Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Model STAD Melalui Supervisi Klinis
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
MELALUI SUPERVISI KLINIS DI SD DABIN IV
UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN PULOKULON
KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Anna Susanti
Pengawas Sekolah UPTD Pendidikan Kecamatan Pulokulon
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD setelah dilaksanakan supervisi klinis. Penelitian berlangsung dari bulan Agustus s.d September tahun 2017 pada Semester 1 Tahun pelajaran 2017/2018. Subjek penelitian adalah 10 orang guru SD di Dabin IV UPTD Pendidikan Pulokulon Kabupaten Grobogan. Instrumen yang digunakan adalah lembar pengamatan kemampuan guru dalam penerapan model pembelajarn koopertif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi atau pengamatan dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan supervisi klinis kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif type STAD dapat meningkat. Peningkatan dari pra siklus ke siklus I sebesar 23,00% dari siklus I ke siklus II sebesar 19,60% dan dari pra siklus ke siklus II sebesar 42,60% Setelah dilakukan tindakan maka kemampuan menerapkan model pembelajaran kooperatif type STAD dapat mencapai 82,60%. Dengan demikian hipotesis tindakan yang menyatakan: “Kemampuan Guru SD Dabin IV UPTD Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Dalam Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dapat Ditingkatkan Melalui Supervisi Klinis†terbukti benar.
Kata kunci : kemampuan guru, model pembelajaran tipe STAD, supervisi klinis.
PENDAHULUAN
Pembelajaran adalah salah satu tahap yang sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Agar siswa benar-benar dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka proses pembelajaran harus dirancang dengan baik, sehingga proses pembelajaran benar-benar berpusat pada siswa sebagai peserta didik, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa proses pembelajaran di kelas masih didominasi oleh guru. Metode pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru di kelas adalah metode ceramah. Metode ceramah dalam proses pembelajaran kurang memberikan wadah bagi siswa untuk aktif berpikir, melainkan cenderung membuat siswa menjadi pasif, keterampilan proses sains siswa kurang terlatih, dan siswa tidak memperoleh pengalaman yang mempermudah dalam mengingat dan memahami materi yang sedang dipelajari. Hal ini akan berdampak pada rendahnya ketrampilan proses sains siswa dan hasil belajar siswa di kelas.
Belajar merupakan suatu proses yang mengacu pada perubahan dalam diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat dilihat dalam berbagai bentuk dan wujud berupa pengetahuan, perubahan sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kebiasaan. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam suatu aktivitas pembelajaran diperlukan adanya kejelian seorang guru dalam memilih metode yang sesuai dengan materi pelajaran dan tingkah perkembangan peserta didik. Berdasarkan beberapa uraian di atas, peneliti dalam penelitian tindakan sekolah ini menerapkan supervisi klinis untuk meningkatakan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Fakta tentang masih banyaknya penggunaan metode ceramah dalam pembelajaran seperti dikemukakan di atas, menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran ini masih kurang serta kurang memahami manfaat pembelajaran koopeatif khususnya tipe STAD. Untuk itu perlu adanya pembinaan agar kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menjadi lebih baik.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah kemampuan guru Dabin IV UPTD Pendidikan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018 dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat ditingkatkan melalui supervisi klinis?
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan kemampuan guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di SD Dabin IV UPTD Pendidikan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018 melalui supervisi klinis.
Manfaat penelitian ini adalah dapat digunakan sebagai: 1) masukan bagi guru dalam upaya menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan menambah perbendaharaan guru dalam menerapkan model pembelajaran siswa aktif; 2) masukan bagai kepala sekolah dalam melakukan pembinaan kepada guru sebagai upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru; 3) bahan menyusun program kegiatan peningkatan profesionalisme guru pada Dinas dan atau Instansi terkait.
KAJIAN TEORI
Kemampuan Guru
Kemampuan menurut Kunandar adalah suatu yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya (Kunandar: 2008). Menurut Broker dan Stone dalam Cece Wijaya memberikan pengertian kemampuan guru adalah sebagai gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru atau tenaga kependidikan yang tampak sangat berarti (Cece Wijaya: 1991). Berdasarkan defenisi tersebut dapat penulis ambil kesimpulan bahwa kemampuan guru adalah potensi atau kesanggupan yang dikuasai guru untuk melakukan suatu aktifitas atau kegiatan.
Menurut Suprayati dalam Kunandar, keterampilan mengajar adalah sejumlah kompetensi guru yang menampilkan kinerjanya secara profesional. Kemampuan ini menunjukkan bagaimana guru memperlihatkan perilakunya selama interaksi dalam pembelajaran, meliputi: a) keterampilan membuka pelajaran, yaitu kegiatan guru untuk menciptakan suasana yang menjadikan siswa siap mental sekaligus menimbulkan perhatian siswa yang terpusat pada hal–hal yang akan dipelajari; b) keterampilan menutup pelajaran, yaitu kegiatan guru untuk mengakhiri proses pembelajaran; c) keterampilan menjelaskan, yaitu usaha penyajian materi pelajaran yang diorganisasikan ssecara sistematis; d) keterampilan mengelola kelas, yaitu kegiatan guru untuk menciptakan siklus belajar yang kondusif; e) keterampilan bertanya, adalah usaha guru untuk mengoptimalkan kemampuan menjelaskan melalui pemberian pertanyaan kepada siswa; f) keterampilan memberi penguatan, yaitu suatu respons positif yang diberikan guru kepada siswa yang melakukan perbuatan baik atau kurang baik; g) keterampilan memberi variasi, yaitu usaha guru untuk menghilangkan kebosanan siswa dalam menerima pelajaran melalui variasi gaya guru mengajar dan komunikasi nonverbal (suara, mimik, kontak mata dan semangat).
Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi, belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok (Solihatin, 2008: 4). cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Menurut Slavin (2005: 143) STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru menggunakan pendekatan kooperatif. STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim. Slavin (dalam Asma, 2008: 50) menyatakan bahwa STAD adalah pembelajaran dimana siswa di tempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial lainnya.
Arizt (dalam Harlina, 2008: 7) menyatakan STAD adalah “Pembelajaran kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 atau 5 orang siswa, setiap kelompok akan bekerjasama dan saling membantu dalam mengerjakan tugas yang diberikan guruâ€. Menurut Iskandar (2009: 128) tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Terdapat lima komponen utama yaitu: presentasi kelas, kerja tim, kuis, memberikan evaluasi dan penghargaan individu.
Supervisi Klinis
Mulyasa (2006: 155) mengungkapkan bahwa supervisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan terutama untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah yang berhubungan dengan tugas-tugas utama pendidikan. Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pembelajaran. Di dalam supervisi klinis, supervisor mengadakan pengamatan secara langsung terhadap cara guru mengajar, dengan mengadakan “diskusi balikan†antar supervisor dan guru yang bersangkutan.
Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Supervisi klinis adalah suatu proses pembimbingan dalam pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan profesional guru dalam pengenalan mengajar melalui observasi dan analisis data secara objektif, teliti sebagai dasar untuk usaha mengubah perilaku mengajar guru (Sahertian, 2006: 36).
Kerangka Berpikir
Lingkup tugas pengawas satuan pendidikan menurut Permendikbud Nomor 143 tahun 2014 adalah melaksanakan supervisi manajerial dan supervisi akademik. Supervisi akademik merupakan proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan profesional guru, khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut. Salah satu bentuk dari supervise akademik adalah supervise klinis.
Banyaknya guru yang masih menerapkan metode ceramah menunjukkan bahwa guru kurang memahami model-model pembelajaran siswa aktif, khususnya model pembelajaran kooperatif tipe STAD hal ini tidak lepas dari kurangnya kemampuan dan ketrampilan guru dalam menerapkan model tersebut. Melalui supervisi klinis yang dilakukan pengawas diharapkan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajara kooperatif tipe STAD dapat ditingkatkan.
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah â€Kemampuan Guru SD Dabin IV UPTD Pendidikan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Dalam Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dapat Ditingkatkan Melalui Supervisi Klinisâ€.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah yang didesain sesuai model John Elliot (dalam Muslihudin, 2010: 72) dimana terdapat empat komponen penelitian tindakan (perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi) dalam suatu ssstem spiral yang saling terkait
Subjek penelitian ini adalah 10 guru SD di Dabin IV UPTD Pendidikan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan. Objek penelitian ini adalah kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Dabin IV UPTD Pendidikan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan pada semester I Tahun Pelajaran 2017/2018 selama 2 bulan yaitu bulan Agustus sampai dengan September 2017.
Analisis data dilakukan dengan tehnik analisa deskriptif. Indikator untuk menentukan keberhasilan penelitian ini adalah apabila kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD telah mencapai persentasi >80%.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Prasiklus
Sebelum penelitian dilakukan, peneliti melakukan observasi untuk mengetahui kemampuan guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebelum dilakukan tindakan. Hasil observasi kemampuan guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan terhadap 10 guru, diketahui bahwa sebagian besar guru belum mampu menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan baik, hal ini seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Penilaian Kemampuan Guru dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Prasiklus)
No |
Indikator |
Skor Rata-Rata |
Persentase |
1. |
Merancang lembar kerja siswa, lembar jawaban serta lembar kunci jawaban |
2,00 |
40,00% |
2. |
Menentukan skor dasar siswa |
1,90 |
38,00% |
3. |
membentuk kelompok terdiri dari 4-5 siswa |
1,80 |
36,00% |
4. |
Guru menjelaskan materi secara umum |
1,90 |
38,00% |
5. |
Siswa belajar dalam kelompok |
2,00 |
40,00% |
6. |
Masing-masing perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok ke depan kelas dan meminta tanggapan serta masukan dari kelompok lain. |
2,00 |
40,00% |
7. |
Melakukan evaluasi secara individu |
2,20 |
44,00% |
8. |
Pemeriksaan hasil tes oleh guru, membuat daftar skor peningkatan setiap individu yang kemudian di masukkan ke dalam skor kelompok |
1,80 |
36,00% |
9 |
Menghitung skor peningkatan individu dan skor kelompok |
2,30 |
46,00% |
10. |
pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapat poin tertinggi |
2,10 |
42,00% |
Rata-Rata |
2,00 |
40,00% |
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata kemampuan guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah 2,00, hal ini menunjukkan bahwa ketercapaian aspek kemampuan guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD baru mencapai 40,00%. Dengan demikian tingkat kemampuan guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD masih tergolong rendah, sehingga perlu dilakukan tindakan agar kemampuan guru dapat meningkat. Adapun tindakan yang dilakukan adalah melalui program Supervisi.
Siklus 1
Pada kegitan siklus I diawali dengan mendiskusikan tentang permasalahan yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berdasarkan hasil observasi pada kegiatan prasiklus. Langkah selanjutnya melaksanakan program supervisi. Dalam kegiatan supervisi dilakukan penyampaian materi, dan dilanjutkan dengan praktik penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas mulai dari persiapan, penyajian, dan tindak lanjut. Selanjutnya kemampuan guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diamati dan hasilnya dicatat dalam lembar observasi. Rekapitulasi hasil observasi siklus 1 adalah sebagai berikut.
Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Penilaian Kemampuan Guru dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Siklus I
No |
Indikator |
Skor Rata-Rata |
Prosentase |
1. |
Merancang lembar kerja siswa, lembar jawaban serta lembar kunci jawaban |
2,90 |
58,00% |
2. |
Menentukan skor dasar siswa |
3,10 |
62,00% |
3. |
membentuk kelompok terdiri dari 4-5 siswa |
3,30 |
66,00% |
4. |
Guru menjelaskan materi secara umum |
3,20 |
64,00% |
5. |
Siswa belajar dalam kelompok |
3,00 |
60,00% |
6. |
Masing-masing perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok ke depan kelas dan meminta tanggapan serta masukan dari kelompok lain. |
3,20 |
64,00% |
7. |
Melakukan evaluasi secara individu |
3,20 |
64,00% |
8. |
Pemeriksaan hasil tes oleh guru, membuat daftar skor peningkatan setiap individu yang kemudian di masukkan ke dalam skor kelompok |
3,20 |
64,00% |
9 |
Menghitung skor peningkatan individu dan skor kelompok |
3,30 |
66,00% |
10. |
pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapat poin tertinggi |
3,10 |
62,00% |
Rata-Rata |
3,15 |
63,00% |
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa kemampuan guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD setelah dilakukan tindakan I, skor rata-rata yang diperoleh guru mulai meningkat mencapai 3,15, atau ketercapaian aspek meningkat menjadi 63,00%. Namun beberapa aspek masih tergolong sangat rendah dan indikator ketercapaian tindakan belum tercapai, untuk itu perlu dilakukan tindakan II.
Siklus 2
Untuk menindak lanjuti tindakan I, peneliti bersama kepala sekolah menyusun rencana kegiatan program supervisi lanjutan dengan materi menegaskan materi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, khususnya pada aspek yang skornya masih rendah. Mengingat pada siklus I hampir semua aspek masih kurang, maka materi supervisi disampaikan kembali, namun untuk kegiatan ini disampaikan dengan demonstrasi. Langkah kegiatan pada siklus 2 dilakukan seperti pada siklus 1.
Setelah tahap pelaksanaan tindakan yaitu berupa supervi, selanjutnyai dilakukan observasi pada guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pengamatan dilakukan pada saat guru melaksanakan pembelajaran dengan tidak mengganggu kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran, hasilnya dicatat dalam lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya. Rekapitulasi hasil observasi siklus 2 adalah sebagai berikut
Tabel 4 Rekapitulasi Hasil Penilaian Kemampuan Guru dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siklus II
No |
Indikator |
Skor Rata-Rata |
Prosentase |
1. |
Merancang lembar kerja siswa, lembar jawaban serta lembar kunci jawaban |
3,90 |
78,00% |
2. |
Menentukan skor dasar siswa |
4,30 |
86,00% |
3. |
membentuk kelompok terdiri dari 4-5 siswa |
4,30 |
86,00% |
4. |
Guru menjelaskan materi secara umum |
4,00 |
80,00% |
5. |
Siswa belajar dalam kelompok |
4,40 |
88,00% |
6. |
Masing-masing perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok ke depan kelas dan meminta tanggapan serta masukan dari kelompok lain. |
4,10 |
82,00% |
7. |
Melakukan evaluasi secara individu |
4,10 |
82,00% |
8. |
Pemeriksaan hasil tes oleh guru, membuat daftar skor peningkatan setiap individu yang kemudian di masukkan ke dalam skor kelompok |
4,20 |
84,00% |
9 |
Menghitung skor peningkatan individu dan skor kelompok |
4,00 |
80,00% |
10. |
pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapat poin tertinggi |
4,00 |
80,00% |
Rata-Rata |
4,13 |
82,60% |
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa kemampuan guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD setelah dilakukan tindakan II, skor yang diperoleh guru meningkat menjadi 4,13, atau ketercapaian aspek meningkat menjadi 82,60%. Dengan demikian indikator ketercapaian tindakan telah tercapai dimana skor rata-rata telah mencapai 4,13 (>3,40), dan ketercapaian aspek penggunaan media pembelajaran telah mencapai 82,60% (>80%). Dengan tindakan tidak perlu dilanjutkan lagi.
Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa guru SD di Dabin IV UPTD Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan mampu menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam kegiatan pembelajaran dengan baik setelah dilakukan supervisi. Selain itu penyampaian hasil observasi kepada guru merupakan masukan yang berharga bagi guru, sehingga guru dapat memperbaiki kelemahan yang ada, khsususnya dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pelaksanaan pembelajaran.
Peningkatan kemampuan guru dapat ditunjukkan dari skor prasiklus, siklus I, dan siklus II, dimana sebelum dilakukan tindakan (prasiklus) skor rata-rata kemampuan guru adalah sebesar 2,00 atau 40,00%, pada siklus I meningkat menjadi 3,15 atau sebesar 63,00%, siklus II meningkat menjadi 4,13 atau sebesar 82,60% dengan demikian terjadi peningkatan skor dari prasiklus ke siklus II sebesar 2,13 atau 42,60%.
Secara rinci peningkatan kemampuan guru dari prasiklus ke siklus berikutnya seperti terlihat pada tabel dan gambar berikut berikut.
Tabel 5 Peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD per siklus
URAIAN |
PRASIKLUS |
SIKLUS 1 |
SIKLUS 2 |
PENINGKATAN |
|
SIKLUS 1 |
SIKLUS 2 |
||||
Skor Rata-Rata |
2,00 |
3,15 |
4,13 |
1,15 |
2,13 |
Persentase Rata-Rata |
40,00% |
63,00% |
82,60% |
23,00% |
42,60% |
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan yang signifikan dari pra siklus ke siklus I sebesar 23,00% siklus I ke siklus II sebesar 19,60%, dengan demikian peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif type STAD meningkat dari pra siklus sebelum tindakan dan sesudah tindakan sebesar 42,60% (dari pra siklus ke siklus II).
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dengan supervisi klinis, kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif type STAD dapat meningkat. Peningkatan dari pra siklus ke siklus I sebesar 23,00% dari siklus I ke siklus II sebesar 19,60% dan dari pra siklus ke siklus II sebesar 42,60%. Setelah dilakukan tindakan maka kemampuan menerapkan model pembelajaran kooperatif type STAD dapat mencapai 82,60%. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa: â€Kemampuan Guru SD Dabin IV UPTD Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Dalam Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dapat Ditingkatkan Melalui Supervisi Klinis†terbukti benar.
Saran
Guru hendaknya selalu berinovasi untuk menerapkan model-model pembelajaran siswa aktif, tidak terbatas pada tipe STAD saja, tetapi dapat mencoba untuk tipe lainnya seperti jigsaw, Group investigation, (Team Games Tournament (TGT) dan lain sebagainya. Kepala sekolah harusnya melakukan pembinaan terhadap guru, dan memberikan motivasi kepada guru agar selalu menerapkan pembelajaran siswa aktif dalam proses pembelajaran. Dinas atau instansi terkait sebaiknya memprogramkan kegiatan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif khusunya type STAD dalam bentuk seminar, atau workshop agar pembelajaran semakin berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Harlina, Yeti, 2008, Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IX Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran Biologi di SMPN 2 Gunung Talang, Padang: Universitas Negeri Padang.
Iskandar, 2009, Psikologi Pendidikan, Ciputat: Gaung Persada (GP) Press
Kunandar, 2009, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
Lie, Anita. 2004. Cooperative Learninig. Jakarta: PT.Gramedia.
Mulyasa E., 2006. Manajemen Berbasis Sekolah Konsep Strategi dan Implikasi, Bandung, PT Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, E. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sahertian, Piet A. 2006. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin R. 2005. Learning to Cooperate and Cooperation to Learn. New York: Plenum Press.
Solihatin, Etin dan Raharjo. 2008. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.