalam hal ini adalah metode pembelajaran talking stick. Pada prinsipnya, metode talking stick merupakan metode pembelajaran interaktif karena menekankan pada keterlibatan aktif anak selama proses pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas, metode talking stick dapat dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung sesudah guru menyajikan materi pelajaran. Anak diberikan waktu beberapa saat untuk menghafal materi pelajaran yang telah diberikan, agar dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru pada saat talking stick dilaksanakan.

Dalam Dinas Pendidikan Nasional 2006 (dalam Suherman 2006:86) menyatakan pelaksanaan metode Talking Stick dapat digambarkan sebagai berikut, yaitu guru menyiapkan sebuah tongkat. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari materi. Setelah selesai mempelajari materi pelajaran, anak diperintahkan untuk menutup buku.Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada anak. Setelah itu guru memberikan pertanyaan dan anak yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya hingga seluruh anak mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Guru memberikan kesimpulan, melakukan evaluasi dan menutup pelajaran.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti akan melakukan perbaikan pembelajaran dalam usaha meningkatan Kemampuan Berkomunikasi Melalui Metode “Talking Stick” Di TK PGRI Payungan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Hasil Peningkatan Kemampuan Berkomunikasi Melalui Metode “Talking Stick” Di TK PGRI Payungan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang?

Tujuan Perbaikan.

Tujuan perbaikan dalam penelitian ini adalah:

1.      Untuk mengetahui bagaimana hasil peningkatan kemampuan berkomunikasi melalui metode “talking stick” Di TK PGRI Payungan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang.

2.      Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam upaya meningkatan kemampuan berkomunikasi melalui metode “talking stick” Di TK PGRI Payungan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang.

Manfaat Perbaikan.

Perbaikan ini di harapkan bermanfaat bagi:

Bagi anak atau siswa

a)    Anak dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang benar dalam pembelajaran maupun dalam pergaulan dengan teman dan lingkungan.

b)    Anak merasa senang dan aktif dalam belajar sehingga materi pembelajaran yang diberikan guru dapat diterima anak dengan baik.

Bagi guru

Menambah wawasan guru tentang stimulasi yang tepat dalam merangsang dan meningkatkan cara berkomunikasi anak dan mendorongnya agar lebih aktif dalam mengemukakan pendapat atau berkomunikasi yang baik di sekolah maupun di lingkungan.

Bagi sekolah

Pembelajaran lebih efektif, sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sekolah tercapai.

KAJIAN PUSTAKA

Kemampuan Berkomunikasi Anak

Keterampilan berkomunikasi sangat bermanfaat bagi anak untuk mengembangkan kepribadian. Sebagian anak menunjukkan kemampuan berkomunikasi yang baik pada usia dini. Namun ada sebagian anak yang sulit mengembangkan kemampuan berkomunikasi karena berbagai alasan. Banyak berinteraksi dengan anak dapat melatih anak berkomunikasi.

Dalam berkomunikasi, bahasa merupakan alat yang penting bagi setiap orang. Melalui berbahasa anak akan dapat mengembangkan kemampuan bergaul (social skill) dengan orang lain. Tanpa bahasa anak tidak akan dapat berkomunikasi dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak. Komunikasi antar anak dapat terjalin dengan baik dengan bahasa sehingga anak dapat membangun hubungan sehingga tidak mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak. Anak yang dianggap banyak berbicara, kadang merupakan cerminan anak yang cerdas.

Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi, dapat digunakan untuk berfikir, mengekspresikan perasaan dan melalui bahasa dapat menerima pikiran dan perasaan orang lain. Perkembangan bahasa dimulai sejak bayi dan mengandalkan perannya pada pengalaman, penguasaan dan pertumbuhan bahasa. Pengembangan kemampuan berbahasa bagi anak usia dini bertujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya.

 

Pengertian Metode Talking Stick

Model pembelajaran Talking Stik adalah suatu model pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat, kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya, selanjutnya kegiatan tersebut diulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru.

Dalam penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stik ini, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 3 sampai dengan 6 orang yang heterogen. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, persahabatan atau minat, yang dalam topik selanjutnya menyiapkan dan mempersentasekan laporannya kepada seluruh kelas.

Kerangka Pikir

Kemampuan berkomunikasi penting untuk dikembangkan pada anak sebab dengan memperhatikan kemampuan berkomunikasi, dapat diketahui berbagai perkembangan bahasa dan perilaku yang dilakukan. Dalam kegiatan pembelajaran umumnya guru yang lebih banyak mendominasi pembicaraan. Guru lebih banyak berbicara dan menyampaikan segala hal dibandingkan anak. Hal inilah yang menyebabkan kemampuan berkomunikasi anak kurang berkembang secara optimal. Sehingga mengakibatkan anak kurang dapat berkomunikasi lisan dengan lancar. Dalam mengembangkan kemampuan berkomunikasi pada anak usia TK perlu dilakukan dengan cara yang menyenangkan, sebab dengan suasana yang menyenangkan anak akan lebih mudah terstimulasi kemampuan – kemampuannya. Salah satu cara yang dianjurkan adalah melalui permainan.

Melalui metode pembelajaran yang tepat akan merangsang anak untuk aktif dalam pembelajaran. Anak bebas berkomunikasi melalui metode pembelajaran yang merangsang komunikasi anak , salah satunya adalah melalui metode pembelajaran Talking Stick. Melalui permainan Talking Stick, sedikit banyak membuat siswa untuk selalu siap dalam mengikuti pembelajaran. Sebab semua mempunyai kesempatan untuk ditunjuk dan menjawab pertanyaan. Selain itu, kegiatan estafet sambil bernyanyi membuat siswa merasa gembira dan tidak tegang selama menunggu giliran menjawab pertanyaan. Metode Talking Stick ini cocok digunakan untuk penguatan materi, sehingga siswa tidak bosan dengan materi yang diajarkan.

Perbaikan Kegiatan pengembangan ini direncanakan berbentuk kolaboratif, artinya melibatkan guru lain untuk mengoptimalkan pembelajaran. Prosedur penelitian tindakan ini dilakukan dua siklus. Maksudnya, setelah tindakan pertama selesai dilakukan evaluasi. Bila hasil tindakan pertama belum sesuai dengan yang diinginkan, maka disusun rencana untuk melakukan tindakan berikutnya.

PELAKSANAAN PENELITIAN

Subjek, Tempat, Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu

Subjek Penelitian

Subjek penelitian perbaikan kegiatan pengembangan adalah anak kelompok B TK PGRI Payungan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017.

 

Tempat Penelitian

Tempat penelitian perbaikan kegiatan pengembangan adalah TK PGRI Payungan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang

Waktu Penelitian

          Siklus I: Hari Senin , tanggal 20 Maret 2017 s/d Hari Jumat, tanggal 24 Maret 2017

          Siklus II: Hari Senin , tanggal 27 Maret 2017 s/d Hari Jumat, tanggal 31 Maret 2017

Siklus I

Dalam observasi, peneliti mengamati proses perbaikan pembelajaran yang difokuskan pada kegiatan murid dalam berkomunikasi dengan metode talking stick yang telah dilaksanakan. Dalam siklus 1 ini hasil yang didapat pada hari terakhir atau RKH ke 5 tentang kemampuan anak dalam berkomunikasi belum memuaskan karena yang mendapat nilai “baik” 31%, “cukup” 61% , dan nilai “kurang” 8%. Nilai pada siklus I belum memenuhi kriteria keberhasilan karena kriteria keberhasilan yang di tetapkan 90% anak mencapai nilai “Baik”.

Siklus II

Dalam observasi, peneliti mengamati proses perbaikan pembelajaran yang difokuskan pada kegiatan murid dalam berkomunikasi dengan metode talking stick yang telah dilaksanakan. Dalam siklus 2 ini hasil yang sudah memuaskan karena ada 92% anak mencapai nilai baik.

Pada tahap ini peneliti melakukan kerja sama dengan supervisor 2 dan berkonsultasi dengan pembimbing untuk mengkaji semua temuan. Hasil temuan digunakan sebagai dasar perbaikan pada siklus berikutnya.

Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam menganalisis data pada Penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif.Teknik analisis data kualitatif yaitu hasil pengamatan selama proses perbaikan pembelajaran berlangsung. Pemberian nilai berdasar pengamatan menggunakan penilaian “baik”, “cukup” dan “ kurang”. Dari hasil analisis data secara kualitatif selanjutnya dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Kegiatan Pengembangan

Dalam bab ini akan disampaikan hasil penelitian selama 2 siklus, untuk memudahkan hasil penelitian maka akan kami uraikan di masing-masing siklus. Pada setiap siklus akan ditampilkan hasil penelitian langsung dengan pembahasannya agar laporan ini mudah dipahami dalam menarik kesimpulan pada setiap siklus. Penyusunan penelitian ini melalui tahapan-tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi dan refleksi.

Deskripsi Siklus 1

Dalam siklus I penelitimembuat scenario pembelajaran yang menitik beratkan pada kegiatan Talking Stick dengan media tongkat sehingga dapat membantu kemampuan berkomunikasi anak yang kemudian dilanjutkan pada siklus II. Hasil perencanaan berupa: merancang pembelajaran dengan metode talking stick, membuat rencana kegiatan harian (RKH), menyiapkan alat peraga, melakukan observasi, merancang penilaian, dan mengevaluasi hasil penelitian yang dapat menunjang proses pembelajaran.

Dalam siklus I ini hasil yang didapat pada hari terakhir atau RKH ke 5 tentang kemampuan anak dalam berkomunikasi belum memuaskan karena yang mendapat nilai “baik” 31%, “cukup” 61% , dan nilai “kurang” 8%. Nilai pada siklus I belum memenuhi kriteria keberhasilan karena kriteria keberhasilan yang di tetapkan 90% anak mencapai nilai “Baik”.

Deskripsi Siklus II

Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran siklus I, peneliti merencanakan tindakan perbaikan dan menyusunn perencanaan berupa: merancang pembelajaran dengan metode talking stick, membuat rencana kegiatan harian (RKH), menyiapkan alat peraga, melakukan observasi, merancang penilaian, dan mengevaluasi hasil penelitian yang dapat menunjang proses pembelajaran.

Perbaikan siklus II dilaksanakan pada gari Senin 27 April 2015 s/d Senin 03 Mei 2015. Pada tahap ini guru masihi menggunakan metode pembelajaran talking stick.

Adapun hasil penilaian pada siklus II yang yang dilaksnakan 5 hari dapat dilihat pada penjabaran di bawah ini:

Dalam observasi, peneliti mengamati proses perbaikan pembelajaran yang difokuskan pada kegiatan murid dalam berkomunikasi dengan metode talking stick yang telah dilaksanakan. Dalam siklus 2 ini hasil yang sudah memuaskan karena ada 92% anak mencapai nilai baik.

Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Kegiatan Pengembangan

Pelaksanaan perbaikan kegiatan pengembangan dalam rangka usaha guru untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak melalui metode talking stick di TK PGRI Payungan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang telah dilakukan dengan baik. Keberhasilan penelitian ini tidak lepas dari kerjasama peneliti dengan teman sejawat yang telah memberikan arahan dan masukan demi keberhasilan penelitian ini.

Siklus I

Dengan metode pembelajaran talking stick pada siklus I ini dapat meningkatkan kemampuan berkomunkasi anak, hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan jumlah anak yang mencapai nilai “ baik” dari RKH 1 sampai dengan RKH ke 5 yaitu dari 2 anak atau 15% anak yang mencapai nilai “baik” menjadi 4 anak atau 31% anak yang mencapai nilai “baik”.

Siklus I ini walaupun sudah ada peningkatan nilai akan tetapi masih dikatakan belum berhasil, karena jumlah anak yang mencapai nilai “baik” belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Pada siklus I hari terakhir atau RKH ke 5 jumlah anak yang mencapai nilai “baik” hanya 4 anak atau 31% anak, sedangkan jumlah pencapaian anak yang diharapkan mendapatkan nilai “ baik” adalah 90% anak. Jadi dari data yang didapatkan, siklus I belum berhasil dan perlu dilanjutkan siklus berikutnya.

Siklus I belum berhasil juga dipengaruhi oleh pemberian motivasi atau penguatan guru kepada siswa yang belum maksimal sehingga hasilnyapun belum maksimal juga.

Siklus II

Siklus II dilakukan karena perbaikan kegiatan pengembangan pada siklus I belum berhasil atau belum tuntas. Pada siklus II peneliti masih mennggunakan metode talking stick. Pada siklus II ini guru lebih memberikan motivasi dan penguatan sehingga siswa lebih termotivasi untuk berani berkomunikasi. Usaha guru untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak pun membuahkan hasil yang baik, hal ini dapat dilihat ada kenaikan nilai pada siklus II hari pertama atau RKH ke 1 sampai hari kelima atau RKH ke 5, yaitu jumlah anak yang mencapai nilai “baik” dari 5 anak atau 38% menjadi 12 anak atau 92%.

Berdasarkan data penilaian yang diperoleh siklus II ini dikatakan berhasil, karena pada siklus II jumlah siswa yang mencapai nilai “baik” mencapai 92% anak. Jumlah pencapaian nilai “baik” pada siklus II ini sesuai dengan yang diharapkan yaitu lebih dari 90% anak mencapai nilai “baik”.

SIMPULAN DAN TINDAK LANJUT

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa dengan menggunakan metode Talking Stick dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak TK PGRI Payungan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang. Hasil peningkatan kemampuan berkomunikasi anak dapat dilihat dari peningkatan jumlah anak yang mencapai nilai “baik”. Jumlah anak yang kemampuan berkomunikasinya mendapatkan nilai “baik” pada awalnya hanya 2 anak atau 15% anak menjadi 12 anak atau 92% anak di akhir siklus ke II. Pencapaian jumlah 92% anak ini telah melampaui kriteria keberhasilan perbaikan kegiatan pengembangan yang ditetapkan. Kriteria keberhasilan perbaikan kegiatan pengembangan yang ditetapkan adalah 90% anak mencapai nilai “baik”. Jadi perbaikan kegiatan pengembangan yang terfokus pada peningkatan kemampuan berkomunikasi anak dihentikan sampai siklus II dan perbaikan kegiatan pengembangan dikatakan berhasil.

Selama penelitian hambatan-hambatan yang ditemukan penelitian diantaranya: Anak pada awalnya belum terbiasa dengan metode talking stick sehingga anak masih belum maksimal dalam pembelajaran, anak dalam berkomunikasi pada awalnya masih terbawa dengan bahasa sehari-hari jika berkomunikasi dengan teman dan lingkungannya, motivasi guru pada awalnya belum bias maksimal

Saran dan Tindak Lanjut

a)    Bagi para pendidik yang mengalami permasalahan dalam pembelajaran seperti yang peneliti alami dapatlah menerapkan metode talking stick dalam proses belajar berkomunikasi anak.

b)    metode talking stick tidak hanya digunakan dalam pembelajarn berkomunikasi anak saja akan tetapi dapat digunakan untuk permasalahan lain dalam pembelajaran disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai.

c)     Guru dalm melaksanakan pembelajaran hendaknya tidak monoton dengan metode yang biasa dipakai, tetapi harus mempunyai kretifitas supaya anak tidak bosan dalam pembelajaran

d)    Pembiasaan menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik pada saat pembelajaran, membantu siswa belajar berkomunikasi dengan benar.

e)    Guru dalam pembelajaran haruslah memberikan motivasi-motivasi yang diberikan supaya anak aktif, kreatif dan bersemangat dalam belajar

DAFTAR PUSTAKA

Suherman, Eman. 2006. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang

Soewarno Handaya Ningrat. Pengantar Ilmu Studi Dan Manajemen.CV Haji Masagung, Jakarta, 1980, hal 94

T. Hani Handoko, Manajemen, BPFE Yogyakarta, 1986, hal 272

Sukanto Reksohadiprojo. Organisasi perusahaan, Edisi 11, BPFE, Yogyakarta, 1986,hal 176

Soejono Trimo, Analisis Kepemimpinan Angkasa Bandung. 1986

Onong Ichjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan praktek, CV. Remaja Karya, Bandung. 1985

Peraturan Pemerintah No 27 tahun 1990 tentang Pendidikan Prasekolah

Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Badudu, JS. 1989. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar III. Jakarta: PT. Gramedia

Bromley, Karen D`Angelo. Language Arts: Eksploring Conections. (Alih Bahasa:

Sayogyo). (Boston: Allyn and Bacon). 1992

Kemmis & Mc. Taggart. 2010. The Action Research Planner. Geelong: Deaken Univercity Press.

 Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Gramedia

Dhieni, Nurbiana dkk. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

R, Moeslichatoen. (1999). Metode Pengajaran di Tamam Kanak-Kanak. Jakarta Rineka Cipta