PENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES MEALUI PENERAPAN METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS VI SDN I PULOKULON KECAMATAN PULOKULON

KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Joko Warsito

Guru SD Negeri 1 Pulokulon

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses siswa melalui penerapan metode eksperimen pada pembelajaran IPA siswa kelas VI SDN 1 Pulokulon, Kec. Pulokulon, Kab. Grobogan. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang didesain menggunakan model Kemmis dan Taggart yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI yang berjumlah 17 siswa. Pelaksanaan tindakan pada setiap pertemuan dilakukan dengan menerapkan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA. Data yang dikumpulkan yaitu skor keterampilan proses siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui observasi dan lembar kerja siswa. Instrumen penelitian berupa lembar observasi dan lembar kerja siswa. Teknik analisis data menggunakan tenhik deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Indikator keberhasilan penelitian yaitu ketercapaian tindakan minimal 80% atau 14 siswa memperoleh skor keterampilan proses minimal baik atau skor ≥ 11 dari skor maksimal 20. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan keterampilan proses siswa sebesar 18%. Siklus I sebesar 76% atau 13 orang mendapat skor minimal baik, pada Siklus II menjadi 94% atau 16 orang mendapat skor minimal baik yaitu skor ≥ 11 dari skor maksimal 20.

 Kata kunci: metode eksperimen, keterampilan proses, pembelajaran

                                                   

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan kunci utama bagi kemajuan suatu bangsa. Kemajuan suatu bangsa diawali dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan kualitas pendidikan. UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan masyarakat dan bangsa. Hal ini menegaskan bahwa kualitas pendidikan akan mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara. Kualitas pendidikan akan terwujud jika pembelajaran dapat berlangsung secara efektif artinya proses pembelajaran dapat berjalan terarah dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

Pembelajaran yang baik hendaknya memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan potensi dan keaktifan siswa. Tugas guru bukan hanya memberikan pengetahuan, melainkan menyiapkan situasi yang menggiring siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, mengkomunikasikan serta menemukan fakta dan konsep sendiri. Dengan adanya keaktifan dalam diri siswa maka prestasi yang diperoleh juga akan meningkat. Untuk itu diperlukan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Salah satunya adalah menggunakan metode pembelajaran yang sesuai karakter siswa sekolah dasar yaitu berada dalam tahapan operasional konkrit.

Pelaksanaan pembelajaran di SDN 1 Pulokulon saaat ini masih banyak menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, tugas belajar, dan kerja kelompok. Proses pembelajaran menggunakan metode ceramah pada umumnya masih berpusat pada guru. Siswa hanya mendengarkan materi kemudian mengerjakan latihan soal ataupun kerja kelompok. Kemampuan siwa untuk mengamati, menggolongkan, menggunakan alat, menerapkan konsep, mengkomunikasikan dan mengajukan pertanyaan belum terasah secara maksimal. Pembelajaran IPA belum mampu mengembangkan keterampilan proses siswa. Metode ceramah kurang membuat siswa aktif di dalam pembelajaran sehingga menimbulkan kejenuhan pada siswa. Dari metode yang telah peneliti gunakan hanya beberapa siswa yang aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut membuat siswa kurang mengembangkan pengetahuan, keterampilan proses dan memahami konsep IPA. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA.

Metode eksperimen, merupakan salah satu metode pendidikan yang akan mampu mengembangkan keterampilan proses pada siswa dalam pembelajaran IPA. Selain itu, Syaiful Bahri Djamarah (2005: 234) menyatakan bahwa metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Dengan metode ini anak didik diharapkan sepenuhnya terlibat eksperimen, melakukan eksperimen, menemukan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variabel, dan memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata.

Melalui penerapan metode eksperimen pada pembelajaran IPA siswa tidak hanya sekedar menerima informasi dari guru saja, tetapi siswa juga dapat memperoleh ilmu melalui pengalaman belajar secara langsung sekaligus dapat mengembangkan keterampilan prosesnya. Dengan mempertimbangkan hal tersebut dan juga usaha-usaha agar siswa dapat belajar dengan menyenangkan dan memperoleh pengetahuan yang bermakna bagi siswa maka peneliti mencoba menggunakan metode eksperimen untuk meningkatkan keterampilan proses pada pembelajaran IPA siswa kelas VI SDN 1 Pulokulon.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah keterampilan proses dapat ditingkatkan melalui metode eksperimen dalam pembelajaran IPA kelas VI SDN 1 Pulokulon Kecamatan Pulokulon Kabuoaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018?”.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penggunaan metode eksperimen untuk meningkatkan keterampilan proses pada pembelajaran IPA kelas VI SDN 1 Pulokulon. Manfaat penelitian ini adalah memberikan pengalaman bagi peneliti tentang salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa, menambah pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan penelitian untuk memecahkan masalah tentang pendidikan dan pembelajaran, serta meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa.

 

 

 

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Hakikat IPA

Menurut Srini. M Iskandar (1997: 2) Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari kata-kata Bahasa Inggris “Natural Science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam secara harfiah adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Permendiknas (Depdiknas, 2008: 147) menyatakan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Dari beberapa pengertian IPA diatas dapat disimpulkan IPA merupakan serangkaian hasil kegiatan manusia berupa kumpulan pengetahuan, gagasan, dan konsep tentang makhluk hidup maupun benda mati yang didapatkan melalui serangkaian proses ilmiah. Secara garis besar IPA memiliki tiga komponen, yaitu produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah.

Pembelajaran IPA Sekolah Dasar

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Usia sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru dalam mengembangkan kreativitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

Permendiknas (Depdiknas 2008:147), menyatakan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep- konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA tidak saja ditekankan pada penguasaan materi pelajaran tetapi juga pada proses. Pembelajaran IPA di SD hendaknya memberikan kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas fenomena alam berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir alamiah (Usman Samantowa, 2006: 1).

Salah satu fungsi pembelajaran IPA di SD adalah untuk mengembangkan ketermpilan proses siswa agar mampu memecahkan masalah melalui “doing science”. Cullingford (1990: 23), menyatakan bahwa dalam pembelajaran sains anak harus diberi kesempatan untuk mengembangkan sikap ingin tahu dan berbagai penjelasan logis. Hal ini akan mendorong anak untuk mengekspresikan kreativitasnya dan mengembangkan cara berpikir logis serta kemampuan membangkitkan penjelasan ilmiah untuk alasan yang bersifat hakiki dan praktis.

Metode Eksperimen

Hasan Alwi (2005: 290) menyatakan bahwa eksperimen adalah percobaan yang bersistem dan berencana (untuk membuktikan kebenaran suatu teori dan sebagainya). Pendapat yang lain dikemukakan Syaiful Bahri Djamarah (2005:234) bahwa metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Dengan metode ini anak didik diharapkan sepenuhnya terlibat merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, menemukan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variabel, dan memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata.

Kerangka Pikir

Metode eksperimen merupakan metode yang efektif digunakan dalam pembelajaran, karena siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Melalui pembelajaran dengan metode eksperimen , guru bisa mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk meningkatkan keterampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih siswa belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Siswa menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran. Penggunaan metode eksperimen bisa mengembangkan keterampilan dasar proses IPA yang meliputi keterampilan mengamati (observing), mengelompokkan (classifying), mengukur (measuring), mengkomunikasikan (communicating), meramalkan (predicting), dan menyimpulkan (inferring). Metode eksperimen dapat meningkatkan aktivitas dan mengembangkan keterampilan proses siswa. Melalui penggunaaan metode eksperimen pada pembelajaran IPA diharapkan keterampilan proses siswa kelas VI SDN 1 Pulokulon dapat meningkat.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah keterampilan proses dapat ditingkatkan melalui metode eksperimen dalam pembelajaran IPA kelas VI SDN 1 Pulokulon Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018?

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di kelas VI SDN 1 Pulokulon. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari pada semester genap Tahun Pelajaran 2017/2018.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 1 Pulokulon yang berjumlah 17 orang. Terdiri dari 10 orang laki-laki dan 7 perempuan. Objek penelitian ini adalah hasil pembelajaran IPA siswa kelas VI SD N 1 Pulokulon, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan semester genap tahun pelajaran 2017/2018.

Data dalam penelitian ini dikumpulkan peneliti melalui observasi dan Lembar Kerja Siswa. Observasi dilakukan oleh observer dengan cara melakukanpengamatan dan pencatatan mengenai bagaimana aktivitas siswa, guru, dan penggunaan metode eksperimen, serta keterampilan proses siswa dalam pembelajaran. Observasi dilakukan dengan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Lembar Kerja Siswa digunakan untuk mengukur keterampilan proses siswa. Pada penelitian ini aspek keterampilan proses yang akan diukur yaitu mengamati, menggunakan alat dan bahan, melakukan percobaan, mengajukan pertanyaan dan mengkomunikasikan.

Analisis data dalam penelitian ini juga berupa analisis deskriptif persentase yang akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Metode analisis persentase merupakan metode dalam menganalisis data dari hasil penelitian tindakan kelas ini dengan cara menggambarkan hasilnya dalam jumlah persen sehingga nantinya mudah untuk diketahui perubahannya. Setelah menggunakan analisis data ini, akan terlihat perbandingan antara frekuensi terbanding dengan pembanding yaitu frekuensi keseluruhan. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah jika mampu mencapai kriteria yang telah ditentukan yaitu apabila sesudah tindakan ≥ 80% siswa atau minimal 13 orang memperoleh skor keterampilan proses minimal baik. Baik artinya skor keterampilan proses yang dicapai ≥ 11 dari skor maksimal 20.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Siklus I

Berdasarkan hasil refleksi awal dimana sebelum ada tindakan guru merencanakan pembelajaran perbaikan dengan menggunakan metode eksperimen. Langkah selanjutnya adalah melaksanakan pembelajaran sesuai perencanaan yang dibuat. Pada saat pembelajaran berlangsung, teman sejawat selaku observer mengumpulkan data menggunakan instrument yang telah dipersiapakan. Rekapitulasi hasil penilaian keterampilan proses siswa pada Siklus I pertemuan 1 adalah sebagai berikut.

Tabel. 1 Rekapitulasi Hasil Keterampilan Proses Siswa Siklus I Pertemuan 1

No.

Kategori

Nilai

Frekuensi

Prosentase

1.

Sangat baik

16–20

4

24%

2.

Baik

11–15

8

47%

3.

Cukup

5–10

5

29%

4.

Kurang

0–4

 

Dari data di atas dapat dilihat bahwa terdapat 4 orang mendapat skor sangat baik, 8 orang mendapat nilai baik dan 5 orang mendapat skor cukup. Hasil tersebut apabila dinyatakan dalam bentuk persentase yang mendapat skor sangat baik 24% dan skor baik 47%. Hal ini menunjukkan bahwa ketercapain keterampilan proses Siklus I pertemuan 1 adalah 71%.

Berdasarkan refleksi Siklus I pertemuan 1, peneliti merencanakan kegiatan Siklus I pertemuan 2. Langkah yang dilakukan pada Siklus I pertemuan 2 sama dengan langkah pada pertemuan sebelumnya. Rekapitulasi hasil penilaian keterampilan proses siswa pada Siklus I pertemuan 2 adalah sebagai berikut.

Tabel. 2 Rekapitulasi Hasil Keterampilan Proses Siswa Siklus I Pertemuan 2

No.

Kategori

Nilai

Frekuensi

Prosentase

1.

Sangat baik

16–20

6

35%

2.

Baik

11–15

7

41%

3.

Cukup

5–10

4

24%

4.

Kurang

0–4

 

Dari data di atas dapat dilihat bahwa terdapat 6 orang mendapat skor sangat baik, 7 orang mendapat nilai baik dan 4 orang mendapat skor cukup. Hasil tersebut apabila dinyatakan dalam bentuk persentase yang mendapat skor sangat baik 35% dan skor baik 41%. Hal ini menunjukkan bahwa ketercapain keterampilan proses Siklus I pertemuan 2 mencapai 76%. Karena belum mencapai indikator keberhasilan yaitu ketercapaian ≥80% maka penelitian dilanjutkan ke Siklus II.

Siklus II

Kegiatan Siklus II dirancang berdasarkan refleksi Siklus I. Perencanaan pembelajaran perbaikan dirancang menggunakan metode eksperimen yang telah disempurnakan dari kekurangan yang ditemukan pada Siklus I. Pengambilan data dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Rekapitulasi hasil penilaian keterampilan proses siswa pada Siklus II pertemuan 1 adalah sebagai berikut.

Tabel. 3 Rekapitulasi Hasil Keterampilan Proses Siswa Siklus II Pertemuan 1

No.

Kategori

Nilai

Frekuensi

Prosentase

1.

Sangat baik

16–20

7

41%

2.

Baik

11–15

8

47%

3.

Cukup

5–10

2

12%

4.

Kurang

0–4

 

Dari data di atas dapat dilihat bahwa terdapat 7 orang mendapat skor sangat baik, 8 orang mendapat nilai baik dan 2 orang mendapat skor cukup. Hasil tersebut apabila dinyatakan dalam bentuk persentase yang mendapat skor sangat baik 41% dan skor baik 47%. Hal ini menunjukkan bahwa ketercapain keterampilan proses Siklus II pertemuan 1 mencapai 88%.

Indikator keberhasilan sudah tercapai pada Siklus II pertemuan I, namun peneliti masih ingin meyakinkan bahwa metode eksperimen benar-benar dapat meningkatkan kemampuan proses siswa, oleh karena itu penelitian dilanjutkan pada Siklus II pertemuan 2. Rekapitulasi penilaian keterampilan proses siswa pada Siklus II pertemuan 2 adalah sebagai berikut.

Tabel. 4 Rekapitulasi Hasil Keterampilan Proses Siswa Siklus II Pertemuan 2

No.

Kategori

Nilai

Frekuensi

Prosentase

1.

Sangat baik

16–20

9

53%

2.

Baik

11–15

7

41%

3.

Cukup

5–10

1

6%

4.

Kurang

0–4

 

Dari data di atas dapat dilihat bahwa terdapat 9 orang mendapat skor sangat baik, 7 orang mendapat nilai baik dan 1 orang mendapat skor cukup. Hasil tersebut apabila dinyatakan dalam bentuk persentase yang mendapat skor sangat baik 53% dan skor baik 41%. Hal ini menunjukkan bahwa ketercapain keterampilan proses Siklus II pertemuan 2 mencapai 94%.

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan bahwa keterampilan proses siswa mengalami peningkatan dari setiap tahap pertemuan. Metode eksperimen ini membuat pengalaman belajar siswa menjadi bermakna, siswa tidak hanya belajar konsep saja tetapi melakukan percobaan untuk membuktikan konsep tersebut. Hasil penelitian menunjukkan skor keterampilan proses siswa mengalami peningkatan dari Siklus I pertemuan 1 sebesar 71% pada Siklus I pertemuan 2 menjadi 76% kenaikan skor keterampilan proses adalah 5%. Pada Siklus II pertemuan 1 skor keterampilan proses 88% mengalami peningkatan 12% dan Siklus II pertemuan 2 skor keterampilan proses siswa sebesar 94% mengalami peningkatan 6%. Perbandingan ketercapaian keterampilan proses siswa per Siklus dapat kita lihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Perbandingan ketercapaian keterampilan proses siswa per Siklus

No.

Tahapan

Persentase pencapaian

Peningkatan

1.

Siklus I pertemuan 1

71%

2.

Siklus I pertemuan 2

76%

5%

3.

Siklus II pertemuan 1

88%

12%

4.

Siklus II pertemuan 2

94%

6%

 

Tabel di atas menunjukkan peningkatan ketercapaian keterampilan proses siswa melalui pembelajaran dengan metode eksperimen pada tiap siklus.  Berdasarkan paparan di atas disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI di SD N 1 Pulokulon melalui Penerapan metode eksperimen pada pembelajaran IPA. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada hasil belajar siswa.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peningkatan keterampilan proses siswa kelas VI SDN 1 Pulokulon semester genap tahun pelajaran 2017/2018 ditempuh dengan langkahlangkah antara lain: (1) Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam eksperimen; (2) Mempersiapkan lembar kerja siswa; (3) Menjelaskan kepada siswa tujuan eksperimen, supaya memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen; (4) Membantu, membimbing, dan mengawasi eksperimen yang dilakukan para siswa; (5) Para siswa membuat kesimpulan dan laporan tentang eksperimennya; (6) Mendiskusikan hambatan dan hasil eksperimen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan keterampilan proses siswa sebesar 18%. Siklus I sebesar 76% atau 13 orang mendapat skor minimal baik, pada Siklus II menjadi 94% atau 16 orang mendapat skor minimal baik yaitu skor ≥ 11 dari skor maksimal 20.

Saran

Guru hendaknya menggunakan metode eksperimen sebagai metode alternatif untuk meningkatkan keterampilan proses siswa serta mengelola kelas sebaik-baiknya agar peserta didik dapat berkonsentrasi dalam pembelajaran. Kepala Sekolah hendaknya memberi arahan dan motivasi bagi guru agar menerapkan berbagai macam metode pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran, serta menyediakan sarana dan prasarana yang dapat menunjang keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran.

 

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Peratuaran Menteri Pendidikan Nasional. Jakarta: Dirjendikdasmen

Djuju Sudjana S. (2000). Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah.

Haryanto. (2007). Sains Jilid VI untuk Sekolah Dasar Kelas 6. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Jumlian. (2013). Penggunaan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran Gaya Magnet. Artikel Penelitian. Pontianak: Universitas TanjungPura Pontianak.

Nana Sudjana. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rita Eka Izzaty,dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.

Suharsimi Arikunto dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Suwarsih Madya. (2006). Teori dan Praktek Penelitian Tindakan Kelas (ActionResearch). Bandung: Alfabeta.

Syaiful Bahri Djamarah. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Syaiful Bahri Djamarah. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Syaiful Sagala. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran untuk MemecahkanProblematika Belajar dan Mengajar. Bandung: CV. Alfabeta.