Peningkatan Kemampuan Kerja Sama dan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Mind Mapping
PENINGKATAN KEMAMPUAN KERJA SAMA DAN HASIL BELAJAR PKN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING KELAS VI
SD NEGERI 3 KARANGKOBAR KECAMATAN KARANGKOBAR SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Paidi
Guru SD Negeri 3 Karangkobar Kec. Karangkobar Kab. Banjarnegara
ABSTRAK
Hasil observasi pembelajaran PKn pada kelas VI menunjukkan hasil yang kurang memuaskan peneliti. Kemampuan kerja sama peserta didik dari 14% dan nilai rata-rata 52,71. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan Kemampuan kerja sama dan prestasi belajar PKN siswa kelas VI SD Negeri 3 Karangkobar Kecamatan Karangkobar semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018. Untuk mengetahui keefektifan penggunaan Model Pembelajaran Mind Mapping dilakukan observasi dengan lembar pengamatan dengan mengamati perubahan yang terjadi pada siswa dalam proses pembelajaran melalui 2 siklus perbaikan pembelajaran. Hasil penelitian tindakan kelas didapatkan hasil penerapan model pembelajaran Mind Mapping, dapat meningkatkan Kemampuan kerja sama dari pra siklus 2 siswa atau 14% menjadi 7 siswa atau 50% pada siklus I dan pada siklus II menjadi 11 siswa atau 76,87%. Selain itu juga terjadi peningkatan prestasi belajar dari nilai rerata 52,71 pada pra siklus menjadi 68,58 pada siklus I dan menjadi 76,87 pada akhir siklus II. Dengan demikian penggunaan Model Pembelajaran Mind Mapping membawa peningkatan Kemampuan kerja sama dan prestasi belajar siswa SD Negeri 3 Karangkobar.
Kata kunci: Kerja sama, Hasil belajar, Pembelajaran Mind Mapping,
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berdasarkan visi dan misi SDN 3 Karangkobar yaitu terwujudnya warga sekolah yang beraklak mulia, berwawasan luas, tangguh, trampil, berani menuju prestasi berlandaskan iman dan takwa banyak hal yang harus dibenahi oleh sekolah untuk mencapai visi tersebut, diantaranya proses dan hasil belajar siswa harus mencapai target yang sudah ditetapkan. Kelas pada sekolah tersebut terdiri dari 6 kelas, yaitu kelas satu sampai dengan enam. Jumlah peserta didiknya ada 70 anak dengan 33 anak laki-laki dan 37 anak perempuan.
Meskipun pembelajaran sudah disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku dalam tahun 2017/2018, akan tetapi berdasarkan observasi hasil pembelajaran pada kelas VI menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Aspek proses pembelajaran memperlihatkan kemampuan kerja sama peserta didik masih rendah. Dari 14 peserta didik belum ada yang menunjukkan kemampuan kerja sama berkategori tinggi atau 14%, kategori sedang 36% dan rendah 50%. Sementara itu dari aspek kognitif ketuntasan belajar juga masih 14% dan nilai rata-rata 52,71 dengan kriteria ketuntasan minimal 70. Hal ini disebabkan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diberikan kepada siswa kelas VI SD Negeri 3 Karangkobar kurang diminati siswa karena materinya sulit untuk dipahami anak usia 11 – 12 tahun, sehingga dalam pembelajaran siswa kurang bergairah.
Masalah tersebut menjadikan penulis prihatin, sebab secara ideal berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2014, pembelajaran PKn bertujuan untuk mengembangkan kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan peserta didik sebagai dasar penguatan kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Akan tetapi, berdasar obervasi yang dilakukan penulis pada kelas VI menunjukkan hasil yang jauh dari harapan, dan beberapa permasalahan yang dihadapi antara lain: 1) kemampuan kerja sama peserta didik dalam pembelajaran tidak tercapai, hal ini dikarenakan model pembelajaran yang konvensional dan cederung didominasi oleh guru 2) Hasil belajar peserta didik relatif rendah dan masih jauh dari harapan, hal ini karena proses pembelajaran lebih didominasi model ceramah dan bersifat tekstual, sehingga peserta didik merasa bosan dan kurang konsentrasi. 3) Pengalaman belajar siswa kurang bermakna dan siswa mengalami kesulitan dalam mengingat materi PKn. 4) Banyak siswa yang kurang respek terhadap pelajaran PKn karena banyak hal-hal yang jauh dari kehidupan sehari-hari anak 5) Kreativitas dan antusias siswa sangat rendah karena model pembelajaran yang digunakan masih konvensional..
Salah satu model pembelajaran yang dapat mengakomodasi kepentingan tersebut yaitu pembelajaran Mind Mapping. Mind mapping digunakan untuk melatih kemampuan menyajikan isi (content) materi pelajaran dengan pemetaan pikiran (mind mapping).
Untuk mencapai tujuan pembelajaran, seorang guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif, menarik serta menjadikan siswa aktif dan kreatif. Dalam hal ini guru membantu dan mendorong siswa untuk belajar. Dengan demikian siswa mempunyai sifat ingin tahu, ingin mencoba, dan aktif dalam melakukan kerja sama. Oleh sebab itu, model pembelajaran Mind Mapping merupakan model yang dapat dijadikan alternatif pembelajaran yang memiliki konsep memberdayakan peserta didik untuk aktif dalam belajar. Untuk melihat keberhasilan model pembelajaran ini maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “ Peningkatan Kemampuan Kerja Sama dan Hasil Belajar PKN Melalui Model Pembelajaran Mind Mapping Kelas VI SD Negeri 3 Karangkobar Kecamatan Karangkobar Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018
. Penelitian ini diharapkan dapat mengatasi masalah rendahnya hasil belajar dan kemampuan kerja sama siswa, serta dapat memberikan kontribusi pada guru sehingga meningkatkan kinerjanya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah dalam penelitian ini, maka perlu mempertegas permasalahan yang akan dikaji. Dalam hal ini perumusan permasalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan kemampuan kerja sama siswa kelas VI SD Negeri 3 Karangkobar Kecamatan Karangkobar semester I tahun pelajaran 2017/2018?
2. Bagaimanakah Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn kelas VI SD Negeri 3 Karangkobar Kecamatan Karangkobar semester I tahun pelajaran 2017/2018?
Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah untuk:
a. Meningkatkan kemampuan kerja sama siswa dalam pembelajaran PKn melalui Model Pembelajaran Mind Mapping kelas VI SD Negeri 3 Karangkobar Kecamatan Karangkobar semester I tahun pelajaran 2017/2018.
b. Meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran PKn melalui Model Pembelajaran Mind Mapping kelas VI SD Negeri 3 Karangkobar Kecamatan Karangkobar semester I tahun pelajaran 2017/2018.
LANDASAN TEORI
Kerja sama
Kerja sama berasal dari bahasa Inggris “Cooperationâ€. Kerja sama merupakan kegiatan bersama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang sama. kerja sama kemudian berkembang dengan munculnya pengertian-pengertian baru yang lebih kontemporer sesuai dengan pergerakan zaman. Kerja sama pada masa lalu identik dalam usaha perdagangan, pada masa sekarang kerja sama menyentuh semua bidang. Baik ekonomi, sosial, maupun politik.
Selain diartikan dari sudut pandang berbagai ilmu, kerja sama juga memiliki beberapa definisi yang diberikan oleh para ahli. Hal ini memungkinkan terbentuknya pola pemikiran yang matang akan prosedur suatu hubungan kerja sama, agar bisa saling menguntungkan. Sebab hubungan kerja sama sejatinya adalah mendapatkan keuntungan yang bisa dirasakan oleh semua pihak yang melakukan hubungan tersebut. Sehingga apabila salah satu pihak merasa dirugikan maka hal tersebut tentunya tidak sesuai dengan dasar pengertian kerja sama itu sendiri. (http://www.duniapelajar.com/2017/10/10/pengertian-kerjasama-menurut-para-ahli)
Dari pengertian tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa kerja sama adalah kegiatan dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama dalam jangka waktu tertentu.
Menurut Wina Sanjaya (2006:241) ada empat unsur pembelajaran kooperatif (kerja sama), yaitu: 1) adanya peserta dalam kelompok; 2) adanya atura kelompok; 3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan 4) adanya tujuan yang harus dicapai. Dari sudut pandang yang lain, Ibrahim, dkk (2000: 6) model pembelajaran kooperatif biasanya memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka sehidup dan sepenanggungan bersama.
2) Para siswa memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka memilki tujuan yang sama.
4) Para siswa harus berbagi tugas dan tanggung jawab yang sama besarnya dengan anggota kelompok lain.
5) Para siswa akan diberikan suatu penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley (Depdiknas, 2009) membagi tiga macam hasil belajar, yakni: (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing- masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne (Depdiknas, 2009) membagi lima kategori belajar, yakni: (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) startegi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom (Depdiknas, 2009) yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Aspek pertama, kedua dan ketiga termasuk kognitif tingkat rendah, sedangkan aspek keempat, kelima dan keenam termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni: (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketetapan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai bahan pengajaran.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, hasil belajar merupakan perubahan sikap, pengetahuan dan tingkah laku yang ditunjukkan oleh peserta didik yang terjadi akibat kegiatan belajar dan dapat bertahan selama periode waktu tertentu.
Model Pembelajaran Mind Mapping
Mind mapping merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang digunakan melatih kemampuan menyajikan isi (content) materi pelajaran dengan pemetaan pikiran (mind mapping). Mind mapping dikembangkan oleh Tony Buzan (2002) sejak akhir tahun 1960-an sebagai cara untuk mendorong peserta didik mencatat hanya dengan menggunakan kata kunci dan gambar.
Iwan Sugiarto (2004: 75) mengemukakan “pemetaan pikiran (mind mapping) adalah teknik meringkas bahan yang perlu dipelajari, dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminyaâ€. Kegiatan ini sebagai upaya yang dapat mengoptimalkan fungsi otak kiri dan kanan, yang kemudian dalam aplikasinya sangat membantu untuk memahami masalah dengan cepat karena telah terpetakan. Hasil mind mapping berupa mind map. (Blog Pembelajaran Repository. Upi.edu, Perpustakaan.Upi.Edu. Jakarta, Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses: 17 Oktober 2017).
Dari pendapat para ahli di atas dapat penulis simpulkan bahwa mind map adalah suatu diagram yang digunakan untuk merepresentasikan kata-kata, ide-ide, tugas-tugas, ataupun suatu yang lainnya yang dikaitkan dan disusun mengelilingi kata kunci ide utama.
Dalam penelitian ini langkah-langkah pembelajaran yang akan ditempuh sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2) Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa. 3) Peserta didik mengidentifikasi alternatif jawaban dalam bentuk peta pikiran atau diagram. 4) Beberapa peserta didik diberi kesempatan untuk menjelaskan ide pemetaan konsep berpikirnya. 5) Dari data hasil diskusi, peserta didik diminta membuat kesimpulan dan guru memberi peta konsep yang telah disediakan sebagai pembanding.
Pendidikan Kewarganegaraan
Salah satu mata pelajaran yang sangat krusial bagi pembentukan mental generasi muda bangsa yaitu Pendidikan Kewarganegaraan. Tentunya studi ini sangat mendukung untuk membentuk mental dan kepribadian siswa menjadi mental yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Maraknya kegiatan yang mengancam kedaulatan NKRI kini menjadi nilai urgenitas tersendiri bagi keberadaan Pendidikan Kewarganegaran sebagai suplemen kurikulum siswa-siswi dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.
Menurut Zamroni sebagaimana dikutip oleh Moh. Murtadho Amin, Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berfikir kritis dan bertindak demokratis, melalui kerja sama menanamkan kesadaran kepada generasi baru tentang kesadaran bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga Negara (Moh. Murtadho Amin, 2009).
Tujuan pembelajaran PKn dalam Depdiknas (2006:49) adalah untuk memberikan kompetensi sebagai berikut: 1) Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu Kewarganegaraan. 2) Berpartisipasi secara cerdas dan tanggung jawab, serta bertindak secara sadar dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat di Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian kerangka teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini diduga adalah: 1) Penerapan/penggunaan model pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan kerja sama siswa dalam pembelajaran PKn. 2) Penerapan/penggunaan model pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn.
Kriteria Kinerja
Setelah pelaksanaan penelitian ini dilakukan 2 siklus, maka indikator kinerja sebagai berikut: 1) Kemampuan kerja sama dinyatakan berhasil, jika 75% atau 10 siswa dengan kategori baik/tinggi dalam proses pembelajaran. 2) Hasil belajar dinyatakan berhasil, jika nilai rata-rata tes prestasi belajar 70 dengan ketuntasan belajar 75% pada mata pelajaran PKn.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 3 Karangkobar, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara. Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran PKn selama 2 siklus.
Subyek Penelitian
Pada subyek penelitian yang perlu dijelaskan siapa yang menjadi subyek penelitian, yang menjadi subyek penelitian adalah siswa yang di kelas bersangkutan di mana kelas tersebut menjadi setting dari case study yang diangkat dalam PTK
Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas VI SD Negeri 3 Karangkobar berjumlah 14 siswa, terdiri dari 10 siswa perempuan dan 4 siswa laki-laki dengan karakteristik siswa yang memiliki potensi dan kompetensi heterogen. SD Negeri 3 Karangkobar adalah tempat peneliti melaksanakan tugas mengajar sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar.
Sumber Data
Tujuan mendasar dari sebuah PTK adalah perbaikan kualitas pembelajaran di kelas, dengan demikian tentunya sumber data yang akurat berada di dalam lingkungan kelas itu sendiri. Sumber data yang dimaksud adalah siswa terkait dengan dokumen hasil belajar, tes, buku harian, laporan pengamata, lembar pengamatan, wawancara, dan foto kegiatan.
Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini yang digunakan adalah:
1. Sumber data siswa meliputi: data tentang kemampuan kerja sama, data tentang hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraandan data tentang penerapan model pembelajaran Mind Mapping.
2. Sumber data guru meliputi data keterampilan guru merencanakan perbaikan pembelajaran dan ketrampilan proses pembelajaran seperti interaksi pembelajaran, implementasi penerapan model pembelajaran Mind Mapping.
3. Sumber data kolabolator meliputi pengamatan penerapan model pembelajaran Mind Mapping dan hasil refleksi bersama guru peneliti.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Pada bagian teknik dan alat pengumpulan data terkait dengan cara memperoleh atau mendapatkan data dan alat apa yang digunakan untuk mendapatkan data tersebut. Merujuk pada sumber di atas maka, teknik yang digunakan adalah tes dan pengamatan. Sedangkan alat pengumpulan data adalah butir soal tes dan lembar pengamatan siswa. Penggunaan teknik-teknik tersebut karena dalam PTK memerlukan instrumen penelitian yang dapat mengumpulkan data mengenai proses pembelajaran dan tidak hanya mengenai hasil belajar. Instrumen yang dibuat hendaknya dapat menangkap informasi mengenai terjadinya perubahan, perbaikan, atau peningkatan dalam proses pembelajaran.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal
Dari hasil pengamatan awal yang dilakukan peneliti diperoleh informasi bahwa pembelajaran PKn di kelas VI SD Negeri 3 Karangkobar, masih terfokus pada penguasaan konsep saja. Proses kegiatan belajar mengajar di kelas kurang meningkatkan kreativitas siswa, cenderung pada pencapaian target materi kurikulum dan lebih mementingkan pada penghafalan konsep.
Penyampaian materi oleh guru menggunakan metode ceramah yang secara langsung guru merupakan objek dalam pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk aktif mengutarakan pendapat, pertanyaan dan kesulitan-kesulitan, maupun hal-hal yang belum dipahami selama pelajaran berlangsung. Suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif, minat belajar dan kerja sama siswa juga kurang bergairah, sehingga proses dan hasil belajar juga sangat rendah.
Berdasarkan data jumlah siswa yang memiliki kemampuan kerja sama rendah ada 7 siswa atau 50%, kemampuan kerja sama sedang ada 5 siswa atau 35,71%, dan kemampuan kerja sama tinggi ada 2 siswa atau 14,29%. Secara umum kemampuan kerja sama dalam proses pembelajar PKn di kelas VI SD Negeri 3 Karangkobar masih dalam kategori rendah.
Kondisi rendahnya kemampuan kerja sama tersebut berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukan dengan data hasil belajar pra siklus yang di ambil dari ulangan K.D 1.1 Mendiskripsikan Nilai-nilai Juang dalam Proses Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara diketahui nilai rata-rata masih rendah yaitu 52,71 dari KKM 70. Dari nilai tes hasil belajar pra siklus menunjukan banyaknya siswa yang belum tuntas atau yang mendapatkan nilai lebih kecil dari KKM 70 yaitu sebanyak 12 siswa dengan kentuntasan 14%. Nilai tertinggi 53, nilai terendah 40 dengan rentang nilai 40-53 dan nilai rata-rata 52,71.
Siklus I
1. Data Kemampuan kerja sama
Data tentang kemampuan kerja sama diambil setelah melakukan pembelajaran pada akhir siklus I, instrumen data berupa lembar pengamatan yang terdiri dari 3 aspek dengan 10 indikator. Dari data diperoleh kemampuan kerja sama skor 1-3 masuk kategori rendah, kemampuan kerja sama skor 4-7 masuk kategori sedang dan kemampuan kerja sama skor 8-10 masuk kategori tinggi.
Data pada siklus I: kemampuan kerja sama ada 7 siswa atau 50% berkategori tinggi, dan 4 siswa atau 28,57% berkategori sedang dan 3 siswa atau 21,43% kategori rendah. Berdasarkan tabel di atas, kemampuan kerja sama diperoleh hasil sebagai berikut: Skor tertinggi 9, skor terendah 3 dengan skor rerata 6,21, modus skor 8. Siswa yang mendapat skor tertinggi ada 7 anak atau 50%.
Pada data pra siklus menunjukkan terdapat 7 siswa yang masuk dalam kategori rendah dan mengalami penurunan menjadi 3 di siklus I. Kemampuan kerja sama kategori sedang pada data pra siklus menunjukan ada 5 siswa dan pada siklus I menjadi 4 siswa. Meskipun telah mengalami banyak perbaikan pada kemampuan kerja sama, akan tetapi pencapaian tersebut belum sesuai harapan indikator keberhasilan. Kemampuan kerja sama siswa pada siklus I baru mencapai 50% sedangkan indikator keberhasilan kemampuan proses yang telah ditetapkan adalah 75%.
2. Data Tentang Tes Prestasi Belajar.
Setelah pembelajaran berlangsung 3 kali pertemuan maka dilakukan tes tertulis untuk mengukur hasil belajar. Jumlah soal sebanyak 20 soal pilihan ganda, 10 soal isian, dan 5 soal uraian. Dari tes hasil belajar PKN diperoleh hasil sebagai berikut: skor tertinggi 83,6, skor terendah 58,2, rerata 68,58, modus skor 72,7. Masih ada 7 siswa (50%) yang mendapat skor di bawah ketuntasan belajar minimal 70 (KKM).
Hasil analisis tes hasil belajar PKn, diperoleh rerata 67,02, nilai tertinggi 83,6 nilai terendah 58,2, modus 72,7 dan ketuntasan belajar 50%.
Berkat intervensi dengan penerapan model pembelajaran Mind Mapping maka, kemampuan kerja sama dan hasil belajar mengalami kenaikan. Model pembelajaran Mind Mapping juga berhasil merubah suasana belajar menjadi lebih bergairah dan menyenangkan karena lebih terlibat aktif dalam pembelajaran.
Berdasarkan analisis data penelitian, diketahui hasil belajar afektif siswa mengalami peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran Mind Mapping pada materi 2.1. Menjelaskan proses pemilu dan pilkada
Penerapan model pembelajaran Mind Mapping pada konsep Pemilu, siswa kelas VI SD Negeri 3 Karangkobar, menunjukan adanya hasil belajar yang meningkat, hal ini disebabkan proses pembelajaran sesuai dengan karakteristik model pembelajaran Mind Mapping.
Hasil pelaksanaan siklus I menunjukkan bahwa pembelajaran Mind Mapping belum memperoleh hasil yang memuaskan karena tidak mencapai target keberhasilan, dimana nilai rata-rata baru mencapai 68,58 dan ketuntasan belajar hanya 50%. Hal ini menunujukan bahwa siswa belum menyerap materi pembelajaran dengan maksimal.
Berdasarkan diskusi refleksi maka penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan menambah kegiatan merancang diskusi kelompok kecil untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi.
Hal tersebut sesuai pendapat Djamarah (2000: 157) bahwa pembelajaran dapat berjalan dengan baik, guru perlu menguasai keterampilan dalam membimbing diskusi kelompok kecil. Di dalam membimbing diskusi kelompok kecil, guru juga memerlukan persiapan yang matang. Diskusi kelompok kecil itu sendiri merupakan suatu proses yang teratur melibatkan sekelompok individu dalam suatu interaksi tatap muka secara kooperatif untuk tujuan membagi informasi, membuat keputusan, dan memecahkan masalah.
Siklus II
1. Data Kemampuan kerja sama
Data tentang Kemampuan kerja sama diambil setelah melakukan pembelajaran pada akhir siklus II, instrumen data berupa lembar pengamatan yang terdiri dari 10 indikator. Dari data diperoleh data Kemampuan kerja sama skor 1-3 masuk katagori rendah, Kemampuan kerja sama skor 4-7 masuk katagori sedang, Kemampuan kerja sama skor 8-10 masuk kategori tinggi. Berdasarkan data, kemampuan kerja sama diperoleh hasil sebagai berikut: kemampuan kerja sama ada 11 siswa atau 78,57% berkategori tinggi, 3 siswa atau 21,43% berkategori sedang, dan tidak ada siswa berkategori rendah.
Dari tabel di atas diperoleh data pada siklus II: Skor tertinggi adalah 9, skor terendah 4, dengan skor rerata 7,57, modus skor 8.
2. Data Tentang Tes Hasil Belajar.
Setelah pembelajaran berlangsung 3 kali pertemuan maka dilakukan tes tertulis untuk mengukur hasil belajar. Jumlah soal sebanyak 20 soal pilihan ganda, 10 soal isian, 5 soal uraian. Hasil tes belajar PKn diperoleh data sebagai berikut: skor tertinggi 100, skor terendah 61,8, rerata 83,65, modus skor 76,4. Sebanyak 12 siswa (86%) mendapat skor di atas ketuntasan belajar minimal 70 (KKM).
Hasil analisis tes hasil belajar PKn, diperoleh rerata 76,87, nilai tertinggi 100, nilai terendah 61,8, modus 76,87, dan ketuntasan belajar 86%.
Hasil belajar PKn pada siklus I nilai rata-rata adalah 68,58 naik menjadi 76,87 pada siklus II. Selain hal tersebut data nilai tertinggi dan terendah juga mengalami kenaikan dari 83,6 menjadi 100 dan 58,2 menjadi 61,8.
Penerapan model pembelajara Mind Mapping pada materi pokok Lembaga-lembaga Negara siswa kelas VI SD Negeri 3 Karangkobar , menunjukan adanya peningkatan hasil belajar dan kemampuan kerja sama, hal ini disebabkan proses pembelajaran sesuai dengan karakteristik model pembelajaran Mind Mapping.
Akhir siklus II menunjukan bahwa hasil penelitian kemampuan kerja sama telah mencapai 11 siswa atau 78,57%, sehingga dinyatakan sudah berhasil melampaui indikator keberhasilan. Hasil tes hasil belajar sudah mencapai rerata 76,87 dengan ketuntasan belajar 12 siswa atau 86% sehingga juga dinyatakan berhasil melampaui indikator keberhasilan.
Berdasarkan diskusi refleksi maka penelitian diakhiri pada siklus II, karena indikator kemampuan kerja sama sudah tercapai yaitu 78,57% melebihi indikator keberhasilan 75% dan kriteria keberhasilan hasil belajar sudah mencapai 86% melebihi kriteria yang ditentukan yaitu 75%.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan kemampuan kerja sama mata pelajaran PKn siswa kelas VI SD Negeri 3 Karangkobar semester I tahun pelajaran 2017/2018 dari pra siklus 2 siswa atau 14,29% menjadi 7 siswa atau 50% dan menjadi 11 siswa atau 78,57% pada akhir siklus II.
2. Penerapan model pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas VI SD Negeri 3 Karangkobar semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 nilai rerata dari pra siklus 52,71 menjadi 68,58 pada siklus I dan menjadi 76,87 pada siklus II dan ketuntasan belajar dari pra siklus 14% menjadi 50% pada siklus I dan menjadi 86% pada akhir siklus II.
Saran
Saran Untuk Peneliti Lanjut
a. Pada pengumpulan data masih ada kelemahan pada indikator kemampuan kerja sama antara lain: 1) mengungkapkan gagasan dan 2) memanfaatkan potensi. Sedangkan pada hasil belajar juga masih ada indikator yang lemah yaitu: 1) menyebutkan tugas lembaga legislatif dan 2) Menyebutkan tugas lembaga yudikatif. Dari kelemahan indikator variabel kemampuan kerja sama dan prestasi belajar tersebut diharapakan peneliti lain dapat memprioritaskan indikator variabel tersebut diatas dalam penelitiannya.
b. Pelaksanaan penelitian ini baru 2 siklus, peneliti lain selanjutnya dapat menambah siklus 3 untuk mendapat temuan-temuan yang lebih signifikan.
c. Instrumen tes dan lembar pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini masih merupakan instrumen yang tingkat validasinya belum memuaskan, peneliti berikutnya dapat menggunakan instrumen yang terstandar atau validitas dan reliabitas terstandar.
Penerapan Hasil Penelitian
Mengingat penerapan model pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan kemampuan kerja sama dan hasil belajar mata pelajaran PKn, maka guru perlu menerapkan model pembelajaran Mind Mapping di sekolahnya. Sekolah perlu memberikan fasilitas guru untuk dapat menerapkan model pembelajaran Mind Mapping, sehingga kemampuan kerja sama dan hasil belajar siswa dapat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Blog Pembelajaran, Repository. Upi.edu, Perpustakaan.Upi.Edu. Jakarta, Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses: 17 Oktober 2017
Depdiknas, 2009. Penilaian Pembelajaran. Modul. Jakarta, PPPPK PKN dan IPS.
Depdiknas, 2009. Strategi dan Model Pembelajaran. Modul. Jakarta, PPPPK PKN dan IPS.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat. 2008. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Moh. Murtadho Amin, dkk. 2009 Pembelajaran Pkn MI, Surabaya: Lapis-PGMI
Permendiknas RI No 22 tahun 2006 tentang Standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
Rizkyanan, Risa, (2014). Penerapan Mind Mapping pada pembelajaran IPA Materi Sumber Daya Alam untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Buah Batu Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung barat Semester Genap Tahun Ajaran 2013/2014. PTK. Perpustakaan.Upi.Edu. Jakarta, Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses: 17 Oktober 2017
Sanjaya, Wina (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung, Kencana Prenada Media Group.