UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

MATERI PERBANDINGAN DAN SKALA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING KELAS VI SEMESTER II SD NEGERI KALIWUNGU 05   TAHUN 2017/2018

 

Suparti

SD Negeri Kaliwungu 05 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang

 

ABSTRAK

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yang pada akhirnya bermuara pada terbentuknya manusia Indonesia seutuhnya yang seimbang antara jasmani dan rohani, budi pekerti yang luhur, bermoral dan bertanggung jawab, maka peranan seorang guru sangatlah penting. Untuk itu diperlukan guru profesional, berbudi pekerti luhur, bermoral dan disiplin tinggi, karena guru pada dasarnya suri tauladan bagi siswa. Dalam proses pembelajaran Matematika di sekolah dasar seorang guru haruslah memperhatikan aspek-aspek yang dipersyaratkan baik aspek yang bersifat kognitif, apektif dan psikomotorik. Dalam mencapai aspek tersebut pada pembelajaran Matematika masih dianggap sulit oleh siswa sekolah dasar. Hal tersebut disebabkan oleh karena perlu adanya singkronisasi antara berbagai faktor lain sebagai penunjang keberhasilan. Dalam mencapai aspek yang dipersyaratkan, faktor konsentrasi siswa dan pemahaman siswa yang paling dominan untuk mencapai ketuntasan belajar. Target utama dalam suatau proses penyajian belajar mengajar apabila ingin mencapai hasil belajar yang maksimal adalah cara penyajian materi yang dapat memancing konsentrasi siswa. Perlu diingat bahwa taraf berfikir siswa sekolah dasar masih pad alevel konkrit. Hal tersebut berbanding terbalik dengan sifat konsep Matematika yang bersifat abstrak sehingga perlu adanya suatu jembatan berfikir yang dapat memancing konsentrasi siswa dan dapat mengaktifkan sifat abstrak suatu konsep Matematika. Berdasarkan analisis masalah yang menjadi penyebab ketidakberhasilan siswa dalam materi pokok pecahan dan urutannya maka masalah yang dapat dirumuskan adalah: “Apakah melalui model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada materi perbandingan dan skala pada siswa kelas VI semester II SD Negeri Kaliwungu 05 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang.” Dari hasil perbaikan pembelajaran yang sudah dilaksanakan di SD Negeri Kaliwungu 05, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang dapat diperoleh kesimpulan bahwa: Perbaikan pembelajaran dikemas dalam penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran Matematika materi Perbandingan dan skala di kelas VI semester II. Dari hasil tes formatif pada pra siklus didapat data, dari 9 siswa hanya 3 siswa yang telah tuntas KKM yakni N≥60 atau jika diprosentasekan besar ketuntasan prestasi belajar siswa hanya mencapai 33,33%. Setelah peneliti mengadakan perbaikan pembelajaran siklus 1 dengan memanfaatkan model pembelajaran Problem Based learning didapatkan hasil tes formatif siswa yang meningkat. Dari 9 siswa sebanyak 6 siswa telah tuntas KKM atau jika diprosentasekan sebanyak 66,67%. Dari kenaikan prestasi belajar siswa mulai pra siklus sampai siklus I maka peneliti melanjutkan ke perbaikan pembelajaran siklus II dengan target ketuntasan antar 90%-100% siswa mencapai KKM. Pada perbaikan pembelajaran siklus 2 dengan memaksimalkan pemanfaatan model pembelajaran Problem Based learning hasil tes formatif siswa telah mencapai ketuntasan KKM 100%. Dari hasil perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based learning yang telah dilaksanakan dapat digambarkan bahwa ada peningkatan signifikan mulai dari pra siklus ke siklus 1 hingga pada siklus II. Sehingga perbaikan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based learning dapat dijadikan alternatif dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran Matematika materi Perbandingan dan skala dan dapat dijadikan model pembelajaran alternatif dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas.

Kata kunci: prestasi belajar, Problem Based Learning

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yang pada akhirnya bermuara pada terbentuknya manusia Indonesia seutuhnya yang seimbang antara jasmani dan rohani, budi pekerti yang luhur, bermoral dan bertanggung jawab, maka peranan seorang guru sangatlah penting. Untuk itu diperlukan guru profesional, berbudi pekerti luhur, bermoral dan disiplin tinggi, karena guru pada dasarnya suri tauladan bagi siswa.

Dalam proses pembelajaran Matematika di sekolah dasar seorang guru haruslah memperhatikan aspek-aspek yang dipersyaratkan baik aspek yang bersifat kognitif, apektif dan psikomotorik. Dalam mencapai aspek tersebut pada pembelajaran Matematika masih dianggap sulit oleh siswa sekolah dasar. Hal tersebut disebabkan oleh karena perlu adanya singkronisasi antara berbagai faktor lain sebagai penunjang keberhasilan. Dalam mencapai aspek yang dipersyaratkan, faktor konsentrasi siswa dan pemahaman siswa yang paling dominan untuk mencapai ketuntasan belajar. Target utama dalam suatau proses penyajian belajar mengajar apabila ingin mencapai hasil belajar yang maksimal adalah cara penyajian materi yang dapat memancing konsentrasi siswa. Perlu diingat bahwa taraf berfikir siswa sekolah dasar masih pad alevel konkrit. Hal tersebut berbanding terbalik dengan sifat konsep Matematika yang bersifat abstrak sehingga perlu adanya suatu jembatan berfikir yang dapat memancing konsentrasi siswa dan dapat mengaktifkan sifat abstrak suatu konsep Matematika.

Pembelajaran Matematika yang diajarkan di SD merupakan Matematika sekolah yang terdiri dari bagian-bagian Matematika yang dipilih guna menumbuh kembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi anak serta berpedoman kepada perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa Matematika SD tetap memiliki ciri-ciri yang dimiliki Matematika, yaitu: 1) memiliki objek kajian yang abstrak, 2) memiliki pola pikir deduktif konsisten Suherman (2006: 55). Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas dibandingkan dengan ilmu yang lain. Menurut Hudoyo (2003: 22) belajar Matematika melibatkan struktur hirarki yang mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dan di bentuk atas dasar konsep yang sudah ada, sehingga belajar Matematika harus dilaksanakan secara terus menerus dan berurutan.

Belajar Matematika bisa karena terbiasa, hal ini dituntut siswa harus banyak melakukan latihan-latihan. Waktu belajar di sekolah sangatlah terbatas, lebih banyak waktu di luar jam efektif sekolah atau di rumah. Kesulitan-kesulitan yang ditemui dalam pengerjaan latihan atau tugas dapat ditanyakan pada narasumber, antara lain orang tua, kakak, teman sekelas, siswa yang berada di jenjang atasnya (SMP, SMA) atau kepada siapa saja yang dianggap bisa membantu dengan baik.

Setelah melakukan kegiatan pembelajaran Matematika dengan pokok bahasan perbandingan dan skala, ternyata guru mengalami beberapa masalah yang amat berpengaruh pada tingkat keberhasilan siswa. Hal ini terlihat pada hasil tes formatif siswa yang sangat rendah. Dari hasil evaluasi, 9 siswa kelas VI SDN Kaliwungu 05 hanya ada 3 siswa yang mencapai nilai 65 ke atas, sedangkan 6 siswa lainnya masih di bawah kriteria ketuntasan minimal yakni ≥65. Kebanyakan siswa belum dapat memahami konsep Matematika dalam perbandingan dan skala. Hal ini sebagai akibat dari metode ceramah yang lebih dominan digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar serta model pembelajaran yang digunakan kurang menarik bagi siswa.

Dari hasil diskusi dengan supervisor terdapat aktivitas guru dan siswa yang selama pembelajaran perlu diperbaiki dan perlu mendapat perhatian. Dari uraian tersebut peneliti termotivasi untuk mengadakan penelitian di SD Negeri Kaliwungu 05 pada kelas VI semester genap dengan menggunakan model pembelajaran Problem based learning sebagai metode pembelajaran untuk memecahkan permasalahan penguasaan konsep dan materi Matematika.

Dari latar belakang masalah di atas peneliti dapat menuliskan identifikasi masalah dan analisis masalah sebagai berikut:

Rumusan Masalah

Berdasarkan analisis masalah yang menjadi penyebab ketidakberhasilan siswa dalam materi pokok pecahan dan urutannya maka masalah yang dapat dirumuskan adalah:

“Apakah melalui model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada materi perbandingan dan skala pada siswa kelas VI semester II SD Negeri Kaliwungu 05 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang.”

Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Berdasarkan latar belakang perbaikan pembelajaran, penelitian ini bertujuan untuk: “Mendeskripsikan dampak penggunaan model pembelajaran Problem based learning pada mata pelajaran Matematika materi perbandingan dan skala kelas VI semester II di SD Negeri Kaliwungu 05 Kecamatan Kaliwungu”

Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa dan lembaga pendidikan.

Bagi siswa

a.     Meningkatkan proses / hasil belajar siswa.

b.     Siswa lebih termotivasi sehingga hasil belajar akan lebih baik dan bermutu.

c.     Merangsang siswa untuk menyukai pelajaran karena pelajaran sesulit apapun bisa menjadi lebih mudah.

Bagi guru

a.     Membantu guru memperbaiki pembelajaran.

b.     Membantu guru berkembang secara professional.

c.     Meningkatkan rasa percaya diri guru.

d.     Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.

Bagi lembaga pendidikan

Dapat memberikan pengalaman baru serta masukan bagi guru dalam meningkatkan profesional mereka dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa diperlukan pemilihan metode yang tepat.

KAJIAN PUSTAKA

Landasan Teori

Penelitian Tindakan Kelas

Seringkali kita mendengar kata penelitian, yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris: research, yang berarti kegiatan pencaharian atau ekspolrasi untuk menemukan jawaban dari masalah yang menjadi bidang kajian.Adapun yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research, yaitu satu action research yang dilakukan di kelas. Dari segi semantik(arti kata) action researh diterjemahkan menjadi penelitian tindakan.Carr dan Kemmis (McNiff, J, 1991,p.2) mendefisikan action research sebagai berikut:

Action research is a form of self –refflective enquiry undertaken by particMatematikants (teachers, students or princMatematikals, for example) in social (including educational) situations inorder toimprove the rationality andjustice of (a) their ownsocial or educational practices,(b) their understanding of these practices,and the situations (andinstitutions) in which the practices are carried out.

Metode Problem Based Learning

Model Problem Based Learning adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri (menurut Arends dalam Abbas, 2000:13). Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan ketrampilan berfikir kritis dan pemecahan masalah serta mendapatkan pengetahuan konsep – konsep penting, dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai ketrampilan mengarahkan diri. Pembelajaran berbasis masalah penggunaannya di dalam tingkat berfikir yang lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar.

Problem Based Learning atau Pembelajaran berbasis masalah meliputi pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan karya serta peragaan. Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya pada siswa. Pembelajaran berbasis masalah antara lain bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah (Ibrahim 2002:5). Dalam pembelajaran berbasis masalah, perhatian pembelajaran tidak hanya pada perolehan pengetahuan deklaratif, tetapi juga perolehan pengetahuan prosedural. Oleh karena itu penilaian tidak hanya cukup dengan tes. Penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa sebagai hasil pekerjaan mereka dan mendiskusikan hasil pekerjaan secara bersama-sama. Penilaian proses dapat digunakan untuk menilai pekerjaan siswa tersebut, penilaian ini antara lain: asesmen kerja, asesmen autentik dan portofolio. Penilaian proses bertujuan agar guru dapat melihat bagaimana siswa merencanakan pemecahan masalah, melihat bagaimana siswa menunjukkan pengetahuan dan ketrampilannya. Airasian dalam Diah Eko Nuryenti (2002) menyatakan bahwa penilaian kinerja memungkinkan siswa menunjukkan apa yang dapat mereka lakukan dalam situasi yang sebenarnya. Sebagian masalah dalam kehidupan nyata bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan zaman dan konteks atau lingkungannya, maka disamping pengembangan kurikulum juga perlu dikembangkan model pembelajaran yang sesuai tujuan kurikulum yang memungkinkan siswa dapat secara aktif mengembangkan kerangka berfikir dalam memecahkan masalah serta kemampuannya untuk bagaimana belajar (learning how to learn). Dengan kemampuan atau kecakapan tersebut diharapkan siswa akan mudah beradaptasi. Dasar pemikiran pengembangan strategi pembelajaran tersebut sesuai dengan pandangan kontruktivis yang menekankan kebutuhan siswa untuk menyelidiki lingkungannya dan membangun pengetahuan secara pribadi pengetahuan bermakna (Ibrahim, 2000:19).

Ketika siswa masuk kelas mereka tidak dalam keadaan kosong, melainkan mereka telah memiliki pengetahuan awal. Berdasarkan pemikiran tersebut maka pembelajaran Pekerjaan Dasar Konstruksi Bangunan perlu diawali dengan mengangkat permasalahan yang sesuai dengan lingkungannya (permasalahan kontekstual).

Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian pustaka tersebut di atas dapat diambil pokok pikiran bahwa pelajaran Matematika di SD dengan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan berbagai kemampuan dan keterampilan yang ada pada diri siswa. Dengan model pembelajaran Problem Based Learning akan melatih keberanian, kepercayaan diri dalam mengatasi permasalahan dan keterampilan anak dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapat.

PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kaliwungu 05, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang pada tahun 2017 / 2018. Fokus penelitian adalah pada tindakan atau praktek belajar dengan tujuan perbaikan prestasi belajar Matematika materi perbandingan dan skala di kelas VI semester II.

Berdasarkan data sekolah di SD Kaliwungu 05 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang tahun 2017/2018 dengan jumlah siswa kelas VI adalah 9 siswa yang terdiri 7 siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan. Tempat tinggal siswa menyebar di desa Ngemplak Kecamatan Kaliwungu dan sekitarnya yang sebagian besar berasal dari keluarga petani. Latar belakang pendidikan orang tua siswa menengah kebawah kondisi ekonomi yang relatif kurang, karena sebagian besar orang tua siswa sebagai buruh dan petani. Sehingga orang tua cenderung kurang memperhatikan siswa dalam proses belajar di rumah. Proses belajar bagi siswa hanya dominan dilakukan di sekolah. Sehingga waktu dirumah yang lebih banyak daripada disekolah tidak dimanfaatkan untuk belajar siswa secara maksimal.

 

Tempat Pelaksanaan

Lokasi pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas adalah Kelas VI SD Negeri Kaliwungu 05 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang. Peneliti mempertimbangkan tempat tersebut untuk dijadikan lokasi penelitian adalah karena sekolah tersebut merupakan tempat mengajar penulis. Sehingga peneliti mudah dalam mendapatkan data – data, peluang waktu yang luas, dan subjek penelitian sesuai dengan profesi penulis terkait penelitian tindakan kelas ini.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Per Siklus

Dalam bagian ini disajikan hasil penelitian yang sesuai dengan analisis dan tujuan penelitian. Pada awal pembelajaran (Pra Siklus) proses pembelajaran belum mengalami ketuntasan, pada Siklus I terdapat peningkatan prestasi belajar setelah guru menggunakan model pembelajaran problem based learning, pada siklus II hasil pembelajaran mengalami ketuntasan setelah guru lebih memaksimalkan penggunaan model pembelajaran problem based learning. Selanjutnya hasil pembelajaran diungkap dalam deskripsi per siklus sebagai berikut:

Siklus I

Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil prestasi siswa, maka peneliti mengembangkan rencana Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam penelitian ini terdiri dari 2 siklus yang masing-masing terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.

Siklus II

Atas dasar hasil refleksi terhadap perbaikan pembelajaran Siklus I. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam perbandingan dan skala, maka peneliti bekerjasama dengan penilai 1 dan penilai 2 serta mengkaji beberapa teori penyajian pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, maka peneliti mengembangkan rencana perbaikan pembelajaran berupa prosedur kerja yang dilaksanakan di dalam kelas yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.

Keberhasilan dan Kegagalan

Merupakan diskripsi dari kegiatan evaluasi sebagai salah satu alat ukur keberhasilan proses pembelajaran. Sehingga dapat diketahui tingkat pemahaman siswa terhadap pelajaran Matematika materi perbandingan dan skala.

Dalam hal ini peneliti akan mengungkap hasil yang dicapai oleh siswa, sebagai berikut:

Hasil Evaluasi Sebelum Perbaikan

Kegiatan pada pembekajaran Prasiklus perlu ditingkatkan ke siklus I agar kemampuan siswa dapat lebih ditingkatkan. Hal tersebut perlu dilaksanakan karena ketuntasan klasikal hanya mencapai 33,33% atau sebanyak 3 siswa dari 9 siswa atau ketidaktuntasan mencapai 66,67% atau sebanyak 6 siswa. Nilai rata – rata kelas hanya mencapai 60,55.

Hasil evaluasi mata pelajaran Matematika pada materi perbandingan dan skala Kelas VI semester II di SD Negeri Kaliwungu 05 Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang Sebelum kegiatan perbaikan pembelajaran dengan indeks kegagalan sebanyak 6 siswa atau jika diprosentasekan sebanyak 66,67% (rentang 45-51, 52-58, dan 59-65). Sedangkan pada indeks keberhasilan belajar siswa sesuai dengan KKM yakni N≥60 hanya sebanyak 3 siswa atau 33,33%. (rentang nilai 66-72, 73 – 79 dan 80 – 87)

Dari 9 siswa nilai belum tuntas 45-51 sebanyak 3 orang siswa, 52-58 sebanyak 3 orang siswa, nilai 59-65 sebanyak 0 orang siswa, sedangkan pada kelas interval tuntas KKM yakni N≥65, yakni pada rentang nilai 66-72 sebanyak 1 orang siswa, 73-79 sebanyak 1 siswa, nilai 80-87 sebanyak 1 siswa. Sehingga tampak bahwa proses pembelajaran tidak berhasil.

Setelah didapatkan data nilai tersebut maka peneliti mengangkat materi tersebut kedalam sebuah Penelitian Tindakan Kelas. Peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran Siklus I. Setelah mengadakan evaluasi pada akhir perbaikan maka peneliti mendapatkan data nilai tes formatif siswa pada Siklus I.

Hasil Perbaikan Pembelajaran Siklus I

Kegiatan pada siklus I perlu ditingkatkan ke siklus II agar kemampuan siswa dapat lebih ditingkatkan. Hal tersebut perlu dilaksanakan karena ketuntasan klasikal pada perbaikan pembelajaran siklus I ini hanya mencapai prosentase 66,67% atau sebanyak 6 siswa, sedangkan siswa belum tuntas 33,33% atau sebanyak 3 siswa. Jika melihat hasil tersebut maka peneliti menyimpulkan perlunya melanjutkan perbaikan pembelajaran Siklus I dengan lebih memaksimalkan model pembelajaran Problem Based learning.

Dapat dilihat hasil evaluasi mata pelajaran Matematika pada materi Perbandingan dan skala kelas VI semester II di SD Negeri Kaliwungu 05 Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang. Pada perbaikan pembelajaran siklus I tampak lebih meningkat jika dibandingkan sebelum perbaikan pembelajaran. Pada perbaikan pembelajaran siklus I prosentase ketuntasan telah mencapai 66,67% atau sebanyak 6 siswa, sehingga disimpulkan ada peningkatan prestasi belajar siswa pada Matematika materi perbandingan dan skala.

Nilai tidak tuntas pada kelas interval 50 – 55 sebanyak 3 siswa dan 56 – 62 sebanyak 0 siswa. Sedangkan batas nilai tuntas KKM pada kelas interval 63 – 69 sebanyak 0 siswa, 70 – 76 sebanyak 4 siswa, 77 – 83 sebanyak 1 siswa dan 84 – 91 sebanyak 1 siswa.

Dari data nilai hasil evaluasi tes formatif siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan prestasi belajar siswa dari sebelum perbaikan sampai pada perbaikan pembelajaran silkus I pada mata pelajaran Matematika materi perbandingan dan skala dengan memanfaatkan model pembelajaran Problem Based Learning. Dari kajian tersebut maka peneliti melanjutkan ke Perbaikan Pembelajaran Siklus II dengan harapan ketuntasan hasil belajar siswa antara 90% – 100%.

Hasil Perbaikan Pembelajaran Siklus II

Hasil evaluasi mata pelajaran Matematika materi perbandingan dan skala Kelas VI semester II di SD Negeri Kaliwungu 05 Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang Pada perbaikan pembelajaran siklus II tampak peningkatan secara signifikan jika dibandingkan pada sebelum perbaikan pembelajaran dan perbaikan pembelajaran siklus I. pada Siklus II nilai siswa telah memenuhi ketuntasan yang ditargetkan yakni antara 90% – 100% siswa. Sehingga disimpulkan ada peningkatan hasil belajar siswa pada Matematika materi perbandingan dan skala.

Apabila hasil evaluasi mata pelajaran Matematika materi perbandingan dan skala perbaikan.

Nilai pada kelas interval 70-74 sebanyak 2 siswa, kelas interval 75 – 79 sebanyak 2 siswa, kelas interval 80-84 sebanyak 0 siswa, 85-89 sebanyak 2 siswa, dan kelas interval 90-95 sebanyak 3 siswa.

Dari data nilai hasil evaluasi tes formatif siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa dari sebelum perbaikan sampai pada perbaikan pembelajaran silkus II pada Matematika materi perbandingan dan skala dengan memanfaatkan model pembelajaran Problem Based Learning. Dari kajian tersebut maka peneliti memutuskan perbaikan pembelajaran cukup pada siklus II. karena semua siswa telah tuntas

Apabila hasil perolehan Data tersebut disajikan dalam tabel maka dapat dilihat pada table berikut:

Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar

No

Ketuntasan

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Jumlah

%

Jumlah

%

Jumlah

%

1

Tuntas

3

33,33%

6

66,67%

9

100%

2

Belum Tuntas

6

66,67%

3

33,33%

0

0%

 

Dengan melihat data diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

a.      Sebelum perbaikan pembelajaran siswa yang tuntas hanya 3 siswa dari 9 siswa atau jika diprosentasekan sebesar 33,33%

b.      Pada siklus I siswa yang tuntas adalah 6 siswa dari 9 siswa jika diprosentasekan sebesar 66,67%

c.      Pada siklus II siswa tuntas 9 siswa dari 9 siswa jika diprosentasekan sebesar 100%

Sedangkan siswa yang belum tuntas sebagai berikut:

a.      Sebelum perbaikan pembelajaran 6 siswa dari 9 siswa belum tuntas jika diprosentasekan sebesar 66,67%

b.      Pada siklus I sebanyak 3 siswa yang belum tuntas dari 9 siswa jika diprosentasekan sebesar 33,33%

c.      Pada siklus II siswa yang belum tuntas tidak ada (0%).

Pembahasan dari setiap siklus

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari sebelum perbaikan, perbaikan siklus I dan siklus II terbukti bahwa pembelajaran memerlukan kompetensi yang tinggi dari seorang guru. Banyak faktor yang mempengaruhi kegagalan dan keberhasilan suatu pembelajaran.

Dari beberapa kajian teori mengenai pembelajaran yang paling menentukan keberhasilan pembelajaran adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran itu meliputi cara memilih strategi, metode dan media yang digunakan dalam pembelajaran.

Siklus I

Pelaksanaan pemberian tugas masih kurang memotivasi kreativasi keaktifan siswa. Hal ini disebabkan kurang jelasnya penjelasan instruksi dari guru kepada seluruh siswa tentang pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Gatot Muhsetyo (2011:1.26) pembelajaran Matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan Matematika yang dipelajari. Salah satu komponen yang menentukan ketercapaian kompetensi adalah penggunaan strategi pembelajaran Matematika yang sesuai dengan: (1) topic yang sedang dibicarakan, (2) tingkat perkembangan intelektual peserta didik, (3) prinsip dan teori belajar, (4) keterlibatan aktif peserta didik, (5) keterkaitan dengan kehidupan peserta didik sehari–hari, dan (6) pengembangkan dan pemahaman penalaran matematis. Pengajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.

 Hasil analisis penilaian menunjukkan masih rendahnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Dari 9 siswa yang mendapat nilai tuntas baru 6 orang siswa dan 3 siswa lain belum mencapai nilai tuntas. Nilai rata-rata kelas sebesar 67,22.

Siklus II

Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II peneliti merancang pembelajaran dengan persiapan yang lebih matang. Masalah yang dijadikan bahan diskusi yang dipersiapkan untuk seluruh siswa untuk memperjelas materi tentang perbandingan dan skala.

Analisis penilaian hasil yang baik dari pada perbaikan pembelajaran siklus I. Keberhasilan pembelajaran ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran guru secara efektif disertai penjelasan. Dalam mempelajari Matematika, konsep sebelumnya harus benar-benar dikuasai agar dapat memahami konsep-konsep selanjutnya. Hal ini tentu saja membawa akibat kepada bagaimana terjadinya proses belajar mengajar atau pembelajaran Matematika. Oleh karena itu dalam pembelajaran Matematika tidak dapat dilakukan secara melompat-lompat tetapi harus tahap demi tahap, dimulai dengan pemahaman ide dan konsep yang sederhana sampai kejenjang yang lebih kompleks tentang penggunaan model pembelajaran Problem Based learning ditunjang metode penunjang berupa metode ceramah, diskusi dan tanya jawab, sehingga dengan tugas yang dirancang akan memperjelas informasi guru, mengerjakan tugas akan meningkatkan pemahaman terhadap materi perbandingan dan skala. Dengan demikian seperti yang dikemukakan pada kajian teori bahwa pembelajaran akan menyenangkan dan bermakna apabila dalam proses pembelajaran guru terampil dalam memilih dan menentukan model dan media yang sesuai dengan bahan ajar yang akan diberikan.

Prestasi belajar merupakan hasil evaluasi belajar yang diperoleh atau dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam kurun waktu tertentu. Bentuk konkrit dan prestasibelajar adalah dalam bentuk skor akhir dari evaluasi yang dimasukkan dalam nilai raport. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa dilakukan evaluasi. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Pada pembelajaran Matematika ini seluruh siswa tuntas. Nilai rata-rata kelas mencapai 81,66. Hal ini terbukti dari perolehan nilai tes evaluasi yang dilakukan guru setelah proses pembelajaran selesai.

SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

Simpulan

Dari hasil perbaikan pembelajaran yang sudah dilaksanakan di SD Negeri Kaliwungu 05, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang dapat diperoleh kesimpulan bahwa:

1.     Perbaikan pembelajaran dikemas dalam penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran Matematika materi Perbandingan dan skala di kelas VI semester II. Dari hasil tes formatif pada pra siklus didapat data, dari 9 siswa hanya 3 siswa yang telah tuntas KKM yakni N≥60 atau jika diprosentasekan besar ketuntasan prestasi belajar siswa hanya mencapai 33,33%. Setelah peneliti mengadakan perbaikan pembelajaran siklus 1 dengan memanfaatkan model pembelajaran Problem Based learning didapatkan hasil tes formatif siswa yang meningkat. Dari 9 siswa sebanyak 6 siswa telah tuntas KKM atau jika diprosentasekan sebanyak 66,67%. Dari kenaikan prestasi belajar siswa mulai pra siklus sampai siklus I maka peneliti melanjutkan ke perbaikan pembelajaran siklus II dengan target ketuntasan antar 90%-100% siswa mencapai KKM. Pada perbaikan pembelajaran siklus 2 dengan memaksimalkan pemanfaatan model pembelajaran Problem Based learning hasil tes formatif siswa telah mencapai ketuntasan KKM 100%.

2.     Dari hasil perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based learning yang telah dilaksanakan dapat digambarkan bahwa ada peningkatan signifikan mulai dari pra siklus ke siklus 1 hingga pada siklus II. Sehingga perbaikan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based learning dapat dijadikan alternatif dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran Matematika materi Perbandingan dan skala dan dapat dijadikan model pembelajaran alternatif dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas.

Saran dan Tindak Lanjut

Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran lebih meningkat adalah sebagai berikut:

a.     Guru dalam mengajar dapat menggunakan model pembelajaran Problem Based learning dalam pembelajaran

b.     Guru dalam membimbing siswa pada kegiatan Problem Based learning perlu ekstra

c.     Memberi penguat bagi siswa yang berhasil, memberi dorongan bagi yang belum berhasil.

Di samping itu, berdasarkan pengalaman peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas, perlu adanya kelompok kerja diantara guru untuk selalu bertukar pikiran dan pengalaman berkenaan dengan masalah dan tugas sehari-hari. Dengan memperhatikan tujuan dan manfaat Penelitian Tindakan Kelas, sebaiknya guru melaksanakan PTK untuk mengatasi masalah yang muncul dalam pembelajaran demi keberhasilan pembelajaran.

Tindak Lanjut

a.     Perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan merupakan upaya guru untuk melangkah lebih maju dengan berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan. Sehingga melalui data yang emperik ini pendekatan pendidikan dan lingkungan menjadi ilmu yang benar-benar komperhensif.

b.     Perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru merupakan bahwa pengembangan proses pembelajaran secara kontektual dapat dipandang sebagai proses keseimbangan antara substansi dan relasi, artinya peneliti perbaikan pembelajaran ini dapat digunakan sebagai bahan yang memberi kemungkinan timbulnya potensi-potensi untuk berkembang dikalangan guru kelas tingkat sekolah dasar.

c.     Perbaikan pembelajaran ini merupakan alternatif pemecahan masalah bagi guru dan merupakan proses dalam mengantisipasi adanya rumusan tentang tujuan pendidikan yang harus dilakukan secara sengaja. Oleh karena itu perlu menjadi wahana dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) untuk meningkatkan kinerja guru mendukung ketuntasan proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas.2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV IKIP Semarang Press

Ahmadi, Mukhsin. 1990. Strategi Belajar mengajar (Keterampilan berbahasa dan Apresiasi Sastra). Malang: YA3

Depdikbud. 1996. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar mengajar. Bandung: Balai Pustaka

Depdikbud. 1993. Matematika Mari Berhitung. Jakarta: Balai Pustaka

Depdiknas, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Balai Pustaka

Dimyati. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud

Erman, Suherman. 1993. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka

Gatot, Muhsetyo dkk. 2011. Pembelajaran Matematika di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Hudojo, Herman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI

Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press

Karso. 1993. Dasar – Dasar Pendidikan MIPA. Jakarta: Depdikbup.

Kemmis, S. dan MC. Toggart.R. (Ed.1988). The Action Resesarch Planner.Deakin. Deakin University: Australia

Nuryenti, Diah Eko. 2005. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk mengembangkan kecakapan Matematika Siswa Sekolah Dasar (SD). Jakarta: Rhineka Ilmu

Slamet. 1995. Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Raja Grafindo

Soedjadi, dkk. 1995. Mari Berhitung. Jakarta: Balai Pustaka.