Peningkatan Kemampuan Guru Melalui Program Pembinaan
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU
DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
MELALUI PROGRAM PEMBINAAN DI SD DABIN IV
UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN PULOKULON
KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Anna Susanti
Pengawas Sekolah UPTD Pendidikan Kecamatan Pulokulon
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual melalui program pembinaan. Penelitian berlangsung dari bulan Januari s.d Maret 2018 pada Semester 2 Tahun pelajaran 2017/2018. Subjek penelitian adalah 8 orang guru SD di Dabin IV UPTD Pendidikan Pulokulon Kabupaten Grobogan. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi pelaksanaan pembelajaran kontekstual. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan penilaian unjuk kerja guru. Analisis data menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual setelah dilakukan pembinaan. Data prasiklus menunjukkan rerata kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual sebesar 40,34% dalam kategori sedang. Setelah tindakan pada siklus I, rerata kemampuan guru meningkat menjadi 72,73% (tinggi), dan setelah tindakan siklus II meningkat kembali menjadi 88,64% (sangat tinggi). Dengan demikian hipotesis tindakan yang berbunyi kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual dapat ditingkatkan melalui program pembinaan di SD Daerah Binaan IV UPTD Pendidikan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan semester 2 tahun pelajaran 2017/2018 dinyatakan berhasil.
Kata kunci : kemampuan guru, pembelajaran kontekstual, pembinaan guru.
PENDAHULUAN
Keberhasilan sekolah dalam misinya sangat ditentukan oleh mutu pendidik/ guru yang memegang peran utama dalam proses pembelajaran. Upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan berarti tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas. Untuk memperbaiki kualitas pendidikan harus dimulai dari guru.
Seorang guru profesional akan selalu meningkatkan kinerjanya baik dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, maupun menilai/ evaluasi pembelajaran. Mutu pembelajaran yang dilaksanakan guru di kelas perlu untuk diawasi secara berkala, agar jangan sampai terjadi penurunan kualitas pembelajaran sebagai akibat dari memburuknya kinerja guru, khususnya dalam melaksanakan pembelajaran.
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang dapat menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang demikian adalah pembelajaran kontekstual. Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar.
Kenyataannya hingga saat ini praktik pembelajaran yang dilaksanakan guru kelas di Sekolah Dasar di Daerah Binaan IV UPTD Pendidikan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan belum bisa mengarah kepada pembelajaran yang bermakna seperti disebut diatas, dan cenderung lebih berpusat pada guru (teacher centered approach). Siswa masih belum bisa menghubungkan keterkaitan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti selaku pengawas sekolah bermaksud akan melakukan penelitian tindakan sekolah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual di kelas, agar capaian hasil belajar siswa meningkat dan mutu pendidikan di sekolah membaik. Melalui program pembinaan guru, pengawas sekolah dapat memberikan masukan, bahkan intervensi tindakan dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran dari strategi pengajaran di kelas.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual dapat ditingkatkan melalui program pembinaan di SD Dabin IV UPTD Pendidikan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018?â€
Tujuan penelitian tindakan sekolah ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual setelah diadakan program pembinaan bagi guru SD Daerah Binaan IV Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan pada semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018;
Manfaat penelitian tindakan sekolah ini adalah: 1) untuk membantu siswa dalam rangka meningkatkan hasil belajarnya melalui proses pembelajaran yang efektif, profesional, dan maksimal; 2) membantu guru dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajarann; 3) meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah; 4) meningkatkan kompetensi pengawas sekolah sebagai supervisor pendidikan di sekolah.
KAJIAN TEORI
Kemampuan Profesional Guru
Kompetensi profesional guru adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pendidik di sekolah yaitu berupa penguasaan materi pelajaran yang luas dan mendalam (Dwi Siswoyo, 2008: 121). Kompetensi profesional dapat diartikan sebagai unsur kemampuan penguasaan substansi pengetahuan dan keterampilan teknis sesuai dengan bidang keprofesiannya sebagai prasarat bagi penampilan kinerjanya (Ali Mudlofir, 2012:72). Kompetensi profesional juga ditunjukan oleh kemampuan guru untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta guru yang kompeten secara profesional menunjukan penguasaan materi pembelajaran bukan hanya secara luas, tetapi juga mendalam sehingga memungkinkannya dapat membimbing siswa untuk memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan oleh Standar Nasional Pendidikan (Cristiana Ismaniati, 2011: 8)
Indikator kompetensi profesional guru menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Indonesia (Permendiknas) Nomor 16 Tahun 2007 adalah: 1) memahami standar kompetensi mata pelajaran yang diampu; 2) memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu; 3) memahami tujuan pembelajaran yang diampu; 4) memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik; 5) mengolah materi pelajaran secara kreatif sesuai dengan tingkat perkem-bangan peserta didik; 6) melakukan refleksi kerja terhadap kinerja sendiri secara terus menerus; 7) memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka meningkatkan keprofesionalan; 8) mengikuti perkembangan zaman dengan belajar dari berbagai sumber; 9) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi; 10) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengemba-ngan diri.
Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) atau CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada siswa, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkin-kan siswa untuk belajar.
Mengutip pemikiran Zahorik, E. Mulyasa (2003) mengemukakan lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu: Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa, Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagian secara khusus (dari umum ke khusus). Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: (a) menyusun konsep sementara; (b) melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain; dan (c) merevisi dan mengembangkan konsep. Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekan secara langsung apa-apa yang dipelajari.
Pembinaan Guru
Pembinaan merupakan suatu tindakan, proses atau pernyataan dari suatu tujuan, dan pembinaan menunjuk kepada “perbaikan†atas sesuatu. Menurut pendapat Miftah Thoha dalam bukunya yang berjudul “Pembinaan Organisasi†mendefinisikan: 1) Pembinaan adalah suatu tindakan, proses, atau pernyataan menjadi lebih baik. 2) Pembinaan merupakan suatu strategi yang unik dari suatu sistem pambaharuan dan perubahan (change). 3) Pembinaan merupakan suatu pernyataan yang normatif, yakni menjelaskan bagaimana perubahan dan pembaharuan yang berencana serta pelaksanaannya. 4) Pembinaan berusaha untuk mencapai efektivitas, efisiensi dalam suatu perubahan dan pembaharuan yang dilakukan tanpa mengenal berhenti. (Miftah,1997:16-17).
Djam’an Satori (2009:40) dalam desertasinya memberikan menyatakan bahwa pembinaan profesional guru adalah sebagai usaha yang sifatnya memberikan bantuan, dorongan dan kesempatan pada pegawai untuk meningkatkan profesionalnya agar mereka dapat melaksanakan tugas utamanya dengan lebih baik, yaitu memperbaiki proses belajar mengajar dan meningkatkan mutu hasil belajar mengajar. Lebih lanjut, menurutnya tujuan dari pembinaan guru adalah untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang didalamnya melibatkan guru dan siswa, melalui serangkaian tindakan, bimbingan, dan arahan. Dalam memperbaiki proses belajar mengajar yang tercapai antara lain melalui peningkatan kemampuan professional guru tersebut, agar dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu pendidikan.
Kerangka Berpikir
Kenyataannya di lapangan menunjukkan praktik pembelajaran yang dilaksanakan guru kelas di SD Negeri Daerah Binaan IV Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan belum bisa mengarah kepada pembelajaran yang bermakna, dan cenderung lebih berpusat pada guru (teacher centered approach). Siswa masih belum bisa menghubungkan keterkaitan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari. Agar siswa bisa menghubungkan keterkaitan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari maka pembelajaran yang tepat adalah pembelajaran kontekstual. Berdasarkan hal tersebut, Pengawas Sekolah akan melakukan penelitian tindakan sekolah dalam rangka meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual di kelas, agar capaian hasil belajar siswa meningkat dan mutu pendidikan di sekolah membaik. Tidakan yang diduga dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual adalah pembinaan guru.
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual dapat ditingkatkan melalui program pembinaan di SD Daerah Binaan IV UPTD Pendidikan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan semester 2 tahun pelajaran 2017/2018â€.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini didesain sesuai model Kemmis & Taggart (Arikunto, 2008:16) yang menggunakan 4 tahap meliputi perencanaan, pelaksanaan atau tindakan, pengamatan atau observasi, dan refleksi. Satu tahapan ini kemudian disebut dengan siklus.
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Daerah Binaan IV UPTD Pendidikan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan dan dilaksanakan pada semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018 selama 3 bulan yaitu bulan Januari sampai dengan Maret tahun 2018. Subjek penelitian ini adalah guru kelas SD di Daerah Binaan IV UPTD Pendidikan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan sebanyak 8 orang. Objek penelitian adalah kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran konstektual.
Metode pengumpulan data melalui observasi/ pengamatan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan penilaian pada instrumen penelitian yang berupa lembar pengamatan. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini berupa lembar observasi pelaksanaan pembelajaran kontekstual. Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan guru dalam menyusun menyusun rencana pembelajaran.
Analisis didasarkan pada pengungkapan atas pengukuran per aspek pengamatan pada lembar pengamatan. Teknik analisis menggunakan teknik persentase berdasarkan perolehan skor pengamatan terhadap jumlah skor maksimal. Untuk mendeskripsikan kemampuan guru dalam menyusun bahan ajar ini, hasil pengamatan setelah dilakukan penjumlahan dan dicari nilai persentasenya, di deskripsikan menggunakan tabel kriteria penilaian kemampuan. Dengan mendasarkan pada teknik penilaian menggunakan skala likert tadi, kemampuan guru yang ditunjukkan dalam nilai persentase dibagi menjadi 5 bagian yang sama, kemudian dideskripsikan menurut kriteria penilaian dalam rentang skala 1 sampai dengan 5 sebagai berikut:
Tabel 1 Kriteria Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran Kontekstual
Nilai |
Skala Persentase |
Deskrepsi Kemampuan Guru |
5 |
> 80% – 100% |
Sangat Tinggi |
4 |
> 60% – 80% |
Tinggi |
3 |
> 40% – 60% |
Sedang |
2 |
> 20% – 40% |
Rendah |
1 |
> 0% – 20% |
Sangat Rendah |
Indikator yang ditetapkan untuk menentukan keberhasilan penelitian ini adalah apabila rata-rata kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual minimal sebesar 85% atau dalam kategori sangat tinggi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Prasiklus
Pengamatan/ observasi awal dilakukan pada tanggal 15 s.d. 17 Januari 2018 untuk mendapatkan data awal penelitian, yaitu mendapatkan kondisi kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual di kelas. Penilaian kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual di kelas pada prasiklus dilakukan menggunakan format lembar observasi pelaksanaan pembelajaran kontekstual yang dikembangkan berdasarkan instrumen supervisi Pengawas Sekolah dengan disesuaikan dengan sintaks atau prosedur pembelajaran kontekstual.
Cara mendapatkan data prasiklus adalah dengan melakukan pengamatan dan penilaian awal pada 8 guru sampel yang telah ditetapkan untuk mendapatkan penilaian kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual di kelas. Rekapitulasi hasil observasi kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual pada prasiklus adalah sebagai berikut.
Tabel 2 Rekapitulasi Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran Kontekstual Pada Prasiklus
URAIAN |
KODE / SKOR GURU |
JML SKOR |
RATA RATA |
|||||||
A |
B |
C |
D |
E |
F |
G |
H |
|||
Jml Skor |
8 |
7 |
10 |
6 |
12 |
10 |
8 |
10 |
71,0 |
8,9 |
Skor Mak |
22 |
22 |
22 |
22 |
22 |
22 |
22 |
22 |
|
|
Persen tase |
36,36% |
31,82% |
45,45% |
27,27% |
54,55% |
45,45% |
36,36% |
45,45% |
|
40,34% |
Kriteria |
Rendah |
Rendah |
Sedang |
Rendah |
Sedang |
Sedang |
Rendah |
Sedang |
|
Sedang |
Berdasarkan table di atas dapat dilihat bahwa rata-rata kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual pada prasiklus adalah sebesar 40,34% atau dalam kategori sedang. Oleh karena itu sebagai solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual di kelas, peneliti selaku pengawas sekolah akan melaksanakan tindakan dengan program pembinaan bagi 8 orang guru tersebut pada siklus 1.
Siklus 1
Kegiatan pada Siklus 1 terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: 1) Kegiatan Perencanaan. Kegiatan ini meliputi: a) menyusun jadwal tindakan untuk kegiatan pembinaan dan pelaksanaan observasi siklus 1; b) membuat undangan pembinaan; c) membuat daftar hadir pembinaan; d) menyiapkan materi pembinaan dan alat yang dibutuhkan; e) menyiapkan lembar observasi.
2) Pelaksanaan Tindakan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan tindakan sekolah berupa pembinaan guru tentang pelaksanaan pembelajaran kontekstual. Kegiatan pembinaan ini terdiri dari: a) Penyampaian hasil observasi prasiklus dan pembinaan tentang pelaksanaan pembelajaran kontekstual siklus 1; b) pembinaan melaksanakan pembelajaran kontekstual siklus 1 lanjutan. Setelah pelaksanaan pembinaan maka guru yang menjadi subjek penelitian menyusun rencana pembelajaran serta bahan ajar sebagai tindak lanjut kegiatan.
3) Pengamatan. Pada kegiatan ini pengawas melakukan pengamatan dan penilaian pembelajaran kontekstual yang dilakukan oleh guru yang menjadi subjek penelitian menggunakan instrumen penelitian sesuai format yang telah disiapkan. Rekapitulasi hasil observasi kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual pada siklus 1 adalah sebagai berikut.
Tabel 3 Skor Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran Kontekstual Pada siklus 1
URAIAN |
KODE / SKOR GURU |
JML SKOR |
RATA RATA |
|||||||
A |
B |
C |
D |
E |
F |
G |
H |
|||
Jml Skor |
14 |
15 |
13 |
16 |
17 |
20 |
16 |
17 |
128 |
16,0 |
Skor Mak |
22 |
22 |
22 |
22 |
22 |
22 |
22 |
22 |
|
|
Persen tase |
63,64% |
68,18% |
59,09% |
72,73% |
77,27% |
90,91% |
72,73% |
77,27% |
|
72,73% |
Kriteria |
Tinggi |
Tinggi |
Sedang |
Tinggi |
Tinggi |
Sangat Tinggi |
Tinggi |
Tinggi |
|
Tinggi |
4) Refleksi. Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan analisis semua data yang diperoleh pada siklus 1 baik dari proses pembinaan maupun dari observasi atau penilaian pelaksanaan pembelajaran kontekstual kemudian menginterprestasikan hasil analisis data tersebut untuk membuat rencana tindak lanjut penelitian.
Berdasarkan rekapitulasi hasil observasi kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual pada siklus 1 dapat diketahui bahwa rata-rata kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual adalah sebesar 72,73% atau dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan dari prasiklus ke siklus 1.
Siklus 2
Berdasarkan hasil siklus 1 maka peneliti melanjutkan kegiatan pada siklus 2. Kegiatan pada Siklus 2 terdiri beberapa tahapan seperti tahapan yang dilaksanakan pada siklus 1 di atas. Berikut adalah rekapitulasi hasil observasi kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual pada siklus 2
Tabel 4 Skor Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran Kontekstual Pada siklus 2
URAIAN |
KODE / SKOR GURU |
JML SKOR |
RATA RATA |
|||||||
A |
B |
C |
D |
E |
F |
G |
H |
|||
Jml Skor |
20 |
17 |
21 |
19 |
19 |
21 |
18 |
21 |
156 |
19,5 |
Skor Mak |
22 |
22 |
22 |
22 |
22 |
22 |
22 |
22 |
|
|
Persen tase |
90,91% |
77,27% |
95,45% |
86,36% |
86,36% |
95,45% |
81,82% |
95,45% |
|
88,64% |
Kriteria |
Sangat Tinggi |
Tinggi |
Sangat Tinggi |
Sangat Tinggi |
Sangat Tinggi |
Sangat Tinggi |
Sangat Tinggi |
Sangat Tinggi |
|
Sangat Tinggi |
Berdasarkan rekapitulasi hasil observasi kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual pada siklus 2 dapat diketahui bahwa rata-rata kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual adalah sebesar 88,64% atau dalam kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual sudah mencapai batas indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini.
Pembahasan Hasil Penelitian
Kegiatan tindakan yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah melalui program pembinan guru telah berhasil meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual di kelas. Hal ini dapat diketahui dari deskripsi data hasil penelitian per siklus di atas. Sesuai data skor pengamatan pada setiap aspek pembelajaran yang dilakukan 8 orang guru kelas sudah menunjukkan peningkatan yang signifikan. Sebelum dilakukan pembinaan, data observasi awal menginformasikan bahwa secara umum rata-rata kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual adalah sebesar 40,34% atau dalam kategori sedang. Setelah adanya tindakan sekolah melalui program pembinaan, nilai rata-rata kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual naik menjadi 72,73% atau dalam kategori tinggi pada siklus I, dan meningkat kembali menjadi 88,64% atau dalam kategori sangat tinggi pada siklus II.
Perbedaan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual dapat kita lihat pada perbandingan data per siklusnya sebagai berikut.
Tabel 5 Perbandingan Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual per Siklus
URAIAN |
PRASIKLUS |
SIKLUS 1 |
SIKLUS 2 |
PENINGKATAN |
|
SIKLUS 1 |
SIKLUS 2 |
||||
Skor Rata-Rata |
8,9 |
16,0 |
19,5 |
7,1 |
3,5 |
Persentase Rata-Rata |
40,34% |
72,73% |
88,64% |
32,39% |
15,91% |
Kriteria |
Sedang |
Tinggi |
Sangat Tinggi |
|
|
Berdasarkan rekapitulasi data seperti yang tersaji pada tabel diatas, hasil penilaian pelaksanaan pembelajaran kontekstual dari prasiklus (dimana belum ada tindakan berupa pembinaan), siklus I (sudah dilaksanaakan tindakan berupa pembinaan), dan siklus II, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan telah terjadi peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual.
Berdasarkan uraian di atas, terbukti bahwa program pembinaan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksaanakan pembelajaran kontekstual. Hal ini berarti bahwa hipotesis tindakan yang berbunyi “Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual dapat ditingkatkan melalui program pembinaan di SD Daerah Binaan IV UPTD Pendidikan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan semester 2 tahun pelajaran 2017/2018†terbukti benar.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan analisis data hasil penelitian dan pembahasan dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual setelah dilakukan tindakan sekolah berupa program pembinaan pada siklus I dan siklus II. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual dapat ditingkatkan melalui program pembinaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran Kontekstual Melalui Program Pembinaan Di SD Dabin IV UPTD Pendidikan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018†dinyatakan berhasil.
Saran
1) Kegiatan supervisi dan konsultasi dengan Pengawas Sekolah selaku supervisor sekolah sangat diperlukan oleh guru agar dapat mengetahui kelemahan dan kelebihannya, sehingga mudah menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran. 2) Kepala Sekolah harus melakukan pembinaan untuk memberikan bimbingan kepada guru agar kualitas pembelajaran meningkat. 3) Penelitian ini dapat diteliti dengan kajian yang lebih luas secara mendalam dengan mengkaji pengaruh berbagai faktor terhadap kualitas pembelajaran guru sehingga hasilnya akan lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Mudlofir. 2012. Pendidik Profesional. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Cristiana Ismaniati. 2011. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Dalam Pendidikan Untuk Semua, dalam Informasi Communication Technology In Education For Peace International Conference Proceeding. Yogyakarta: Jurusan Teknologi Pendidikan FIP UNY.
Dwi Siswoyo, dkk. 2008. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Miftah. 1997. Pembinaan Organisasi (Proses Diagnosa dan Intervensi). Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Mulyasa. E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetens: Konsep, Karakteristik dan, Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Satori, D. dkk. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka.